Anda di halaman 1dari 17

IDENTIFIKASI DAMPAK COVID 19 TERHADAP

PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BONTANG

FADIL ASHARI EKA SAPUTRA (2118028)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dunia saat ini sedang dilanda sebuah kejadian luar biasa, sebuah virus
yang pertama kali ditemukan pada Desember 2019 di kota Wuhan, China
menjadi pandemik yang melanda seluruh dunia. Virus ini diidentifikasikan
sebagai jenis Betacoronavirus jenis baru yang pada akhirnya diberi nama 2019
Novel Coronavirus (2019-nCoV) (Burhan et al, 2020), yang pada bulan Februari
World Health Organization (WHO) dengan resmi memberi nama virus baru
tersebut yaitu Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2)
dan nama penyakitnya dikenal sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19)
(WHO, 2020). Virus ini menyerang saluran pernapasan pada manusia yang
menyebabkan gejala seperti pneumonia pada umumnya dan memerlukan
penanganan secepatnya.Penyebaran virus ini sangat cepat terjadi setiap harinya
karena sifatnya yang menyebar melalui droplet. Secara global WHO mencatat
sampai hari ini pada tanggal 06 Januari 2021 penyebaran kasus positif yang
terkonfirmasi sudah mencapai 216 negara di seluruh dunia dengan jumlah kasus
sebanyak 86,959,943 kasus yang terkonfirmasi, dengan jumlah kematian pasien
sebanyak 1,878,707 orang dan pasien sembuh sebanyak 61,674,119 orang. 3
Negara dengan kasus tertinggi yang terkonfirmasi adalah dari Negara Amerika
dengan jumlah sebanyak 21,579,641 kasus, kemudian India sebanyak
10,375,478 kasus dan Brazil sebanyak 7,812,007 kasus (WHO Coronavirus
Disease (COVID-19) (Dashboard, 2020).
Di Indonesia sendiri setiap harinya terus menerus mengalami peningkatan
kasus positif Covid 19. Menurut laporan dari Satuan Gugus Tugas Percepatan
Penangangan Covid 19 dalam laman resminya mencatat sampai hari ini 06
Januari 2021 sebanyak 180,646 kasus positif yang terkonfirmasi di seluruh
wilayah Indonesia dimana 112,593 orang diantaranya dalam perawatan.
Sementara itu jumlah kematian pasien Covid 19 tercatat sebanyak 23,296 orang
dan jumlah pasien yang sembuh sebanyak 652,513 orang (Gugus Tugas Covid
RI, 2020)
Berdasarkan data tersebut ditemukan informasi yang sangat mengejutkan
dimana presentasi tertinggi kasus postif covid 19 ini terdapat pada pasien
dengan rentang umur antara 31-45 tahun, akan tetapi kasus kematian tertinggi
terjadi pada pasien dengan umur >60 tahun. Data diatas menunjukanbahwa
lansia yang menderita covid 19 memiliki tingkat kematian yang tinggi
dibandingkan dengan pasien yang usianya lebih muda (Liu et al, 2020).
Hal tersebut dikarenakan proses penuaan disertai dengan berbagai
kerentanan seperti kerentanan psikologis, sosial, dan lingkungan, sehingga
kerentanan tersebut membawa risiko berbagai macam infeksi dan penurunan
respons imun. Selain itu, lansia memiliki resiko tinggi menderita penyakit
penyerta sebelumya dan peningkatan rawat inap yang meningkatkan
kemungkinan tertular infeksi selama pandemi Covid 19 ini.. (Banerjee, 2020).
Penyebab tingginya tingkat kematian pada lansia dikarenakan penyakit serius
yang diderita pasien sebelumnya seperti dipsneau, limfositopenia, penyakit
kardovaskular, penyakit paru obstruksi kronis dan sindrom gangguan pernapasan
akut (Wang et al, 2020).Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fang, Karakiulakis &
Roth (2020) menyatakan bahwa Hipertensi dan Diabetes mellitus menjadi
penyakit komorbid terbanyak penyebab kematian pada pasien yang terinfeksi
Covid 19 dengan presentasi kasus masing-masing sebesar 23,7% dan 16,2%. Di
Indonesia sendiri menurut data dari Satuan Gugus Tugas
Percepatan Penangangan Covid 19 RI menyebutkan bahwapenyakit penyerta
pada pasien penderita covid 19 yang diderita terbanyak adalah Hipertensi dan
Diabetes Mellitus (DM), dengan presentase masing-masing kasus sebanyak
51,1% untuk Hipertensi dan 34,8% untuk DM, kemudian diikuti data penyakit
penyerta lain yang muncul diantaranya penyakit jantung (18,5%), penyakit paru
obstruktif kronis (8,5%), ginjal (5,6%) dan kanker (1,5%) (Gugus Tugas Covid
RI, 2020).
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan yang persisten atau
intermiten tekanan darah arteri sistoliksama dengan atau di atas 140 mm Hg
atau tekanan diastolik sama dengan atau di atas 90 mm Hg, sedangkan Diabetes
