Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

PADA PASIEN DENGAN KONDISI KEHILANGAN DAN BERDUKA

DOSEN PEMBIMBING
I Nengah Sumirta, SST.,S.Kep.Ns.,M.Kes

Oleh :
Anak Agung Gede Riski Aditya (P07120121041)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DIPLOMA III
2023
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN
DENGAN KONDISI KEHILANGAN DAN BERDUKA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Kehilangan (loss) merupakan suatu keadaan individu yang mengalami
kehilangan sesuatu yang sebelum dia memilikinya. Stuart (2005), mengungkapkan
bahwa kehilangan merupakan sesuatu yang sulit dihindari, seperti kehilangan harta,
kesehatan, orang yang dicintai, dan kesempatan. Berduka adalah reaksi terhadap
kehilangan, yaitu respon emosional yang normal dan merupakan suatu proses untuk
memecahkan masalah. Dalam hal ini, individu perlu diberi kesempatan untuk
menemukan koping yang efektif dalam melalui proses berduka, sehingga mampu
menerima kenyataan kehilangan yang menyebabkan berduka dan merupakan bagian
dari proses kehidupan. Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan
dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda
(Yosep, 2011).
Berduka (berduka) merupakan kondisi di mana individu atau keluarga
mengalami respon alamiah yang melibatkan reaksi psikososial dan psikologis terhadap
kehilangan aktual atau kehilangan yang dirasakan (Carpenito - Moyet , 2009). Dalam
Hidayat (2012), grieving (berduka) adalah reaksi emosionaldari kehilangan dan terjadi
bersamaan dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun kematian.
Sedangkan istilah bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama
individu melewati rekasi atau masa berkabung (mourning).
Menurut Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), berduka
adalah respon psikososial yang ditunjukkan oleh klien akibat kehilangan (orang, objek,
fungsi, status, bagian tubuh atau hubungan) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016).
2. Penyebab
Menurut Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2016), penyebab berduka
yaitu :
1) Kematian keluarga atau orang yang berarti
2) Antisipasi kematian keluarga atau orang yang berarti
3) Kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh, hubungan sosial)
4) Antisipasi kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh, hubungan
sosial)

3. Gejala Klinis
Menurut Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), tanda dan gejala
berduka yaitu sebagai berikut :
a. Gejala dan Tanda Mayor
• Subjektif
1. Merasa sedih
2. Merasa bersalah atau menyalahkan orang lain
3. Tidak menerima kehilangan
4. Merasa tidak ada harapan
• Objektif
1. Menangis
2. Pola tidur berubah
3. Tidak mampu berkonsentrasi
b. Gejala dan Tanda Minor
• Subjektif
1. Mimpi buruk atau pola mimpi berubah
2. Merasa tidak berguna
3. Fobia
• Objektif
1. Marah
2. Tampak panik
3. Fungsi imunitas terganggu

4. Respon / Tahapan Berduka


Tahapan berduka akibat kehilangan berorientasi pada perilaku dan mengangkut lima
tahap, yaitu sebagai berikut :
1) Fase Penyangkalan (Denial)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidakpercaya atau
mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Sebagai contoh,
orang atau keluarga dari orang yang menerima diagnosis terminal akan terus
berupaya mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini
adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah, dan sering kali individu tidak tahu harus buat apa. Reaksi ini
dapat berlangsungbeberapa menit hingga beberapa tahun.
2) Fase Marah (Anger)
Pada fase ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering
diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami
kehilangan juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar,
menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat
tidak kompeten. Respon fisik yang sering terjadi, antara lain muka merah, deyut nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepal, dan seterusnya.
3) Fase Tawar Menawar (Bergaining)
Pada fase ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan
dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halusatau terang-terangan seolah
kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan
tawar - menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
4) Fase Depresi (Depression)
Pada fase ini pasien sering menunjukan sikap menarik diri, kadang-kadangbersikap
sangat penurut, tidak mau berbicara menyatakan keputusan, rasa tidak berharga,
bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang ditunjukkan, antara lain,
menolak makan, susah tidur, letih, turunya dorongan libido, dan lain – lain.
5) Fase Penerimaan (Acceptance)
Pada fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang selalu
berpusat pada objek yang hilang mulai berkurang atau hilang. Individu telah
menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya dan mulaimemandang kedepan.
Gambaran tentang objek yang hilang akan mulai dilepaskan secara bertahap.
Perhatiannya akan beralih pada objek yang baru. Apabila individu dapat memulai
tahap tersebut dan menerima denganperasaan damai, maka dia dapat mengakhiri
proses berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Kegagalan
untuk masuk ke tahap penerimaan akan mempengaruhi kemampuan individu
tersebut dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
5. Rentang Respon

6.

Respon Adaptif Respon Maladaptif


7.
8.

