Di susun oleh :
Nama : Rein rahman
Nim : 2118014
MAKASSAR
2020
A. GOITER
1. Definisi goiter
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid. Pembesaran ini dapat
terjadi pada kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien yang kekurangan
hormon tiroid (hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon
(hipetiroidisme). Terlihat pembengkakan atau benjolan besar pada leher
sebelah depan (pada tenggorokan) dan terjadi akibat pertumbuhan
kelenjar tiroid yang tidak normal. Kelenjar tiroid yang membesar disebut
goiter. Goiter dapat menyertai hipo maupun hiperfungsi tiroid. Bila secara
klinik tidak ada tanda-tanda khas, disebut giter non-toksik
2. Etiologi & faktor resiko
Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi
kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi yodium, goitrogenik
glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid) seperti
ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara
berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan dan
tumor/neoplasma.
Auto-imun (dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang
komponen spesifik pada jaringan tersebut)
Defisiensi Yodium: yodium sendiri dibutuhkan untuk membentuk
hormon tyroid yang nantinya akan diserap di usus dan disirkulasikan
menuju bermacam-macam kelenjar. Kelenjar tersebut diantaranya
Choroid, Ciliary body, Kelenjar susu, Plasenta, Kelenjar air ludah,
Mukosa lambung, Intenstinum tenue, Kelenjar gondok. Sebagaian
besar unsur yodium ini dimanfaatkan di kelenjar gondok. Jika kadar
yodium di dalam kelenjar gondok kurang, dipastikan seseorang akan
mengidap penyakit gondok
Obat-obatan tertentu yang dapat menekan produksi hormon tiroid.
Peningkatan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) sebagai akibat dari
kecacatan dalam sintesis hormon normal dalam kelenjar tiroid.
Kerusakan genetik, yang lain terkait dengan luka atau infeksi di tiroid.
Tiroiditis adalah peradangan dari kelenjar tiroid sendiri dapat
mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid.
Beberapa disebabkan oleh tumor (Baik dan jinak tumor kanker).
Multinodular Gondok. Individu dengan gangguan ini memiliki satu atau
lebih nodul di dalam kelenjar tiroid yang menyebabkan pembesaran.
Hal ini sering terdeteksi sebagai nodular pada kelenjar perasaan
pemeriksaan fisik. Pasien dapat hadir dengan nodul tunggal yang
besar dengan nodul kecil di kelenjar, atau mungkin tampil sebagai
nodul beberapa ketika pertama kali terdeteksi.
Kanker Tiroid. Thyroid dapat ditemukan dalam nodul tiroid meskipun
kurang dari 5% dari nodul adalah kanker. Sebuah gondok tanpa nodul
bukan merupakan resiko terhadap kanker.
Kehamilan. Sebuah hormon yang disekresi selama kehamilan yaitu
gonadotropin dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.
3. Menifestasi klinis ( tanda dan gejala)
Penderita mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang resisten
terhadap terapi digitalis. Penderita dapat pula memperlihatkan bukti-bukti
penurunan berat badan, lemah, dan pengecilan otot. Penderita goiter
nodular toksik mungkin memperlihatkan tanda-tanda mata (melotot,
pelebaran fisura palpebra, kedipan mata berkurang) akibat aktivitas
simpatis yang berlebihan. Meskipun demikian, tidak ada manifestasi
dramatis oftalmopati infiltrat seperti yang terlihat pada penyakit Graves.
Gejala disfagia dan sesak napas mungkin dapat timbul. Beberapa goiter
terletak di retrosternal .Atau penderita datang karena benjolan di kepala
yang ternyata suatu metastase karsinoma tiroid pada kranium. Gejala
utama :
Peningkatan frekuensi denyut jantung
Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan
terhadap katekolamin
Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,
intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
Penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar
Mata melotot
Dapat terjadi eksoftalmus (penonjolan bola mata) Peningkatan
frekuensi buang air besar
Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid.
Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah
benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawah Adam’s apple.
Perasaan sesak di daerah tenggorokan.
Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi
batang tenggorokan).
Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).
Suara serak.
Distensi vena leher.
Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala
Kelainan fisik (asimetris leher)
4. Pemeriksaan dignostik
Tes pengambilan RAI : meningkat pada penyakit graves dan toksik
goiter noduler, menurun pada tiroiditis.
T4 dan T3 serum : meningkat
T4 dan T3 bebas serum : meningkat
TSH : tertekan dan tidak berespon terhadap TRH (tiroid releasing
hormon)
Tiroglobulin : meningkat
Stimulasi TR : dikatakan hipertiroid jika TRHdari tidak ada sampai
meningkat setelah pembetian TRH.
Ambilan tiroid 131 : meningkat
Ikatan protein oidium : meningkat
Gula darah : meningkat ( seiring dengan kerusakan pada adrenal)
Fosfat alkali dan kalsium serum : meningkat
Pemeriksaan fungsi hepar : abnormal
Elektrolit : hiponatemian yang mungkin sebagai akibat dari respon
adrenal atau efek dilusi dalam terapi cairan pengganti. Hipokalsemia
terjadi dengan sendirinya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan
diuresis.
Katekolamin serum : menurun
Kreatinin urine : menurun
EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.
5. Penatalaksanaan medis/terapi
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon
tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Konservatif
a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika
dosis berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.
Contoh obat adalah sebagai berikut :
1. Thioamide
2. Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
3. Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 - 600 mg/hari, dosis
maksimal
4. 2.000 mg/hari
5. Potassium Iodide
6. Sodium Ipodate
7. Anion Inhibitor
b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk
mengurangi gejala-gejala hipotiroidisme.
Contoh: Propanolol . Indikasi :
1. Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi
pada pasien muda dengan struma ringan sedang dan
tiroktosikosis.
2. Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum
pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif.
3. Persiapan tiroidektomi.
4. Pasien hamil, usia lanjut .
5. Krisis tiroid
Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara
menunggu pasien menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti
tiroid. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan,
pasien kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-
6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3
dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya
dan dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan keadaan
eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan , dan
dinilai apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat
antitiroid di hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun
kemudian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.
6. Komplikasi
Jantung
Hiperkalsemia
Nefrokalsinosis
Penurunan libido
Impotensi
Berkurangnya jumlah sperma
Ginekomastia
Oftalmopati graves
Dermopati graves
Infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.
7. Dignosa keperawatan dan intervensi
Diagnosa intervensi
Kadar hormone tiroid sirkulasi biasanya normal atau rendah dan bila
Tiroiditis Kronik
c. Prosesnya tidak sakit dan penderita bisa tidak sadar akan adanya
5. Penatalaksaan medis/terapi
Tiroiditis Akut
Tiroiditis Subakut
40 mg/hari).
berkaitan.
pengobatan radioterapi.
6. Komplikasi
yang dapat di toleransi maka dapat dicurigai sebagai kanker tiroid, dan
Diagnose Intervensi
1. Kerusakan menelan Monitor konsistensi
aspirasi.
Gunakan pengukuran
terjadi.
berdiskusi tentang
pengalaman nyeri.
C. HIPERPARATIROID
1. Definisi hiperparatiroid
Adalah kelainan endokrin dengan hipokalsemia dan insufisiensi kadar
hormon paratiiroid di sirkulasi, sering terjadi pada orang dewasa yang
mengalami pengangkatan kelenjar tiroid
2. Etiologi & faktor resiko
Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
Kerusakan autoimun pada kelenjar paratiroid
Faktor resiko yang dapat menyababkan hiperparatiroid meliputi:
a. Usia lebih dari 50 tahun
b. Wanita yang mengalami monopous, mengalami penurunan
esterogen yang dapat memicu penurunan vitamin D, sehingga
menyebabkan reabsorbsi kalsium meningkat.
c. Riwayat keluarga yang diturunkan seperti multiple neoplasma
endokrin tipe familial hypocalciuric hypercalcemia
d. Seseorang dengan hyperplasia paratiroid, adenoma atau karsinoma
e. Parathormon yang meningkat menyebabkan resorpsi tulang,
ekskresi ginjal menurun dan absorpsi kalsium oleh usus meningkat
f. Perubahan pada tulang (osteitis fibrosa sistika ), dan nefrolitiasis.
