Anda di halaman 1dari 20

Akhlak Mahmuda Terpuji

KELOMPOK 5

1. Melina Wardayani
2. Raisya Novinda D.
3. Syandria Candy V.
4. Ericka Nabila P.
Pembahasan

Akhlakul mahmudah atau akhlakul karimah merupakan akhlak terpuji yang seharusnya
dimiliki oleh seorang muslim. Zulkarnain dalam Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam
menjelaskan bahwa akhlak terpuji yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah
yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat.

Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun” yang merupakan bentukjamak

dari “khuluqun”, atau akhlak juga berarti budi pekerti, tabia’at atau

tingkah laku, watak,dan perangai.Maka penegertian akhlak mahmudah adalah menghilangkan


adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama islam serta menjauhkan diri
dari

perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik,

melakuakan dengan mencintainya. Ciri-ciri akhlak mahmudah terbagi atas lima

bagian diantaranya : Kebaikan bersifat mutlak, Kebaikan bersifat menyeluruh, Tetap

langgeng dan mantap, Kewajiban yang harus dipatatuhi, dan Pengawasan yang

bersifat menyeluruh. Prilaku akhlak mahmudah sangatlah banyak diantaranya

adalah: adil, ridho, dan husnuzhan.

Akhlak yang mulia (husnul hulq) adalah semua sikap yang mencakup

kebaikan, ketaatan dan amal. Pada hakikatnya akhlak adalah sebuah sifat dalam nafs

yang mendorong seseorang untuk melakukan berbagai perbuatan dengan mudah

tanpa berpikir sebelumnya. Akhlak dibagi dua, mulia dan tercela. Secara global yang

dimaksud dengan akhlak mulia adalah hubungan dan persahabatan yang baik dengan

1
sang pencipta (Allah) dan ciptaan-Nya.

Berakhlak mulia kepada makhluk adalah dengan mengetahui bahwa mereka

adalah rahasia takdir, semua prilaku Akhlak yang mulia (husnul hulq) adalah semua

sikap yang mencakup semua kebaikan, ketaatan, bentuk fisik, rezeki dan ajal mereka

telah ditentukan. Kemudian kita berbuat baik kepada mereka sesuai kemampuan.

Sehingga mereka merasa aman dari gangguan kita dan mencintai kita sesuai pilihan

mereka.

Berakhlak mulia kepada sang pencipta adalah dengan menyibukkan diri

melaksanakan semua yang wajib dan sunnah, serta mengamalkan semua keutamaan.

Semua itu dilakukan dengan kesadaran bahwa dia harus meminta maaf kepada Allah

atas semua kekurangannya dalam beribadah dan bersyukur kepada-Nya atas

kebenaran yang dia lakukan secara sempurna. Dia berakhlak dengan akhlak-akhlak

Allah ta’ala, selalu berpaling dari selain-Nya, senantiasa menghadap kepada-Nya dan tak
berhenti mengingat-Nya. Sehinnga hatinya berhiaskan cahaya dzikir asrarudz

dzat dan berubah menjadi lautan yang bergejolak kerena hembusan angin kedekatan

dengan-Nya. Sifat-sifat yang mulia pun akan menelusuri semua lorong jiwanya. Pada

saat itulah dia telah benar-benar berakhlak mulia.

Seorang muslim yang baik, adalah muslim yang menerapkan akhlak mahmuda dan menjauhi
akhlak mazmumah dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu tentu tidak mudah karena setiap
orang lahir dengan membawa sifat dan perilaku baik dan buruknya yang beragam. Seseorang
yang sering bersikap buruk tentu tidak akan disukai orang lain di sekitarnya, berbeda dengan
orang selalu bersikap baik maka orang sekelilingnya pun akan merasa nyaman berada di
dekatnya. Salah satu sifat buruk yang harus dihindari manusia adalah temperamental atau
mudah marah. Seseorang harus bisa mengontrol diri Ketika marah, karena apabila kemarahan

2
itu diteruskan bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Adapun perilaku baik yang
bisa diterapkan adalah berani membela kebenaran.

