Anda di halaman 1dari 16

Kata Sulit

1. Depresi diartikan sebagai keadaan aktivitas fungsional yang merendah atau menurun, dalam
psikiatri, suatu kesedihan yang tidak wajar, dejeksi, atau melankoli.
Sumber : Dorland N. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi ke 28. Mahode AA, editor.
Jakarta: EGC; 2011. hal 301
2. Syok atau renjatan dapat diartikan sebagai keadaan terdapatya pengurangan yang sangat besar
dan tersebar luas pada kemampuan pengangkutan oksigen serta unsur- unsur gizi lainnya secara
efektif ke berbagai jaringan sehingga timbul cidera seluler yang mula- mula reversible dan
kemudian bila keadaan syok berlangsung lama menjadi irreversible.(Isselbacher, dkk, 1999, hal
218)
Sumber : Isselbacher, et all, 1999, Prinsip- prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC Jakarta
3. Stress diartikan sebagai pemaksaan pengaruh tekanan , reaksi biologis terhadap setiap
rangsangan yang merugikan, fisik, mental atau emosional, internal atau eksternal, yang
cenderung mengganggu homeostasis organisme; juga rangsangan yang mendatangkan reaksi.
Sumber : Dorland N. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi ke 28. Mahode AA, editor.
Jakarta: EGC; 2011. hal 1025
4. Loss atau kehilangan adalah kenyataan atau situasi yang mungkin terjadi sesuatu yang
dihadapi, dinilai terjadi perubahan, tidak lagi memungkinkan ada atau pergi/hilang. Dapat
dikatakan juga sebagai suatu kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan atau tidak ada
sesuatu yang dulunya ada. Griefing atau berduka adalah respon emosi yang diekspresikan
terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur, dan lain-lain.
Sumber : Audrey Berman, Shirlee Synder, 2016

Pertanyaan
1. Bagaimana perawatan yang cocok diberikan pada ny. Mei ketika belum menerima kenyataan
sesuai kasus dan psikoterapi atau terapi modalitas apa yang cocok untuk pasien?
 Terapi Supportif : Digunakan untuk membantu pasien yang mengalami distress
emosional. Tujuannya untuk mengevaluasi situasi kehidupan pasien saat ini, beserta
kekuatan dan kelemahannya, agar dapat membantu pasien melakukan perubahan realistik
yang memungkinkan agar kondisi semakin membaik.
 Terapi kognitif perilaku : Mengajak pasien untuk mengidentifikasi perilaku yang salah
pada saat itu, membatu menyadarkan hal yang benar terjadi pada saat itu.
 Terapi okupasi Adalah suatu ilmu untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki diri seseorang.
Jenis terapi okupasi :

1). Waktu luang Aktifitas mengisi waktu luang adalah aktifitas yang dilakukan pada
waktu luang yang bermotifasi dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta
mengalihkan perhatian pasien. Aktifitas tidak wajib yang pada hakikatnya kebebasan
beraktifitas. Ada pun jenis-jenis aktifitas waktu luang seperti menjelajah waktu luang
(mengidentifikasi minat, keterampilan, kesempatan, dan aktifitas waktu luang yang
sesuai) dan partisipasi waktu luang (merencanakan dan berpartisipasi dalam aktifitas
waktu luang yang sesuai, mengatur keseimbangan waktu luang dengan kegiatan yang
lainnya, dan memperoleh, memakai, dan mengatur peralatan dan barang yang sesuai.
Sumber: Zaini. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial. Yogyakarta.
Depublisher
2. Fase apa yang terjadi pada ny. Mei ?
a. Fase peningkatan
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau
mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan “tidak”,
saya tidak percaya itu terjadi atau itu tidak mungkin terjadi.
b. Fase marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan
individu menunjukan rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain
atau pada dirinya sendiri.
c. Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju
ke fase tawar menawar dengan memohon kemurahan kepada tuhan.
d. Fase depresi
Pada fase ini individu sering menunjukan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien
sangat penurut, tidak mau bicara, manyatakan keputusan, perasaan tidak berharga, dan
sebagainya.
e. Fase penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang yang selalu
berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang sampai hilang.
