Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

RISIKO & HAZARD DALAM PENGKAJIAN ASKEP

OLEH KELOMPOK 1

RAHMAT SAPII 2118032

RAHMATYA PAKAYA 2118004

POPY RAHAYU INAKU 2118008

IMAN RUSDIMAN MAE 2118024

ELISABETH MARTINA BURA 2118042

OKTAVIANA WULANDARI 2118035

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2019
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ................................................................................................................


B. Rumusan masalah ..........................................................................................................
C. Tujuan penelitian.............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP RISIKO DAN HAZARD.........................................................................................


B. Pengertian Pengkajian Askep..........................................................................................
C. Pengertian risiko.............................................................................................................
D. Pengertian hazard...........................................................................................................
E. Risiko dan hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan.............................................

BAB III PENUTUP

A. Simpulan........................................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Kesehatan Kerja mempunyai tujuan utama yaitu memberikan perlindungan kepada
pekerja dari bahaya kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja dan promosi kesehatan
pekerja. Lebih jauh lagi adalah menciptakan kerja yang tidak saja aman dan sehat, tetapi juga nyaman
serta meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas. Kantor Perburuhan Internasional (ILO) pada
tahun 2005 memperkirakan bahwa diseluruh dunia setiap tahun 2.2 juta orang meninggal karena
kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja. Dan kematian-kematian akibat kerja
nampaknya meningkat. Lagi pula, diperkirakan bahwa setiap tahun terjadi 270 juta kecelakaan-
kecelakaan yang akibat kerja yang tidak fatal (setiap kecelakaan paling sedikit mengakibatkan paling
sedikit tiga hari absen dari pekerjaan) dan 160 juta penyakit-penyakit baru akibat kerja. Kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan permasalahan pemerintah, pengusaha, pekerja dan keluarganya
diseluruh dunia.

Sementara beberapa industri bersifat lebih berbahaya dari industri yang lain, kelompok
pekerja migran dan pekerja berpenghasilan kecil yang lain lebih banyak dihadapkan pada risiko
mengalami kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dan kesehatan yang kurang baik, karena kemiskinan
seringkali memaksa mereka untuk menerima pekerjaan yang tidak aman. Berbagai pendekatan
sering dilakukan dalam menghadapi risiko dalam organisasi atau perusahaan seperti mengabaikan risiko
sama sekali, karena dianggap merupakan hal yang diluar kendali manajemen. Pendapat tersebut,
merupakan cara pendekatan yang tidak tepat, karena tidak semua risiko berada diluar jangkauan
kendali organisasi / perusahaan.

Menghindari semua kegiatan atau proses produksi yang memiliki risiko. Hal ini merupakan
sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan, karena semua aktivitas ditempat kerja sampai tingkat
tertentu selalu mengandung risiko. Menerapkan Manajemen Risiko, dalam pengertian umum,
risiko tinggi yang dihadapi sebenarnnya merupakan suatu tantangan yang perlu diatasi dan melalui
suatu pemikiran positif diharapkan akan memberikan nilai tambah atau imbalan hasil yang tinggi
pula. Aspek ekonomi, sosial dan legal merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan penerapan
manajemen risiko. Dampak finansial akibat peristiwa kecelakaan kerja, gangguan kesehatan atau sakit
akibat kerja, kerusakan atau kerugian aset, biaya premi asuransi, moral kerja dan sebagainya, sangat
mempengaruhi produktivitas.

Demikian juga aspek sosial dan kesesuaian penerapan peraturan perundang undangan yang
tercermin pada segi kemanusiaan, kesejahteraan dan kepercayaan masyarakat memerlukan
penyelenggaraan manajemen risiko yang dilaksanakan melalui partisipasi pihak terkait. Manajemen
risiko kesehatan di tempat kerja mempunyai tujuan: meminimalkan kerugian akibat kecelakaan dan
sakit, meningkatkan kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi melalui suasana kerja yang
aman, sehat dan nyaman, memotong mata rantai kejadian kerugian akibat kegagalan produksi yang
disebabkan kecelakaan dan sakit, serta pencegahan kerugian akibat kecelakaan dan penyakit akibat
kerja

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian pengkajian dan Perencanaan Askep

