Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker kolorektal adalah kanker usus besar (kolon) dan usus
pembuangan akhir (rektum). Kebanyakan kanker kolorektal berawal dari
pertumbuhan sel yang tidak ganas atau adenoma, dimana pada stadium awal
membentuk sebuah polip (Harold Shryock, 1982:310). Kanker kolorektal
dalam bahasa latin colo-rectal carcinoma atau disebut juga kanker usus besar
merupakan suatu tumor ganas yang ditemukan di colon atau rectum. Colon
atau rectum adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang disebut
juga traktus gastrointestinal yang berfungsi sebagai penghasil energi bagi tubuh
dan membuang zat-zat yang tidak berguna. Menurut Siregar (2007: 4).
Kanker kolorektal merupakan penyakit kanker yang menempati urutan
ketiga terbesar di dunia dan penyebab kematian keempat terbanyak di dunia
yang disebabkan karena kanker. Berdasarkan data Wisconsin Reporting
System, kanker kolorektal menempati urutan ketiga penyebab kematian
tertinggi di dunia setelah kanker payudara dan kanker paru-paru yaitu terdapat
9,5% kasus dari jumlah penduduk dunia yang meninggal akibat kanker
kolorektal atau mencapai 1,23 juta kematian pertahun (Wisconsin Cancer
Reporting System, 2017: 8).
Kasus kanker kolorektal di Indonesia pada perempuan adalah terbanyak
ketiga setelah kanker payudara dan kanker serviks. Sedangkan pada lakilaki, ia
menempati urutan kedua setelah kanker paru, diikuti yang ketiga kanker 2
prostat (American Cancer Society, 2017).
Dari data Globocan 2012, insiden kanker kolorektal di Indonesia adalah
12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa, dengan mortalitas 9,5% dari seluruh
kasus kanker. Saat ini, kanker kolorektal di Indonesia menempati urutan nomor
tiga (Globocan IARC, 2012), kenaikan tajam yang diakibatkan oleh perubahan
pada diet orang Indonesia, baik sebagai konsekuensi peningkatan kemakmuran
serta pergeseran ke arah cara makan orang Barat (Westernisasi) yang lebih
1
tinggi lemak serta rendah serat. Sekitar 25% pasien kanker kolorektal baru
terdiagnosa pada stadium lanjut saat kanker sudah menyebar ke organ lain. Hal
ini mengkhawatirkan, karena pengobatan jadi lebih sulit dan mahal, serta
tingkat keberhasilan juga menurun (Yayasan Kanker Indonesia, 2017). Pada
tahap awal, biasanya kanker tidak menunjukkan gejala, oleh karena itu
pemeriksaan dini dapat mempermudah penyembuhan. Pemeriksaan dini kanker
kolorektal dilakukan pada laki-laki atau perempuan yang berusia lebih dari 50
tahun dan memiliki faktor resiko penyakit kanker kolorektal. Pada usia tersebut
dianjurkan untuk melakukan screening yaitu test darah samar pada feses setiap
tahun. Screening juga harus dilakukan oleh penderita polip dan orang yang
memiliki faktor resiko kanker kolorektal. Terdapat banyak tahapan yang dapat
dilakukan pada deteksi dini.
Pemeriksaan lanjut untuk mendeteksi adanya sel abnormal kanker
kolorektal dan mengetahui posisi sel kanker, antara lain: colonoscopy secara
virtual, yaitu CTScan untuk membangun model 3D dari usus besar. Double
Contrast Barium Enema (DCBE), yaitu sinar X pada usus menggunakan cairan
berkapur yang dikenal sebagai barium. Selain itu untuk mengetahui penyakit
kanker lebih lanjut dilakukan 3 pemeriksaan endoscopy dengan colonoscopy
setiap 10 tahun karena kanker kolorektal tersembunyi. Prosedur colonoscopy
dilakukan dengan memasukkan kamera kecil untuk memeriksa seluruh usus
besar dan rektum.
Jika seseorang positif terkena kanker kolorektal, maka tindakan lanjut
adalah melakukan Carcinoembryonic Antigen (CEA) untuk mengetahui
perkembangan penyakit sebelum pengobatan dimulai. Setelah hasil kanker
terdeteksi maka dilakukan penentuan stadium kanker kolorektal untuk
mengetahui seberapa jauh kanker telah menyebar ke organ lainnya. Penentuan
stadium diperlukan untuk melakukan tindakan pengobatan pada tahap
selanjutnya.
Berdasarkan National Cancer Institute (2006:12), tingkat stadium
kanker kolorektal dapat digolongkan sebagai berikut:

