DOSEN PEMBIMBING
I Nengah Sumirta, SST.,S.Kep.Ns.,M.Kes
Oleh :
Anak Agung Gede Riski Aditya (P07120121041)
3. Gejala Klinis
Menurut Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), tanda dan gejala
berduka yaitu sebagai berikut :
a. Gejala dan Tanda Mayor
• Subjektif
1. Merasa sedih
2. Merasa bersalah atau menyalahkan orang lain
3. Tidak menerima kehilangan
4. Merasa tidak ada harapan
• Objektif
1. Menangis
2. Pola tidur berubah
3. Tidak mampu berkonsentrasi
b. Gejala dan Tanda Minor
• Subjektif
1. Mimpi buruk atau pola mimpi berubah
2. Merasa tidak berguna
3. Fobia
• Objektif
1. Marah
2. Tampak panik
3. Fungsi imunitas terganggu
6.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan berduka menurut buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) menggunakan intervensi utamadukungan proses berduka, yaitu sebagai
berikut :
1) Identifikasi kehilangan yang dihadapi
2) Identifikasi proses berduka yang dialami
3) Identifikasi sifat ketertarikan pada benda yang hilang atau orang yang
meninggal
4) Identifikasi reaksi awal terhadap kehilangan
5) Tunjukan sikap menerima dan empati
6) Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan kehilangan
7) Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
8) Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya, agama dan norma
sosial
9) Fasilitasi mengekspresikan perasaan dengan cara yang nyaman (mis.membaca
buku, menulis, menggambar atau bermain)
10) Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan
11) Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap mengingkari, tawar menawar,
sepresi, dan menerima adalah wajar dalam menghadapi kehilangan
12) Anjurkan mengidentifikasi ketakutan terbesar pada kehilangan
13) Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
14) Ajarkan melewati proses berduka secara bertahap.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
Perawat yang merawat melakukan kontak dengan pasien dan menanyakan nama
pasien, umur, dan nomor medical record (No RM).
Nama : Ny. P
Umur : 65 Tahun No
RM : 13.09.5478
2. Keluhan Utama Pasien
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada saat dilakukan
pengkajian. Keluhan utama juga dapat diartikan sebagai keluhan yang paling
dirasakan mengganggu oleh klien.
➢ Keluhan utama pasien pada kasus 3 :
Ny. P usia 65 tahun, datang ke poliklinik psikiatri diantar keluarga dengan
keluhan tidak dapat tidur, tidak ada nafsu makan, tidak memiliki keinginan
untuk melakukan kegiatan apapun, mengeluh sejak kematian suaminya dia
merasa kesepian, tidak ada yang memperhatikan, dan merasa sendiri, dunia
terasa hampa dan sebagian dirinya juga ikut pergi
1. DS : Berduka (D.0081)
1. Ny. P usia 65 tahun, datang ke
poliklinik psikiatri diantar keluarga
dengan keluhan tidak dapat tidur,
tidak ada nafsu makan, tidak
memiliki keinginan untuk
melakukan kegiatan apapun
2. Ny. P mengeluh lemas, seluruh
badan seperti mati rasa.
3. Ny. P mengatakan keluhan tersebut
muncul setelah kematian suaminya
4 bulan yang lalu.
4. Ny. P merasa suaminya masih
hidup, dan hanya pergi untuk
sementara waktu saja, mengeluh
sejak kematian suaminya dia
merasa kesepian, tidak ada yang
memperhatikan, dan merasa
sendiri, dunia terasa hampa dan
sebagian dirinya juga ikut pergi
DO :
1. Tanda vital: TD 130/30mmHg
2. Denyut Nadi 80x/mnt
3. Pernafasan 20x/mnt
4. Pasien tampak lesu, tidak
bersemangat dan tangan dingin
7. Pohon Masalah
Berduka
Effect
8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016). Pada
kasus ini pasien dengan diagnosa keperawatan berduka (D.0081). Berduka adalah
respon psikososial yang ditunjukkan oleh klien akibat kehilangan (orang, objek,
fungsi, status, bagian tubuh atau hubungan) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016).
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan kepada Dengan
pasien dan keluarga dilakukannya
bahwa sikap tindakan edukasi
mengingkari, tawar dapat memberikan
menawar, sepresi, kesempatan kepada
dan menerima pasien untuk
adalah wajar dalam mengungkapkan
menghadapi pikirannya, dan
kehilangan memberikan
2. Anjurkan semangat agar
mengidentifikasi pasien mampu
ketakutan terbesar melewati proses
pada kehilangan berduka secara
3. Anjurkan bertahap.
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
4. Ajarkan melewati
proses berduka
secara bertahap.