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan berduka menurut buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) menggunakan intervensi utamadukungan proses berduka, yaitu sebagai
berikut :
1) Identifikasi kehilangan yang dihadapi
2) Identifikasi proses berduka yang dialami
3) Identifikasi sifat ketertarikan pada benda yang hilang atau orang yang
meninggal
4) Identifikasi reaksi awal terhadap kehilangan
5) Tunjukan sikap menerima dan empati
6) Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan kehilangan
7) Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
8) Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya, agama dan norma
sosial
9) Fasilitasi mengekspresikan perasaan dengan cara yang nyaman (mis.membaca
buku, menulis, menggambar atau bermain)
10) Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan
11) Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap mengingkari, tawar menawar,
sepresi, dan menerima adalah wajar dalam menghadapi kehilangan
12) Anjurkan mengidentifikasi ketakutan terbesar pada kehilangan
13) Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
14) Ajarkan melewati proses berduka secara bertahap.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
Perawat yang merawat melakukan kontak dengan pasien dan menanyakan nama
pasien, umur, dan nomor medical record (No RM).
Nama : Ny. P
Umur : 65 Tahun No
RM : 13.09.5478
2. Keluhan Utama Pasien
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada saat dilakukan
pengkajian. Keluhan utama juga dapat diartikan sebagai keluhan yang paling
dirasakan mengganggu oleh klien.
➢ Keluhan utama pasien pada kasus 3 :
Ny. P usia 65 tahun, datang ke poliklinik psikiatri diantar keluarga dengan
keluhan tidak dapat tidur, tidak ada nafsu makan, tidak memiliki keinginan
untuk melakukan kegiatan apapun, mengeluh sejak kematian suaminya dia
merasa kesepian, tidak ada yang memperhatikan, dan merasa sendiri, dunia
terasa hampa dan sebagian dirinya juga ikut pergi

3. DATA (DS dan DO)


Menurut TIM Pokja SDKI DPP PPNI 2016, gejala dan tanda berduka meliputi
gejala dan tanda mayor serta gejala dan tanda minor yang terdiri dari data subjketif
dan data objektif. Data subjektif merupakan informasi yang diperoleh berdasarkan
persepsi pasien / klien tentang masalah kesehatan yang sedang dialami. Sedangkan
data objektif merupakan informasi yang dikumpulkan perawat melalui pengamatan,
observasi, pengukuran, serta pemeriksaan fisik dengan beberapa metode. Data
subjektif dan objektif pasien pada kasus 3 yaitu sebagai berikut :
a. Data Subjektif (DS)
Ny. P usia 65 tahun, datang ke poliklinik psikiatri diantar keluarga dengan
keluhan tidak dapat tidur, tidak ada nafsu makan, tidak memilikimkeinginan
untuk melakukan kegiatan apapun. Ny. P mengeluh lemas, seluruh badan seperti
mati rasa. Ny. P mengatakan keluhan tersebut muncul setelah kematian
suaminya 4 bulan yang lalu. Ny. P merasa suaminya masih hidup, dan hanya
pergi untuk sementara waktu saja, mengeluh sejak kematian suaminya dia
merasa kesepian, tidak ada yang memperhatikan, dan merasa sendiri, dunia
terasa hampa dan sebagian dirinya juga ikut pergi
b. Data Objektif (DO)
Tanda vital: TD 130/30mmHg, Denyut Nadi 80x/mnt, pernafasan 20x/mnt,
pasien tampak lesu, tidak bersemangat dan tangan dingin.

4. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwadi masa lalu, pernah melakukan, mengalami, menyaksikan penganiayaan
fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan
tindakan kriminal, baik itu yang dilakukan, dialami , disaksikan oleh orang
lain, apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
pengalaman yang tidak menyenangkan
B. Aspek fisik
Meliputi pengukuran tanda vital, tinggi badan, berat badan dan adanyakeluhan
fisik, misalnya tampak lemah, letih dan sebagainya
C. Aspek Psikososial
1) Membuat genogram yang memuat minimal 3 generasi yang
menggambarkan hubungan klien dengan keluarganya yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu dan
keluarga.
2) Konsep diri, meliputi : Kaji lebih dalam secara bertahap dengan
komunikasi yang sering dan singkat, meliputi :
a) Citra tubuh
Tanyakan dan observasi persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yangdisukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat
kerja, kelompok), kepuasan klien sebagai perempuan atau laki - laki.
c) Peran
Tanyakan tentang tugas/peran yang diemban dalam keluarga /
kelompok, kemampuan klien dalam melaksanakan tugas / peran.
d) Ideal diri
Tanyakan tentang harapan terhadap tubuh; posisi, status, tugas/peran
dan harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat
kerja, masyarakat).
e) Harga diri
Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien
dengan orang lain sesuai dengan kondisi no. 2). (a), (b), (c) dan
penilaian / penghargaanorang lain terhadap diri dan kehidupannya.
3) Hubungan sosial (di rumah dan di rumah sakit)
a) Tanyakan pada klien / keluarga siapa orang yang paling berarti dalam
kehidupannya, tempat mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau
sokongan.
b) Tanyakan pada klien / keluarga, kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat.
c) Tanyakan pada klien / keluarga pada klien sejauh mana klien terlibat
dalam kelompok di masyarakat.
4) Spiritual, meliputi pandangan, nilai dan keyakinan klien terhadap gangguan
jiwa sesuai dengan agama yang dianut, kegiatan ibadah yang biasa
dilakukan di rumah
D. Status Mental
Nilai aspek - aspek ini meliputi :
➢ Penampilan (rapi / tidak) , penggunaan dan cara berpakaian
➢ Pembicaraan : cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoheren,
atau tidak dapat memulai pembicaraan
➢ Aktifitas motorik : tampak adanya kelesuan, ketegangan, kegelisahan,
agitasi, tik (gerakan involunter pada otot), grimasen (gerakan otot muka
yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol klien), tremor atau
kompulsif
➢ Alam perasaan : sedih, gembira, putus asa, ketakutan, atau khawatir
➢ Afek : datar, tumpul, labil, tidak sesuai
➢ Interaksi selama wawancara; bermusuhan, tidak kooperatif, kontak mata
kurang, defensif, curiga atau mudah tersinggung
➢ Persepsi : menentukan adanya halusinasi dan jenisnya
➢ Proses pikir : sirkumstansial (pembicaraan berbelit - belit, tapi sampai
pada tujuan pembicaraan), tangensial (pembicaraan berbelit - belit tidak
sampai pada tujuan pembicaraan), kehilangan asosiasi (pembicaraan yang
tidak ada hubungan satu dengan yang lainnya), flight of ideas
(pembicaraan yang meloncat-loncat), blocking (pembicaraan terhenti
sejenak tanpa gangguan eksternal, kemudian dilanjutkan kembali),
perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali – kali)
➢ Isi pikir : obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya), phobia (ketakutan patologis pada objek / situasi
tertentu), hipokondria (keyakinan terhadap adanya gangguan organ di
dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada), depersonalisasi (merasa asing
terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan), ide yang terkait
(keyakinan klien terhadap kejadian yang banyak di lingkungan yang
bermakna dan terkait pada dirinya), pikiran magis dan waham
➢ Tingkat kesadaran : bingung, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat dan
orang
➢ Memori : adanya gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan daya
ingat jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi
➢ Tingkat konsentrasi dan berhitung : perhatian klien yang mudah
dialihkan,tidak mampu memperbaiki, tidak mampu berhitung
➢ Kemampuan penilaian : gangguan penilaian ringan dan gangguan
kemampuan penilaian bermakna
➢ Daya tilik diri : pengingkaran terhadap penyakit yang diderita
menyalahkan hal - hal di luar dirinya.
E. Kebutuhan persiapan pulang
Observasi kemampuan klien akan; makan, BAB / BAK, mandi, berpakaian,
istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktifitas di
dalam dan di luar rumah.
F. Mekanisme koping
Kaji koping adaptif ataupun maladaptif yang biasa digunakan klien dengan
menarik diri, seperti regresi (kemunduran ke tingkat perkembangan yang lebih
rendah dengan respon yang kurang matang), represi (koping yang menekan
keadaan yang tidak menyenangkan ke alam bawah sadar), isolasi (respon
memisahkan diri dari lingkungan sosial).
G. Aspek medik
Jenis obat - obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi
lainnya.
5. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mengumpulkan data - data dan informasi tentang klien atau pasien agar dapat
diidentifikasi masalah kesehatan yang dialami sehingga perawat dapat menentukan
diagnosa dan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
Pengkajian keperawatan terdiri dari :
1) Biodata Pasien
Biodata pasien terdiri dari nama, no RM, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
agama, status, pendidikan, alamat, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian. Umur
pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis, Jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah / penyakit dan agama
berpengaruh terhadap perlakuan sakit pasien.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada saat
dilakukan pengkajian. Keluhan utama juga dapat diartikan sebagai keluhan
yang paling dirasakan mengganggu oleh klien. Pada saat perawat mengkaji, dan
pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur
PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time).
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang adalah riwayat dari seorang pasien yang sering
diartikan sebagai informasi yang diperoleh dokter dengan cara menanyakan
pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan jawaban yang sesuai (dalam
kasus ini, sering kali disebut heteroanamnesa). Dalam hal ini pasien bercerita
tentang riwayat penyakit, perjalanan dari rumah menuju rumah sakit.
4) Faktor Predisposisi
- Genetik yaitu meliputi individu yang salah satu anggota keluarga memiliki
riwayat depresiakan lebih sulit dalam bersikap optimis saat menghadapi
kehilangan
- Kesehatan fisik yaitu individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup
teratur memilikikemampuan yang baik dalam menghadapi stress dibanding
individu yang mengalami gangguan fisik
- Kesehatan mental yaitu individu dengan riwayat gangguan kesehatan
mental memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap suatu kehilangan dan
berisikountuk kambuh
- Pengalaman kehilangan sebelumnya yaitu kehilangan dan perpisahan
dengan orang berarti pada masa kanak - kanak akan memengaruhi
kemampuan individu dalam menghadapi kehilangan dimasa dewasa
5) Faktor Presiptasi
Faktor presipitasi (faktor pencetus) kehilangan adalah perasaan stres nyata atau
imajinasi individu dankehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial, seperti
kondisi sakit, kehilangan fungsi seksual, kehilangan harga diri, kehilangan
pekerjaan, kehilangan peran, dan kehilangan posisi di masyarakat.
6) Aspek Fisik
Meliputi pemeriksaan TTV (Tanda – Tanda Vital) yang terdiri dari
pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh. Selain itu juga
dilakukan pemeriksaan tinggi badan, berat badan dan adanya keluhan fisik,
misalnya tampak lemah, letih dan lain sebagainya.
7) Aspek Psikososial
Membuat genogram yang memuat minimal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarganya yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu dan keluarga
6. Analisa Data
No Data Masalah