Mellitus (DM) merupakan gangguan kronis metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak dimana terdapat perbedaan antara jumlah insulin yang dibutuhkan tubuh
dan jumlah insulin yang tersedia (Sommers, 2018). Riskesdas tahun 2018
menjelaskan bahwa penderita Hipertensi di Indonesia mayoritas berusia diatas
65 tahun dan penderita DM mayoritas berusia diatas 60 tahun. (Riskesdas,
2018). Lansia yang terinfeksi Covid 19 dan memiliki riwayat penyakit hipertensi
dan diabetes mellitus akan berpeluang tinggi mengalami sindrom gagal nafas
akut (Schiffrin et al, 2020).Penelitian ini merupakan penelitian tinjauan pustaka
dengan melakukan pencarian menggunakan basis data penelitian keperawatan
atau kesehatan yaitu Pro Quest,Pubmed,dan Elsevier,kondisi klinis dan
psikologis”, denganbantuan ceklis PRISMA 2009 dalam penelusuran jurnal. Jurnal
yang di review merupakan terbitan dari 5 tahun terakhir. Literature Review ini di
sintesis menggunakan metode naratif dengan mengelompokkan data-data hasil
ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan
metode. Kriteria Inklusi pada penelitian ini diantaranya adalahmenggunakan
Jenis desain penelitian retrospective study, Sistematic Review dan case-control
study
Dilakukan penelitian di rumah sakit umum daerah (RSUD) di daerah bontang
peneliti mendiagnosa pasien hipertensi, kita bisa menggunakan beberapa cara
yaitu kita lakukan anamnesis untuk mengetahui gejala yang dirasakan oleh
pasien, setelah itu kita melakukan pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan tekanan
darah dengan menggunakan sfigmomanometer. Dalam pengukuran
tekanandarah sebaiknya pasien diposisikan berbaring terlentang, kedua kaki
lurus dengan posisi kedua tangan lurus berada badan dan sejajar dengan
jantung. Pengukurang dilakukan sebanyak 2 kali dengan jeda 1-2 menit, lalu
gunakan rata-rata ke-2 pengukuran.
Menurut penulis, COVID-19 di tularkan melaluidroplet ,dan tidak dapat menular
lewatudara. Virus ini memilikimasa inkubasi hingga 2-14 hari.COVID-19 memiliki
gejala yang berbeda-beda, keluhanyang paling umum dirasakan demam
(>380C), sesak napas,batuk. Dan biasanya timbul gejala penyerta seperti diare,
mialgia.Untuk mencegah dan mengurangi penyebaran infeksikita dapat
melakukan hal seperti mencuci tangan dengan benar menggunakan air bersih
yang mengalir dan,menerapkan etika batukdan bersin, hindari kontak langsung
dengan orang yang memiliki gejala seperti batuk dan bersin.Faktor risiko dari
infeksi COVID-19 adalah hipertensi, jenis kelamin laki-laki,diabetes melitus, dan
perokok aktif. Pada pasien hipertensi, diabetes melitus, dan perokok, diduga
terjadipeningkatan ekspresi reseptor ACE2.Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk menghindari risiko umum penularan infeksi yaitu menghindari kontak
langsung dengan
penderita infeksi pernapsan akut, rajin mencuci tangan dengan benar dan
menggunakan sabun, terutama apabila tidak sengaja berinteraksi langsung
dengan orang yang sakit, menghindari kontak dengan hewan liat atau
peternakan, penderitapenyakitpernapasan akut wajib mengetahui tata cara batuk
seperti atur jarakpada saat batuk, ketika bersinatau batukharus menutup
danmenggunakan pakaianatau tisusekali pakai dansegara mungkimencuci
tangan.
Oleh karena itu peneliti menarik untuk meneliti tentang “IDENTIFIKASI DAMPAK
COVID 19 TERHADAP PENDERITA HIPERTENSI” di wilayah kerja rumah sakit
umum daerah bontang.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini
apakah ada “Dampak covid 19 terhadap penderita hipertensi di rumah sakit
umum daerah bontang”
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dampak apa saja yang terjadi pada penderita hipertensi
yang terkena covid 19 di rumah sakit umum daerah bontang.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui tingkat keparahan dari dampak covid 19 bagi penderita
covid 19 di rumah sakit umum daerah bontang
D. Manfaat penelitian
1. Bagi mahasiswa keperawatan
Hasil dari penelitian berguna bagi peneliti untuk menambah wawasan atau
pengetahuan peneliti, dan sebagai data penelitian selanjutnya serta literatus
bagi mahasiswa keperawatan
2. Bagi pelayanan kesehatan
Sebagai informasi untuk mengetahui dampak yang bisa terjadi kepada
penderita hipertensi yang terpapar covid 19
3. Bagi institusi pendidikan
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
dampak covid 19 terhadap penderita hipertensi
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Tinjauan umum covid 19