2
1. Stadium 0 (Carsinoma in Situ) : kanker hanya terdapat pada lapisan
terdalam rektum, belum menembus ke luar dinding.
2. Stadium I : sel kanker telah tumbuh pada dinding dalam kolon atau
rektum, tetapi belum menembus ke luar dinding.
3. Stadium II : sel kanker telah menyebar ke dalam lapisan otot dari kolon
atau rektum, tetapi sel kanker di sekitarnya belum menyebar ke kelenjar
getah bening.
4. Stadium III : kanker telah menyebar ke satu atau lebih kelenjar getah
bening di daerah tersebut, tetapi tidak ke bagian tubuh yang lain.
5. Stadium IV : kanker telah menyebar di bagian lain dari tubuh, seperti
hati, paruparu, atau tulang

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu pengertian dari Ca Colorectal?
2. Bagaimana Etiologi Ca Colorectal?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis pada Ca Colorectal?
4. Bagaimana Patofisiologi pada Ca Colorectal?
5. Bagaimana Tindakan Pengobatan Ca Colorectal?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ca Colorectal?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari Ca Colorectal
2. Mengetahui Etiologi Ca Colorectal
3. Mengetahui Manifestasi Klinis pada Ca Colorectal
4. Mengetahui Patofisiologi pada Ca Colorectal
5. Mengetahui Tindakan Pengobatan Ca Colorectal
6. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Ca Colorectal

D. METODE
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode
kualitatif dimana dalam penyusunan makalah ini dilakukan dengan
3
mengumpulkan berbagai studi pustaka melalui media literature dan elektronik
(internet).

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar,
terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan/atau rektum (bagian
kecil terakhir dari usus besar sebelum anus).
B. ETIOLOGI
Adapun beberapa penyebab kanker kolorektal ialah:
1. Usia
Resiko terkena kanker colon meningkat dengan bertambahnya usia.
Kebanyakan kasus terjadi pada orang yang berusia 60-70 tahun. Jarang
sekali ada penderita kanker colon yang usianya dibawah 50 tahun kalaupun
ada, bisa dipastikan dalam sejarah keluarganya ada yang terkena kanker
colon juga.
2. Polip
Adanya polip pada colon, khususnya polip jenis adenomatosa. Jika polip ini
langsung dihilangkan pada saat ditemukan, tindakan penghilangan tersebut
akan bisa mengurangi resiko terjadinya kanker colon dikemudian hari.
3. Riwayat kanker
Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap kanker colon (bahkan pernah
dirawat untuk kanker colon) beresiko tinggi terkena kanker colon lagi
dikemudian hari.
4. Factor keturunan/ Genetika
Sejarah adanya kanker colon dalam keluarga, khususnya pada keluarga
dekat. Orang yang keluarganya memiliki riwayat FAP (Familial Adematosus
Polyposis) atau polip adematosa familial memiliki resiko 100%
5. Penyakit colitis atau radang colon
6. Kebiasaan merokok
Perokok memiliki resiko jauh lebih besar untuk terkena kanker colon
dibandingkan pada yang tidak merokok
5
7. Kebiasaan makan
8. Kurangnya aktivitas fisik
9. Obesitas
10. Infeksi virus
Infeksi virus seperti HPV (Human Papiloma Virus)
11. Kontak dengan zat-zat kimia seperti logam
12. Kebiasaan mengkonsumsi alcohol
13. Bekerja sambil duduk seharian