1. DS : Berduka (D.0081)
1. Ny. P usia 65 tahun, datang ke
poliklinik psikiatri diantar keluarga
dengan keluhan tidak dapat tidur,
tidak ada nafsu makan, tidak
memiliki keinginan untuk
melakukan kegiatan apapun
2. Ny. P mengeluh lemas, seluruh
badan seperti mati rasa.
3. Ny. P mengatakan keluhan tersebut
muncul setelah kematian suaminya
4 bulan yang lalu.
4. Ny. P merasa suaminya masih
hidup, dan hanya pergi untuk
sementara waktu saja, mengeluh
sejak kematian suaminya dia
merasa kesepian, tidak ada yang
memperhatikan, dan merasa
sendiri, dunia terasa hampa dan
sebagian dirinya juga ikut pergi
DO :
1. Tanda vital: TD 130/30mmHg
2. Denyut Nadi 80x/mnt
3. Pernafasan 20x/mnt
4. Pasien tampak lesu, tidak
bersemangat dan tangan dingin
7. Pohon Masalah

Berduka
Effect

Kehilangan Core Problem

Kematian keluarga atau orang


Cause
yang berarti, kematian suami

8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016). Pada
kasus ini pasien dengan diagnosa keperawatan berduka (D.0081). Berduka adalah
respon psikososial yang ditunjukkan oleh klien akibat kehilangan (orang, objek,
fungsi, status, bagian tubuh atau hubungan) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016).

9. Rencana Tindakan Keperawatan


No. Dx Tanggal / Rencana Keperawatan
Jam Tujuan Intervensi Rasional
(SIKI)
D.0081 15 Mei TUM : pasien Dukungan Proses Dukungan Proses
2023 / secara aktif Berduka (I.09274) Berduka (I.09274)
09.00 wita mampu melewati Observasi Observasi
proses kehilangan 1. Identifikasi Dengan dilakukannya
dan berduka kehilangan yang tindakan observasi dapat
secara tuntas dihadapi mengetahui kondisi
2. Identifikasi proses umum
TUK 1 : pasien berduka yang dialami pasien yaitu yang
berkaitan
dengan proses
kehilangan
dapat membina 3. Identifikasi sifat dan berduka yang
hubungan saling ketertarikan pada sedangdialami
percaya benda yang hilang
atau orang yang
TUK 2 : pasien meninggal
dapat 4. Identifikasi reaksi
mengidentifikasi awal terhadap
penyebab perilaku kehilangan
marah Terapeutik Terapeutik
1. Tunjukan sikap Dengan dilakukannya
TUK 3 : pasien menerima dan empati tindakan terapeutik
dapat mencegah 2. Motivasi agar mau dapatmemberikan
dan mengontrol mengungkapkan motivasi, dukungan
perilaku marah perasaan kehilangan kepada pasien agar
secara spiritual, 3. Motivasi untuk nantinya pasien
dengan teknik menguatkan bisamenerima
distraksi, teknik dukungan keluarga proses kehilangan
pengalihan atau orang terdekat dan berduka yang
4. Fasilitasi melakukan dialami rasa
TUK 4 : pasien kebiasaan sesuai
dapat mengetahui dengan budaya,
manfaat agama dan norma
menurunkan marah sosial
secara spiritual, 5. Fasilitasi
dapat mengekspresikan
memperagakan dan perasaan dengan cara
menggunakan yang nyaman (mis.
teknik distraksi, membaca buku,
teknik pengalihan menulis,
marah menggambar atau
bermain)
TUK 5 : pasien 6. Diskusikan strategi
dapat lebih tenang koping yang dapat
digunakan

Edukasi Edukasi
1. Jelaskan kepada Dengan
pasien dan keluarga dilakukannya
bahwa sikap tindakan edukasi
mengingkari, tawar dapat memberikan
menawar, sepresi, kesempatan kepada
dan menerima pasien untuk
adalah wajar dalam mengungkapkan
menghadapi pikirannya, dan
kehilangan memberikan
2. Anjurkan semangat agar
mengidentifikasi pasien mampu
ketakutan terbesar melewati proses
pada kehilangan berduka secara
3. Anjurkan bertahap.
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
4. Ajarkan melewati
proses berduka
secara bertahap.

