Di susun oleh:
Kelompok 10
1. Fina Amalia (P07120118023)
2. Aulia Pratiwi Maulidya (P07120118018)
3. Septina Putri Rahayu (P07120118034)
4. Ratri Riszi Klarasati (P07120118037)
5. Estu Putri Wahyuni (P07120118049)
Isolasi sosial
Harga diri rendah Akibat
Berduka Masalah
Kehilangan Penyebab
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Seorang perempuan berusia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja
di suatu perusahaan sebagai tulang punggung keluarga. Seminggu yang lalu,
suaminya meninggal karena kecelakaan. Selepas meninggalnya suaminya itu ia
merasa tidak ada harapan lagi untuk hidup. Ia slalu merasa bersalah atas
kecelakaan yang terjadi pada suaminya. Sejak kejadian tersebut, ia sering
menyangkal bahwa suaminya telah meninggal, selain itu ia juga menghindari
untuk bertemu orang lain. Ia mengalami perubahan suasana hati yang sulit ditebak
dan sering mengurung diri di kamarnya sendiri bahkan ia masih belum bisa
menerima dukungan yang anaknya berikan kepadanya.
2. Diagnosa Keperawatan
Berduka
3. Tujuan
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Pasien bisa mengungkapkan perasaan yang berkaitan dengan kehilangan dan
perubahan.
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam
terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien
b. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan dan
diskusikan kehilangan secara terbuka.
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu. Saya Ayu, mahasiswa praktikan dari
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Ibu bisa memanggil saya perawat Ayu.Saya
perawat yang dinas pagi ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang
akan merawat Ibu. Nama Ibu siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?”
2. Evaluasi / validasi:
“Baiklah bu, bagaimana keadaan Ibu hari ini?”
3. Kontrak:
a. Topik :
“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar tentang
keadaan ibu? Tujuannya supaya ibu bisa lebih tenang bu dalam menghadapi
keadaan ini, dengan ibu mau berbagi cerita dengan saya, kesedihan ibu
mungkin bisa berkurang”
b. Waktu :
“Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?”
c. Tempat :
“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.”
KERJA
“Baiklah Ibu, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu saat ini?”
“Iya bu, saya paham dengan perasaan ibu saat ini,ibu sedih dan kita semua disini
juga sedih,”
“Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi sebenarnya
memang suami Ibu telah meninggal. Jadi Ibu harus tetap kuat dan bersabar.”
“Apakah ibu mau minum dulu, karena saya lihat ibu lemas. Saya ambilkan teh
hangat ya bu. Bagaimana bu, apakah sudah mendingan? Kalau ibu sudah merasa
baikan. Jika ingin bercerita saya sangat siap mendengarkan”.
“Ibu tidak perlu khawatir, semua yang ibu ceritakan kepada saya akan saya jaga
kerahasiannya.”
"Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba dipikirkan kembali,
jika Ibu pulang kerumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu karena
beliau memang sudah meninggal. Akan tetapi, ibu juga harus ingat bahwa Ibu juga
tidak akan hidup sendiri. Ibu masih punya saudara-saudara, anak-anak dan orang
lain yang sayang dan peduli sama Ibu.”
TERMINASI
1. Evaluasi:
a. Evaluasi Subjektif:
“Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulai memahami kondisi
yang sebenarnya terjadi?”
b. Evaluasi Objektif:
“Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan dari
perbincangan kita tadi.”
2. Tindak Lanjut :
“Ya, bagus sekali Bu dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima dengan
kenyataan ini, Ibu dapat mengingat kembali perbincangan kita hari ini.”
3. Kontrak yang akan datang:
a. Topik
“Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang selama 30 menit dan
sekarang sudah 30 menit bu! Bu, kapan ibu mau kita melanjutkan
perbincangan kita? Bagaimana kalau kita besok membicarakan tentang hobi
ibu.”
b. Waktu
“Untuk waktunya bagaimana kalau sama dengan tadi, 30 menit?”
c. Tempat
“Tempatnya mau dimana bu, sama seperti disini atau mau pindah ketempat
lain?”