3. Menifestasi klinis (tanda dan gejala)
Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan
yang disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-
keluhan dari penderita (70 %) adalah tetani atau tetanic aequivalent.
Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal dimana tangan
berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-
jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio cubitti
dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan
ekstensi. Dalam tetanic aequivalent:
Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis
Stridor laryngeal (spasme ) yang bisa menyebabkan kematian
Parestesia
Hipestesia
Disfagia dan disartria
Kelumpuhan otot-otot
Aritmia jantung
Gangguan pernapasan
Epilepsi
Gangguan emosi seperti mudah tersinggung, emosi tidak stabil
Gangguan ingatan dan perasaan kacau
Perubahan kulit rambut, kuku gigi, dan lensa mata
Kulit kering dan bersisik
Rambut alis dan bulu mata yang bercak-bercak atau hilang
Kuku tipis dan rapuh
Erupsi gigi terlambat dan tampak hipoplastik
4. Pemeriksaan dignostik
Elektrokardiografi : ditemukan interval QT yang lebih panjang.
Foto Rontgen : sering terlihat klasifikasi bilateral pada ganglion basalis
di tengkorak, kadang-kadang juga serebellum dan pleksus koroid,
densitas tulang normal/bertambah.
Laboratorium :
a. Kadar kalsium ion serum rendah
b. Pasien hipokalsemia tapi kadar PTH dalam interval normal
c. kadar fosfor anorganik tinggi, fosfatase alkali normal atau rendah.
d. Periksa kemungkinan ada skrining genetik pada hipoparatiroid non
bedah
5. Penatalaksanaan medis/terapi
Terapi yang di berikan bergantung pada penyebab dan keparahan
penyakit
Pengangkatan dengan cara bedah jaringan paratiroid abnormal untuk
hiperparatiroidisme primer, pada preoperative anjuran pasien untuk
minum cairan 2000 ml atau lebih untuk mencegah pembentukaana
kalkulus
Hindari deuretik tiazid karena dapat menurunkan ekskresi kalsium
ginjal
Mobilitas yang cukup agar tulang yang mengalami stress normal
melepaskan sedikit kalsium
Berikan fosfat oral
Pemeberian hidrasi yang cukup
Berikan obat-obat spesifik untuk mengatasi hiperkalsemi, termasuk
steroid dan diuretic yang dapat mengeluarkan kalsium
6. Komplikasi
Komplikasih yang di akibatkan hiperparatiroid yang ttidak segera di
tangani yaitu batu ginjal, infeksi saluran kemih, pankreatitis (inflamasi di
pancreas) dan kerusakan pada tulang. Selain itu hiperparatiroid dapat
mempengaruhi kehamilan pada wanita yaitu:
Hiperkalsemia dapat menimbulkan pengiriman nutrisi dan O2 menuju
janin sehingga menyebabkan abortus, persalinan premature, ke atian
janin intrauteri yang di dahului dengan tetani janin, termasuk vital,
jantung dan paru.
Peningkatan hormone maternal dapat menekan pengeluaran hormone
paratiroid janin sehingga janin mengalami hipokalsemia. Gangguan ini
menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit darah janin dan
meninmbulkan tetani otot yang diakhiri dengan kematian akibat
gengguan kontraktilitas jantung janin.
Kemudian hiperparatiroid juga dapat menimbulkan “ krisi paratiroid”
yang terjadi apabila peningkatan konsentrasi kalsium darah melampaui
12 mg/dl gejalanyya antara lain: nyeri tulang punggung akibat
reabsorbsi terlalu tinggi, pembentukan batu ginjal, dan gangguan janin
intrauteri.
7. Diagnose keperawatan dan intervensi
Dignosa Intervensi
diagnosa Intervensi
Pantau tanda-tanda vital dan
1. Resiko cedera berhubungan
reflek tiap 2 jam sampai 4 jam.
dengan resiko kejang atau
tetani yang diakibatkan oleh Pantau fungsi jantung secara
F. HIPERGLIKEMIA
1. Definisi
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada
rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa
sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah . Menurut Christine hancock (1999)
berpendapat bahwa hiperglikemia adalah terdapatnya glukosa dengan
kadar yang tinggi didalam darah (rentang normal kadar glukosa darah
adalah 3,0-5,0 mmol/ liter). Hiperglikemi merupakan tanda yang biasanya
menunjukan penyakit diabetes mellitus.