10. Implementasi
Menurut Keliat (2012) implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama
yang aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu
menvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai
dengan kondisi klien padasaat ini. Hubungan saling percaya antara perawat dengan
klien merupakan dasar utamadalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
11. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi proses atau
formatif dilakukansetiap selesai melakukan tindakan, sedangkan evaluasi sumatif
adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan yang ditulis pada catatan perkembangan. Fokus evaluasi
sumatif (hasil) adalah kondisi status kesehatan klien setelah diintervensi pada akhir
asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan
secara paripurna. Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah :
➢ Tujuan tercapai / masalah teratasi jika klien menunjukkan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan
➢ Tujuan tercapai sebagian / masalah teratasi sebagian jika klien menunjukkan
perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan.
➢ Tujuan tidak tercapai / masalah tidak teratasi jika klien tidak menunjukkan
perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi dapat diketahui
dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan.
➢ S (Subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan
➢ O (Objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelahtindakan dilakukan
➢ A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi
➢ P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisis.

12. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan merupakan aspek penting yang perlu ditingkatkan.
Dokumentasi keperawatan menjadi salah satu fungsi yang paling penting dari
perawat. Tujuan dari adanya dokumentasi keperawatan yaitu dapat menjadi
penunjang dalam pelaksanaan mutu asuhan keperawatan. Dokumentasi
keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat
dalam melakukan catatan keperawatan yang berguna untuk kepentingan klien,
perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2020). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC


Dadang Hawari. (2017). Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Dana
Bhakti Prima Yasa
Supartini. (2020). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Suseno Tutu. (2018). Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian
dan Berduka dan Proses Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Kriteria Hasil. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Y DWI KRISMUNA. (2020). Konsep Gangguan Kecemasan (Ansietas).
http://eprints.umpo.ac.id . Diakses pada tanggal 14 Mei 2023.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 TINDAKAN KEPERAWATAN

MENURUNKAN MARAH SECARA SPIRITUAL

PADA PASIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

PENGKAJIAN
1. Kondisi Pasien
• Data Subjektif (DS) :
Ny. P usia 65 tahun, datang ke poliklinik psikiatri diantar keluarga dengan
keluhan tidak dapat tidur, tidak ada nafsu makan, tidak memiliki keinginan untuk
melakukan kegiatan apapun. Ny. P mengeluh lemas, seluruh badan seperti mati
rasa. Ny. P mengatakan keluhan tersebut muncul setelah kematian suaminya 4
bulan yang lalu. Ny. P merasa suaminya masih hidup, dan hanya pergi untuk
sementara waktu saja, mengeluh sejak kematian suaminya dia merasa kesepian,
tidak ada yang memperhatikan, dan merasa sendiri, dunia terasa hampa dan
sebagian dirinya juga ikut pergi.
• Data Objektif (DO) :
Tanda vital: TD 130/30mmHg, Denyut Nadi 80x/mnt, pernafasan 20x/mnt,pasien
tampak lesu, tidak bersemangat dan tangan dingin.

2. Diagnosa Keperawatan
Berduka berhubungan dengan (b.d) kematian keluarga atau orang yang berarti,
kematian suaminya 4 bulan yang lalu ditandai dengan (d.d) Ny P mengeluh tidak
dapat tidur, tidak ada nafsu makan, tidak memiliki keinginan untuk melakukan
kegiatan apapun. Ny P mengeluh lemas, seluruh badan seperti mati rasa. Ny P
merasa suaminya masih hidup, dan hanya pergi untuk sementara waktu saja,
mengeluh sejak kematian suaminya dia merasa kesepian, tidak ada yang
memperhatikan, dan merasa sendiri, dunia terasa hampa dan sebagian dirinya juga
ikut pergi, Tanda vital: TD 130/30mmHg, Denyut Nadi 80x/mnt, pernafasan
20x/mnt, pasien tampak lesu, tidak bersemangat dan tangan dingin.
3. Rencana Keperawatan
Mengajarkan teknik menurunkan marah secara spiritual

4. Tujuan Keperawatan
a. TUM : pasien secara aktif mampu melewati proses kehilangan dan berduka
secara tuntas
b. TUK :
✓ TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya
✓ TUK 2 : pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku marah
✓ TUK 3 : pasien dapat mencegah dan mengontrol perilaku marah
secara spiritual
✓ TUK 4 : pasien dapat mengetahui manfaat menurunkan marah secara
spiritual
✓ TUK 5 : pasien dapat lebih tenang

