OLEH:
SUMIRTA I NENGAH
Komunikasi berasal dari bahasa latin communis, dalam bahasa Inggris common, yang
berarti “sama”. Berkomunikasi (to communicate) berarti kita berusaha menimbulkan
persamaan (commonness) sikap dengan seseorang. Menurut Azwar (1966), komunikasi
diartikan sebagai bentuk pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka meciptakan rasa
saling mengerti dan saling percaya demi terwujudnya hubungan baik antara individu dan
orang lainnya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu
hubungan seseorang dengan orang lain untuk mencapai pengertian dan persamaan sikap.
Komunikasi merupakan proses kompleks (verbal dan non verbal) yang melibatkan tingkah
laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan
lingkungan sekitarnya (Perry dan Potter, 2005).
Komunikasi dalam bidang kesehatan merupakan pengiriman pesan antara pengirim dan
penerima disertai interaksi diantara keduanya. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan
kepercayaan, menyebabkan keamanan, menimbulkan kepuasan, meningkatkan pengobatan,
dan menuju kesembuhan. Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni
penyembuhan, disini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang
memfasilitasi proses penyembuhan. Homby, dalam Nurjanah, dalam Dewi (2002).
Komunikasi terapeutik adalah pengiriman pesan antara pengirim dan penerima dengan
interaksi diantara keduanya yang bertujuan memulihkan kesehatan seseorang yang sedang
sakit. Komunikasi terapeutik merupakan teknik verbal dan non verbal yang digunakan
petugas kesehatan untuk memfokuskan pada kebutuhan pasien/klien.
Salura
Referen n
Referen
Pengirim Penerima
2. Empathy
Empati merupakan perasaan “pemahaman” dan “penerimaan” perawat terhadap
perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan “dunia pribadi pasien”.
Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitive, dan tidak dibuat-buat (objektif)
didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Empati berbeda dengan simpati.
Simpati merupakan kecenderungan berfikir atau merasakan apa yang sedang
dilakukan atau dirasakan oleh pasien. Karenanya, simpati lebih bersifat subjektif
dengan melihat “dunia orang lain” untuk mencegah perspektif yang lebih jelas dari
semua sisi yang ada tentang isu-isu yang sedang dialami seseorang.
Empati cenderung bergantung pada kesamaan pengalaman di antara orang yang
terlibat komunikasi. Perawat akan lebih mudah mengatasi nyeri pada pasien,
misalnya, jika dia mempunyai pengalaman yang sama tentang nyeri. Karena hal ini
sulit dilakukan, kecuali karena adanya keseragaman atau kesamaan pengalaman atau
situasi yang relevan, perawat terkadang sulit untuk berperilaku empati pada semua
situasi. Namun demikian empati bisa dikatakan sebagai “kunci” sukses dalam
berkomunikasi dan ikut memberikan dukungan tentang apa yang sedang dirasakan
klien. Sebagai “perawat empatik”, perawat harus berusaha keras untuk mengetahui
secara pasti apa yang sedang dipikirkan dan dialami klien. Perawat yang berempati
dengan orang lain dapat menghindarkan penilaian berdasarkan kata hati (impulsive
judgement).
3. Kehangatan (warmth)
Hubungan yang saling membantu (helping relationship) dibuat untuk memberikan
kesempatan klien mengeluarkan "unek-unek" (perasaan dan nilai-nilai) secara bebas.
Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk meng-ekspresikan ide-ide
dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau
Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala komunikasi yaitu :
a. Tingkah laku perawat
Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang peranan penting;
tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai oleh masyarakat. Bahkan sering
juga surat kabar memuat berita-berita tentang perawat rumah sakit. Bertindak yang
tidak sebenarnya. Dipandang oleh klien perawat judes, jahat dan sebagainya.
b. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit
1) Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita klien semata,
sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian. Tujuan pelaksaan
perawatan yang sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio, psiko
dan sosial.
2) Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan keturunan.
3) Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan masalah yang ada
hubungannya dengan jiwa.
“Iya. Semua relawan disini secara tidak sadar selalu mengingat nama pasien dan
riwayatnya. Bahkan bisa tahu apa yang dirasakan pasien saat diajak bicara, bisa
2. Tahap Perkenalan
Perkenalan adalah kegiatan yang dilakukan relawan ketika pertama kali bertemu
dengan pasien. Banyak cara perkenalan yang dilakukan relawan kepada pasien yang
baru datang. Berikut hasil wawncara:
“Yaa biarin aja dulu. Kalo diliat wajahnya uda lebih enak diajak ngobrol baru
diajak ngobrol lagi.” (AK, 7 Desember 2012)
“Kita dekati dulu, diajak bicara kalau bisa. Bila tidak bisa, kita biarkan sejenak,
lalu kita masukkan ke ruang isolasi.” (Informan 1)
Diajak bicara bila masih bisa, namun jika masih marah, berperilaku tidak wajar,
seolah-olah pertolongan relawan tidak ada gunanya, relawan akan memasukkannya
ke ruang isolasi.
Transferens Tidak hanya orang normal, orang yang terkena gangguan mental dan
kejiwaan juga butuh hiburan untuk mengekspresikan perasannya melalui media lain
selain bercakap-cakap. Dengan adanya media lain seperi hiburan, diharapkan pasien
terpancing untuk bercerita, bila ia tidak bisa bercerita dengan bertatap muka saja.
Bila pasien sudah menyukai itu, ia akan dengan mudah untuk bercerita.
“Kalo sama pasien yang sudah sembuh, ya hubungan kita baik-baik saja. Disini
juga ada pasien yang sekarang jadi relawan.” (Sp, 8 Desember 2012)
“Dilihat dari awal sampai akhir pembicaraan kan bisa. Kira-kira komunikasi
yang tadi dilakukan berhasil atau tidak. Kalo gak berhasil bisa pakai cara
lain.”(Informan 1)
5. Refleksi. Berupa : a. Refleksi isi, memvalidasi apa yang di dengar. Klarifikasi ide
yang di ekspresikan klien dengan pengertian perawat. b. Refleksi perasaan, memberi
respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan, agar klien mengetahui dan
menerima perasaannya.
Gunanya untuk : 1) mengetahui dan menerima ide dan perasaan; 2) mengoreksi; 3)
memberi keterangan lebih jelas.
Ruginya ialah: 1) mengulang terlalu sering dan sama; 2) dapat menimbulkan marah,
iritasi, dan frustasi.
6. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topic yang telah dipilih dan yang penting. Dan menjaga
pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas, dan berfokus pada
realitas. Contoh :
Klien : Wanita sering jadi bulan-bulanan
Perawat : Coba ceritakan bagaimana perasaan anda sebagai wanita.
7. Membagi persepsi.
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan. Dengan cara
ini perawat dapat meminta umpan balik dan member informasi.
Contoh : Anda tertawa, tetapi saya rasa anda marah pada saya.
8. Identifikasi “tema”.
Latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan.
Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang penting.
Misalnya : Saya lihat dari semua keterangan yang anda jelaskan, anda telah disakiti.
Apakah ini latar belakang masalahnya ?.
9. Diam (silence).
Cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan. Tujuannya
memberi kesempatan berfikir dan memotivasi klien untuk bicara. Pada klien yang
menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima klien.
10. “Informing”. Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada
fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
Proses berhubungan Perawat-Klien dapat dibagi dalam 4 fase yaitu fase prainteraksi,
fase perkenalan atau orientasi, fase kerja ; dan fase terminasi ( Stuart dan Sundeen , 1987,
h.104 ). Setiap fase ditandai dengan serangkaian tugas yang perlu diselesaikan (lihat tabel
2 ).
1) Prainteraksi
Tugas tambahan pada fase ini adalah mendapatkan informasi tentang klien dan
menentukan kontak pertama.
Fase Tugas
a. Prainteraksi Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri.