1. Definisi
SARS-CoV-2 adalah anggota keluarga Coronaviridae dan memesan Nidovirales.
Keluarga terdiri dari dua subfamili, Coronavirinae dan Torovirinae dan anggota
subfamili Coronavirinae dibagi lagi menjadi empat genera:
(a) Alphacoronavirus mengandung human coronavirus (HCoV) -229E dan HCoV-
NL63
(b) Betacoronavirus termasuk HCoV-OC43, Severe Acute Respiratory Syndrome
human coronavirus (SARS-HCoV), HCoV-HKU1, dan virus korona sindrom
pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV)
(c) Gammacoronavirus termasuk virus ikan paus dan burung dan
(d) Deltacoronavirus termasuk virus yang diisolasi dari babi dan burung.
SARS-CoV-2 milik Betacoronavirus bersama dengan dua virus yang sangat
patogen, SARS-CoV dan MERS-CoV. SARS-CoV-2 adalah virus RNA untai tunggal
(+ ssRNA) yang terbungkus dan sense positif.
SARS-CoV-2 dianggap sebagai virus Betacorona baru yang menginfeksi manusia.
Analisis filogenetik dari genom SARS-CoV-2 menunjukkan bahwa virus tersebut
terkait erat (dengan 88% identitas) dengan dua virus korona mirip SARS yang
diturunkan dari kelelawar yang dikumpulkan pada tahun 2018 di Tiongkok timur
(kelelawar-SL-CoVZC45 dan kelelawar-SL-CoVZXC21 ) dan secara genetik
berbeda dari SARS-CoV (dengan sekitar 79% kesamaan) dan MERS-CoV.
Menggunakan urutan genom SARS-CoV-2, RaTG13, dan SARS-CoV, studi lebih
lanjut menemukan bahwa virus lebih terkait dengan BatCoV RaTG13, virus
korona kelelawar yang sebelumnya terdeteksi di Rhinolophus affinis dari Provinsi
Yunnan, dengan 96,2% identitas urutan genom keseluruhan. Sebuah studi
menemukan bahwa tidak ada bukti peristiwa rekombinasi yang terdeteksi dalam
genom SARS-CoV-2 dari virus lain yang berasal dari kelelawar seperti BatCoV
RaTG13, SARS-CoV dan SARSr-CoVs. Secara keseluruhan, temuan ini
menunjukkan bahwa kelelawar mungkin merupakan inang asli dari virus ini
2. Factor resiko
Insiden infeksi SARS-CoV-2 terlihat paling sering pada pasien pria dewasa
dengan usia rata-rata pasien antara 34 dan 59 tahun. SARS-CoV-2 juga lebih
mungkin untuk menginfeksi orang dengan penyakit penyerta kronis seperti
penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular dan diabetes. Proporsi tertinggi
kasus parah terjadi pada orang dewasa ≥60 tahun, dan pada mereka dengan
kondisi tertentu yang mendasari, seperti penyakit kardiovaskular dan
serebrovaskular dan diabetes. Manifestasi yang parah mungkin juga terkait