2. Etiologi
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting.
Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel
beta pulau langerhans. Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor
imunologi; pada penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti
adanya suatu respon autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal
dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.
3. Menifestasi klinik( tanda dan gejala)
Gejala awal umumnya yaitu ( akibat tingginya kadar glukosa darah) :
Polipagi
Polidipsi
Poliuri
Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering
Rasa kesemutan, kram otot
Visus menurun
Penurunan berat badan
Kelemahan tubuh
Luka yang tidak sembuh-sembuh
4. Pemeriksaan dignostik
Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg%
(Plasma vena). Bila GDS 100-200 mg% → perlu pemeriksaan test toleransi
glukosa oral. Kriteria baru penentuan diagnostik DM menurut ADA
menggunakan GDP > 126 mg/dl.
Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien hiperglikemi
adalah :
Glukosa darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih
Aseton plasma : Positif secara mencolok.
Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l.
Elektrolit :
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium : Normal atau peningkatan
semu (perpindahanseluller), selanjutnya akan menurun.
Fospor : Lebih sering menurun.
Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan
terakhir ( lama hidup SDM ) dan karenanya sangat bermanfaat dalam
membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat Versus DKA yang
berhubungan dengan insiden.
Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi
alkalosis respiratorik.
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal).
Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA.
Insulin darah :Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada
tipe 1) atau normal sampai tinggi ( tipe II ) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya ( endogen
/eksogen ). Resisiten insulin dapat berkembang sekunder terhadap
pembentukan antibodi. (auto antibodi).
Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
Urine :Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas
mungkin menigkat.
Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.
5. Penatalaksanaan medis/terapi
Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen dalam
penatalaksanaan hiperglikemia :
Diet omposisi makanan :
a. Karbohidrat = 60 % – 70 %
b. Protein = 10 % – 15 %
c. Lemak = 20 % – 25 %
Jumlah kalori perhari
a. Antara 1100 -2300 kkal
b. Kebutuhan kalori basal : laki – laki : 30 kkal / kg BB
Perempuan : 25 kkal / kg BB
c. Penilaian status gizi :
BB
BBR = x 100 %
TB – 100
Latihan jasmani
a. Manfaat latihan jasmani :
b. Menurunkan kadar glukosa darah (mengurangi resistensi insulin,
c. meningkatkan sensitivitas insulin)
d. Menurunkan berat badan
e. Mencegah kegemukan
f. Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik,
g. gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi
darah
Penyuluhan
Dilakukan pada kelompok resiko tinggi :
Umur diatas 45 tahun
Kegemukan lebih dari 120 % BB idaman atau IMT > 27 kg/m
Hipertensi > 140 / 90 mmHg
Riwayat keluarga DM
Dislipidemia, HDL 250 mg/dl
Parah TGT atau GPPT ( TGT : > 140 mg/dl – 2200 mg/dl), glukosa
plasma puasa derange / GPPT : > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl)
Obat berkaitan Hipoglikemia Obat hipoglikemi oral :
a. Sulfoniluria : Glibenglamida, glikosit, gliguidon, glimeperide, glipizid.
b. Biguanid ( metformin )
c. Hon su insulin secretagogue ( repakglinide, natliglinide )
d. Inhibitor glucosidase
e. Tiosolidinedlones
.Insulin
a. Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, ia adalah
jenis obat insulin yang memiliki sifat transparan dan mulai bekerja
dalam tubuh dalam waktu 30 menit sejak ia dimasukkan ke dalam
tubuh. Obat insulin ini bekerja secara maksimal selama 1 sampai 3
jam dalam aliran darah penderita, dan segera menghilang setalah 6-
8 jam kemudian.
b. Insulin reaksi panjang merupakan jenis insulin yang mulai bekerja 1
hingga 2 jam setelah ia disuntikkan ke dalam tubuh seseorang.