Sumber : Prabowo, E. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa . Yogyakarta : Nuha Medika .
3. Apa saja jenis2 lost and grief ?
Jenis jenis Kehilangan
1. Kehilangan Objek external (Misalnya, Kehilangan karena kecurian atau kehancuranakibat
bencana alam).
2. Kehilangan lingkungan yang di kenal (Misalnya, kehilangan karena berpindah rumah, dirawat
di rumahsakit, atau berpindah pekerjaan).
3. Kehilangan sesuatu atau individu yang berarti ( Actual Loss) (Misalnya, kehilangan orang
yang di percaya, atau kehilangan binatang peliharaan).
4. Kehilangan suatu aspek diri (Loss Of Self) (Misalnya, Kehilangan anggota tubuh dan fungsi
psikologis atau fisik).
5. Kehilangan Hidup (Misalnya Kehilangan karena kematian anggota keluarga, teman dekat, atau
diri sendiri).
Sumber: Buku Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan edisi 2. Oleh Musrifatul
Uliyah dan A. Aziz Alimul Hidayat. Tahun 2009
Jenis-jenis Berduka
1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan.
Misalnya Kesedihan,Kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktivitas untuk
sementara.
2. Berduka antisipatif, yaitu proses’melepaskan diri’ yng muncul sebelum kehilangan atau
kematian yang sesungguhnya terjadi.Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang
akan memulai proses perpisahan dan menyesuaikan beragai urusan didunia sebelum ajalnya tiba
3. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya,yaitu
tahap kedukaan normal.Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat
mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4. Berduka tertutup, yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara
terbuka.Contohnya:Kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian orang tua tiri,
atau ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
Sumber : Buku Panduan Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan 1, Oleh. Yulrina
Ardhiyanti. S.K.M,. M.Kes,. Risa Fitriani, S. S.T., M.Kes. tahun 2012
4. Askep pada kasus?
Gejala dan Tanda Mayor
1. Subjektif
 Merasa sedih
 Merasa bersalah atau menyalahkan orang lain
 Tidak menerima kehilangan
 Merasa tidak ada harapan
2. Objektif
 Menangis
 Pola tidur berubah
 Tidak mampu berkonsentrasi
Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif
 Mimpi buruk atau pola mimpi berubah
 Merasa tidak berguna
 Fobia
2. Objektif
 Marah
 Panik
 Fungsi imunitas terganggu
Kondisi Klinis Terkait
1. Kematian anggota keluarga atau orang terdekat
2. Amputasi
3. Cedera medula spinalis
4. Kondisi kehilangan perinatal
5. Penyakit terminal (semisal kanker)
6. Putus hubungan kerja
Tujuan & Hasil yang Diharapkan
Setelah dilakukan perawatan:
1. Klien mampu menyatakan secara verbal perilaku-perilaku yang berhubungan dengan
tahap-tahap berduka
2. Klien mampu mengakui posisinya sendiri dalam proses berduka
3. Klien mampu secara mandiri menentukan pemecahan masalah berhubungan dengan
kehilangan yang dialaminya
4. Klien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-perilaku yang
berlebihan berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu melaksanakan aktivitas
kehidupannya sehari-hari secara mandiri
Sumber: PPNI (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
5. Apasaja jenis2 mekanisme koping dan dikasus menggunakan jenis mekanisme koping apa ?
(Simpulkan apakan koping nya konstruktif atau destruktif)
 Sumber Koping
Sumber koping meliputi aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan, teknik pertahanan,
dukungan sosial, serta motivasi.
 Mekanisme Koping
Koping mekanisme adalah suatu usaha langsung dalam manajemen stres. Ada tiga tipe
mekanisme koping, yaitu sebagai berikut.
1. Mekanisme koping problem focus Mekanisme ini terdiri atas tugas dan usaha langsung untuk
mengatasi ancaman diri. Contoh: negosiasi, konfrontasi, dan mencari nasihat.