5. Fase Hubungan Terapeutik


A. Fase Orientasi
❖ Salam Terapeutik

Perawat : “Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya


Ni Putu Ayu Krisna Indrayani bisa dipanggil perawat
Ani” (mendekat kearah pasien dan
mengulurkan tangan untuk berjabat tangan)
Pasien : (Pasien menjabat tangan perawat)
Perawat : “Sebelumnya kalau boleh tahu, siapa nama ibu ?”
Pasien : “Nama saya Putu Pebiawati, bisa dipanggil ibu Pebi”
Perawat : “Kalau boleh tahu, berapa umur ibu ?”
Pasien : “65 tahun”
Perawat : “Baik ibu Pebi, kalau begitu apakah saya boleh melihat
dan mengecek gelang nama pada ibu ?
Pasien : “Boleh sus”
Perawat : “Nah jadi begini ya ibu Pebi, disini saya merupakan
perawat yang bertugas pada hari ini dari pukul 08 pagi
sampai dengan pukul 2 siang dan disini saya yang akan
merawat ibu”
Pasien : “Baik sus”

❖ Evaluasi dan Validasi

Perawat : “Sebelumnya bagaimana perasaan ibu saat ini ? saya lihat


raut wajah ibu tampak tegang. Apa yang ibu keluhkan
untuk saat ini ?”
Perawat : “Masih ada perasaan marah atau kesal ? Ibu bisa
menceritakan ke saya tentang perasaan ibu, disini saya
ingin membantu ibu agar lebih tenang” (pasien tidak
menjawab)
Perawat : “Jika ibu ada waktu apa bisa kita berbincang - bincang
Sekarang tentang perasaan marah ibu, bagaimana jika
selama berbincang selama10 menit,
apakah ibu bersedia ?”
Pasien : “Bersedia sus”

❖ Kontrak
Perawat : “Baik ibu, kalau begitu kita berbincang
di ruangan ini saja ya bu?”
Pasien : “Iyaa”
Perawat : “Nah jadi nanti sekitar lagi 10 menit lagi saya akan kembali
ke ruangan ibu untuk berbincang – bincang dengan ibu”

Pasien : “Iya ditunggu sus”


Perawat : “Iya baik ibu”

B. Fase Kerja
Perawat : “Sebelumnya sudah berapa lama ibu merasakan marah ini ?
Dan hal apa yang ibu lakukan saat perasaan marah muncul ?
Pasien : “Setelah kematian suami saya kurang lebih 4 bulan y a n g lalu
sus, dan jika perasaan marah muncul saya membanting barang
yang ada disekitar saya sus”
Perawat : “Apakah dengan membanting barang – barang disekitar ibu, ibu
dapat merasa lebih baik ? Bukankah hal tersebut justru
membuat berantakan ?”
Pasien : “Tidak sus, justru dengan hal itu saya merasa rasa marah
saya hilang sedikit” (menunduk sambil menahan tangis)”
Perawat : “Baik ibu Pebi, disini saya ingin membantu ibu menunjukkan
rasa marah dengan baik. Apakah ibu bersedia mengikuti
arahan dan instruksi saya ?
Pasien : “Saya bersedia sus”
Perawat : “Apakah ibu Pebi ada pertanyaan sebelum memulai terapi ini ?”
Pasien : “Apa tujuan saya diberikan terapi ini sus ?”
Perawat : “Nah tujuan dilakukan terapi ini yaitu untuk menurunkan
perasaan marah pada diri ibu secara spiritual yang nantinya
diharapkan ibu dapat menahan rasa marah karena perasaan ibu
sudah tenang setelah dilakukan terapi”
Perawat : “Baik sus mari kita mulai saja langsung”
Perawat : “Baik yang pertama jika nantinya ibu Pebi
merasa marah, ibu dapat menarik nafas dalam dengan
perlahan, hembuskan, lalu tegakkan badan ibu atau tidurkan
diri ibu dengan nyaman agar rileks. Setelah itu, ibu bisa
melakukan Puja Tri Sandhya.
Nah coba ibu lakukan hal yang saya contohkan tadi ya”
Pasien : (Pasien mulai menarik nafas dan menghembuskan
secara perlahan, serta melakukan Puja Tri Sandhya).
“Begitu sus?”
Perawat : “Bagus ibu, ibu melakukannya dengan baik. Lakukan terapi ini
sebanyak 2 - 3 kali saat ibu merasa marah ya ibu Pebi karena
dengan ini ibu akan merasakan selalu berada didalam lindungan
tuhan, ibu harus mencoba menerima dengan ikhlas keadaan ini”
Pasien : (Tampak kooperatif mengikuti dan mendengarkan semua arahan
maupun intsruksi)
Perawat : “Nah jadi tindakan terapi mengatasi marah secraa spiritual pada
ibu sudah selesai dilakukan. Untuk ibu nanti jika merasakan
perasaan marah kembali, ibu dapat mengulang terapi yang sudah
saya instruksikan tadi ya ibu”
Pasien : “Iya sus”
Perawat : “Apakah ibu mampu melakukannya secara mandiri ?”
Pasien : “Mampu sus”
Perawat : “Baik untuk tindakan ini sudah selesai saya lakukan ya ibu”
Pasien : “Baik terima kasih banyak sus”
Perawat : “Sama – sama bu”

