Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

KEPERAWATAN JIWA

OLEH :

ASRI (2118044)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2020
1. Jelaskan kriteria sehat jiwa?

 1.Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk.
 2.Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
 3.Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
 4.Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
 5.Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan.
 6.Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
 7.Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari.
 8.Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif

2.sebutkan faktor yang menyebabkan gangguan jiwa?

 1.Faktor somatik (somatogenik), yakni akibat gangguan pada neuroanatomi,


 neurofisiologi, dan neurokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan
 organik, serta faktor pranatal dan perinatal.
 2.Faktor psikologik (psikogenik), yang terkait dengan interaksi ibu dan anak, peranan
 ayah, persaingan antarsaudara kandung, hubungan dalam keluarga, pekerjaan,
 permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi,
 konsep diri, dan pola adaptasi juga akan memengaruhi kemampuan untuk menghadapi
 masalah. Apabila keadaan ini kurang baik, maka dapat mengakibatkan kecemasan,
 depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan.
 3.Faktor sosial budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh
 anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi
 prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh
 rasial dan keagamaan

3.setiap manusia memiliki mekanisme koping, jelaskan jenis mekanisme koping yg anda ketahui?

 Fantasi: Memuaskan keinginan yang terhalang dengan prestasi dan khayalan.


 Penyangkalan: Melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tak menyenangkan, dengan
menolak menghadapi hal itu, sering dengan melarikan diri seperti menjadi sakit atau
kesibukan dengan hal-hal lain.
 Rasionalisasi: Berusaha membuktikan bahwa perilakunya itu masuk akal dan dapat
dibenarkan sehingga dapat di setujui oleh diri sendiri dan masyarakat.
 Identifikasi: Menambah rasa harga diri, dengan menyamakan dirinya dengan orang atau
institusi yang mempunyai nama
 Introyeksi: Menyatukan nilai dan norma luar dengan sturktur egonya sehingga individu tidak
tergantung pada belas kasihan, hal-hal itu yang dirasakn sebagai ancaman luar.
 Represi: Mencegah pikiran yang menyakitkan atau berbahaya masuk ke alam sadar.
 Regresi : Mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah, dengan respon yang kurang
matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang.
 Proyeksi: menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik.
 Penyusunan reaksi: Mencegah keinginan yang berbahaya, bila di ekspresikan dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan.
 Sublimasi: Mencari pemuasan atau menghilangkan keinginan sexual dalam kegiatan non
sexual
 Kompensasi: Menutupi kelemahan, dengan menonjolkan sifat yang dinginkan atau
pemuasan secara berlebihan dalam suatu bidang karena mengalami frustasi dalam bidang
lain.
 Salah pindah: Melepaskan perasaan yang terkekang, biasanya permusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi itu.
 Pelepasan: Menebus dan dengan demikian meniadakan keinginan atau tindakan yang tak
bermoral.
 Penyekatan emosional: Mengurangi keterlibatan ego dan menarik diri menjadi pasif untuk
melindungi diri sendiri dari kesakitan.
 Isolasi: memutuskan pelepasan afektif karena keadaan yang menyakitkan atau memisahkan
sikap-sikap yang bertentangan, dengan tembok-tembok yang tahan logika.
 Simpatisme: berusaha memperoleh simpati dari orang lain dan demikian menyokong rasa
harga diri, meskipu  gagal.
 Pemeranan: Menurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh keinginan yang terlarang,
dengan membiarkan ekspresinya.

4.jelsakan tahapan proses kehilangan?

 Tahap Penyangkalan (Denial)


Reaksi awal seorang individu ketika mengalami kehilangan adalah tidak percaya, syok, diam,
terpaku, gelisah, bingung, mengingkari kenyataan, mengisolasi diri terhadap kenyataan,
serta berperilaku seperti tidak terjadi apa-apa dan pura-pura senang.
 Tahap Marah (Anger)
Tahap kedua seseorang akan mulai menyadari tentang kenyataan kehilangan. Perasaan
marah yang timbul terus meningkat, yang diproyeksikan kepada orang lain atau benda di
sekitarnya. Reaksi fisik menunjukkan wajah memerah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, dan
tangan mengepal.
 Tahap Penawaran (Bargaining)
Setelah perasaan marah dapat tersalurkan, individu akan memasuki tahap tawar-menawar.
Ungkapan yang sering diucapkan adalah “....seandainya saya tidak melakukan hal tersebut..
mungkin semua tidak akan terjadi ......” atau “misalkan dia tidak memilih pergi ke tempat
itu ... pasti semua akan baik-baik saja”, dan sebagainya.
 Tahap Depresi
Tahap depresi merupakan tahap diam pada fase kehilangan. Pasien sadar akan penyakitnya
yang sebenarnya tidak dapat ditunda lagi. Individu menarik diri, tidak mau berbicara dengan
orang lain, dan tampak putus asa. Secara fisik, individu menolak makan, susah tidur,
letih,dan penurunan libido.
 Tahap Penerimaan (Acceptance)
Tahap akhir merupakan organisasi ulang perasaan kehilangan. Fokus pemikiran terhadap
sesuatu yang hilang mulai berkurang. Penerimaan terhadap kenyataan kehilangan mulai
dirasakan, sehingga sesuatu yang hilang tersebut mulai dilepaskan secara bertahap dan
dialihkan kepada objek lain yang baru. Individu akan mengungkapkan, “Saya sangat
mencintai anak saya yang telah pergi, tetapi dia lebih bahagia di alam yang sekarang dan
saya pun harus berkonsentrasi kepada pekerjaan saya.........”

Anda mungkin juga menyukai