dengan infeksi bakteri dan jamur.
Lebih sedikit kasus COVID-19 telah dilaporkan pada anak-anak kurang dari 15
tahun. Dalam sebuah penelitian terhadap 425 pasien COVID-19 di Wuhan, yang
diterbitkan pada 29 Januari, tidak ada kasus pada anak di bawah usia 15 tahun.
Namun demikian, 28 pasien anak telah dilaporkan pada Januari 2020. Gambaran
klinis pasien anak yang terinfeksi bervariasi, tetapi sebagian besar memiliki
gejala ringan tanpa demam atau pneumonia, dan memiliki prognosis yang baik.
Studi lain menemukan bahwa meskipun seorang anak memiliki kekeruhan paru-
paru kaca dasar radiologis, pasien tidak menunjukkan gejala. Singkatnya, anak-
anak mungkin lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi atau, jika terinfeksi,
manifestasi yang lebih ringan daripada orang dewasa. Oleh karena itu, ada
kemungkinan bahwa orang tua mereka tidak akan mencari pengobatan yang
menyebabkan perkiraan kejadian COVID-19 yang diremehkan pada kelompok
usia ini.
3. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis infeksi 2019-nCoV memiliki kemiripan dengan SARS-CoV di
mana gejala yang paling umum antara lain demam, batuk kering, dispnea, nyeri
dada, kelelahan dan mialgia. Gejala yang kurang umum termasuk sakit kepala,
pusing, sakit perut, diare, mual, dan muntah. Berdasarkan laporan dari 425
kasus pertama yang dikonfirmasi di Wuhan, gejala yang umum terjadi antara lain
demam, batuk kering, mialgia dan kelelahan yang kurang umum adalah produksi
dahak, sakit kepala, hemoptisis, sakit perut, dan diare. Sekitar 75% pasien
mengalami pneumonia bilateral. Berbeda dari infeksi SARS-CoV dan MERS-CoV,
namun, sangat sedikit pasien COVID-19 yang menunjukkan tanda dan gejala
saluran pernapasan bagian atas yang menonjol seperti rinorea, bersin, atau sakit
tenggorokan, menunjukkan bahwa virus mungkin memiliki preferensi yang lebih
besar untuk menginfeksi. saluran pernapasan bagian bawah. Wanita hamil dan
tidak hamil memiliki karakteristik yang serupa. Presentasi klinis umum dari infeksi
2019-nCoV .
4. Komplikasi
Komplikasi berat seperti hipoksemia, ARDS akut, aritmia, syok, cedera jantung
akut, dan cedera ginjal akut telah dilaporkan di antara pasien COVID-19,.
Sebuah studi di antara 99 pasien menemukan bahwa sekitar 17% pasien
mengembangkan ARDS dan, di antara mereka, 11% meninggal karena
kegagalan beberapa organ. Durasi rata-rata dari gejala pertama hingga ARDS
adalah 8 hari.