C. Fase Terminasi
❖ Evaluasi Subjektif / Objektif

Perawat : “Baik ibu, jadi tindakan terapi mengendalikan marah secara


spiritual dengan menarik nafas dan melakukan Puja Tri
Sandhya pada ibu sudah selesai saya lakukan. Sebelumnya
bagaimana perasaan ibu saat ini ?”
Pasien : “Saya sudah merasa lebih tenang serta rileks sus, dan saya
juga merasa lebih nyaman dengan kondisi saya sekarang
ini”
Perawat : “Baik pantas saja saya lihat kondisi ibu tampak lebih baik dan
raut wajah ibu tampak lebih segar dan fresh”
Pasien : “Iya sus saya merasa lebih baik dari kondisi sebelumnya”
Perawat : “Baik kalau begitu semoga untuk kedepannya kondisi ibu
semakin ditingkatkan lagi dan saya harapkan supaya kondisi
kesehatan ibu dapat segera pulih kembali seperti semula ya
ibu” (sambil tersenyum)
Pasien : “Baik sus ini semua juga berkat arahan dari suster. Terima
kasih banyak ya” (sambil tersenyum)
Perawat : “Iya saya juga ucapkan terima kasih kepada ibu karena
ibu telah kooperatif mengikuti semua arahan yang sudah
saya intruksikan”

❖ Rencana Tindak Lanjut


Perawat : “Nah baik jadi dengan dilakukannya terapi mengendalikan marah
secara spiritual dengan menarik nafas dan melakukan Puja Tri
Sandhya tadi, seandainya perasaan marah pada diri ibu kembali
dirasakan, ibu dapat menarik nafas dan melakukan Puja Tri
Sandhya ya ibu sampai perasaan ibu tenang kembali”
Pasien : “Baik sus nanti jika saya mengalami perasaan marah, saya
akan menarik nafas dan melakukan Puja Tri Sandhya
kembali sus”
Perawat : “Apakah ibu mampu melakukannya secara mandiri dan tanpa
saya dampingi ibu ?”
Pasien : “Iya saya mampu sus”

Perawat : “Baik kalau mampu, nanti dapat ibu lakukan secara mandiri
ya ibu”
Pasien : “Iya baik sus”

❖ Kontrak Yang Akan Datang

Perawat : “Nah dikarenakan terapi yang saya berikan kepada ibu telah
selesai, untuk besok pagi apakah kita bisa bertemu kembali
di jam yang sama untuk saya lakukan observasi pada kondisi
ibu. Apakah ibu bersedia?”
Pasien : “Iya sus saya bersedia”
Perawat : “Baik sampai bertemu besok ibu Pebi”
Pasien : “Iya sus”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 TINDAKAN KEPERAWATAN

TEKNIK DISTRAKSI, TEKNIK PENGALIHAN MARAH


PADA PASIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

PENGKAJIAN
1. Kondisi Pasien
• Data Subjektif (DS) :
Ny. P usia 65 tahun, datang ke poliklinik psikiatri diantar keluarga dengan
keluhan tidak dapat tidur, tidak ada nafsu makan, tidak memiliki keinginan untuk
melakukan kegiatan apapun. Ny. P mengeluh lemas, seluruh badan seperti mati
rasa. Ny. P mengatakan keluhan tersebut muncul setelah kematian suaminya 4
bulan yang lalu. Ny. P merasa suaminya masih hidup, dan hanya pergi untuk
sementara waktu saja, mengeluh sejak kematian suaminya dia merasa kesepian,
tidak ada yang memperhatikan, dan merasa sendiri, dunia terasa hampa dan
sebagian dirinya juga ikut pergi.
• Data Objektif (DO) :
Tanda vital: TD 130/30mmHg, Denyut Nadi 80x/mnt, pernafasan 20x/mnt,pasien
tampak lesu, tidak bersemangat dan tangan dingin.

2. Diagnosa Keperawatan
Berduka berhubungan dengan (b.d) kematian keluarga atau orang yang berarti,
kematian suaminya 4 bulan yang lalu ditandai dengan (d.d) Ny P mengeluh tidak
dapat tidur, tidak ada nafsu makan, tidak memiliki keinginan untuk melakukan
kegiatan apapun. Ny P mengeluh lemas, seluruh badan seperti mati rasa. Ny P
merasa suaminya masih hidup, dan hanya pergi untuk sementara waktu saja,
mengeluh sejak kematian suaminya dia merasa kesepian, tidak ada yang
memperhatikan, dan merasa sendiri, dunia terasa hampa dan sebagian dirinya juga
ikut pergi, Tanda vital: TD 130/30mmHg, Denyut Nadi 80x/mnt, pernafasan
20x/mnt, pasien tampak lesu, tidak bersemangat dan tangan dingin.
3. Rencana Keperawatan
Mengajarkan teknik distraksi, teknik pengalihan dalam menurunkan marah