10. Implementasi
Menurut Keliat (2012) implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama
yang aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu
menvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai
dengan kondisi klien padasaat ini. Hubungan saling percaya antara perawat dengan
klien merupakan dasar utamadalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
11. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi proses atau
formatif dilakukansetiap selesai melakukan tindakan, sedangkan evaluasi sumatif
adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan yang ditulis pada catatan perkembangan. Fokus evaluasi
sumatif (hasil) adalah kondisi status kesehatan klien setelah diintervensi pada akhir
asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan
secara paripurna. Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah :
➢ Tujuan tercapai / masalah teratasi jika klien menunjukkan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan
➢ Tujuan tercapai sebagian / masalah teratasi sebagian jika klien menunjukkan
perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan.
➢ Tujuan tidak tercapai / masalah tidak teratasi jika klien tidak menunjukkan
perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi dapat diketahui
dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan.
➢ S (Subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan
➢ O (Objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelahtindakan dilakukan
➢ A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi
➢ P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisis.
12. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan merupakan aspek penting yang perlu ditingkatkan.
Dokumentasi keperawatan menjadi salah satu fungsi yang paling penting dari
perawat. Tujuan dari adanya dokumentasi keperawatan yaitu dapat menjadi
penunjang dalam pelaksanaan mutu asuhan keperawatan. Dokumentasi
keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat
dalam melakukan catatan keperawatan yang berguna untuk kepentingan klien,
perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
PENGKAJIAN
1. Kondisi Pasien
• Data Subjektif (DS) :
Ny. P usia 65 tahun, datang ke poliklinik psikiatri diantar keluarga dengan
keluhan tidak dapat tidur, tidak ada nafsu makan, tidak memiliki keinginan untuk
melakukan kegiatan apapun. Ny. P mengeluh lemas, seluruh badan seperti mati
rasa. Ny. P mengatakan keluhan tersebut muncul setelah kematian suaminya 4
bulan yang lalu. Ny. P merasa suaminya masih hidup, dan hanya pergi untuk
sementara waktu saja, mengeluh sejak kematian suaminya dia merasa kesepian,
tidak ada yang memperhatikan, dan merasa sendiri, dunia terasa hampa dan
sebagian dirinya juga ikut pergi.
• Data Objektif (DO) :
Tanda vital: TD 130/30mmHg, Denyut Nadi 80x/mnt, pernafasan 20x/mnt,pasien
tampak lesu, tidak bersemangat dan tangan dingin.
2. Diagnosa Keperawatan
Berduka berhubungan dengan (b.d) kematian keluarga atau orang yang berarti,
kematian suaminya 4 bulan yang lalu ditandai dengan (d.d) Ny P mengeluh tidak
dapat tidur, tidak ada nafsu makan, tidak memiliki keinginan untuk melakukan
kegiatan apapun. Ny P mengeluh lemas, seluruh badan seperti mati rasa. Ny P
merasa suaminya masih hidup, dan hanya pergi untuk sementara waktu saja,
mengeluh sejak kematian suaminya dia merasa kesepian, tidak ada yang
memperhatikan, dan merasa sendiri, dunia terasa hampa dan sebagian dirinya juga
ikut pergi, Tanda vital: TD 130/30mmHg, Denyut Nadi 80x/mnt, pernafasan
20x/mnt, pasien tampak lesu, tidak bersemangat dan tangan dingin.
3. Rencana Keperawatan
Mengajarkan teknik menurunkan marah secara spiritual
4. Tujuan Keperawatan
a. TUM : pasien secara aktif mampu melewati proses kehilangan dan berduka
secara tuntas
b. TUK :
✓ TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya
✓ TUK 2 : pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku marah
✓ TUK 3 : pasien dapat mencegah dan mengontrol perilaku marah
secara spiritual
✓ TUK 4 : pasien dapat mengetahui manfaat menurunkan marah secara
spiritual
✓ TUK 5 : pasien dapat lebih tenang
❖ Kontrak
Perawat : “Baik ibu, kalau begitu kita berbincang
di ruangan ini saja ya bu?”
Pasien : “Iyaa”
Perawat : “Nah jadi nanti sekitar lagi 10 menit lagi saya akan kembali
ke ruangan ibu untuk berbincang – bincang dengan ibu”
B. Fase Kerja
Perawat : “Sebelumnya sudah berapa lama ibu merasakan marah ini ?
Dan hal apa yang ibu lakukan saat perasaan marah muncul ?