A. Menghindarkan Diri dari Sifat Temperamental (Gadhab)

1. Pengertian Sifat Temperamental

mperamental atau sifat mudah marah dalam bahasa Arab berasal dari kata dasar gadhiba-
yagdhibu-gadhaban.Menurut istilah, gadhab berarti sifat mudah marah karena tidak senang
dengan perlakuan atau perbuatan orang lain. Sifat amarah, selalu mendorong manusia untuk
bertingkah laku buruk. Sifat gadhab harus dihindari, karena sifat gadhab tidak akan pernah
menyelesaikan masalah, justru sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Seorang muslim
harus senantiasa bersabar dan berusaha menahan amarahnya. Imam al-Ghazali mengatakan,
bahwa orang yang bersabar adalah orang yang sanggup bertahan menghadapi rasa sakit serta
sanggup memikul beban atas sesuatu yang tidak disukainya. Orang-orang yang selalu
berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, yang mengendalikan kemurkaannya, dan
orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang
berbuat kebaikan."(Q.S. Ali 'Imran [3]: 134)

2. Tingkatan Sifat Temperamental (Gadhab)

Sifat temperamental atau gadhab digolongkan ke dalam beberapa tingkatan sebagai berikut.

a. Golongan Marah Berlebihan (Ifrath)

Yaitu golongan yang sulit mengendalikan hawa nafsunya ketika marah, sehingga

seseorang yang berada pada golongan ini akan meluapkan kemarahannya dengan

nggebu-gebu ketika sedang menghadapi suatu masalah. Mereka bisa

berteriak dengan kencang, mengobrak-abrik barang di sekitarnya, bahkan juga menyakiti


orang

lain yang tidak bersalah sebagai pelampiasan.

Sifat temperamental (gadhab) yang berlebihan ini terbentuk karena dua faktor, yaitu

faktor pembawaan dan faktor kebiasaan, Tidak sedikit sifat pemarah tersebut merupakan

sifat bawaan sehingga pembawaan, watak, dan wajahnya seolah-olah menampakkan

3
ciri khas sebagai seorang pemarah. Namun, adakalanya sifat pemarah itu terbentuk dari

pembiasaan, pola asuh, lingkungan tempat tinggal sehari-hari, faktor pergaulan, dan

bentukan dari habituasi lingkungan di sekitarnya.

b. Golongan yang Tidak Memiliki Sifat Marah (Tafrith)

Yaitu golongan yang tidak bisa marah. Merupakan kebalikaan dari golongan ifrath.

Golongan ini sama sekali tidak akan menunjukkan sikap marah terhadap apa pun yang

terjadi di sekitarnya. Golongan ini sifatnya lebih ke bodo amatan, tidak mau mengurusi

apa yang menurutnya tidak perlu untuk diurusi. Pada golongan orang yang seperti ini,

menghadapi urusan agama yang dihina imaupun dinjak-injak oleh golongan lain pun,

mereka akan bersikap acuh, tidak peduli dan tidak memiliki hasrat untuk melakukan

pembelaan terhadap kebenaran.

C. Golongan yang Mampu Berlaku Adil dan Proporsional (I'tidal)

Yaitu golongan moderat yang berada di antara ifrath dan tafrith. Mereka tidak akan

kehilangan sifat pemarah sama sekali tetapi akan marah hanya pada saat-saat tertentu

dengan kemarahan yang proporsional. Sifat marah yang proporsional adalah marah

yang timbul karena sesuatu melanggar larangan Allah Swt. dan dalam rangka membela

agama Islam dan umatnya.

3. Penyebab Sifat Temperamental (Gadhab)

Seperti asap yang tidak akan muncul kalau tidak ada api, begitu juga kemarahan tidak

akan ada jika tidak ada perkara yang memancing seseorang untuk marah.

Berikut ini hal-hal yang menyebabkan seseorang menjadi temperamental.

a. Faktor Fisik

Faktor fisik yang menyebabkan seseorang mudah marah antara lain:

4
1) badan yang terlalu lelah;

2) kekurangan zat-zat tertentu di dalam tubuh: dan

3) reaksi hormon reproduksi.

b. Faktor Psikis

Adapun faktor rohani/psikis yang membuat seseorang mudah marah antara lain:

1) perdebatan atau perselisihan;

2) ucapan menyakitkan hati yang diucapkan orang lain;

3) sikap permusuhan kepada orang lain;

4) becandaan yang berlebihan; dan

5) rasa bangga terhadap diri sendiri.

4. Cara Menghindari Sifat Temperamental

Marah adalah perilaku naluriah manusia, namun tidak setiap ada permasalahan selalu

dilampiaskan dengan kemarahan, karena bisa berakibat fatal jika marah secara berlebihan.

Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari perilaku marah.

a. Membaca ta'awuz.

b. Merubah posisi badan.

c. Berwudu.

d. Diam atau tidak berbicara.

5. Hikmah Menghindari Sifat Temperamental

Menghindari marah/temperamental memberikan

banyak hikmah bagi orang-orang yang melakukannya.

Di antara hikmah menghindari sifat temperamental sebagai berikut.

a. Terhindar dari permusuhan dan kebencian.

5
b. Mendapatkan ketenangan batin.

c. Mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt.

B. Membiasakan Perilaku Kontrol Diri

1. Pengertian Perilaku Kontrol Diri

Perilaku kontrol diri dalam bahasa Arab disebut juga sebagai mujahadah an-nafs.

Adapun secara istilah, mujahadah an-nafs adalah perjuangan dengan sungguh-sungguh

dalam melawan ego atau nafsu pribadi. Nafsu adalah kecenderungan jiwa kepada hal-hal

yang selaras dengan kehendaknya. Perang melawan hawa nafsu dinilai sangat penting

karena hawa nafsu merupakan "poros kejahatan" yang selalu cenderung untuk mencari

kesenangan-kesenangan, hal-hal yang menjurus kepada keburukan, tidak peduli terhadap

hak-hak yang harus ditunaikan, serta melalaikan kewajiban.

Kontrol diri identik dengan kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan

mengarahkan perilaku seseorang menjadi lebih positif. Kontrol diri juga berperan untuk

menahan tingkah laku yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, karena orang yang

memiliki kontrol diri yang baik, cenderung akan patuh dan mengikuti peraturan yang ada

di manapun ia berada, serta mampu menekan atau menahan tingkah laku yang bersifat

atau sekehendak hatinya. Kontrol diri akan membuat seseorang mampu menahan

reaksi yang bersifat negatif terhadap sesuatu dan mengarahkannya menjadi reaksi yang

positif. Semakin tinggi kemampuan kontrol diri seseorang, maka akan semakin

tingkat agresifitasnya terhadap sesuatu, dan begitu pun sebaliknya.

prilaku kontrol diri disebutkan dalam Al-Qur'an surah al-Anfal ayat 7

berikut.

Cara Menerapkan Perilaku Kontrol Diri

6
Berikut ini cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengontrol diri sendiri.

a. Memikirkan Risiko dan Akibat dari Setiap Perbuatan

Seorang mukmin yang baik akan senantiasa berpikir dan mempertimbangkan akhir

dari setiap perbuatannya. Dengan menahan diri sejenak, berpikir sebelum bertindak,

menggunakan logika dan akal sehat untuk memikirkan akibat dari setiap tindakannya,

akan membuat seorang mukmin terhindar dari perbuatan yang buruk.

Bersabar dan Tidak Tergesa-gesa dalam Mengambil Keputusan

Penerapan sikap kontrol diri dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan

cara bersabar dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Tergesa-gesa adalah

salah satu sifat setan karena merupakan sifat gegabah, kurang berpikir, dan hati-hati.

Beberapa contoh perwujudan akhlak kepada Allah SWT di antaranya adalah:

Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dengan mempercayai segala keagungannya serta
melakukan tindakan-tindakan baik yang diperintahkan-Nya.

Sabar, yang menurut Al-Naisabury Al-Qusairi artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang
bertentangan dengan kehendak Allah, tetap tenang ketika mendapatkan cobaan, dan
menampakkan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran dalam bidang
ekonomi.

Tawakal, artinya menyerahkan segala urusan, ikhtiyar, dan daya upaya yang telah dilakukan
kepada Allah SWT.

Bersyukur atas semua nikmat yang diperoleh

Akhlak Kepada Manusia

Akhlak kepada manusia dibagi menjadi akhlak terhadap diri sendiri dan dalam lingkungan
keluarga. Akhlak terhadap diri sendiri adalah kewajiban manusia sebagai makhluk yang
dibekali akal pikiran dan hati nurani terhadap dirinya sendiri. Beberapa contoh akhlak
terhadap diri sendiri yaitu:

7
Memelihara kesucian, kebersihan, kesehatan, kerapian dan kecantikan diri. Memelihara kerja
akal pikiran dengan menganalisa dan mengambil hikmah dari apa saja yang sedang dan akan
dialaminya, baik yang menyenangkan maupun menyakitkan. Mengurusi kerahmatan di bumi
dengan mengolah dan memanfaatkannya untuk kebutuhan hidup di dunia.