4. Tujuan Keperawatan
a. TUM : pasien secara aktif mampu melewati proses kehilangan dan berduka
secara tuntas
b. TUK :
✓ TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya
✓ TUK 3 : pasien dapat mencegah dan mengontrol perilaku marah dengan
teknik distraksi, teknik pengalihan
✓ TUK 4 : pasien dapat mengetahui manfaat menurunkan marah secara
Dengan teknik distrkasi, teknik pengalihan
✓ TUK 5 : pasien dapat memperagakan dan menggunakan teknik distraksi,
teknik pengalihan untuk mengatasi perasaan marah
✓ TUK 6 : : pasien dapat lebih tenang

5. Fase Hubungan Terapeutik


A. Fase Orientasi
❖ Salam Terapeutik

Perawat : “Selamat pagi ibu Pebi, perkenalkan kembali saya


Ni Putu Ayu Krisna Indrayani bisa dipanggil perawat
Ani yang bertugas hari ini dari pukul 8 pagi sampai pukul
2 siang”
Pasien : “Iya sus selamat pagi” (sambil tersenyum)

❖ Evaluasi dan Validasi

Perawat : “Sebelumnya bagaimana perasaan ibu sekarang ?”

Pasien : “Perasaan saya sekarang lebih baik dari kemarin, saya merasa
lebih tenang”
Perawat : “Apakah ibu sudah melakukan terapi yang saya instruksikan
kemarin ?”
Pasien : “Sudah sus”

❖ Kontrak
Perawat : “Baik ibu, sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan berbincang
kembali diruangan ini untuk membantu ibu agar bisa lebih
tenang dengan terapi teknik distraksi. Saya membutuhkan waktu
10 menit, apakah ibu bersedia untuk melakukan terapi ini
dengan saya ?”
Pasien : “Iya saya bersedia sus”

B. Fase Kerja
Perawat : “Baik ibu, teknik distraksi ini bertujuan untuk mengalihkan
rasa marah dan kesal dengan cara melakukan sesuatu
yang ibu sukai baik itu melakukan hobi ibu atau sesuatu yang
sering ibu lakukan saat dirumah. Sebelumnya apakah ibu
memiliki hobi atau sesuatu yang suka ibu lakukan saat
senggang ?”
Pasien : “Hobi saya mendengarkan lagu sus terutama lagu bali”
Perawat : “Nah… bagus dengan hobi ibu mendengarkan lagu terutama
lagu bali, ibu bisa melakukannya saat ibu merasa marah.
Selain dengan terapi yang dilakukan kemarin, ibu juga dapat
melakukan terapi ini untuk meringankan rasa marah ibu.
Apakah ibu mengerti dengan maksud saya ?”
Pasien : “Saya mengerti sus, nanti jika saya merasa marah akan saya
coba lakukan ke dua terapi tersebut”
Perawat : “Baik ibu Pebi sangat bagus. Apakah ibu mampu
melakukannya secara mandiri ?”
Pasien : “Tentunya saya mampu sus”
Perawat : “Baik ibu”
Pasien : “Iya sus”
C. Fase Terminasi
❖ Evaluasi Subjektif / Objektif

Perawat : “Baik ibu Pebi. Sebelumnya bagaimana perasaan ibu setelah


melakukan ke dua terapi tersebut?”
Pasien : “Saya sudah merasa sangat tenang serta rileks sus dengan
kondisi saya sekarang ini”
Perawat : “Baik pantas saja saya lihat kondisi ibu lebih baik dan
raut wajah ibu tampak segar dan fresh”
Pasien : “Iya sus saya merasa lebih baik dari kondisi sebelumnya”
Perawat : “Baik kalau begitu semoga untuk kedepannya kondisi ibu
semakin ditingkatkan lagi dan saya harapkan supaya kondisi
marah ibu selalu dapat ibu kendalikan ya ibu”
(sambil tersenyum)
Pasien : “Baik sus ini semua juga berkat arahan dari suster. Terima
kasih banyak ya” . (sambil tersenyum)
Perawat : “Iya saya juga ucapkan terima kasih kepada ibu karena
ibu telah kooperatif mengikuti semua arahan yang sudah
saya intruksikan”

❖ Rencana Tindak Lanjut

Perawat : “Nah baik jadi dengan dilakukannya terapi teknik distraksi dengan
Ibu melakukan hobi ibu mendengarkan lagu bali, seandainya
perasaan marah pada diri ibu kembali dirasakan, ibu dapat
mendengrakan lagu bali ya ibu”
Pasien : “Baik sus nanti jika saya mengalami perasaan marah, saya
akan mencoba mendengarkan lagu bali kembali”
Perawat : “Apakah ibu mampu melakukannya secara mandiri dan tanpa
saya dampingi ibu ?”
Pasien : “Iya saya mampu sus”
Perawat : “Baik kalau mampu, nanti dapat ibu lakukan secara mandiri
ya ibu”
Pasien : “Iya baik sus”

❖ Kontrak Yang Akan Datang

Perawat : “Nah dikarenakan terapi yang saya berikan kepada ibu telah
selesai, untuk sekarang saya akan kembali keruangan saya
ya ibu”

Pasien : “Iya sus terima kasih banyak ya”


Perawat : “Iya sama – sama ibu”
Pasien : “Iya sus”

Anda mungkin juga menyukai