2. Pengertian risiko

3. Pengertian hazard

4. Risiko dan hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan

5. Risiko dan hazard dalam perencanaan asuhan keperawatan

C. Tujuan

1. Mengetahui seperti apa itu pengkajian dan perencanaan Askep

2. Mengetahui pengertian dari risiko

3. Mengetahui pengertian dari hazard

4. Mengetahui apa saja resiko dan hazard dalam pengkajian askep

5. Mengetahui apa saja resiko dan hazard dalam perencanaan askep


BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP RISIKO DAN HAZARD
1. Pengertian pengkajian Askep

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-
masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan
(Effendy, 1995). Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada (Pengantar Konsep Dasar Keperawatan)Pengkajian keperawatan adalah
proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien (Fundamental
Keperawatan). Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien
baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga
kegiatan,yaitu Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta
keperawatan.Tujuan umum dari pengkajian yaitu mengumpulkan data yang berhubungan dengan
pasien untuk menegakan diagnosa keperawatan, kekuatan (kemampuan) pasien dan rencana
yang efektif dalam perawatan pasien.Tujuan Khusus :

1. Informasi utama (inti) bagi pasien dan keluarga

2. Dasar menentukan diagnosa keperawatan

3. Sumber informasi yang dapat membantu mendiagnosa masalah yang baru muncul

4. Mendukung keputusan klinis agar tercapai tujuan dan tindakan yang sesuai

5. Dasar menentukan kebutuhan pasien, keluarga dan pengasuh pasien

6. Dasar menentukan kebutuhan pasien jika pulang

7. Dasar pemilihan perawatan dan penentuan biaya perawatan

8. Memproteksi hak-hak legal

9. Komponen sistem pelayanan pasien (dapat untuk menetukan kebutuhan staf perawatan,
biaya perawatan pasien, dll)

10. Untuk mengindentifikasi kebutuhan dan respons klien yang unik terhadap masalah
masalah dan akan ditegakkan menjadi diagnosis keperawatan yang mempengaruhi rencana
intervensi keperawatan yang diperlukan
11. Untuk menggabungkan dan mengorganisasi data dan beberapa sumber yang
dikumpulkan menjadi satu sehingga masalah kesehatan klien dapat dianalisis dan
diidentifikasi

12. Untuk meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan untuk bertindak sebagai poin refernesi
dalam mengukur perubahan yang terjadi pada kondisi kesehatan klien.

13. Untuk mengidentifiaksi karakteristik sesuai respons dan kondisi kesehatan klien yang akan
mempengaruhi rencana dan pemberian intervensi keperawatan.

14. Untuk menyuplai data yang cukup guna memberikan intervensi keperawatan yang
sesuai dengan kebutuhan klien.

15. Untuk memberikan dasar guna penulisan rencana asuhan keperawatan yang efektif.

Menurut Kozier et al. (1995) proses pengkajian terdiri atas empat kegiatan, yaitu:

 pengumpulan data,
 organisasi data,
 validasi data,
 dan analisa data.
a) Pengumpulan data;
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi yang dilakukan secara sistematis
dan kontinyu tentang status kesehatan klien untuk menentukan masalah-masalah serta
kebutuhan-kebutuhan keperawatan klien. Informasi yang diperlukan adalah segala sesuatu
penyimpangan tentang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosialspiritual, kemampuan dalam
mengatasi masalah sehari-hari, masalah kesehatan dan keperawatan yang mengganggu
kemampuan klien, dan keadaan sekarang yang berkaitan dengan rencana asuhan
keperawatan yang akan dilakukan terhadap klien.Dari semua informasi yang terkumpul
didapatkan data dasar berupa riwayat kesehatan/ keperawatan, pengkajian fisik, riwayat
pengobatan dan pemeriksaan fisik, termasuk hasil laboratorium dan tes diagnostik, dan data
berupa kontribusi informasi dari tenaga kesehatan lainnya. Tujuan pengumpulan data adalah
untuk memperoleh informasi dan menilaii tentang keadaan kesehatan klien, untuk
menentukan masalah keperawatan dan kesehatan serta membuat keputusan yang tepat
dalam menentukan langkah-langkah berikutnya. Jenis data yang dikumpulkan dapat berupa
data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan
yang disampaikan oleh klien, termasuk sensasi klien, perasaan, nilai-nilai, kepercayaan,
pengetahuan, dan persepsi terhadap status kesehatan dan situasi kehidupan, misalnya: rasa
nyeri, mual, sakit kepala, rasa kuatir, cemas, dan lain lain. Sedangkan data objektif adalah
data yang diperoleh melalui suatu pengamatan, pengukuran dan pemeriksaan dengan
menggunakan standar yang diakui (berlaku), misalnya: perubahan warna kulit, tekanan darah,
suhu tubuh, perubahan perilaku, dan lain lain. Sumber data yang dapat dipergunakan untuk
pengumpulan data adalah sumber data primer, sekunder, dan tersier. Sumber data primer
adalah data-data yang dikumpulkan langsung dari klien, yang dapat memberikan informasi
yang lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya. Sumber data
sekunder adalah data-data tidak langsung dari klien yang dikumpulkan dari sumber lain,
seperti keluarga, teman, profesional kesehatan lain. Sedangkan sumber data tersier adalah
data yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan, laboratorium, analisis diagnostik, rekam
medik dan dari literatur yang relevan. (Craven & Hirnle, 2000; Kozier et al., 1995). Dalam
pengumpulan data agar dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan
penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan: keluhan utama, riwayat kesehatan
sebelumnya, riwayat kesehatan keluarga, keadaan fisik, pola kebiasaan, psikologis, sosial,
spiritual, hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, radiologi, electrocardiograph,
dan keadaan khusus lainnya yang berhubungan.