Adapun akhlak dalam lingkungan keluarga terwujud dalam beberapa sikap berikut ini:
Berbakti kepada orangtua, karena ridha Allah adalah ridha kedua orangtua.

Berbuat baik kepada sanak saudara dan meningkatkan kualitas dan kuantitas silaturahmi
dengan mereka.

saling mencintai, saling menghormati, setia, dan memberi bantuan lahir batin satu sama lain.

Ajaran islam adalah ajaran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Qur’an dalam
penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam Islam
mendapat perhatian yang sangat besar. Berdasarkan bahasa, akhlak berarti sifat atau tabiat.
Berdasarkan istilah, akhlak berarti kumpulan sifat yg dimiliki oleh seseorang yang
melahirkan perbuatan baik dan buruk.

Konsep Akhlak menurut Al-Ghazali adalah sifat yg tertanam dalam jiwa seseorang, darinya
lahir perbuatan yang mudah tanpa pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Akhlak meliputi
jangkauan yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan. Akhlak meliputi hubungan hamba
dengan Tuhannya (vertikal) dalam bentuk ritual keagamaan dan berbentuk pergaulan sesama
manusia (horizontal) dan juga sifat serta sikap yang terpantul terhadap semua makhluk (alam
semesta). Bagi seorang muslim, akhlak yang terbaik ialah seperti yang terdapat pada diri
Nabi Muhammad SAW karena sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada dirinya adalah
sifat-sifat yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah (contoh teladan) terbaik bagi seluruh
kaum Muslimin.

Istilah akhlak terpuji disebut juga akhlak mahmudah dalam agama Islam. Bila dilihat dari
segi bahasa, kata akhlak adalah kata yang dari Bahasa Arab yang telah diserap ke dalam
Bahasa Indonesia. Kata akhlak merupakan jama’ kata khuluqun yang mengandung beberapa
arti, seperti:

8
Tabi’at, yang merupakan sifat yang telah terbentuk dalam diri manusia tanpa dikehendaki
(tanpa kemauan) atau tanpa diupayakan (tanpa usaha).

Adat, yang merupakan sifat dalam diri manusia yang diupayakan (berusaha) melalui latihan
yakni berdasarkan keinginan.

Watak, merupakan suatu hal yang jangkauannya meliputi hal yang menjadi tabi’at dan hal
yang diupayakan sehingga menjadi adat kebiasaan.

Jadi, secara singkat pengertian akhlak adalah kesopanan dan budi pekerti. Selain itu, dapat
pula diartikan sebagai perbuatan mulia lagi terpuji yang diwujudkan dalam bentuk sikap,
ucapan, dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran Islam

A. Pengertian Akhlak Mahmudah

Akhlak mahmudah adalah segala tingkah laku yang terpuji ( yang baik) yang biasa juga
dinamakan “ fadilah” ( kelebihan). Imam al- Ghozali menggunakan juga perkataan “
mun’jiat” yang berarti segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan.

Akhlak mahmudah adalah sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang meridhoilah
Allah dan mencintailah keluarga dan seluruh manusia dan diantara kehidupan mereka kepada
seorang muslim. Seperti contoh, beribadah kepada Allah, mencintai-Nya dan mencintai
makhluk-Nya karena Dia, dan berbuat baik serta menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan
yang dibenci Allah dan memulai berbuat sholeh dengan niat ikhlas, berbakti kepada kedua
orang tua dan lainnya.

Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat- sifat yang baik oleh karena itu, dalam hal jiwa
manusia dapat menelurkan perbuatan- perbuatan lahiriyah. Tingkah laku dilahirkan oleh
tingkah laku batin, sifat dan kelakuan batin yang juga dapat berbolak balik yang
mengakibatkan berbolak – baliknya perbuatan jasmani manusia. Oleh karena itu tidak tanduk
batin itupun dapat berbolak- balik.

Baik dalam bahasa Arab disebut Khoir, dalam bahasa inggris disebut good . dalam beberapa
kamus dan ensiklopedia diperoleh pengertian baik sebagi berikut:

1. Baik berarti sesuatu yangh telah mencapai kesempurnaan

2. Baik berarti sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan,
persesuaian, dan sebagainya.

9
3. Baik berarti sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan dan
memberikan kepuasan

4. Baik berarti sesuatu yang sesuai dengan keinginan

5. Sesuatu yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan


sengan atau bahagia, bila ia dihargai secara positif.

Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah yang dimilki seseorang


misalnya sabar, benar dan tawakal, itu dinyatakan sebagai gerak jiwa dan gambaran batin
seseorang yang secara tidak langsung menjadi akhlaknya. Al-ghazali menerangkan adanya
pokok keutamaan akhlak yang baik, antara lain mencari hikmah, bersikap berani, bersuci diri,
berlaku adil.

Seperti dalam contoh kebiasaan, Menurut Al Ghozali, melatih anak-anak untuk berakhlak
yang baik pada dasarnya adalah tanggung jawab orang tua mereka . jika seorang orang tua
melatih dan mengajarkan kepada anak- anknya berbuat baik, maka anak itu akan tumbuh
kebaikan di dunia maupun di akhirat. Dan jika anak itu di sekolah sebagai para Guru di
sekolah juga bertanggung jawab dalam membentuk anak didik dengan akhlak yang baik.

B. Macam-Macam Akhlak Mahmudah

Akhlaq mahmudah yaitu segala tingkah laku yang terpuji, dapat disebut juga dengan akhlaq
fadlilah , akhlaq yang utama. Al-Ghazali menggunakan istilah munjiyat yang berarti segala
sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan. Akhlaq karimah (mahmudah) yang
utama antara lain: Amanah ( jujur, dapat di percaya ), Sidqu (benar) atau jujur, Wafa’
(menempati janji ), Adil, Haya’ ( malu ), Syaja’ah (berani), Al-Quwwah ( kekuatan ), Sabar,
Kasih sayang, Hemat, Ikhlas, Pemaaf, Tawadlu’ ( merendahkan diri ), Syukur nikmat,
Tawakkal, dan lain-lain.

dasar kejiwaan, sehingga pengaruhnya hampir tidak dapat dirasakan oleh pelakunya sendiri
padahal itu sebenarnya inti yang mendorong untuk mengerjakan sesuatu atau
meninggalkannya.

Kebenaran niat dan keikhlasan hati kepada Allah itulah yang akan mengangkat derajat amal
duniawi semata-mata menjadi amal ibadah yang diterima oleh Allah.

10
Artinya: “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mendapatkan
keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula ucapan
terimakasih”.

Macam-macam Akhlak Mahmudah :

Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan mendapatkan banyak sekali contoh akhlak
mahmudah atau akhlak yang terpuji, seperti berikut ini :

1. Afwu atau Pemaaf

Sifat pemaaf adalah akhlak yang sangat dianjurkan dalam berhubungan sosial, karena
memaafkan kesalahan orang lain adalah sesuatu yang berat untuk dilakukan. Untuk itulah,
memaafkan atas kesalahan orang lain jauh lebih baik dari pada meminta maaf atas kesalahan
sendiri.

2. Haya’ atau Malu

Maksud “malu” di sini adalah memiliki sifat malu untuk melakukan sebuah keburukan, baik
untuk diri sendiri maupun kepada orang lain. Orang yang mempunyai sifat tidak hanya dari
perasaan hati saja, tetapi uga ditunjukkan pada perkataan dan perbuatan.

3. Ta’awun atau Saling Menolong

Komunitas manusia yang sifatnya homogen pastinya menuntut mereka untuk saling
membutuhkan satu sama lain, inilah mengapa manusia disebut “homo sapien”, yaitu tidak
bisa hidup tanpa manusia lain. Di sinilah fungsi saling menolong dan saling membantu
sesama.

11
4. Khifdul Lisan atau Menjaga Lisan

Lisan merupakan salah satu faktor besar yang bisa memecah tali persaudaraan, bahkan tidak
jarang terjadi permusuhan, perkelahian, pembunuhan, dan lain sebagainya karena bersuber
dari ketidakmampuan dalam menjaga lisan.

Berikut ini sifat-sifat umum dari seseorang yang memiliki akhlak mahmudah:

1. Taubat, merupakan niat yang sungguh-sungguh untuk meninggalkan segala kesalahan dan
dosa-dosa besar melalui jalan ilmu, penyesalan dan berjanji untuk tidak mengulanginya
(taubat Nasuha).

2. Zuhud, yakni satu corak kehidupan seorang mukmin yang mengekang jiwa dari segala
bentuk kesenangan dunia sambil berusaha meninggalkan semua perkara yang tidak baik.

3. Takut Allah, di mana seorang muslim itu mengenali zat Allah melalui sifat-sifat Allah dan
mempunyai jiwa yang takut akan melakukan perkara dosa atau perkara yang dilarang oleh
Islam.