Tetapi obat insulin ini tidak memiliki masa reaksi puncak, sehingga ia
bekerja secara stabil dalam waktu yang lama yaitu 24 sampai 36 jam
di dalam tubuh penderita diabetes, contohnya Levemir dan Lantus.
c. Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang mulai efektif
bekerja menurunkan gula darah sejak 1 sampai 2 jam setelah
disuntikkan ke dalam tubuh. Obat ini bereaksi secara maksimal
selama 6-10 jam, dan berakhir setelah 10-16 jam setelahnya,
contohnya Humulin m3, Hypurin, dan Insuman.
d. Insulin reaksi cepat akan langsung bekerja 5-15 menit setelah masuk
ke dalam tubuh penderita. Ia memiliki tingkat reaksi maksimal selama
30-90 menit, dan pengaruhnya akan segera menghilang setelah 3-5
jam kemudian. Contoh obat insulin ini berupa Lispro, Actrapid,
Novorapid, dan Velosulin.
6. Komplikasi
Dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
Komplikasi akut
a. Ketoasidosis diabetic
b. Koma hiperglikemik hiperismoler non ketotik
c. Hipoglikemia
d. Asidosis lactate
e. Infeksi berat
Komplikasi kronik
Komplikasi vaskuler:
a. Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer
b. Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
Komplikasi neuropati
Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare
diabetik, buli-buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks
kardiovaskuler.
.Campuran vascular neuropati
Ulkus kaki
Komplikasi pada kulit
7. Diagnose keperawatan dan intervensi
diagnosa intervensi
Peru bahan nutrisi kurang dari Ukur vital sign tiap 8 jam.
kebutuhan tubuh berhubungan Timbang berat badan tiap pagi.
dengan ketidakcukupan insulin, Ukur bising usus tiap pagi R/
penurunan masukan oral; Hiperglikemi dapat
anoreksia, mual, lambung penuh, meningkatkan motilitas dan
nyeri abdomen, perubahan fungsi lambung. Observasi
kesadaran. tanda-tanda hipoglikemia
(tingkat kesadaran, kulit lembab/
dingin, nadi cepat, lapar, peka
rangsang, cemas, sakit kepala,
pusing, sempoyongan) R/ Saat
proses metabolisme terjadi dan
insulin tetap diberikan maka
hipoglikemi dapat terjadi.
Pantau hasil laboratorium gula
darah dan Hb. Kolaborasi
pemberian actravid insulin atau
obat oral sesuai indikasi. R/
Meningkatkan pemasukan nutrisi
yang adekuat.
Evalua
G. HIPOGLIKEMIA
1. Definisi
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal
kadar glukosa darah (Kedia, 2011). Dan menurut McNaughton (2011),
hipoglikemia merupakan suatu keadaan dimana kadar glukosa darah <60
mg/dl. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, hipoglikemia merupakan kadar
glukosa darah dibawah normal yaitu <60 mg/dl.
2. Etiologi dan faktoresiko
Faktor yang memudahkan hipooglikemia antara lain kelebihan dosis
insulin pada pengidap diabetes dependen-insulin per-sonal maupun IV.
Pengunaan sulfony leurea, kurangnya konsumsi makanan yang cukp,
latiihan fisik yang berlebih, dan situasi stress.
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia
pada penderita diabetes menurut Kedia (2011), yaitu: gangguan
kesadaran hipoglikemia merupakan faktor risiko utama, ketidaksadaran
tersebut berarti ada ketidakmampuan untuk mendeteksi terjadinya
hipoglikemia dan akibatnya, individu cenderung kurang untuk memulai
tindakan korektif cepat dan lebih cenderung menderita episode parah.
3. Menifestasi klinis (tanda & gejala)
Tanda dan gejala hipoglikemia antara lain:
Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar,
cemas, gelisah, sakit kepala, mengantuk.
Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap
perilaku, lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang,
penurunan terhadap stimulus bahaya.
4. Pemeriksaan dignostik + penjelasan
perpanjangan pengawasan puasa, tes primer untuk hypoglikemia, per
panjanganya (48- 72 jam) setelah pengawasan puasa.
Tes bercampur makanan, tes ini di gunakan jika anda mempunyai
tanda puasa 12 jam PP)
Tes urine di simpan untuk mencari substansi keton.