B. Tinjauan umum hipertensi


1. Definisi
Definisi hipertensi tidak berubah sesuai dengan umur: tekanan darah sistolik
(Sistolik) > 140 mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik (Diastolik) > 90 mmHg.
The joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
treatment of High Bloodpressure (JNC VI) dan WHO/lnternational Society of
Hypertension guidelines subcommittees setuju bahwa TDS & keduanya
digunakan untuk klasifikasi hipertensi. Hipertensi sistolodiastolik didiagnosis bila
Sistolik 140 mmhg dan Diastolik 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi (HST)
adalah bila Sistolik 140 mmHg dengan Diastolik < 90 mmHg.
2. Epidemiologi
Walaupun peningkatan tekanan darah bukan merupakan bagian normal dari
ketuaan, insiden hipertensi pada lanjut usia adalah tinggi. Setelah umur 69
tahun, prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%. Pada tahun 1988-1991
National Health and Nutrition Examination Survey menemukan prevalensi
hipertensi pada kelompok umur 65-74 tahun sebagai berikut: prevalensi
keseluruhan 49,6% untuk hipertensi derajat 1 (140-159/90-99 mmHg), 18,2%
untuk hipertensi derajat 2 (160-179/100-109 mmHg), dan 6.5% untuk hipertensi
derajat 3 (>180/110 mmHg). Prevalensi HST adalah sekitar berturut-turut 7%,
11%, 18% dan 25% pada kelompok umur 60-69, 70-79, 80-89, dan diatas 90
tahun. HST lebih sering ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki.4 Pada
penelitian di Rotterdam, Belanda ditemukan: dari 7983 penduduk berusia diatas
55 tahun, prevalensi hipertensi (160/95 mmHg) meningkat sesuai dengan umur,
lebih tinggi pada perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%).5 Di Asia,
penelitian di kota Tainan, Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian
pada usia diatas 65 tahun dengan kriteria hipertensi berdasarkan JNVC,
ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki 59,1% dan perempuan
61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1% (laki-laki
29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi yang baru terdiagnosis adalah 29,3%
(laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Pada kclompok ini, adanya riwayat
keluarga dengan hipertensi dan tingginya indeks masa tubuh merupakan faktor
risiko hipertensi.Ditengarai bahwa hipertensi sebagai faktor risiko pada lanjut
usia. Pada studi individu dengan usia 50 tahun mempunyai tekanan darah
sistolik terisolasi sangat rentan terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler
3. Patofisiologi
Baik sistolik maupun diastolik meningkat sesuai dengan meningkatnya umur.
Sistolik meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan
Diastolik meningkat samapi umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung
menetap atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin
mencerminkan adanya pengakuan pembuluh darah dan penurunan kelenturan
(compliance) arteri dan ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai
dengan umur.Seperti diketahui, takanan nadi merupakan predictok terbaik dari
adanya perubahan struktural di dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi pada
lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari ketuaan normal terhadap
sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik.
Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas
pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan
compliance aorta dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan pcningkatan
TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi
vaskuler perifer. Sensitivitas baroreseptor juga berubah dengan umur.
Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat menerangkan adanya
variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan terus menerus.4,8
Penurunan sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan refleks
postural, yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi hipotensi
ortostatik. Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik- dan
vasokonstriksi adrenergik-aakan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan
selanjutnya mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan
tekanan darah. Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi
juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Walaupun ditemukan penurunan
renin plasma dan respons renin terhadap asupan garam, sistem renin-
angiotensin tidak mempunyai peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia.
Perubahan-perubahan di atas bertanggung jawab terhadap penurunan curah
jantung (cardiac output), penurunan denyut jantung, penurunan kontraktilitas
miokard, hipertrofi ventrikcl kiri, dan disfungsi diastolik. Ini menyebabkan
penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi
glomerulus.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka konseptual
Kerangka konsep pada penelitian ini adalah untuk mengindetifikasi dampak covid
19 terhadap penderita hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Bontang (RSUD
Bontang).

Variable independen variable dependen

Penderita
Dampak covid 19
hipertensi

Keterangan :

: variable independent

: variable dependen

: garis penghubung variable

B. Definisi operasional

no Variable Cara ukur Hasil ukur skala


penelitian

1 Covid 19 Orang yang .


dengan
salah satu
gejala/tand
a ISPA dan
pada 14
hari terakhir
sebelum
timbul
gejala
memiliki
riwayat
kontak
dengan
kasus
konfirmasi
covid
hipertensi kondisi Data Hipertensi ordinal
seseorang sekunder tingkat 1
yang (TDS 140-
memiliki 159 mmHg;
tekanan TDD 90-99
darah mmHg)2.
sistolik lebih Hipertensi
dari 140 tingkat 2
mmHg dan (TDS ≥160
diastolik mmHg;
lebih dari TDD ≥100
90mmHg mmHg)
atau
keduanya.
C. Rancangan/ desain penelitian
Desain penilitian yang digunakan adalahDesain penelitian analitik observasional,
dengan pendekatan Cross Sectional. Yaitu metode pengambilan data dimana
variable covid 19 dan variable hipertensi yang diteliti dalam waktu bersamaan