4. Mahabbah (cinta Allah dan Rasul), ialah kasih seorang mukmin kepada Allah dan Rasul-
Nya melebihi segala yang lain, sehingga melahirkan jiwa yang benar-benar mencintai agama
dan rela mengorban dirinya ke jalan Allah.

5. Sabar, adalah separuh dari iman. Sabar memang susah untuk dipraktikkan dalam diri
seseorang, kecuali mukmin yang kuat imannya dan ridha atas segala ujian dari Allah.

6. Syukur, ialah seorang mukmin yang senantiasa berterima kasih kepada Allah atas segala
nikmat yang diberikan. Bersyukur kepada Allah ini banyak caranya seperti melaksanakan
segala ibadah kepada Allah dengan hati yang ikhlas, selalu memuji Allah dengan menyebut
kalimah tayyibah (perkataan yang baik) seperti Allahu Akbar, Subhanallah, Alhamdulillah
dan sebagainya.

7. Ikhlas dan benar, ialah mukmin yang senantiasa membersihkan amalannya dan ini
dinamakan sebagai orang yang benar-benar ikhlas. Setiap amalan ibadah atau pekerjaan
agama, hendaklah dilaksanakan dengan ikhlas hati, ihsan kepada Allah dengan sebenar-benar
ibadah seolah-olah Allah berada di hadapan kita.

12
8. Tawakal, ialah meletakkan semua kehendak hanya pada Allah setelah berniat yang diikuti
dengan usaha.

9. Rida dengan qada Allah, ialah salah satu daripada sifat mahmudah. Segala ketentuan Allah
sama, ada baik atau buruk dan harus diterima dengan syukur atau sabar.

10. Mengingat mati, ialah mukmin yang senantiasa mengingat kematian adalah orang yang
pintar, karena mereka selalu bersedia untuk mati dengan segala ibadah yang telah
dilaksanakan.

Dalam bertindak. Sifat tergesa-gesa dan kurang sabar akan menghilangkan ke

dan kewibawaan seseorang, mendekatkan pada keburukan, dan sangat dekat dengan
penyesalan. Berdoa Memohon Perlindungan kepada Allah Swt. Implementasi dari sikap
kontrol diri bagi seorang mukmin adalah berdoa memohon kesabaran, ketabahan, dan
kekuatan kepada Allah Swt., supaya

senantiasa sanggup menerima dan menghadapi cobaan sesuai dengan kadar kekuatan dengan
cara-cara yang dibenarkan oleh syariat. Memperbanyak Zikir kepada Allah Swt. Zikir adalah
salah satu metode untuk meredam konfik dalam jiwa setiap mukmin. yak manfaat yang dapat
kita peroleh apabila kita gemar berzikir yaitu mendekatkan diri kepada Allah Swt.,
menenangkan jiwa, menambah pahala, dan menyejukkan hati yang sedang gundah.

3. Penerapan Perilaku Kontrol Diri

Penerapan mujahadah an-nafs atau kontrol diri dalam kehidupan sebagai berikut.

a. Masih bisa bersikap baik pada seseorang yang membencinya.

b. Tidak beraksi berlebihan atas segala kemenangan dan kegagalan yang dialami.

Menerima segala hal baik dan buruk yang terjadi pada dirinya.

Bisa tetap tenang meski di bawah tekanan sekalipun.

e. Tidak ragu untuk meminta maaf terlebih dahulu. Hikmah Perilaku Kontrol Diri

13
Menjalankan perilaku kontrol diri memiliki hikmah sebagai berikut. meminimalisir dampak
negatif dari perbuatan yang dilakuka dipertimbangkan dengan matang. Berusaha berbuat
yang terbaik karena akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

c. Tidak cepat bereaksi terhadap permasalahan yang timbul.

Hidup menjadi tenang dan damai.

e. Mempunyai banyak teman.

