Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

DENGAN MASALAH SPIRITUALITAS

Di susun oleh :
Kelompok 6
1. Jumiati Yaroliah (P07120118031)
2. Lega Diyah Utami (P07120118032)
3. Restu Amalia Ramadhanti (P07120118032)
4. Septina Putri Rahayu (P07120118034)
5. Fanni Rifqoh (P071201180435)

PRODI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Seseorang dikatakan lansia apabila berusia 60 tahun atau lebih karena
faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara
jasmani, rohani, maupun sosial (Nugroho, 2012).
2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Nugroho (2012) :
a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70-79 tahun)
c. Old-old (usia 80-89 tahun)
d. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
3. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017) :
a. Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun
(Ratnawati, 2017).
b. Jenis kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis
kelamin perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup
yang paling tinggi adalah perempuan (Ratnawati, 2017).
c. Status pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk
lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus
kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu
lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari
keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin
ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga
presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak
dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi (Ratnawati,
2017).
d. Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat
berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial
dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap
berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai
anggota masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar
pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah
tabungan, saudara atau jaminan sosial (Ratnawati, 2017).
e. Kondisi kesehatan
Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%,
artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di
antaranya mengalami sakit. Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak
menular (PTM) antar lain hipertensi, artritis, strok, diabetes mellitus
(Ratnawati, 2017).
4. Perubahan pada Lansia
Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan terjadinya
banyak perubahan pada lansia yang meliputi :
a. Perubahan fisiologis
Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit
kering, penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks
batuk, pengeluaran lender, penurunan curah jantung dan sebagainya.
Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat
lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus
menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi
kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.
b. Perubahan fungsional
Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan
perilaku aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting
untuk menentukan kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak
dalam ADL merupakan tanda penyakit akut atau perburukan masalah
kesehatan.
c. Perubahan kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan
dengan gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan
kadar neurotransmiter) terjadi pada lansia yang mengalami gangguan
kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala
gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan
berbahasa dan berhitung, serta penilaian yang buruk bukan
merupakan proses penuaan yang normal.
d. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan
proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia
seseorang, maka akan semakin banyak pula transisi dan kehilangan
yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang mayoritas disusun oleh
pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan
keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan
kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan jaringan sosial.
5. Permasalahan Lansia
Masalah umum yang dihadapi oleh lansia menurut Suardiman (2011)
diantaranya :
a. Masalah ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja,
memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi
lain, usia lanjut dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin
meningkat seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi seimbang,
pemeriksaan kesehatan secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi.
Lansia yang memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih baik karena
memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak
memiliki pensiun, akan membawa kelompok lansia pada kondisi
tergantung atau menjadi tanggungan anggota keluarga.
b. Masalah sosial
Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya
kontak sosial, baik dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat.
kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian,
terkadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, serta merengek-rengek jika bertemu dengan orang
lain sehingga perilakunya kembali seperti anak kecil.
c. Masalah kesehatan
Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya
masalah kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik
dan rentan terhadap penyakit
d. Masalah psikososial
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan
atau kemrosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang
mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling
berat seperti, kematian pasangan hidup, kematian sanak saudara
dekat, atau trauma psikis.
B. Konsep Spiritualitas
1. Definisi Spiritualitas
Spiritualitas adalah konsep dua dimensi dengan dimensi vertikal dan
horizontal. Dimensi vertikal mewakili hubungan dengan tuhan,
sedangkan dimensi horizontal mewakili hubungan dengan orang lain.
Spiritual adalah hubungan transenden antara manusia dengan yang Maha