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Stadium dini
a. Tanda iritasi usus dan perubahan kebiasaan defekasi :
Sering buang air besar, diare atau obstipasi, kadang kala obstipasi dan
diare silih berganti, tenesmus, anus turun tegang, sering terdapat nyeri
samar abdomen.
b. Hematokezia :
Tumor luka ulserasi berdarah kadang kala merah segar atau merah gelap,
biasanya tidak banyak, intermitan. Jika posisi tumor agak tinggi , darah
dan feses bercampur menjadikan feses mirip selai . kadang kala keluar
lender berdarah
c. Ileus :
Ileus merupakan tanda lanjut kanker colon. Ileus colon sisi kiri sering
ditemukan. Kanker colon tipe useratif atau hiperplastik menginvasi ke
sekitar dinding usus membuat lumen usus menyempit hingga ileus.
d. Massa abdominal :
Ketika tumor tumbuh hingga batas tertentu hingga batas abdomendapat
diraba adanya massa, sering ditemukan pada colon belahan kanan.
e. Anemia, pengurusan, demam, asthenia, dan gejala toxic sistomik lain
2. Stadium Lanjut
Selain gejala local tersebut diatas dokter harus memperhatikkan tumor
adalah penyakit sistemik, pada fase akhir progresi kanker usus besar timbul
6
gejala stadium lanjut yang sesuai. Misal, invasi luas tumor dalam kavum
pelvis. Menimbulkan nyeri daerah lumbo sakra, iskialgia, dan
neuralgia,obturatoria.

D. PATOFISIOLOGI
Kanker colon dan rectum (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan
menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas kedalam struktur
sekitarnya.
Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian
tubuh yang lain paling sering ke hati (japeries, 2013).
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan
lumen khusus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan.
Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan akses, serta timbunya
metastase pada jaringan lain.Prognosis relative baik bila lesi terbatas pada
mukosa dan submukosa pada saat reseks dilakukan, dan jauh lebih jelek telah
terjadi metastase ke kelenjar limfe (japeries, 2013).
Menurut Diyono 2013 tingkatan kanker kolorektal dari Duke sebagai berikut:
1. Stadium satu :
Terbatas hanya pada mukosa kolon (dinding rectum dan kolon)
2. Stadium dua :
Menembus dinding otot, belum metastase
3. Stadium tiga :
Melibatkan kelenjar limfe
4. Stadium empat :
Metastase ke kelenjar limfe yang berjauhan dank e organ lain.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi paling umum dari kanker kolorektal adalah kanker yang menjalar ke
bagian tubuh lainnya. Pengobatan kanker kolorektal juga menyebabkan
beberapa komplikasi seperti:
7
1. Retensi urin
2. Kebocoran dari lokasi bedah
3. Nyeri
4. Reaksi alergi kulit atau sensasi terbakar
5. Penyumbatan mekanis (penyempitan)
6. Perdarahan dan radionekrosis (kerusakan jaringan akibat energi radiasi)
7. Mual, muntah
8. Diare
9. Ketidakmampuan untuk melawan infeksi
10. Reaksi alergi
Penderita hipertensi, kencing manis, penyakit jantung koroner, dan penyakit
kronis lainnya harus lebih berhati-hati. Komplikasi dari Kanker Kolorektal
biasanya tergantung dari tindakan yang dilaksanakan.
1. Penyelidikan
Pasien yang membutuhkan terapi endoskopik, seperti polipektomi
(pengangkatan polip), hemostasis endoskopik, serta perluasan dan
penempatan stent memiliki risiko komplikasi serius yang lebih tinggi, seperti
perforasi dan perdarahan usus.
2. Operasi Bedah
Penyembuhan luka operasi usus yang lambat bisa menyebabkan peritonitis
dan sepsis. Inflamasi dan disfungsi kencing juga bisa terjadi. Namun, perlu
dicatat bahwa operasi minimal invasif yang lebih umum digunakan untuk
kanker usus besar telah mengurangi risiko komplikasi secara signifikan
dalam beberapa tahun terakhir.
3. Terapi adjuvant
Efek samping umum dari radioterapi dan kemoterapi mencakup: kelelahan,
rentan terhadap infeksi atau perdarahan, kehilangan nafsu makan, mual dan
muntah, rambut rontok, sembelit atau diare.

F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Menurut Casciato (2004) ada beberapa macam pemeriksaan penunjang yang
8
dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker kolon yaitu :

1. Biopsi
Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat
penting jika terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan
dilakukanya biopsi maka sikat sitologi akan sangat berguna
(Casciato, 2004).
2. Carsinoembrionik Antigen (CEA) Screening
CEA adalah sebuah glikopretein yang terdapat pada permukaan sel
yang masuk ke dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai
marker serologi untuk memonitor status kanker kolorektal dan untuk
mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar. CEA terlalu
insensitif dan nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai screening
kanker kolorektal. Meningkatnya nilai CEA serum, bagaimanapun
berhubungan dengan beberapa parameter. Tingginya nilai CEA
berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari
penyakit dan kehadiran metastase ke organ dalam. Meskipun
konsentrasi CEA serum merupakan faktor prognostik independen.
Nilai CEA serum baru dapat dikatakan bermakna pada monitoring
berkelanjutan setelah pembedahan (Casciato, 2004).
Meskipun keterbatasan spesifitas dan sensifitas dari tes CEA, namun
tes ini sering diusulkan untuk mengenali adanya rekurensi dini. Tes
CEA sebelum opersai sangat berguna sebagai faktor prognosa dan
apakah tumor primer berhubungan dengan meningkatnya nilai CEA.
Peningkatan nilai CEA preoperatif berguna untuk identifikasi awal
dari dari metastase karena sel tumor yang bermetastase sering
mengakibatkan naiknya nilai CEA (Casciato, 2004).
3. Digital Rectal Examination
Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral,posterior, dan
anterior, serta spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba
dengan mudah. Metastasis intraperitoneal dapat teraba pada bagian
9
anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis kantong
douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm
merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun
telah lama diketahui bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau
oleh jari, sehingga Rectal examination merupakan cara yang tidak
dapat begitu saja diabaikan (Schwartz, 2005).
4. Barium Enema
Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai double
kontras varium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam
mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan
bersama-sama fleksibel sigmoidoskopi merupakan cara yang hemat
biaya sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang
tidak dapat mentoleransi kolonoskopi, atau digunakan sebagai
pemantauan jangka panjang pada pasien yang mempunyai riwayat
polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko perforasi dengan
menggunakan barium eneme sangat rendah, yaitu sebesar 0,02% jika
terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah kontras larut air harus
digunakan dari pada barium enema. Barium peritonitis merupakan
komplikasi yang sangat serius yang dapat mengakibatkan berbagai
infeksi dan peritoneal fibrosis. Tetapi sayangnya sebuah kontras larut
air tidak dapat menunjukan detail yang penting untuk menunjukam
lesi kecil pada mukosa kolon (Schwartz, 2005).
5. Endoskopi
Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon
karena 3% dari pasien mempunyai synchronous kanker dan
berkemungkinan untuk mempunyai polip premaligna (Casciato,
2004).
6. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh
mukosa kolon dan rectum. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya
dapat mencapai 160 cm. Kolonoskopi merupakan cara yang paling
10
akurat untuk dapat menunjukan polip dengan ukuran kurang dari 1
cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar sebesar
94%, lebih baik dari pada barium enema yang keakuratannya hanya
sebesar 67% (Depkes, 2006). Sebuah kolonoskopi juga dapat
digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol perdarahan dan
dilatasi dari struktur. Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat
aman dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan
perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi
merupakan cara yang sangat berguna untuk mendiagnosis dan
manajemen dari Inflamatory Bowel Disease, non akut divertikulitis,
sigmoid volvulus, gastrointestinal bleedin, megakolon non toksik,
struktur kolon dan neoplasma. Komplikasi lebih sering terjadi pada
kolonoskopi terapi daripada diagnostik kolonoskopi, perdarahan
merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik, sedangkan
perforasi merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostik
(Schwartz, 2005).

G. TINDAKAN PENGOBATAN
Modalitas pengobatan yang umum digunakan untuk kanker usus besar
mencakup:
1. Operasi Bedah
Operasi pengangkatan tumor merupakan tindakan pengobatan utama
untuk kanker usus besar. Tindakan pengobatan ini bisa menyembuhkan
kanker usus besar stadium awal dan sebagian kecil kasus yang sudah
menyebar ke hati atau paru-paru. Munculnya tindakan bedah minimal
invasif akhir-akhir ini tidak hanya mempercepat masa rehabilitasi,
namun juga sangat mengurangi risiko komplikasi, meskipun tindakan ini
tidak cocok untuk semua pasien. Untuk kanker rektum, reseksi
mesorektal secara menyeluruh dianjurkan untuk meningkatkan hasil
pengobatan. Stoma yang bersifat sementara atau permanen mungkin
diperlukan pada pasien-pasien tertentu.
11
2. Terapi Adjuvan
Terapi adjuvan bisa mengurangi kemungkinan kambuh pada pasien
tertentu. Pengobatan adjuvan yang bisa dipertimbangkan mencakup
terapi radiasi dan kemoterapi. Terapi radiasi adalah tindakan pengobatan
menggunakan radiasi berenergi tinggi untuk menghancurkan sel-sel
kanker. Tindakan ini utamanya digunakan pada pasien kanker rektum.
Kemoterapi adalah tindakan pengobatan menggunakan obat anti-kanker
untuk membunuh sel-sel kanker. Pengobatan ini biasanya diberikan
setelah dilakukannya operasi radikal, meskipun beberapa pasien
memerlukan tindakan perawatan tersebut sebelum operasi untuk
memfasilitasi reseksi bedah.
Pasien yang membutuhkan terapi Adjuvan:
a. Pasien Stadium II
Pengobatan adjuvan bisa dipertimbangkan bagi pasien kanker
usus besar dan rektum stadium II dengan fitur berisiko tinggi.
b. Pasien Stadium III
Pengobatan adjuvan umumnya direkomendasikan bagi pasien
kanker usus besar dan rektum stadium III.
c. Pasien Stadium IV
Pengobatan adjuvan hanya dipertimbangkan jika semua lesi
metastasis dan tumor primer sudah benar-benar direseksi.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KANKER KOLOREKTAL
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh
1. Riwayat kesehatan:
Adanya nyeri abdomen dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan
dengan makan arau defekasi), pola eliminasi dahulu dan saat ini, deskripsi tentang
warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal, riwayat keluarga dari
penyakit kolorektal dan terai obat saat ini. Kebiasaan diet mencakup masukan
lemak dan atau serat serta jumlah konsumsi alkohol.
3. Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan palpasi
abdomen untuk area nyeri tekan, distensi dan masa padat. Spesimen feses
diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah
Pengkajian  pasien Post Operatif  Ca Colon meliputi :
1. Sirkulasi Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit
vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2. Integritas Ego Gejala : Perasaan cemas, takut, marah, apatis; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup. Tanda: tidak dapat istirahat,
peningkatan ketegangan/peka rangsang; stimulasi simpatis.
3. Makanan / cairan Gejala: Insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas); membrane mukosa
yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4. Pernapasan Gejala: infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5. KeamananGejala: alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan;
Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi  sitemik dan penundaan
penyembuhan); Munculnya kanker /terapi kanker terbaru; Riwayat keluarga tentang

13
hipertermia malignant/reaksi anestesi; Riwayat penyakit hepatic (efek dari
detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi); Riwayat transfuse
darah / reaksi transfuse.Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ;
demam.
Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic,
antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic,
dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat
yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan
kerusakan  ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pascaoperasi).
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah;
adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi,
berhubungan dengang makan atau defekasi),  pola eliminasi terdahulu dan saat ini,
deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus.
Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis
atau polip kolorektal, dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup
masukan lemak dan/ atau serat serta jumlah konsumsi alkohol. Riwayat penurunan berat
badan adalah penting.Pengkajian objektif adalah mencakup auskultasi abdomen
terhadap bisisng usus dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa
padat. Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.

B. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Diagnosa keperawatan
yang muncul pada pasien Post operatif  kanker kolon meliputi:
1. Perubahan eliminasi alvi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat Ca Colorectal.
2. Risiko infeksi berhubungn dengan perdarahan tonjolan CA..
3. PK. Perdarahan
4. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit

14
C. PERENCANAAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Perubahan eliminasi Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi warna dan


alvi berhubungan keperawatan 3x24 jam pola konsistensi feses, frekuensi,
dengan penurunan defekasi pasien normal keluarnya flatus, bising usus
asupan cairan dan kembali (2x1hari) dan nyeri terkan abdomen.
serat, kelemahan otot Dengan kriteria hasil : 2. Ajarkan klien dalam bantuan
abdomen sekunder 1. Bentuk feses lonjong dan eleminasi defekasi.
akibat Ca Colorectal lunak 3. Anjurkan klien untuk
2. Nyeri saat defekasi menghindari mengejan
berkurang skala: 3-4 selama defekasi.
4. Observasi bisingusus dan
peristaltic perut klien
5. Konsultasikan pada ahli gizi
untuk meningkatkan serat
dan cairan dalam diet.
6. Konsultasikan dengan dokter
untuk memberikan bantuan
eleminasi, seperti : diet,
pelembut feses, enema dan
laksatif.

2. Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi metastase


berhubungn dengan keperawatan 3x24 jam resiko peyebaran ca ke organ lain
perdarahan tonjolan infeksi dan metastase ke organ dengan cara palpasi ke
CA. lain tidak cepat dan mungkin daerah purutt sekitar kolon
hilang 2. Observasi bising usus dan
peristalaik pasien
Dengan kriteria hasil : proses

15
penyebaran infeksi dan 3.   Kolaborasi dengan dokter
metastase ke organ lain tidak untuk memberikan
ada kortikosteroid
4.   Kolaborasi dengan dokter
untuk melakukan usg dan ct-
scan
5.   Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian antibiaotik

3. PK Perdarahan Setelah dilakukan asuhan 1. Posisikan klien


keperawatan selama 2x24 jam 2. Pantau tanda-tanda vital
Perdarahan terhenti. 3. Batasi aktivitas klien
Dengna kriteria hasil : 4. Membantu dan melayani
1. Melena tidak terjadi klien dalam hal penggunaan
2. Hematemesis tidak terjadi Diapers

5.   Kolaborasi rehidrasi kumbah


lambung
6.   PK. Kolaborasi:
a.    Kolaborasi denngan
dokter dalam pemberian
transamin (obat
penghenti perdarahan)
b.    Kolaborasi gengan
dokter untuk dilakukan
pembedahan
c.    Kolaborasi denan dokter
untuk transfuse darah

4. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindak 1. Monitor  rasa sakit secara


dengan proses keperawatan selama 3x24 jam reguler, catat karakteristik,

16
penyakit Pasien mengatakan bahwa rasa lokasi dan intensiitas (0-10) 
nyeri telah terkontrol atau 2. Kaji tanda-tanda vital,
hilang perhatikan takikardia,
Dengan kriteria hasil : hipertensi dan peningkatan
Pasien tampak rileks, dapat pernapasan, bahkan jika pasien
beristirahat/tidur dan menyangkal adanya rasa sakit.
melakukan pergerakkan yang 3. Berikan informasi mengenai
berarti sesuai toleransi. sifat ketidaknyamanan, sesuai
kebutuhan.
4. Lakukan reposisi sesuai
petunjuk, misalnya semi –
Fowler ; miring.
5. Observasi efek analgetik
6. Kolaborasi, pemberian
analgetik IV sesuai kebutuhan.