Membiasakan Perilaku Berani Membela Kebenaran

1. Pengertian Berani Membela Kebenaran

Allah Swt. memerintahkan kepada orang-orang beriman agar menjadi orang yang

pemberani karena Islam tidak menyukai orang yang lemah atau penakut. Sebagai orang
beriman, kita harus berani berjuang dalam kebenaran atau yang disebut dengan syaja'ah.
Syaja'ah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang berarti berani. Adapun secara
terminologi, syaja'ah merupakan keberanian yang berlandaskan kebenaran, dilakukan dengan
penuh pertimbangan dan perhitungan untuk mengharapkan keridaan Allah Swt. Syaja'ah juga
menjadi salah satu ciri yang dimiliki orang yang istiqamah di jalan Allah, selain ciri-ciri
berupa al-ithmi'nan (ketenangan) dan at-tafaul (optimis). Lawan dari kata syaja'ah, yakni al-
jubn yang berarti pengecut atau penakut. Pengecut dipandang sebagai

sifat tercela yang haram dimiliki orang-orang yang beriman. Pengecut artinya ia tidak mau
menanggung dan menghadapi risiko yang memang sudah menjadi konsekuensi dalam
kehidupannya.

Syaja'ah dibagi menjadi dua macam, yaitu

syaja'ah harbiyah dan syaja'ah nafsiyah. Syaja'ah

harbiyah merupakan keberanian yang kelihatan

atau tampak, misalnya keberanian dalam medan

tempur di waktu perang. Adapun syaja'ah nafsiyah

merupakan keberanian menghadapi bahaya atau

14
penderitaan dan menegakkan kebenaran, misalnya keberanian untuk mengendalikan diri

tatkala marah dalam bertindak Sifat tergesa-gesa dan kurang sabar akan menghilangkan ke
dan kewibawaan seseorang, mendekatkan pada keburukan, dan sangat dekat dengan
penyesalan.

Ciri-ciri akhlak mahmudah terbagi atas lima bagian diantaranya yaitu:

a. Kebaikan bersifat mutlak, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak islam

merupakan kebaikan murni baik individu maupun masyarakat, dalam lingkungan,

keadaan waktu dan tempat.

b. Kebaikan bersifat menyeluruh, yaitu kebaikan yang terkandung merupakan

kebaikan seluruh umat manusia disegala zaman dan disemua tempat.

c. Tetap langgeng dan mantap, yaitu kebaikan bersifat tetap tidak berubah oleh

perubahan waktu, tempat kehidupan masyarakat.

d. Kewajiban yang harus dipatuhi, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak

islam merupakan hukum yang harus dilaksanakan sehingga ada sangsi hukum

tertentu bagi orang yang tidak melaksanakan.

e. Pengawasan yang bersifat menyeluruh, yaitu kerena akhlak islam bersumber dari

tuhan, maka pengaruhnya lebih kuat dari akhlak ciptaan manusia, sehingga

seseorang tidak berani melanggarnya kecuali setelah ragu-ragu dan kemudian

menyesali perbuatan untuk selanjut bertaubat dan tidak melakukan perbuatan

salah lagi.

Faktor yang mempengaruhi akhlak mahmudah

15
Menurut Hamka ada beberapa hal yang mempengaruhi seseorang untuk

berbuat baik diantaranya :

a. Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain.

b. Mengharap pujian atau takut cela

c. Karena kebaikan dirinya (dorongan hati nurani)

d. Mengharap pahala dan surga

e. Mengharap pujian dan takut azab Allah.

f. Mengharap keridhaan Allah semata.

g. Seseorang yang berbuat kebaikan karena ada yang mempengaruhi tentunya ia

akan mengikuti apa yang ia lakukan dan mematuhi apaa yang dikatakan. Karena

bagaimanapun juga seseorang berkeinginan untuk melakukan yang terbaik dan

mengharap ridho dari Allah swt.

1. Proses pembentukan akhlak mahmudah

Sebenarnya akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah instink (garizah)
yang dibawa manusia sejak lahir. Masalah akhlak adalah pembawaan diri manusia
sendiri, yaitu kecendrungan kepada kebaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia,
dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cenderung kepada kebenaran.
Namun begitu akhlak juga tidak selamanya berasal dari pembawaan diri semata
namun perlu juga proses dan pembentukan agar menjadi maksimal dalam
pelaksanaannya yaitu dengan usaha pembinaan pembentukan kerohanian, pembiasaan
dan pembentukan sikap dan minat.
Proses pembentukan akhlak mahmudah dalam pandangan pengantar studi
akhlak terdiri atas tiga dasar pembentukan , yaitu pembentukan kerohanian yang
luhur, pembetukan kebiasan, pembentukan minat dan sikap.
a. Pembentukan kerohanian yang luhur
Potensi rohaniah yang ada dalam diri termasuk didalamnya akal, nafsu
amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati,hati nurani haruslah dibina secara optimal