Tes ini juga mencari tes pancreas atau penyakit endokrin
5. Penatalaksanaan
Menurut Kedia, pengobatan hipoglikemia tergantung pada keparahan dari
hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan
karbohidrat seperti minuman yang mengandung glukosa, tablet glukosa,
atau mengkonsumsi makanan rigan. Dalam Setyohadi, pada minuman
yang mengandung glukosa, dapat diberikan larutan glukosa murni 20- 30
gram (1 ½ - 2 sendok makan). Pada hipoglikemia berat membutuhkan
bantuan eksternal, antara lain :
Dekstrosa: untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral
karena pingsan, kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan
darurat dapat pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50%
adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan
konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada anak-anak.
Glukagon: sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin,
glukagon adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk
hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus diberikan
secara intravena dengan perawatan kesehatan yang berkualitas
profesional, glucagon dapat diberikan oleh subkutan (SC) atau
intramuskular (IM) injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih. Hal ini
dapat mencegah keterlambatan dalam memulai pengobatan yang
dapat dilakukan secara darurat.
6. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang
berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu
hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut.
Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan
gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan
neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan system
saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang
abnormal (Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang
berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen,
hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.
7. Diagnose keperawatan dan intervensi
Dignosa Intervensi
1. resiko aspirasi b.d 1. memonitor tingkat kesadaran,
penurunan kesadaran reflek batuk dan kemampuan
menelan.
2. Tempatkan pasien pada posisi
semi fowler atau posisi kepala
lebih tinggi
3. Hindari pemberian cairan atau
akanan per oral jika
kesadaranklien rendah
4. monitor status paru
2. resiko cidera b.d 1. Ciptakan lingkungan yang
penurunan aman bagi klien, pidahkan perab
kesadaran dan otanyang dapat membahayakan
gangguan penglihatan klien.
2. Ciptakan lingkungan yang
aman bagi klien, pidahkan perab
otanyang dapat membahayakan
klien
3. berikan penerangan yang
adekuat
4. bantu klien dalam ambulas
3. nyeri akut b.d 1. istirahatkan klien di lingkungan
vasodilatasi yang tenang
pembuluh darah 2. Observasi tanda-tanda nyeri non
intracranial verbal seperti ekspresi wajah, po
sisi tubuh dan gelisah
3. berikan kompres hangat pada
kepala
4. kolaborasi pemberian analgesik
H. PANKREATITIS
1. Definisi
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada
pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang
relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan
cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan.
(Brunner & Suddart, 200; 1338)
Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana
enzim pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari
pankreas. (Doengoes, 2000;558)
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi akibat
alkoholisme dan penyakit saluran empedu seperti kolelitiasis dan
kolesistisis. (Sandra M. Nettina, 2001)
2. Etiologi
Batu saluran empedu
Infeksi virus atau bakteri
Alkoholisme berat
Obat seperti steroid, diuretik tiazoid
Hiperlipidemia, terutama fredericson tipe V
Hiperparatiroidisme
Asidosis metabolic
Uremia
Imunologi seperti lupus eritematosus
Pankreatitis gestasional karena ketidakseimbangan hormonalDefisiensi
proteinToksin
3. Manifestasi Klinis
Rasa Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pancreatitis.
Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler
teraba pada abdomen.
Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda
yang fatal. Namun demikian abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi
peritonitis.
Bising usus biasanya menurun sampai hilang.
Kekakuan otot
Ekimosis (memar) didaerah pinggang dan disekitar umbilikus.
Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut.
Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan
hipovolemia.
Syok akibat:
a. Hipovolemia karena eksudasi darah dan protein kedalam ruang
retroperineum (retroper
b. Peningkatan pembentukan dan pelepasan peptide kinin yang
menyebabkan vasodilatasidan peningkatan permeabilitas vaskular;
c. syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang
kaya protein, karena cairan ini mengalir kedalam jaringan dan rongga
peritoneum.
Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan kulit yang dingin serta
basah disamping gejala hipotensi.
Gejala infiltrasi paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan hasil
pemeriksaan gas darah abnormal.
4. Pemeriksaan medis
Scan-CT : menentukan luasnya edema dan nekrosis.
Ultrasound abdomen : dapat digunakan untuk mengidentifikasi
inflamasipankreas, abses, pseudositis, karsinoma dan obstruksi trakrus
billier.