Tinggi, sebuah kualitas yang berjalan diluar afiliasi agama, yang berjuang
keras mendapatkan penghormatan, kekaguman, inspirasi, dan
memberikan jawaban mengenai sesuatu yang tak terbatas (Mickey &
Beare, 2007).
2. Karakteristik Spiritual
Karakteristik spiritual menjadi bagianmisterius terkait upaya seseorang
untuk memahami makna dan tujuan hidup, keterakaitan yang harmonis
atau hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan
dengan orang lain, serta kekuatan dari batin yang berkaitan dengan
spiritualitas yang muncul dari dalam diri individu dan rasa suci (Marry,
2011).
a. Hubungan seseorang dengan diri sendiri
Kekuatan yang berasal dari dalam diri individu atau kepercayaan pada
diri sendiri dengan menyadari identitas dirinya sehingga mampu
menjawab siapa dirinya, apa perannya dalam kehidupan dan sikap
pada diri sendiri terkait percaya dengan masa depan, ketenangan
pikiran sehingga memiliki kepuasan dalam menjalani hidup dan
melihat pengalaman maupun kejadian dalam hidup sebagai hal positif.
b. Hubungan individu dengan orang lain
Hubungan yang lahir dari kebutuhan dihargai dan diperhatikan orang
lain, keadilan dan kebaikan, rasa takur akan kesepian. Hubungan
dengan orang lain dapat dilakukan dengan cara berbagi ilmu, waktu
dan melakukan aktivitas bersama-sama seperti peduli terhadap orang
sakit, peduli pada anak jalanan, dan bertakziah pada tetangga yang
meninggal dunia.
c. Hubungan individu dengan alam
Harmonisasi dengan alam meliputi pengetahuan dan interaksi
seseorang dengan alam. Harmonisasi dengan alam dapat
dimanifestasikan dengan pengetahuan tentang cuaca, musim, berbagai
tanaman, satwa sehingga mendorong seseorang untuk peduli dan ikut
serta memelihara alam.
d. Hubungan individu dengan Tuhan
Hubungan dengan Tuhan dapat dilihat dari sisi religius maupun tidak
religius yang tampak dari aktivitas keagamaan seperti beribadah,
membaca kitab suci, dan mengikuti ritual keagamaan.
3. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Pemenuhan kebutuhan vertikel individu dilakukan dengan cara :
a. Pemenuhan kebutuhan vertikal
Pemenuhan kebutuhan vertikal merupakan pemenuhan kebutuhan
spiritual yang berhubungan dengan Tuhan (Utami & Supratman,
2009). Pemenuhan kebutuhan spiritual dilakukan dengan cara berdoa
dan ritual agama.
b. Pemenuhan kebutuhan horizontal
Menurut Utami & Supratman (2009) pemenuhan kebutuhan
horizontal meliputi :
1) Hubungan dengan diri sendiri
Pemenuhan kebutuhan spiritual yang bersumber pada kekuatan
diri sendiri untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Kekuatan spiritual yang muncul dapat berupa
kepercayaan, harapan, dan makna hidup.
2) Hubungan dengan orang lain
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Maka dari itu setiap
individu harus dapat menjalin hubungan antar individu maupun
kelompok secara harmonis untuk memenuhi kebutuhan
spiritualitasnya. Pemenuhan kebutuhan spiritual dapat dilakukan
melalui cinta kasih dan dukungan sosial. Cinta kasih dan
dukungan sosial dapat memberikan efek yang positif pada setiap
individu karena dapat memberikan bantuan dan dukungan
emosional untuk membantu dalam menghadapi penyakitnya.
3) Hubungan dengan alam
Lingkungan atau suasana yang tenang dan nyaman dapat
memberikan kadamaian pada setiap individu dalam memenuhi
kebutuhan spiritualitasnya. Kedamaian tersebut dapat
meningkatkan status kesehatan individu karena sikap curring dan
empatinya.
4. Peran Keperawatan dalam Spiritualitas
Peran keperawatan dalam meningkatkan spiritualitas harus bersifat
individual dimana perawat harus bisa memberikan ketenangan dan
kepuasan batin dalam berhubungan dengan Tuhan atau agama yang
dianutnya. Dalam hal ini peran perawat menurut Yusuf (2013) antara
lain :
a. Pengkajian
Merupakan fungsi perawat yang terpenting. Data yang diperoleh
digunakan sebagai dasar bagi intervensi keperawatan. Pengkajian
yang terampil mencakup mendengarkan dengan penuh perhatian,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan terampil, mengobservasi
dengan penuh pemikiran dan berpikir kritis.
b. Teman
Perawat yang mengasuh harus menyediakan waktu untuk lansia,
membiarkan mereka menjadi diri mereka sendiri dan mengenal nilai
mereka. Keterampilan yang diperlukan adalah menunjukkan kasih
Tuhan, mendengarkan dengan penuh perhatian, memulai percakapan
yang mengarah pada topik spiritual, dan menyediakan diri secara
teratur.
c. Advokat
Peran advokasi perawat dapat mencakup menulis surat, menelpon,
atau melakukan pendekatan tentang sebab-sebab yang mempengaruhi
kesejahteraan klien.
d. Pemberi asuhan
Keterampilan perawat meliputi bersifat sensitive terhadap kebutuhan
yang tidak terungkap, meningkatkan sikap membantu, mendengarkan
adanya distress spiritual, dan memberikan perawatan fisik serta
spiritual secara bersamaan.
e. Manager kasus
Keterampilan keperawatan khusus yang diperlukan mencakup
mengelola sumber-sumber yang terbatas untuk mendapatkan manfaat
yang maksimal, mengelola bantuan untuk klien guna meminimalkan
keletihan akan asietas, dan meningkatkan penerimaan terhadap
bantuan tanpa menjadi ketergantungan.
f. Peneliti
Penyelidikan secara prinsip melibatkan sikap religius organisasi,
sikap religius pribadi, dan korelasi aktivitas religius dengan
kesehatan, penyesuaian pribadi, dan praktik-praktik lain. Lebih lanjut
lagi upaya penelitian spiritualitas belum sepenuhnya dibantu
pemerintah atau sumber pendanaan swasta.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia dengan Masalah Spiritualitas
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah tahap pertama dari proses
keperawatan. Pengkajian keperawatan pada lansia merupakan suatu
tindakan peninjauan situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud
menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah, penetapan kekuatan, dan
kebutuhan promosi kesehatan lansia (Kholifah, 2016).
Hal-hal yang dikaji dalam keluarga adalah :