Pasien : “Setelah kematian suami saya kurang lebih 4 bulan y a n g lalu
sus, dan jika perasaan marah muncul saya membanting barang
yang ada disekitar saya sus”
Perawat : “Apakah dengan membanting barang – barang disekitar ibu, ibu
dapat merasa lebih baik ? Bukankah hal tersebut justru
membuat berantakan ?”
Pasien : “Tidak sus, justru dengan hal itu saya merasa rasa marah
saya hilang sedikit” (menunduk sambil menahan tangis)”
Perawat : “Baik ibu Pebi, disini saya ingin membantu ibu menunjukkan
rasa marah dengan baik. Apakah ibu bersedia mengikuti
arahan dan instruksi saya ?
Pasien : “Saya bersedia sus”
Perawat : “Apakah ibu Pebi ada pertanyaan sebelum memulai terapi ini ?”
Pasien : “Apa tujuan saya diberikan terapi ini sus ?”
Perawat : “Nah tujuan dilakukan terapi ini yaitu untuk menurunkan
perasaan marah pada diri ibu secara spiritual yang nantinya
diharapkan ibu dapat menahan rasa marah karena perasaan ibu
sudah tenang setelah dilakukan terapi”
Perawat : “Baik sus mari kita mulai saja langsung”
Perawat : “Baik yang pertama jika nantinya ibu Pebi
merasa marah, ibu dapat menarik nafas dalam dengan
perlahan, hembuskan, lalu tegakkan badan ibu atau tidurkan
diri ibu dengan nyaman agar rileks. Setelah itu, ibu bisa
melakukan Puja Tri Sandhya.
Nah coba ibu lakukan hal yang saya contohkan tadi ya”
Pasien : (Pasien mulai menarik nafas dan menghembuskan
secara perlahan, serta melakukan Puja Tri Sandhya).
“Begitu sus?”
Perawat : “Bagus ibu, ibu melakukannya dengan baik. Lakukan terapi ini
sebanyak 2 - 3 kali saat ibu merasa marah ya ibu Pebi karena
dengan ini ibu akan merasakan selalu berada didalam lindungan
tuhan, ibu harus mencoba menerima dengan ikhlas keadaan ini”
Pasien : (Tampak kooperatif mengikuti dan mendengarkan semua arahan
maupun intsruksi)
Perawat : “Nah jadi tindakan terapi mengatasi marah secraa spiritual pada
ibu sudah selesai dilakukan. Untuk ibu nanti jika merasakan
perasaan marah kembali, ibu dapat mengulang terapi yang sudah
saya instruksikan tadi ya ibu”
Pasien : “Iya sus”
Perawat : “Apakah ibu mampu melakukannya secara mandiri ?”
Pasien : “Mampu sus”
Perawat : “Baik untuk tindakan ini sudah selesai saya lakukan ya ibu”
Pasien : “Baik terima kasih banyak sus”
Perawat : “Sama – sama bu”
C. Fase Terminasi
❖ Evaluasi Subjektif / Objektif
Perawat : “Baik kalau mampu, nanti dapat ibu lakukan secara mandiri
ya ibu”
Pasien : “Iya baik sus”
Perawat : “Nah dikarenakan terapi yang saya berikan kepada ibu telah
selesai, untuk besok pagi apakah kita bisa bertemu kembali
di jam yang sama untuk saya lakukan observasi pada kondisi
ibu. Apakah ibu bersedia?”
Pasien : “Iya sus saya bersedia”
Perawat : “Baik sampai bertemu besok ibu Pebi”
Pasien : “Iya sus”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 TINDAKAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Kondisi Pasien
• Data Subjektif (DS) :
Ny. P usia 65 tahun, datang ke poliklinik psikiatri diantar keluarga dengan
keluhan tidak dapat tidur, tidak ada nafsu makan, tidak memiliki keinginan untuk
melakukan kegiatan apapun. Ny. P mengeluh lemas, seluruh badan seperti mati
rasa. Ny. P mengatakan keluhan tersebut muncul setelah kematian suaminya 4
bulan yang lalu. Ny. P merasa suaminya masih hidup, dan hanya pergi untuk
sementara waktu saja, mengeluh sejak kematian suaminya dia merasa kesepian,
tidak ada yang memperhatikan, dan merasa sendiri, dunia terasa hampa dan
sebagian dirinya juga ikut pergi.
• Data Objektif (DO) :
Tanda vital: TD 130/30mmHg, Denyut Nadi 80x/mnt, pernafasan 20x/mnt,pasien
tampak lesu, tidak bersemangat dan tangan dingin.