16
agar benar-benar dalam pelaksanaannya sesuai dengan ajaran islam. Yaitu
menanamkan kepercayaan diri, diantarany:
1) Iman kepada Allah
2) Iman kepada malaikat-malaikat-Nya
3) Iman kepada kitab-kitab-Nya
4) Iman kepada rasul-rasul-Nya
5) Iman kepada qadha dan qadar
6) Iman kepada hari kiamat14
Dari pernyataan diatas dengan kita percaya pada rukun iman yang telah
disebutkan akan menjadikan kita bertutur kata dan bersikap akan selalu hati-hati dan
penuh pertimbangan . sehingga kita dapat diterima oleh masyarakat lebih-lebih akan
diangkat derajatnya oleh Allah swt. Sebagai hamba terkasih.
b. Pembentukan pembiasaan
Pembiasaan ini sesuai pula dengan salah satu dasar-dasar perkembangan
manusia, pembinaan yang lebih banyak memerlukan tenaga-tenaga yang lebih
jasmaniah. Karena lebih musah dan dapat dilaksanakan dari pada tenaga-tenaga yang
bersifat rohani seperti: sholat, mengucapkan sesuatu (hapalan), puasa dan sebagainya.
Pembentukan pembiasaan ini haruslah diatur secara terus menerus agar
menjadi terbiasa. Kalau kita membiasakan untuk berlaku yang positif maka hasilnya
pun juga positif. Namun kalau kita membiasakan untuk yang negatif maka hasilnya
juga akan negatif. Maka dari itu kita selalu berusaha untuk melakukan hal yang
positif.
c. Pengertian pembentukan minat yang sikap.

Pengertian pembentukan meliputi pembentukan minat dan sikap yang


tujuannya adalah untuk memberi pengertian dan pemahaman tentang aktifitas yang
akan dilaksanakan serta menghayati makna ucapan dalam upaya membangkitkan dan
memupuk minat, agar seseorang terdorong kearah perbuatan positif. Selain itu
pembentukan ini juga ditujukan untuk mewujudkan sikap istiqomah, sikap yang
dibentuk meliputi kecintaan kepada Allah swt dan segala yangberhubungan
dengannya.
Dengan adanya pengertian pembentukan ini diharapkan akan terbentuklah
keteguhan sikap dan pandangan positif tentang makna dari lafadz yang diucapkan
akan terbentuk sikap diri yang positif seperti menjauhkan dengki, ,menepati janji,

17
ikhlas, jujur, suka berkorban, toleran dan sebagainya.

KESIMPULAN
Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun” yang merupakan
bentukjamak
dari “khuluqun”, atau akhlak juga berarti
budi pekerti, tabia’at atau
tingkah laku, watak, dan perangai
Maka penegertian akhlak mahmudah adalah menghilangkan adat kebiasaan
yang tercela yang sudah digariskan dalam agama islam serta menjauhkan diri dari
perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik,
melakuakan dengan mencintainya.
Ciri-ciri akhlak mahmudah terbagi atas lima bagian diantaranya yaitu:
Kebaikan bersifat mutlak, Kebaikan bersifat menyeluruh, Tetap langgeng dan
mantap, Kewajiban yang harus dipatuhi,dan Pengawasan yang bersifat menyeluruh.
Prilaku akhlak mahmudah sangatlah banyak diantaranya : Adil adalah
memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya tanpa ada pengurangan,
dan meletakkan segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya,
mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali Allah swt, Ridho
adalah prilaku terpuji menerima dengan senang apa yang diberikan Allah kepadanya,
berupa ketentuan yang diberikan kepada manusia, dan Husnuzan secara bahasa
berarti “berbaik sangka” lawan katanya adalah su’uzan yang berarti berburuk
sangka.

Menurut Hamka ada beberapa hal yang mempengaruhi seseorang untuk


berbuat baik diantaranya : Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain,
Mengharap pujian atau takut cela, Mengharap pahala dan surga, dan Mengharap
keridhaan Allah semata.

18
DAFTAR PUSTAKA :

Amru Khalid, Berakhlak Seindah Rasulullah, Semarang: Pustaka Nuun, 2007.


Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1983.
M. Yatimin Abdulloh, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Amzah,
2007.
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Presfektif Al- Qur’an, Jakarta: Amzah, 2007.
Buku LKS Agama semester 2 hal.29-33
kumparan,media Indonesia, ethesees, merdeka
sg.docworkspace

19

Anda mungkin juga menyukai