2. Mekanisme koping cognitively focus Mekanisme ini berupa seseorang dapat mengontrol
masalah dan menetralisasinya. Contoh: perbandingan positif, selective ignorance, substitution of
reward, dan devaluation of desired objects.
3. Mekanisme koping emotion focus Pasien menyesuaikan diri terhadap distres emosional secara
tidak berlebihan. Contoh: menggunakan mekanisme pertahanan ego seperti denial, supresi, atau
proyeksi.
4. Mekanisme koping Task oriented reaction adalah berpikir serta mencoba berhati-hati untuk
menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik, dan memberikan kepuasan.
 Jenis-jenis Mekanisme Koping
Mekanisme Koping Keterangan
Supresi Individu secara sadar menolak pikirannya
keluar dari alam sadarnya dan memikirkan hal
yang lain. Supresi tidak begitu berbahaya
karena dilakukan secara sengaja dan individu
mengetahui apa yang dibuatnya.
Penyangkalan (denial) Melindungi diri terhadap kenyataan yang tak
menyenangkan dengan menolak menghadapi
hal itu, yang sering dilakukan dengan cara
melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau
kesibukan lain. Tidak berani melihat dan
mengakui kenyataan yang menakutkan.
Contoh:
• Tutup mata karena takut terhadap sesuatu
yang mengerikan.
• Tidak mau mengakui atau mengerti bahwa ia
mempunyai penyakit menakutkan.
Konstruktif Terjadi ketika kecemasan diperlakukan sebagai
sinyal peringatan dan individu menerima
sebagai tantangan untuk menyelesaikan
masalah.
Rasionalisasi Berusaha membuktikan bahwa perbuatannya
(yang sebenarnya tidak baik) rasional adanya,
sehingga dapat disetujui dan diterima oleh diri
sendiri dan masyarakat.
Contoh:
• Tidak mau bermain bulu tangkis karena
“badan kurang enak“ atau “besok ada ujian”
padahal sebenarnya takut kalah.
Proyeksi Menyalahkan orang lain mengenai
kesulitannya sendiri atau melemparkan kepada
orang lain keinginannya yang tidak baik.
Contoh: • Anak tidak lulus karena guru
sentimen. • Suami berzina karena wanita lain
menggodanya. • Pemain tidak baik
permainannya melihat raketnya.
Regresi Mundur ke tingkat perkembangan yang lebih
rendah, dengan respons yang kurang matang
dan biasanya dengan aspirasi yang kurang.
Contoh:
• Anak yang punya adik lagi. Perilaku
kakaknya menjadi isap jempol atau ngompol
untuk menarik perhatian.
• Orang dewasa bila ingin sesuatu harus segera
terpenuhi, bila tidak akan marah-marah seperti
anak kecil.
• Pengantin baru bila ada kesukaran sedikit saja
dalam keluarga maka lari ke ibu atau orang tua.
Destruktif Menghindari kecemasan tanpa menyelasaikan
konflik.
Sumber: Yusuf. AF, PK. Rizky Fitryasari, Nihayati. H. F. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Salemba Medika. Jakarta
6. Apa saja penyebab seseorang mengalami lost and grief ?
1. Biologi: latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan biologis, kesehatan umum, dan
terpapar racun.
2. Psikologis: kecerdasan, keterampilan verbal, moral, personal, pengalaman masa lalu, konsep
diri, motivasi, pertahanan psikologis, dan kontrol.
3. Sosiokultural: usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar belakang
budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, dan tingkatan sosial.
Sumber: Yusuf. AF, PK. Rizky Fitryasari, Nihayati. H. F. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Salemba Medika. Jakarta
a. Factor predisposisi
Factor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah :
1. Factor genetic
2. Kesehatan jasmani
3. Kesehatan mental
4. Pengalaman kehilangan masa lalu
5. Struktur kepribadian.
Sumber : Prabowo, E. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa . Yogyakarta : Nuha Medika .
7. Terapi yang diberikan pada kasus ?
Tindakan Keperawatan pada Pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Pasien dapat mengenali peristiwa kehilangan yang dialami pasien.
c. Pasien dapat memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya.
d. Pasien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya.
e. Pasien dapat memanfaatkan faktor pendukung.