2. Diagnosa Keperawatan
Berduka berhubungan dengan (b.d) kematian keluarga atau orang yang berarti,
kematian suaminya 4 bulan yang lalu ditandai dengan (d.d) Ny P mengeluh tidak
dapat tidur, tidak ada nafsu makan, tidak memiliki keinginan untuk melakukan
kegiatan apapun. Ny P mengeluh lemas, seluruh badan seperti mati rasa. Ny P
merasa suaminya masih hidup, dan hanya pergi untuk sementara waktu saja,
mengeluh sejak kematian suaminya dia merasa kesepian, tidak ada yang
memperhatikan, dan merasa sendiri, dunia terasa hampa dan sebagian dirinya juga
ikut pergi, Tanda vital: TD 130/30mmHg, Denyut Nadi 80x/mnt, pernafasan
20x/mnt, pasien tampak lesu, tidak bersemangat dan tangan dingin.
3. Rencana Keperawatan
Mengajarkan teknik distraksi, teknik pengalihan dalam menurunkan marah
4. Tujuan Keperawatan
a. TUM : pasien secara aktif mampu melewati proses kehilangan dan berduka
secara tuntas
b. TUK :
✓ TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya
✓ TUK 3 : pasien dapat mencegah dan mengontrol perilaku marah dengan
teknik distraksi, teknik pengalihan
✓ TUK 4 : pasien dapat mengetahui manfaat menurunkan marah secara
Dengan teknik distrkasi, teknik pengalihan
✓ TUK 5 : pasien dapat memperagakan dan menggunakan teknik distraksi,
teknik pengalihan untuk mengatasi perasaan marah
✓ TUK 6 : : pasien dapat lebih tenang
Pasien : “Perasaan saya sekarang lebih baik dari kemarin, saya merasa
lebih tenang”
Perawat : “Apakah ibu sudah melakukan terapi yang saya instruksikan
kemarin ?”
Pasien : “Sudah sus”
❖ Kontrak
Perawat : “Baik ibu, sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan berbincang
kembali diruangan ini untuk membantu ibu agar bisa lebih
tenang dengan terapi teknik distraksi. Saya membutuhkan waktu
10 menit, apakah ibu bersedia untuk melakukan terapi ini
dengan saya ?”
Pasien : “Iya saya bersedia sus”
B. Fase Kerja
Perawat : “Baik ibu, teknik distraksi ini bertujuan untuk mengalihkan
rasa marah dan kesal dengan cara melakukan sesuatu
yang ibu sukai baik itu melakukan hobi ibu atau sesuatu yang
sering ibu lakukan saat dirumah. Sebelumnya apakah ibu
memiliki hobi atau sesuatu yang suka ibu lakukan saat
senggang ?”
Pasien : “Hobi saya mendengarkan lagu sus terutama lagu bali”
Perawat : “Nah… bagus dengan hobi ibu mendengarkan lagu terutama
lagu bali, ibu bisa melakukannya saat ibu merasa marah.
Selain dengan terapi yang dilakukan kemarin, ibu juga dapat
melakukan terapi ini untuk meringankan rasa marah ibu.
Apakah ibu mengerti dengan maksud saya ?”
Pasien : “Saya mengerti sus, nanti jika saya merasa marah akan saya
coba lakukan ke dua terapi tersebut”
Perawat : “Baik ibu Pebi sangat bagus. Apakah ibu mampu
melakukannya secara mandiri ?”
Pasien : “Tentunya saya mampu sus”
Perawat : “Baik ibu”
Pasien : “Iya sus”
C. Fase Terminasi
❖ Evaluasi Subjektif / Objektif
Perawat : “Nah baik jadi dengan dilakukannya terapi teknik distraksi dengan
Ibu melakukan hobi ibu mendengarkan lagu bali, seandainya
perasaan marah pada diri ibu kembali dirasakan, ibu dapat
mendengrakan lagu bali ya ibu”
Pasien : “Baik sus nanti jika saya mengalami perasaan marah, saya
akan mencoba mendengarkan lagu bali kembali”
Perawat : “Apakah ibu mampu melakukannya secara mandiri dan tanpa
saya dampingi ibu ?”
Pasien : “Iya saya mampu sus”
Perawat : “Baik kalau mampu, nanti dapat ibu lakukan secara mandiri
ya ibu”
Pasien : “Iya baik sus”
Perawat : “Nah dikarenakan terapi yang saya berikan kepada ibu telah
selesai, untuk sekarang saya akan kembali keruangan saya
ya ibu”