Anda di halaman 1dari 1

AHENGKARA RANGDA JERO AGUNG

Diceritakan pada jaman ketika wilayah kekuasaan Prabu Kesiman sampai ke daerah
pesisir timur dan tenggara yang meliputi daerah Sanur Intaran dan sekitarnya. Pada masa
kejayaan Puri Agung Kesiman, hiduplah seorang yang mempuni di bidang ilmu kedigjayan atau
ilmu kewisesan yang diberi julukan Rangda Jero Agung yang tinggal di Desa Intaran.

Rangda Jero Agung hidup bahagia dengan sang istri tercinta, namun seiring dengan
perjalan waktu, sang istri kemudian meninggal dunia. Waktu pun berlalu, pandangan masyarakat
berubah terhadap Rangda Jero Agung, entah apa yang terjadi masyarakat Intaran mencurigai
bahwa Rangda Jero Agung memiliki ilmu pengeleakan. Rangda Jero Agung tidak terima dengan
tuduhan dari masyarakat Intaran. Ia kemudian pergi ke Pura Dalem Blanjong Sanur melakukan
Dewasraya untuk memperoleh panugrahan kawisesan dengan menunggalkan bayu, sabda, idep
dan Bhatari Durga menganugrahi ajian legu gondong (nyamuk).

Dengan anugerah tersebut, Rangda Jero Agung membuat kekacauan dengan menyebar
wabah penyakit melalui kesaktian legu gondong tersebut, Desa Intaran pun menjadi grubug.
Prabu Kesiman lalu pergi ke samudera untuk meminta petunjuk kepada Sang Penguasa Lautan
untuk bisa mengakhiri ulah Rangda Jero Agung. Akhirnya dari tengah lautan, Dewa Baruna
muncul bersama wahananya yang berwujud Gajah Mina atau ikan raksasa berkepala gajah,
Prabu Kesiman akhirnya mendapat panugrahan dari Dewa Baruna. Pertempuran sengit pun
terjadi antara Prabu Kesiman dengan Rangda Jero Agung. Atas pertempuran tersebut, kemudian
Rangda Jero Agung dapat dikendalikan serta kondisi masyarakat berangsur-angsur normal
kembali.

PENATA TABUH : I Made Aristanaya, S.S.n dan I Wayan Ardika, S.Pd

PENATA TARI : I Wayan Ardika, S.Pd

Anda mungkin juga menyukai