Populasi dan sampel


1. Populasi
Pada penelitian yang dilkukan ini adalah pada penderita hipertensi yang terpapar
covid 19 di rumah sakit umum daerah bontang (RSUD Bontang) dengan jumlah
25 populasi
2. Sampel
Sampel yang dilakukan Dengan jumlah 15 responden
a. Kriteria inklusi
1) Usia 40-65 tahun
2) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
Ppasien yang memiliki riwayat hipertensi yang terpapar covid 19

D. Waktu dan tempat penelitian


1. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 05 maret- 20 april 2021
2. Tempat penilitian
Di tempat rawat inap rumah sakit umum daerah bontang

E. Instrument penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Responden
dalam penelitian ini adalah pasien positif Covid berdasarkan pemeriksaan Rapid
Test.

F. Teknik pengumpulan data


Data yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, sebagai
berikut:
1. Data primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan
pasien/responden pada kusuoner penelitian yang telah disiapkan
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari data yang diperoleh oleh pihak rumah sakit
umum daerah bontang

G. Pengelolahan data
1. Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan
memeriksa kelengkapan data, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
menganalisa dan pengolahan
2. coding
Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari
responden kedalam kategori tertentu. Klasifikasi dilakukan dengan cara
memberikan kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.Pemberian
kode ini bertujuan untuk mempermudahkan peneliti dalam pengklasifikasian
serta dalam pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
3. Tabulasi data
Tabullatingmerupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden dengan
cara tertentu. Peneliti melakukan tabulasi dengan memasukkan data kedalam
tabel yang telah dibuat. Peneliti menggunakan program komputeruntuk
memudahkan dalam proses tabulasi. Selanjutnya data dihitung untuk
mengetahui distribusi frekuensinya.

H. Teknik analisa data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat.
Analisa univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu
variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian.Analisa
univariat dilakukan untuk menganalisa tiap variabel dari suatu penelitian dan
berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sehingga kumpulan
data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.Variabel yang dianalisis
adalah karakteristik responden (usia, tingkat pendidikan, pekerjaan,dan kategori
hipertensi) serta gaya hidup penderita hipertensi dalam bentuk table distribusi
frekuensi

I. Etika penelitian
Pengambilan data yang dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian, yaitu
1. Respectto Person / Autonomy
Respect to Person / Autonomy merupakan menghormati hak-hak yang dimiliki
responden. Peneliti memberikan lembar persetujuan dan penjelasan mengenai
prosedur pengambilan data. Lembar persetujuan adalah cara persetujuan antara
peneliti dan responden dengan cara memberikan lembar persetujuan sebelum
dilakukan penelitian. Peneliti menjelaskan secara singkat mengenai tujuan
penelitian, lalu memberikan lembar persetujuan kepada responden dan
responden yang bersedia menandatangani lembar persetujuan tersebut. Peneliti
memberikan jaminan perlindungan pada responden tentang kerugian atau
penyalahgunaan penelitian.
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan merupakan etika penelitian dengan cara menjamin kerahasiaan dari
hasil penelitian baik informasi yang diberikan secara lisan maupun tertulis pada
lembar kuesioner. Data dan informasi yang ditampilkan dalam laporan penelitian
hanya berupa kode responden dan jawaban dari kuesioner. Peneliti meminta
responden untuk tidak mencantumkan nama pada lembar kuesioner, namun
menggunakan kode
yang telah disiapakan peneliti. Etika anonymityini bertujuan untuk menjaga
privasi responden.
3. Bermanfaat (Beneficence)
Prinsip bermanfaat yaitu menyangkut kewajiban membantu dan tidak merugikan
responden. Penelitian dilakukan dengan mengupayakan manfaat yang maksimal
dengan kerugian yang minimal. Peneliti tidak melakukan hal-hal yang berbahaya
bagi responden penelitian.
4. Keadilan (Justice)
Peneliti memberikan perlakuan yang sama pada setiap responden tanpa
membeda-bedakan satu dengan lainnya. Setiap responden diperlakukan sama
dan tidak diskriminatif dalam memperoleh haknya. Prinsip etika keadilan
termasuk keadilan distributif yang mempersyaratkan pembagian seimbang
antara beban dan bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai