Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

OLEH :

ASRI (2118044)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penyusun haturkan ke-hadirat Allah SWT, atas


rahmat dan karunia-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah yang berjudul ”Penyakit menular seksual” guna
memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN MATERNITAS II.
Penyusun sangat menyadari, bahwa didalam makalah ini masih banyak
kekurangan maupun kesalahan, untuk itu kepada para pembaca harap
memaklumi adanya mengingat keberadaan penyusunlah yang masih
banyak kekurangannya. Dalam kesempatan ini pula penyusun
mengharapkan kesediaan penbaca untuk memberikan saran yang
bersifat perbaikan, yang dapat menyempurnakan isi makalah ini dan
dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.

Ucapan terima kasih sangat perlu penyusun aturkan kepada Ibu dosen
penanggung jawab mata kuliah KEPERAWATAN MATERNITAS II,
semuga atas kebesaran hati dan kebaikan beliau mendapat rahmat dari
Allah SWT. Amin.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah wawasan, khususnya


bagi penyusun dan umumnya pagi para pembaca.

2
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................1
C. Tujuan .........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian PMS................................................................................2
B. Macam-macam PMS..........................................................................3
1. Klamidia..............................................................................3
2. Gonore................................................................................4
3. Hepetitis B.........................................................................5
4. Herpes genetal...................................................................7
5. HIV/AIDS............................................................................7
6. HPV.....................................................................................8
7. Sifilis...................................................................................9
8. Trikominiasis.....................................................................1
1
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN...............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seks. Penyakit menular seksual akan
lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-
ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. PMS dapat
menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius.
Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan
menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan
bahkan kematian. Wanita lebih beresiko untuk terkena PMS lebih
besar daripada laki-laki sebab mempunyai alat reproduksi yang lebih
rentan. Dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak
segera dikenali, sedangkan penyakit melanjut ke tahap lebih parah.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Penegertian penyakit menular seksual (PMS)?
2. Macam-macam PMS, tanda dan gejala serta pencegahannya?

C. Tujuan
Untuk mengetahui tanda dan gejala PMS serta pencegahannya.

4
BAB II
PEMBAHASAN
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

A. PENGERTIAN PMS

Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi


yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui
kontak seksual. Menurut the Centers for Disease Control (CDC)
terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun.
Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah
kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular
PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini.

Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS


yang mudah diobati seperti gonore telah menjadi resisten
terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain, seperti
herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang
disebabkan oleh virus, tidak dapat disembuhkan. Beberapa dari
infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang
lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin,
herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah pernah
dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat
berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul
(PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan.
Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya
pencegahan penting untuk dilakukan.

Penting untuk diperhatikan bahwa kontak seksual tidak


hanya hubungan seksual melalui alat kelamin. Kontak seksual
juga meliputi ciuman, kontak oral-genital, dan pemakaian
“mainan seksual”, seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak
seksual yang dapat benar-benar disebut sebagai “seks aman” .

5
Satu-satunya yang betul-betul “seks aman” adalah abstinensia.
Hubungan seks dalam konteks hubungan monogamy di mana
kedua individu bebas dari IMS juga dianggap “aman”.
Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai aktifitas yang
aman. Sayangnya, sifilis, herpes dan penyakit-penyakit lain dapat
menular lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini.
Semua bentuk lain kontak seksual juga berisiko. Kondom
umumnya dianggap merupakan perlindungan terhadap IMS.
Kondom sangat berguna dalam mencegah beberapa penyakit
seperti HIV dan gonore. Namun kondom kurang efektif dalam
mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom memberi
proteksi kecil terhadap penularan HPV, yang merupakan
penyebab kutil kelamin.
B. MACAM-MACAM PMS
1) KLAMIDIA.
klamidia adalah PMS yang sangat berbahaya dan biasanya tidak
menunjukkan gejala; 75% dari perempuan dan 25% dari pria
yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman Chlamydia


trachomatis dan dapat diobati.

 Cara Penularan: Hubungan seks vaginal dan anal. Kuman


ini menyerang sel pada selaput lendir :

a) Uretra, vagina, serviks dan endometrium.

b) Saluran tuba fallopi.

c) Anus dan rektum.

d) Kelopak mata.

6
e) Tenggorokan (insiden jarang).

 Tanda dan Gejala: Sampai 75% kasus pada perempuan


dan 25% kasus pada laki-laki tidak menunjukkan gejala.
Gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal, dan
rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun
perempuan. Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri
pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan
seksual, pada laki-laki mungkin akan mengalami
pembengkakan atau nyeri pada testis.

 Pada perempuan, gejalanya bisa berupa :

 Keluarnya cairan dari alat kelamin atau sering disebut


keputihan encer

 berwarna kuning kecoklatan.

 Rasa nyeri di rongga pinggul.

 Pendarahan setelah hubungan seksual.

 Sedangkan pada laki-laki, gejalanya bisa berupa :

 Keluar cairan bening dari saluran kencing.

 Rasa nyeri saat kencing.

 Infeksi lebih lanjut dapat menyebabkan banyak cairan


keluar dan

 bercampur nanah.

 Pengobatan: Infeksi dapat diobati dengan antibiotik.


Namun pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan
kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.

7
 Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual secara
vaginal maupun anal dengan orang yang terinfeksi adalah
satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif.
Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat
menghilangkan sama sekali risiko tertular penyakit ini.

2) GONORE

Infeksi akut yang disebabkan bakteri neiserria gonorrhoe


(gonococcus) berbentuk menyerupai kacang buncis, hanya
tumbuh pada membran yang lembab dan hangat, antara lain :
anus dan genetalia.

Penyebabnya adalah kuman Neisseria Gonorrhoea, disebut juga


gonokokus, berbentuk diplokokus.

 Cara penularan: Infeksi gonorrhoe terjadi melalui kontak


fisik (seksual) secara langsung tanpa pemakaian
“pelindung” dan mengabaikan seks yang aman. Hubungan
seks vaginal, anal dan oral.

Kuman ini menyerang selaput lendir dari :

 Vagina, saluran kencing dan daerah rahim/ leher


rahim.
 Saluran tuba fallopi.
 Anus dan rektum.
 Kelopak mata.
 Tenggorokan.

 Tanda dan Gejala: Walaupun beberapa kasus tidak


menunjukkan gejala, jika gejala muncul, sering hanya
ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar.
Gejala-gejala meliputi discharge dari penis, vagina, atau
rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air kecil

8
Lelaki

 Keluar cairan putih kekuning-kuningan melalui penis.


 Terasa panas dan nyeri pada waktu kencing.
 Sering buang  air kecil.
 Terjadi pembengkakan pada pelir (testis).

Perempuan

 Pengeluaran cairan vagina tidak seperti biasa.


 Panas dan nyeri saat kencing. Keluhan dan gejala
terkadang belum tampak meskipun sudah menular ke
saluran tuba fallopi.

 Pengobatan: Infeksi dapat disembuhkan dengan


antibiotik. Namun tidak dapat menghilangkan kerusakan
yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.

 Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual baik


vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah
satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan.
Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat
menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini.

3) HEPATITIS B (HBV)

Memiliki masa inkubasi antara 45-160 hari dan mengenai pada


seluruh usia. Gejala yang muncul meliputi: lelah, kerongkongan
terasa pahit, sakit kepala, diare, nafsu makan menurun, oto
pegal-pegal dan sakit perut, demam tinggi serta vomitus.

 Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan


khususnya anal; memakai jarum suntik bergantian;

9
perlukaan kulit karena alat-alat medis dan kedokteran
gigi; melalui transfusi darah.

 Gejala: Sekitar sepertiga penderita HBV tidak


menunjukkan gejala. Gejala yang muncul meliputi
demam, sakit kepala, nyeri otot, lemah, kehilangan nafsu
makan, muntah dan diare. Gejala-gejala yang ditimbulkan
karena gangguan di hati meliputi air kencing berwarna
gelap, nyeri perut, kulit menguning dan mata pucat.

