Dampak dari pembungan limbah padat organik yang berasal dari kegiatan rumah tangga, limbah
padat organik yang didegradasi oleh mikroorganisme akan menimbulkan bau yang tidak sedap
(busuk) akibat penguraian limbah tersebut menjadi yang lebih kecil yang di sertai dengan
pelepasan gas yang berbau tidak sedap. Limbah organic yang mengandung protein akan
menghasilkan bau yang tidak sedap lagi (lebih busuk) karena protein yang yang mengandung
gugus amin itu akan terurai menjadi gas ammonia. Dampak dalam kesehatan yaitu dapat
menyebabkan dan menimbulkan penyakit, potensi bahaya kesehatan yang dapat di timbulkan
adalah: penyakit diare dan tifus, penyakit ini terjadi karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan yang tidak tepat. Penyakit kulit seperti kudis dan kurap. Dampak Limbah
Rumah Tangga bagi Kesehatan
Pembuangan limbah rumah tangga secara sembarangan dapat menimbulkan dampak buruk bagi
kesehatan masyarakat di sekitarnya. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh limbah ini,
yaitu penyakit diare, penyakit tifus, penyakit kolera, penyakit jamur, serta penyakit cacingan.
1. Sebagai permulaan, Anda dapat menyiapkan (setidaknya) dua wadah terpisah untuk setiap
kategori sampah Organik dan Anorganik. Semakin rinci Anda mengelompokkan sampah,
semakin baik. Namun bagi seorang pemula, memisahkan antara sampah organik dan sampah
anorganik merupakan awal yang baik.
2. Jangan lupa untuk mengosongkan, membilas, dan mengeringkan sampah anorganik Anda
sebelum membuangnya ke tempat sampah.
1. Sampah Organik adalah jenis sampah yang mudah membusuk atau mudah terurai
seperti
- Sisa makanan
- Sampah sayuran dan buah-buahan
- Dedaunan pohon
- Karton
- kertas
Sampah organic dapat di buang di tempat pembuangan akhir atau menggunakan alat
pembakar limbah organic, makanan sisa dapat dijadikan sebagai makanan hewan
ternak ataupun diolah lagi menjadi campuran pupuk yang baik untuk menyuburkan
tanaman
2. Sampah anorganik adalah jenis sampah susah terurai terurai, bahkan ada beberapa jenis
yang membutuhkan waktu hingga 500 tahun untuk terurai sepenuhnya, contoh sampah
anorganik adalah logam, kaleng, plastik, kaca, Styrofoam
Untuk mengelola sampah non-organik tidak disarankan membuangnya sembarangan,
membakar, atau menguburnya di tanah karena akan mencemari lingkungan. Beberapa cara
mengelola sampah non-organik yang lebih ramah lingkungan adalah:
- Seleksi sampah yang dapat digunakan kembali. Misalnya, toples bekas selai dapat
dijadikan tempat pensil atau penyimpanan bahan makanan lain.
- Pisahkan sampah non-organik berdasarkan jenisnya dan salurkan atau buang melalui:
pemulung atau bank sampah yang tersedia.
- Sampah non-organik seperti kaca, fiberglass, plastik, ban, dan komponen aluminium
dapat dibawa ke pabrik produksinya masing-masing untuk diolah kembali menjadi
produk baru.