2. Tindakan
a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Berdiskusi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan, fisik, sosial, dan
spiritual sebelum/sesudah mengalami peristiwa kehilangan serta hubungan antara kondisi saat ini
dengan peristiwa kehilangan yang terjadi).
c. Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami.
1) Cara verbal (mengungkapkan perasaan).
2) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik).
3) Cara sosial (sharing melalui self help group).
4) Cara spiritual (berdoa, berserah diri).
d. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk saling memberikan
pengalaman dengan saksama.
e. Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian.
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di puskesmas.
Sumber: Yusuf. AF, PK. Rizky Fitryasari, Nihayati. H. F. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Salemba Medika. Jakarta
8. Apa peran edukasi yang cocok diberikan pada pasien lost and grief ?
Perawat lebih mengacu pada memunculkan emosi positif melalui cara verbal, aktivitas fisik,
spiritual, dan dukungan sosial yang ada pada klien agar rasa berduka yang dirasakan klien tidak
sampai berlarut-larut sehingga dapat menimbulkan masalah yang lain, seperti depresi,
ketidakberdayaan, harga diri rendah, hingga isolasi sosial.
Sumber : ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A YANG
MENGALAMI STROKE NON- HEMORAGIK DI RUANG RAWAT ANTASENA
RUMAH SAKIT MARDZOEKI MAHDI BOGOR oleh Rosiana Putri (Universitas
Indonesia)
9. Apa faktor pencetus dalam kasus ?
Factor presipitasi Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan,
diantaranya :
1. Kehilangan kesehatan
2. Kehilangan fungsi seksualitas
3. Kehilangan peran dalam keluarga
4. Kehilangan posisi di masyarakat
5. Kehilangan orang yang dicintainya
6. Kehilangan kewarganegaraan
Sumber : Prabowo, E. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa . Yogyakarta : Nuha Medika .
10. Apa batasan karakteristik / batasan mayor minor untuk lost and grief (menurut sdki/nanda nic
noc) ?
11. Apa diagnosa medis dalam kasus dan terapi farmakologi apa yang cocok untuk pasien ? (Cari
di ppdgj)
Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia (PPDGJ) pada
awalnya disusun berdasarkan berbagai klasifikasi pada DSM, tetapi pada PPDGJ III ini disusun
berdasarkan ICD X. Secara singkat, klasifikasi PPDGJ III meliputi hal berikut.
1. F00 – F09 : gangguan mental organik (termasuk gangguan mental simtomatik).
2. F10 – F19 : gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif.
3. F20 – F29 : skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan waham.
4. F30 – F39 : gangguan suasana perasaan (mood/afektif).
5. F40 – F48 : gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stres.
6. F50 – F59 : sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik.
7. F60 – F69 : gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa.
8. F70 – F79 : retardasi mental.
9. F80 – F89 : gangguan perkembangan psikologis.
10. F90 – F98 : gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada anak dan remaja.
Sumber: Yusuf. AF, PK. Rizky Fitryasari, Nihayati. H. F. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Salemba Medika. Jakarta
Terapi farmakologi : Dengan diberikan obat anti depresan Selective Serotonin Re-uptake
Inhibitor (SSRIs) berupa escitalopram 20-60mg , fluoksetin 10-40mg, sertraline 50-150mg,
fluvoksamine 150-300mg.
Sumber: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III
12. Dampak dari berduka adalah?
Berduka merupakan respons terhadap kehilangan. Berduka dikarakteristikkan sebagai berikut.
1. Berduka menunjukkan suatu reaksi syok dan ketidakyakinan.
2. Berduka menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila mengingat kembali kejadian
kehilangan.
3. Berduka menunjukkan perasaan tidak nyaman, sering disertai dengan menangis, keluhan sesak
pada dada, tercekik, dan nafas pendek.
4. Mengenang orang yang telah pergi secara terus-menerus.
5. Mengalami perasaan berduka.
6. Mudah tersinggung dan marah.

Anda mungkin juga menyukai