 Pengobatan: Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi


bersih dengan sendirinya dalam 4-8 minggu. Beberapa
orang menjadi terinfeksi secara kronis.

 Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks dengan


orang yang terinfeksi khususnya seks anal, di mana cairan
tubuh, darah, air mani dan secret vagina paling mungkin
dipertukarkan adalah satu-satunya cara pencegahan yang
100% efektif mencegah penularan virus hepatitis B
melalui hubungan seks. Kondom dapat menurunkan risiko
tetapi tidak dapat sama sekali menghilangkan risiko untuk
tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari
pemakaian narkoba suntik dan memakai jarum suntik
bergantian. Bicarakan dengan petugas kesehatan
kewaspadaan yang harus diambil untuk mencegah
penularan Hepatitis B, khususnya ketika akan menerima
tranfusi produk darah atau darah. Vaksin sudah tersedia
dan disarankan untuk orang-orang yang berisiko terkena
infeksi Hepatitis B. Sebagai tambahan, vaksinasi Hepatitis
B sudah dilakukan secara rutin pada imunisasi anak-anak
sebagaimana direkomendasikan oleh the American
Academy of Pediatrics.

4) HERPES GENETAL (HSV-2)

10
Adalah infeksi akut pada genetalia dengan gejala khas berupa
vesikel.

 Cara Penularan: Herpes menyebar melalui kontak seksual


antar kulit dengan bagian-bagian tubuh yang terinfeksi
saat melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral.
Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe
1 (HSV-1) umumnya menular lewat kontak non-seksual
dan umumnya menyebabkan luka di bibir. Namun, HSV-1
dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat
menyebabkan infeksi alat kelamin.

 Tanda dan Gejala-gejala: Gejala-gejala biasanya sangat


ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar;
rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau
keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang
terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah
kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga
terjadi di bagian tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan
sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul
kembali.

 Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk penyakit ini.


Obat anti virus biasanya efektif dalam mengurangi
frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala karena
infeksi HSV-2.

 Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara


vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah
satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif
mencegah penularan virus herpes genital melalui
hubungan seks. Kondom dapat mengurangi risiko tetapi
tidak dapat samasekali menghilangkan risiko tertular
penyakit ini melalui hubungan seks. Walaupun memakai

11
kondom saat melakukan hubungan seks, masih ada
kemungkinan untuk tertular penyakit ini yaitu melalui
adanya luka di daerah kelamin.

5) HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang hidup di


dalam darah manusia, tidak dalam darah setiap orang tetapi
hanya dalam darah seseorang yang terinfeksi. Meskipun begitu,
siapa saja bisa terinfeksi, termasuk anda. HIV tidak
membedakan usia, warna kulit, orientasi seksual, agama,
kebangsaan ataupun faktor pembeda lainnya. Sekali saja HIV
sudah berada dalam diri anda (artinya anda telah terinfeksi
HIV), tidak ada yang bisa anda lakukan untuk mengeluarkannya.
Tetapi ada banyak cara agar anda bisa menghindarinya. HIV
berkembang dari infeksi menjadi suatu penyakit yang
mengancam jiwa manusia, yaitu Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS),

 Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan


khususnya anal; darah atau produk darah yang terinfeksi;
memakai jarum suntik bergantian pada pengguna
narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada janin dalam
kandungannya, saat persalinan, atau saat menyusui.

 Gejala-gejala: Beberapa orang tidak mengalami gejala


saat terinfeksi pertama kali. Sementara yang lainnya
mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk demam,
kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan
pembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala
tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai
sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif
(dormant) selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut
secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan,

12
menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat
bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.

 Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk infeksi ini.


Obat-obat anti retroviral digunakan untuk
memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang
terinfeksi. Obat-obat lain digunakan untuk melawan
infeksi oportunistik yang juga diderita.

 Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual dengan


orang yang terinfeksi, khususnya hubungan seks anal, di
mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret vagina
paling mungkin dipertukarkan, adalah satu-satunya cara
yang 100% efektif untuk mencegah penularan HIV
melalui hubungan seks. Kondom dapat menurunkan risiko
penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali
kemungkinan penularan. Hindari pemakaian narkoba
suntik dan saling berbagi jarum suntik. Diskusikan
dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang
harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama
saat harus menerima transfusi darah maupun produk
darah.

6) HUMAN PAPILOMA VIRUS (HPV)

 Cara Penularan: Hubungan seksual vaginal, anal atau oral.

 Gejala-gejala: Tonjolan yang tidak sakit, kutil yang


menyerupai bunga kol tumbuh di dalam atau pada
kelamin, anus dan tenggorokan.

 Pengobatan: Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini.


Kutil dapat dihilangkan dengan cara-cara kimia,
pembekuan, terapi laser atau bedah.

13
 Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara
vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah
satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif
mencegah penularan. Kondom hampir tidak berfungsi
sama sekali dalam mencegah penularan virus ini melalui
hubungan seks.

7) SIFILIS

Adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema Pallidum,


bersifat kronik dan sistematik. Nama lain adalah Lues venereal
atau raja singa.

 Cara Penularan: Cara penularan yang paling umum adalah


hubungan seks vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit
ini juga dapat ditularkan melalui hubungan non-seksual
jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis
kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang
yang tidak terinfeksi.

 Gejala-gejala: Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan


luka yang tidak terasa sakit atau "chancres" yang
biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga
muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati
penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat
meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada
tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar
di seluruh tubuh.

Masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu, kadang-


kadang sampai 13 minggu. Kemudian timbul benjolan di
sekitar alat kelamin. Kadang-kadang disertai pusing-

14
pusing dan nyeri tulang seperti flu, yang akan hilang
sendiri tanpa diobati. Ada bercak kemerahan pada tubuh
sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seks. Gejala ini
akan hilang dengan sendirinya dan seringkali penderita
tidak memperhatikan hal ini.

Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak


menunjukkan gejala apa-apa, atau disebut masa laten.
Setelah 5-10 tahun penyakit sifilis akan menyerang
susunan syaraf otak, pembuluh darah dan jantung. Pada
perempuan hamil sifilis dapat ditularkan kepada bayi yang
dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati,
limpa dan keterbelakangan mental.

 Pengobatan: Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin;


namun, kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi
tidak dapat diperbaiki.

 Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara


vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah
satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif
mencegah penularan sifilis melalui hubungan seksual.
Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan
risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Masih
ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai
kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin.
Usaha untuk mencegah kontak non-seksual dengan luka,
ruam atau lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga
perlu dilakukan.

8) TRIKOMONIASIS

Trikomoniasis adalah PMS yang disebabkan oleh


parasitTricho monas

15
vaginalis.

 Cara Penularan: Trikomoniasis menular melalui kontak


seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada
benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat
menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.

 Gejala-gejala: Pada perempuan biasa terjadi keputihan


yang banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau.
Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan
atau saat berhubungan seksual juga sering terjadi.
Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau
mungkin tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki
mungkin akan terjadi radang pada saluran kencing,
kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis, namun
pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.

 Pengobatan: Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan


seks juga harus diobati.

 Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara


vaginal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satu
cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan
trikomoniasis melalui hubungan seksual. Kondon dan
berbagai metode penghalang sejenis yang lain dapat
mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko untuk
tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari
untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian
dengan orang lain untuk mencegah penularan non-seksual
dari penyakit.

16
BAB III

KESIMPULAN

A.Kesimpulan
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditakuti
oleh setiap orang. Angka kejadian penyakit ini termasuk tinggi di
Indonesia. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah
seseorang yang sering  “jajan” alias punya kebiasaan perilaku yang
tidaksehat.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.kesrepro.info/?q=node/312
2. http://www.lusa.web.id/penyakit-menular-seksual/
3. Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Arcan. Jakarta.

18
19

Anda mungkin juga menyukai