INTAN WARIS 01.2018.009 NURUL FAUZHIYAH 01.2018.015 R A M M IWAT I 01.2018.018 RISTIWI TONI 01.2018.019 W IDYA R AT N A S A R I LO M B A N T. 01.2 018 .0 2 6 A. SIMPATI 1. Pengertian Simpati merupakan proses psikologis di mana seseorang merasa tertarik kepada seseorang atau sekelompok orang karena sikap, penampilan, wewenang, atau tindakannya sedemikian rupa. Dalam proses ini perasaan seseorang memainkan peran yang sangat penting, meskipun dorongan utama untuk simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan bekerja dengannya. Inilah perbedaan utama jika dibandingkan dengan identifikasi. Identifikasi lebih didorong oleh keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap posisi lebih tinggi dan harus dihormati. Ini karena pihak lain memiliki kekuatan atau kemampuan tertentu yang harus dijadikan contoh. Menurut Max Weber perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang / kelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat –saat khusus. Misalnya apabila perasaan Simpati itu timbul dari seorang perjaka terhadap seorang gadis / sebaliknya kelak akan menimbulkan perasaan cinta kasih / kasih sayang. LANJUTAN… 2. Tujuan, Fungsi dan Faktor Simpati TUJUAN FUNGSI FAKTOR a. Bertujuan untuk a. Membuat seseorang a. Kesamaan pandangan mengurangi sanggup untuk b. Kesamaan kepentingan permasalahan yang ada. memahami pandangan c. Kesamaan faktor-faktor b. Berusaha untuk atau situasi pelaku histois menenangkan pikiran penyimpangan sosial d. Kesamaan rasial dan perasaan seseorang b. Orang dapat mendukung yang sedang terkena pelaku penyimpangan musibah. yang positif c. Selalu berusaha untuk c. Orang dapat mendorong memahami perasaan pelaku penimpangan orang lain. yang negatif untuk d. Bertujuan agar memperbaiki diri timbulnya rasa d. Dapat meringankan pengertian yang terjadi beban orang yang satu sama lain. sedang tertimpa masalah e. Dapat menjadi perantara dalam menyatakan suatu hal LANJUTAN… 3. Ciri-Ciri Karateristik Simpati a. Simpati Adalah “Feeling with”. Mampu peduli dan merasa iba dengan orang lain mampu merasakan bersama dengan orang lain tentang apa yang mereka rasakan b. Simpati Tidak Mendalam. Menunjukkan sikap prihatin terhadap apa yang orang lain rasakan tanpa memandang bahwa perlu atau tidak untuk membantu seseorang tersebut menangani kesulitannya, sebab ia merasa bahwa masalahnya juga sama. c. Simpati Merupakan Respon Dukungan. Sikap simpati ini bisa menjadi sebuah bentuk respon dukungan kepada orang lain. Orang lain dapat merasakan dukungan ini tetapi tidak sampai pada tahap penyelesaian pemecahan masalah yang dibantu oleh orang yang bersimpati d. Simpati Berdasarkan Faktor Persamaan. Seseorang mungkin (pernah) mengalami kesamaan nasib yang kemudian menjadikan dia merasa iba atau merasa prihatin terhadap apa yang dialami oleh orang lain. e. Simpati Umumnya Spontan. Sebagai contoh, saat mendengar kabar seseorang terkena musibah, kita mungkin bisa memberikan respon, “Saya cukup prihatin dengan apa yang terjadi pada kamu,” tanpa harus merasakan lebih dalam lagi apa yang orang tersebut rasakan. LANJUTAN… 4. Faktor yang Mempengaruhi Simpati a. Adanya perasaan ikut sedih dan berduka saat mendengar kabar duka dari keluarga maupun dari teman. b. Adanya perasaan ikut bahagia ketika salah satu anggota keluarga maupun teman memberitahukan rencana pernikahan. c. faktor simpati didalam suatu proses interaksi sosial juga dapat terjadi saat seorang pria dan wanita bertemu. Ketika seorang pria melihat wanita yang memiliki penampilan atau bahkan sikap yang menurutnya berbeda dengan yang lainnya dan menarik perhatian pria tersebut, maka disitulah rasa simpati akan muncul. d. Faktor simpati dalam interaksi sosial juga dapat muncul ketika seseorang melihat adanya suatu kecelakaan atau kejadian yang kurang menyenangkan terjadi disekitar mereka. e. faktor simpati dalam interaksi sosial yang terakhir adalah adanya perasaan ingin menolong yang timbul dalam diri seseorang. B. EMPATI 1. Pengertian Preston dan De Waal berpendapat bahwa dalam momen empati, baik emosi maupun pikiran, individu dipersiapkan sepanjang jalur yang sama dengan orang lain. Mendengar teriakan ketakutan dari orang lain, secara spontan ia akan memikirkan apa yang mungkin menyebabkan rasa takut mereka. Dari perspektif kognitif, individu berbagi “representasi” mental, suatu rangkaian gambar, asosiasi, dan pikiran tentang kesusahan orang lain. Empati sangat penting sebagai sistem pemandu emosi yang menuntun kita ke tempat kerja tetap baik. Empati lebih dari sekadar untuk bertahan, sebab empati sangatlah penting untuk menghasilkan kinerja istimewa dalam bidang-bidang pekerjaan yang menitik-beratkan peran utama manusia. Kemampuan mengindra perasaan seseorang sebelum yang bersangkutan mengungkapkannya merupakan intisari empati. Meskipun seseorang tidak mengungkapkan perasaannya melalui kata-kata, sebaliknya, ia lebih dulu memberitahu kita pada apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan melalui intonasi, ekspresi wajah, atau cara- cara non- verbal lainnya. LANJUTAN… 2. Jenis-Jenis Empati Menurut Shapiro, tahap perkembangan empati dibagi menjadi empat, yaitu: a. Empati Emosi. Bayi berusia nol sampai satu tahun akan mencoba melihat bayi lain yang sedang menangis dan sering sampai ikut menangis. Psikolog perkembangan, Hoffman, menyebut empati ini sebagai empati global karena ketidak-mampuan anak-anak untuk membedakan antar diri sendiri dan dunianya sehingga menafsirkan rasa tertekan bayi lain sebagai rasa tertekannya sendiri. b. Empati Egosentrik. Pada tahap kedua ini, anak yang berusia antara satu sampai dua tahun dapat melihat dengan jelas bahwa kesusahan orang lain bukan kesusahannya sendiri. Namun, karena perkembangan kognitifnya belum matang, anak-anak seusia ini tidak begitu yakin dengan apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya mengalami kebingungan dalam berempati. c. Empati Kognitif. Dimulai pada anak usia enam tahun dengan tanda ia mulai mampu memandang sesuatu dengan perspektif orang lain. Empati ini, memungkinkan seorang anak untuk mengetahui kapan ia bisa mendekati teman yang sedang sedih dan kapan ia harus membiarkannya sendiri. d. Empati Abstrak. Menjelang berakhirnya masa anak-anak antara usia sepuluh sampai dua belas tahun, anak-anak mengembangkan emosi tidak hanya kepada orang yang dikenal atau dilihatnya secara langsung, tetapi juga terhadap kelompok orang yang belum pernah dia jumpai sebelumnya. LANJUTAN… 3. Ciri-ciri atau Karakteristik Empati a. Ikut merasakan (sharing feeling), yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain; hal ini berarti individu mampu merasakan suatu emosi dan mampu mengidentifikasikan perasaan orang lain. b. Dibangun berdasarkan kesadaran diri. Semakin seseorang mengetahui emosi diri sendiri, semakin terampil pula ia membaca emosi orang lain. Dengan hal ini, ia berarti mampu membedakan antara apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain dengan reaksi dan penilaian individu itu sendiri. c. Peka terhadap bahasa isyarat; Karena emosi lebih sering diungkapkan melalui bahasa isyarat (non-verbal). Hal ini berarti bahwa individu mampu membaca perasaan orang lain dalam bahasa non-verbal seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan gerak-geriknya. d. Mengambil peran (role taking); empati melahirkan perilaku konkrit. Jika individu menyadari apa yang dirasakannya setiap saat, maka empati akan datang dengan sendirinya, bereaksi terhadap isyarat-isyarat orang lain dengan sensasi fisiknya sendiri tidak hanya dengan pengakuan kognitif terhadap perasaan mereka, akan tetapi, empati juga akan membuka mata individu tersebut terhadap penderitaan orang lain e. Kontrol emosi; menyadari dirinya sedang berempati; tidak larut dalam masalah yang sedang dihadapi oleh orang lain. LANJUTAN… 4. Faktor yang Mempengaruhi Empati a. Sosialisasi dapat mempengaruhi empati melalui permainan- permaianan yang memberikan peluang kepada anak untuk mengalami sejumlah emosi, membantu untuk lebih berpikir dan memberikan perhatian kepada orang lain, serta lebih terbuka terhadap kebutuhan orang lain sehingga akan meningkatkan kemampuan berempatinya. b. Mood dan Feeling. Apabila seseorang dalam situasi perasaan yang baik, maka dalam berinteraksi dan menghadapi orang lain ia akan lebih baik dalam menerima keadaan orang lain. c. Proses Belajar dan Identifikasi. Dalam proses belajar, seorang anak membutuhkan respon- respon khas, dari situasi yang khas, yang disesuaikan dengan peraturan yang dibuat oleh orang tua atau penguasa lainnya. d. Situasi atau Tempat. Pada situasi tertentu seseorang dapat berempati lebih baik dibandingkan dengan situasi yang lain. Hal ini disebabkan situasi dan tempat yang berbeda dapat memberikan suasana yang berbeda pula. Suasana yang berbeda inilah yang dapat meninggi-rendahkan empati seorang anak. e. Komunikasi dan Bahasa sangat mempengaruhi seseorang dalam mengungkapkan dan menerima empati. Ini terbukti dalam penyampaian atau penerimaan bahasa yang disampaikan dan diterima olehnya. f. Pengasuhan. Lingkungan yang berempati dari suatu keluarga sangat membantu anak dalam menumbuhkan empati dalam dirinya. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang broken home atau dibesarkan dalam kehidupan rumah yang penuh cacian dan makian dan persoalan dapat dipastikan akan menumbuhkan empati buruk pula dalam diri si anak