D. EVALUASI
1. Mempertahankan eliminasi usus adekuat
2. Mengalami sedikit nyeri
3. Meningkatkan toleransi aktivitas
4. Mencapai tingkat nutrisi optimal
a. Makan diet tinggi serat, rendah protein, dan rendah kalori
b. Kram abdomen berkurang
5. Keseimbangan cairan tercapai
a. Membatasi masukan  makanan dan cairan oral bila terjadi mual
b. Berkemih sedikitnya 1,5 L/24 jam
6. Mengalami penurunan ansietas
a. Mengungkapkan masalah dan rasa takut dengan bebas
b. Menggunakan tindakan koping untuk menghadapi stres
7. Memerlukan informasi tentang diagnosis, prosedur bedah dan perawatan diri
setelah pulang

17
a. Mendiskusikan diagnosa, prosedur bedah, dan perawatan diri pascaoperatif
b. Mendemonstrasikan teknik perawatan ostomi
8. Mempertahankan insisi tetap bersih, stoma, dan luka perineal. Secara bertahap
meningkatkan partisipasi dalam perawatan stoma dan kulit periostomal.
9. Mengungkapkan perasaan dan masalah tentang diri sendiri secara verbal
10. Tidak mengalami komplikasi
a. Menggunakan antibiotik oral sesuai resep
b. Bekerjasama dalam  protokol pembersihan usus
c. Tidak demam
d. Bising usus ada
e. Lingkar abdomen dalam batas normal atau menurun
f. Tidak ada bukti perforasi atau perdarahan

18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar.
Adapun beberapa penyebab kanker kolorektal ialah usia; polip; riwayat kanker;
faktor keturunan; penyakit colitis atau radang colon; kebiasaan merokok;
kebiasaan makan; kurangnya aktivitas fisik; obesitas; infeksi virus; kontak
dengan zat-zat kimia; kebiasaan mengkonsumsi alcohol; serta bekerja sambil
duduk seharian. Komplikasi paling umum dari kanker kolorektal adalah kanker
yang menjalar ke bagian tubuh lainnya. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi kanker kolon yaitu biopsi; carsinoembrionik
antigen (CEA) screening; digital rectal examination; barium enema; endoskopi;
dan kolonoskopi. Modalitas pengobatan yang umum digunakan untuk kanker
usus besar mencakup operasi bedah dan terapi Adjuvan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2014. Askep Ca Colorectal.


http://perawatpoltekyk.blogspot.com/2014/01/askep-ca-kolorektal.html#
(diakses pada : 22 September 2019)
Anggraeni, Nurul. BAB I (Online) diakses melalui
http://eprints.uny.ac.id/56391/1/BAB%20I.pdf pada 17 September 2019
Pukul 09.00 WIB.
Arafat, Bhayu Bangkit. BAB II (Online) diakses melalui
http://repository.ump.ac.id/1366/3/BHAYU%20BANGKIT%20ARAFAT
%20BAB%20II.pdf pada 17 September 2019 pukul 09.15 WIB.
Hospital Autority. 2017. Kanker Usus Besar (Online) diakses melalui
https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/Diseases/Ca
ncer/Bowel%20Cancer/Cancer-Bowel-Cancer-Indonesian.pdf?ext=.pdf
pada 20 September 2019, Pukul 13.00 WIB)
Kemenkes. Kanker Kolorektal (Online) diakses melalui
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKKolorektal.pdf pada 20
September 2019 pukul 13.15 WIB)

20

Anda mungkin juga menyukai