Endoskopi: penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa
fistula, penyakit obstruksi billier dan striktur/anomali duktus pankreas.
Catatan: Prosedur ini dikontra indikasikan pada fase akut.
Aspirasi jarum penunjuk CT: dilakukan untuk menentukan adanya
infeksi.
Foto abdomen: dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar
berbatasandengan pankreas atau faktor pencetus intra abdomen yang
lain, adanya udara bebas intra peritoneal disebabkan oleh perforasi atau
pembekuan abses, klasifikasi pankreas.
Pemeriksaan seri GI atas: sering menunjukkan bukti pembesaran
pankreas / inflamasi.
Amilase serum: meningkat karena obstruksi aliran normal enzim
pankreas.
Amilase urine: meningkat dalam 2-3 hari setelah serangan.
Lipase serum: biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap tinggi
lebih lama.
Bilirubin serum: terjadi peningkatan umum (mungkin disebabkan oleh
penyakit hati alkoholik atau penekanan duktus koledikus).
Fosfatase alkaline: biasanya meningkat bila pankreatitis disertai oleh
penyakit billier.
Kalsium serum: hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah timbul
penyakit (biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai
nekrosis pankreas).
Kalium: hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster,
hiperkalemia dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan,
asidosis, insufisiensi ginjal.
Trigliserida: kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen
penyebab pankreatitis akut.
LDH/AST (SGOT): mungkin meningkat lebih dari 15x normal, karena
gangguan billier dalam hati.
5. Penatalaksanaan medis
Tujuan terapi adalah mengurangi sekresi pankreas dan
mengistirahatkan pancreas
Tindakan konvensional:
a. Pemberian anal getik untuk nyeri
b. Pemberian cairan dan koloid intravena untuk mempertahankan
volume intravascular normal;
c. Puasa;
d. Pengisapan nasogastrik untuk menurunkan pelepasan gastrin oleh
lambung dan mencegah isi lambung masuk ke duodenum
Antibiotic untuk infeksi sekunder (flegmon, abses, pseudokista) atau
sumbatan aliran empedu (kolangitis asenden, koledokoletasis yang
mengalami komplikasi)
Karena sebab utama kematian adalah sepsis maka antibiotika diberikan.
Antasid biasanya diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam
lambung dan duodenum dan resiko perdarahan sekunder terhadap
gastritis atau duodenitis (Sabiston, 1994).
Laparatomi dengan drainasepengeluaran jaringan nekrotik jika terapi
konvensional tidak dapat memperbaiki kondisi klien yang memburuk.
Pemberian nutrisi secara parenteral
Pengobatan bagi klien dengan hipertrigliserida:
a. Penurunan berat badan sampai berta badan ideal
b. Diet rendah lemak
c. Olahraga
d. Menghindari alcohol dan obat yang dapat menigkatkan trigliserida
serum (seperti estrogen, vitamin A, tiazida, dan pengambilan beta);
e. Pengendalian dialysis
6. Komplikasi
Kista pankreas: kista dapat terjadi karena terkumpulnya cairan di
sekeliling pankreas akibat nekrosis pankreas.
Diabetes militus: nekrosis pada pankreas juga dapat mengenai sel-sel
pualau langerhans pankreas sehingga terjadi penurunan insulin.
7. Diagnose keperawatan dan intervensi
Diagnose Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan Kolaborasi pemberian analgesik,
antibiotika, dan anti inflamasi sesuai
proses inflamasi pancreas
indikasi. Berikan posisi yang
nyaman ajarkan teknik relaksasi
dan ciptakan lingkungan yang
tenang
Evaluasi hasil intervensi
2. ingkatan suhu tubuh Kolaborasi dengan pemberian
antipiretik
berhubungan dengan respon
Ajarkan kompres air biasa dan
sistemik peradangan banyak minum
Evaluasi suhu tiap 4-8 jam
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan Kolaborasikan pemberian
trigliserida rantai sedang (contoh :
berhubungan dengan mual
MCT, portagen)
muntah Berikan perawatan oral higiene
Anjurkan pasien untuk selalu
menghabiskan porsi makanPantau
intake dan output nutrisi