???????
1. Fase preinteraksi
Tugas Farmasi :
a. Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasannya
b. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, untuk memaksimalkan dirinya
agar bernilai terapeutik bagi pasien, jika merasa tidak siap maka perlu
belajar kembali
c. Mengumpulkan data tentang pasien
d. Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan
diimplementasikan saat bertemu pasien
2. Fase Orintasi
Tugas Farmasi
a. Membina hubungan saling percaya, menunukan sikap penerimaan dan
komunikasi terbuka.
b. Merumuskan kontrak bersama pasien. (tempat, waktu dan topik pertemuan)
c. Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah pasien
d. Merumuskan tujuan dengan pasien. Tujuan dirumuskan setelah masalah pasien
teridentifikasi
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi
bersifat penggalian informasi antara farmasi dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima
kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of problems and
goals, clarification of roles dan contract formation.
yakni tahap dimana farmasi pertama kali bertemu dengan klien. Tugas farmasi
dalam tahap ini meliputi: menetapkan alasan klien untuk mencari bantuan;
membina rasa percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka; menggali pikiran,
perasaan dan tindakan-tindakan klien; mengidentifikasi masalah klien; menetapkan
tujuan dengan klien; dan, merumuskan bersama kontrak yang bersifat saling
menguntungkan dengan mencakupkan nama, peran, tanggung jawab, harapan,
tujuan, tepat pertemuan, waktu pertemuan, kondisi untuk terminasi dan
kerahasiaan.
3. Fase kerja
Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan. Teknik
yang sering digunakana ialah mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi,
berbagai persepsi, menfokuskan dan menyimpulkan.
Pada fase ini farmasi dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah
ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang
masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan
pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan
membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan
4. Fase Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan yang dibagi menjadi 2 yaitu
a. Terminasi Sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan
b. Terminasi akhir, terjadi jika farmasi telah menyelesaikan proses pengobatan
secara menyeluruh.
SIKAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Isyarat vokal : Tekanan suara, kualitas suara, tertawa, irama dan kecepatan
bicara.
2. Isyarat tindakan : yaitu semua gerakan tubuh termasuk ekspresi wajah dan
sikap tubuh
3. Isyarat objek : pakaian dan benda pribadi
4. Ruang memberikan isyarat tenteng kedekatan hubungan antara dua orang
5. Sentuhan, tindakan ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya, jenis
hubungan, jenis kelamin, usia dan harapan.
TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Resisten :upaya pasien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang
dialaminya. Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab
ansietas yang dialaminya. Resisten merupakan kerengganan alamiah atau penghindaran
verbalisasi yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah aspek
diri seseorang. Resisten sering merupakan akibat dari ketidaksediaan klien untuk
berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resisten biasanya
diperlihatkan oleh klien selama fase kerja, karena fase ini banyak berisi penyelesaian
masalah.
2. Transferens : respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap terhadap
tenaga kesehatan yang pada dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan dimasa lalu.
Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap
terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya
dimasa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respon klien dalam
intensitas dan penggunaan mekainsme pertahanan pengisaran (displacement) yang
maladaptif. Dua jenis reaksi utamanya adalah bermusuhan dan tergantung.
3. Kontertransferens : kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh tenaga kesehtan bukan
oleh klien. Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien.
Kontertranferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap
klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau
ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah satu dari
tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau membenci dan reaksi
sangat cemas seringkali digunakan sebagai respon terhadap resisten klien.
FAKTOR PENGHAMBAT K.T
Faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik adalah (Indrawati, 2003 : 21):
1. Perkembangan.
2. Persepsi.
3. Nilai.
4. Latar belakang sosial budaya.
5. Emosi.
6. Jenis Kelamin.
7. Pengetahuan.
8. Peran dan hubungan.
9. Lingkungan.
10. Jarak.
11. CitraDiri.
12. Kondisi Fisik.
UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Unsur dalam K.T adalah dari komunikator, komunikan, pesan yang disampaikan
dan lingkungan waktu komunikasi berlangsung, saluran penyampaian pesan.
KARAKTERISTIK K.T
Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai
berikut: (Arwani, 2003 : 54).
1. Ikhlas (Genuiness) Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa
diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan
memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara
tepat.
2. Empati (Empathy) Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien.
Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak
berlebihan.
3. Hangat (Warmth) Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan
pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga
pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.
TERIMA KASIH