b) Organisasi data

Organisasi data merupakan sebuah variasi kerangka kerja keperawatan untuk


keteraturan pengumpulan data dan pencatatan hasil pengumpulan data. Kerangka kerja
membantu sebagai pedoman selama perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik,
mencegah tidak tercantumnya informasi yang berhubungan, dan memudahkan dalam
analisa data pada tahap perumusan diagnosa keperawatan. Kerangka kerja dapat
dimodifikasi berdasarkan status kesehatan klien (Fuller & Schaller-Ayers, 1994, dalam
Craven & Hirnle, 2000).

c) Validasi data

Menurut Kozier et al. (1995) validasi data adalah kegiatan “Double-Checking” atau
verifikasi data untuk mengkonfirmasi kelengkapan, keakuratan, dan aktualitas data. Dengan
memvalidasi data, membantu perawat untuk memastikan kelengkapan informasi dari
pengkajian, kecocokan data objektif dan subjektif, mendapatkan tambahan
informasi,menghindari ketidakteraturan dalam mengumpulkan dan memfokuskan data sehingga
tidak terjadi kesalahan dalam penulisan dan identifikasi masalah. Alfaro-LeFevre (1998),
menjelaskan bahwa yang termasuk cara memvalidasi data antara lain: bandingkan antara
data yang didapat dengan fungsi normal, rujuk pada buku, jurnal, dan hasil penelitian,
periksa konsistensi data subjektif dengan dapat objektif yang didapat, klarifikasi dengan
pernyataan-pernyataan klien, dan cari persetujuan kolega tentang kesimpulan yang dibuat.

d) Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan daya


berpikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
pengalaman, dan pengertian tentang subtansi ilmu keperawatan dan proses penyakit.
Dalam melakukan analisa data diperlukan kemampuan menghubungkan data dengan
penyebab berdasarkan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dalam menentukan masalah keperawatan klien.
B. PENGERTIAN RISIKO KERJA

Risiko didefinisikan sebagai “kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang


berhubungan dengan cidera parah; atau sakit akibat kerja atau terpaparnya seseorang / alat pada suatu
bahaya ” (klausul 3.21). Jadi, bahaya adalah sifat dari proses yang dapat merugikan individu, dan
risiko adalah kemungkinan bahwa itu akan terjadi bersama dengan seberapa parah akibat yang akan
diterima. Jadi, jika Anda memiliki dua pekerjaan kantor yang membutuhkan gerakan berulang, tapi satu
yang dilakukan setiap hari dan yang kedua dilakukan sebulan sekali, risiko akan lebih tinggi pada
pekerjaan pertama. Demikian juga, jika Anda memiliki dua proses yang memerlukan penambahan
bahan kimia dalamproses produksi, dengan proses pertama membutuhkan bahan kimia yang sangat
berbahaya dan yang lainnya tidak, maka proses pertama akan memiliki risiko lebih tinggi. Risiko
(Risk) adalah menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan/ kerugian pada periode waktu
tertentu atau siklus operasi tertentu (Tarwaka, 2008). Penilaian risko adalah proses untuk menentukan
pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan kerja/ penyakit akibat kerja. Penilaian risko adalah
proses evaluasi risiko-risiko yang diakibatkan adanya bahaya-bahaya, dengan memperhatikan
kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan menentukan apakah risikonya dapat diterima atau
tidak (Operasional Procedure No.31519).

Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996, pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu :

1. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi,
higiene, dan sanitasi (engineering control).

2. Pendidikan dan pelatihan.

3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif,


penghargaan, dan motivasi diri.

4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.

5. Penegakan hukum.

C. Pengertian Hazard Kerja

Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau
sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya (Operasional Procedure No 31519).Bahaya adalah
aktifitas, kondisi, kejadian, gejala, proses, material, dan segala sesuatu yang ada di tempat kerja/
berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi/ berpotensi menjadi sumber kecelakaan/ cidera/
penyakit/ dan kematian. Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang
dapat mendatangkan kecelakaan (Suma’mur 1996). Selain resiko yang berbeda-beda, setiap bahan
mempunyai intensitas atau tingkat bahaya yang berbeda, misalnya pengaruh dari suatu bahan kimia
ada yang akut dan ada yang kronis. Untuk mengetahui setiap karakteristik suatu bahan dan 52
penanganannya dibuat MSDS (Material Safety Data Sheet) sebagai alat informasi kepada tenaga kerja
agar dapat mengenali karakteristik dan cara penanganan bahan-bahan kimia tersebut. Berdasarkan
National Safety Council mengatakan bahwa hazard adalah faktor faktor intrinsik yang melekat
pada sesuatu berupa barang atau kondisi dan mempunyai potensi menimbulkan efek kesehatan
maupun keselamatan pekerja serta lingkungan yang memberikan dampak buruk. Sedangkan menurut
Miles Nedved hazard adalah suatu aktivitas atau sifat alamiah yang berpotensi menimbulkan
kerusakan. Pengertian berdasarkan Frank Bird Jr, hazardadalah suatu kondisi atau tindakan yang
dapat berpotensial menimbulkan kecelakaan dan kerugian (AS/NZS, 1999).

Beberapa komponen yang menyangkut terhadap hazard:

1. Karakteristik material.

2. Bentuk material.

3. Hubungan pemajanan dan efek.

4. Kondisi dan frekuensi penggunaan.

5. Tingkah laku pekerja

D. Risiko dan hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan

Seluruh kegiatan yang dilakukan baik yang dilakukan baik perseorangan ataupun organisasi
atau bahkan perusahaan juga mengandung resiko. Semakin besar resiko yang dihadapi pada umumnya
dapat diperhitungkan bahwa pengembalian yang diterima juga akan lebih besar. Pola
pengambilan resiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan resiko. Resiko melekat
dari tindakan pelayanan kesehatan dalam hal ini pada saat melakukan pengkajian asuhan
keperawatan yaitu bahwa dalam kegiatan ini yang diukur adalah upaya yang dilakukan. Pada
proses pengkajian data, hal-hal yang dapat terjadi seperti:

a. Kurangnya informasi atau data yang diberikan keluarga pasien/ pasien tersebut
(menyembunyikan sesuatu hal) sehingga dalam proses pengkajian kurang lengkap.
Akibatnya perawat/dokter akan salah dalam memberikan perawatan sehinggan
berbahaya terhadap pasien.

b. Tertularnya penyakit saat melakukan pengkajian dalam hal ini seperti kontak fisik
maupun udara. Pada saat perawat melakukan perawatan/pengkajian pasien maka perawat
mempunyai resiko tertular penyakit dari pasien.

c. Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian ataupun pada
proses wawancara. Dalam hal ini seperti halnya ketika perawat menanyakan data/informasi
pasien namun, keluarga/pasien menyembunyikannya namun demi keselamatan pasieen,
perawat tetap menanyakannya sehingga pasien/keluarga pasien kurang menyukainya
sehingga perawat mendapatkan cacian/perlakuan tidak baik.
d. Mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun dari keluarga pasien pada saat melakukan
pengkajian/pemeriksaan. Misalnya, Pasien/keluarga yang tidak menyukai proses
perawatan/pengkajian dapat melakukan kekerasan fisik terhadap perawatnya.

Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk meminimalisirkan resiko/hazard yang akan
terjad, seperti

a) Batasi akses ke tempat isolasi

b) Menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD) dengan benar

c) SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup

dengan APD

d) Petugas diharapkan untuk tidak menyentuh bagian tubuh yang tidak tertutup APD

e) Membatasi sentuhan langsung ke pasien

f) Cuci tangan sebelum melakukan dan setelak melakukan tindakan

g) Bersihkan kaki/tangan setelah melakukan tindakan

h) Melakukan pemeriksaan secara berkala kepada perawat/pekerja

i) Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.

Contoh Hazard dan Resiko bagi perawat saat melakukan pengkajian

1. Pelecehan Herbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga


2. Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan pengkajian
3. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang diajukan perawat
4. Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik
5. Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya

Contoh kasus:

Pada tanggal 27 maret 2016 dirimah sakit singapura terjadi kasus nyata kekerasan fisik dan verbal pada
saat perawat sedang melakukan pengkajian. Perawat tersebut pada saat melakukan pengkajian pada
pasien, mendapat kekerasan fisik sekaligus verbal dari pasien yang ia kaji. Seperti yang dikutip dalam
suara online:

“ketika perawat nur, 31thn melakukan pendekatan untuk mengumpulkan data, salah satu pasiennya
mengamuk, berteriak memukul-mukul kepalanya kedinding. Dia mencoba menghentikan dan
menenangkannya tapi pasien secara emosional malah menendang dadanya membuat dia terluka dan
kejadian kekerasan fisik maupun herbal dalam kasus tersebut tidak disebut dalam saudari kesalahan
perawat sendiri atau karena memang sang pasien memiliki emosional yang tidak dapat di kontrol. Dalam
proses pengkajian sendiri terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat. Mulai dari
pemahaman akan pengertian pengkajian, tahap-tahap pengkajian sehingga metode yang digunakan
melakukan pengkajian. Dalam pengkajian pasien, perawat pun harus menyadari akan adanya hazard dan
resiko yang mungkin mereka dapatkan.

Beberapa macam perlu dilakukan sebagai tindakan pencegahan upaya upaya tersebut

Dapat dilakukan dengan baik dari pihak pasien, perawat itu sendiri maupun dari pihak manajemen
rumah sakit. Berikut beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan fisik
dan verbal bagi perawat saat melakukan pengkajian ;

1. Perawat harus melakukan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk apapun kepada pihak
rumah sakit.
2. Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan sesame manusia dengan rasa
martabat dan rasa hormat.
3. Dalam melakukan kontak kepada pasien, perawat seharusnya mejadi pendengar yang baik.
Salah satu teknik pengumpulan data pada pengkajian adalah wawancara. Saat melakukan
wawancara adalah harus mampu melibatkan diri sebagai tempat curhat pasien sebaik mungkin.
4. Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang cara menghindari tindakan
kekerasan verbal dan fisik
5. Ketika pasien sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk di dekati, perawat dapat
melakukan pengkajian kepada keluarga pasien terlebih dahulu.
6. Saat mengkaji perawat tidak boleh menyampaikan kata-kata yang menyinggung pasien dan
keluarga
7. Saat melakukan pemeriksaan fisik,perawat harus meminta prsetujuan dari pasien terlebih
dahulu.
8. Manajeen rymah sakit perlu memfasilitasi perawat perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi
hazard dan resiko.
9. Manajement harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap laporan, laporan kekerasan
fisik maupun verbal terhadap perawat
10. Memodivikasi lingkungan yang nyaman dirumah sakit.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa tujuan utama dari program
keselamatan dan kesehatan kerja adalah memberikan perlindungan kepada pekerja dari
bahaya kesehatan dan keselamatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Upaya
tersebut bisa dilakukan dengan mengelola risiko yang teridentifikasi di lingkungan kerja.

B. SARAN
Sebaiknya tenaga kesehatan harus lebih bisa menjaga keamanan diri dengan selalu
memakai APD dan memenuhi SOP saat melakukan tindakan dan menambah pengetahuan
tentang upaya pencegahan resiko dan hazard agar mampu menerapkannya dalam ruang
lingkup keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Budiono S. Manajemen Risiko dalam Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Bunga Rampai Hiperkes dan
Keselamatan. Semarang, 2005.
Mansur M. Manajemen Risiko Kesehatan di Tempat Kerja. Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 9,
September 2007
Organisasi Perburuhan Internasional. “Hidup Saya, Pekerjaan Saya, Pekerjaan yang Aman” Jakarta,
Kantor Perburuhan Internasional, 2008

Anda mungkin juga menyukai