Analisa kekuatan kelemahan profesional diri
Dapatkan data tentang klien jika mungkin
Rencanakan pertemuan pertama
Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah
alasan klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat –
klien.
Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa percaya; penerimaan dan
pengertian; komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien. Elemen-
13 SUMIRTA I NENGAH (KOMUNIKASI TERAPEUTIK)
elemen kontrak perlu diuraikan pada klien sehingga kerjasama perawat- klien dapat
optimal. Dihaarapkan klien berperan serta penuh dalam kontrak, namun pada kondisi
tertentu maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak jika
kontrak realitas klien meningkat.
Perawat dan klien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, bimbang karena
memulai hubungan yang baru. Klien, yang mempunyau pengalaman hubungan
interpersonal yang menyakitkan akan sukar menerima dan terbuka pada orang asing.
Klien anak memerlukan rasa aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa dikritik.
3) Fase Kerja
Pada fase kerja, perawat dank lien mengeksplorasi stessor yang tepat dan mendorong
perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan
perbuatan klien. Perawat membantu klien mengatasi kecemasan; meningkatkan
kemandirian dan tanggungjawab diri sendiri; dan mengembangkan mekanisme koping
4) Terminasi
Terminasi merupakan fase yang sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa
percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina dan berada pada tingkat
optimal.
Keduanya, perawat dank lien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi
pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.
Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas
perpisahan yang tidak dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau
kembali proses perawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaab marah,
sedih, penolakan perlu dieksplorasikan dan diekspresikan.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan. Proses
terminasi yang sehat akan memberi pengalaman positif dalam membantu klien
mengembangkan koping untuk perpisahan. Reaksi klien dalam menghadapi terminasi
dapat bermacam cara. Klien mungkin mengingkari perpisaham atau mengingkari manfaat
hubungan. Klien dapat mengekspresikan perasaan marah dan bermusuhannya dengan
tidak menghadiri pertemuan atau bicara yang dangkal.
Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan klien sebagai
penolakan. Atau perilaku klien kembali pada perilaku sebelumnya, dengan harapan
perawat tidak akan mengakhiri hubungan karena klien masih memerlukan bantuan.
Keterangan
No Komponen Aspek yang dinilai Tidak
Dilakukan
dilakukan
a. mendengar apa yang
disampaikan oleh klien
Mendengarkan dengani
1
penuh perhatian b. memberikan kesempatan lebih
banyak kepada klien untuk
berbicara
Memberi penghargaan
11 Memberikan penghargaan seperlunya sesuai kemampuan
klien
Keterangan
No Fase Aspek yang dinilai Tidak
Dilakukan
dilakukan
a. Mengeksplorasi perasaan,
fantasi, dan ketakutan sendiri
1 Pre Interaksi
c. Dapatkan data tentang klien
jika memungkinkan
d. Merencanakan pertemuan
pertama dengan klien
e. Mengidentifikasi masalah
klien
b. Mendorong perkembangan
kesadaran diri klien
3 Kerja
c. Mendorong pemakaian
mekanisme koping yang tepat /
konstruksi
a. Menciptakan dan
menyampaikan realitas
perpisahan
c. Saling mengeksplorasi
perasaan penolakan dan
kehilangan, sedih, marah serta
perilaku lain
DAFTAR PUSTAKA
Setianti, Yanti. 2007. Komunikasi Terapeutik antara Perawat dan Pasien. Dalam
(http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/01/komunikasi_terapeutik.pdf) diakses
tanggal 02 Maret 2014 pukul 11.00 wita.
Rissa, Aulia, Julianti, Dianara Maya, Moertijoso, R.Bambang. 2014. Komunikasi Terapeutik
antara Relawan dengan pasien Gangguan Mental dan Kejiwaan. Dalam
(http://pta.trunojoyo.ac.id/uploads/journals/090531100013/090531100013.pdf) diakses tanggal
02 Maret 2014 pukul 11.30 wita.