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah tahap kedua dari proses keperawatan
setelah dilakukannya pengkajian keperawatan. Diagnosa keperawatan
merupakan kesimpulan yang ditarik dari data yang dikumpulkan tentang
lansia yang berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan masalah lansia
dan penarikan kesimpulan ini dapat dibantu oleh perawat (Kholifah,
2016).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada lansia dengan
masalah spiritualitas yaitu :
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan. Perencanaan keperawatan adalah
suatu proses penyusunan berbagai perencanaan keperawatan yang berguna untuk mencegah, menurunkan, atau
mengurangi masalah-masalah lansia (Kholifah, 2016).

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Suku bangsa :
Status marital :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :
Penanggung jawab :
Tgl masuk panti :
Tanggal pengkajian :
Sumber informasi :
2. Alasan Masuk Panti

3. Riwayat Kesehatan
a. Masalah kesehatan yang pernah dialami

b. Masalah kesehatan yang sekarang dialami

c. Masalah kesehatan keluarga

4. Pengkajian Tiap Sistem (Review Of System)


a. Sistem Pendengaran

b. Sistem Penglihatan

c. Sistem Integumen
d. Sistem Kardiovaskuler

e. Sistem Gastrointestinal

f. Sistem Perkemihan

g. Sistem Muskuloskeletal

h. Sistem Pernafasan

i. Sistem Endokrin

j. Sisten Reproduksi

k. Sistem Persarafan

5. Kemampuan Fungsional

6. Pengkajian Psikologik

7. Pengkajian Sosial

Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
B. Diagnosa Keperawatan
1.
C. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho. (2012). Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi 3. Jakarta : EGC

Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

Ratnawati, E. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Pustaka Baru


Press

Suadirman. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press

Anda mungkin juga menyukai