Anda di halaman 1dari 11

KONTROL DIRI

Ø  KONTROL DIRI ATAU PENGENDALIAN DIRI

1.  Pengertian Kontrol Diri   

          Kontrol diri (mujahadah al-nafs) adalah perjuangan sungguh-sungguh atau jihad


melawan ego atau nafsu pribadi. Perjuangan ini dilakukan karena nafsu-diri memiliki
kecenderungan untuk mencari pelbagai kesenangan, masa bodoh terhadap hak-hak
yang harus ditunaikan, serta mengabaikan terhadap kewajiban-kewajiban. Siapa pun
yang gemar menuruti apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsunya, maka sesungguhnya
ia telah tertawan dan diperbudak oleh nafsunya itu. Hal inilah yang menjadi salah satu
alsan mengapa Nabi Saw menegaskan bahwa jihad melawan nafsu lebih dahsyat
daripada jihad melawan musuh (qital).

Kontrol diri, pengendalian diri atau penguasaan diri (self regulation) merupakan sikap,
tindakan atau perilaku seseorang secara sadar baik direncanakan atau tidak untuk
mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Pengendalian diri
merupakan satu aspek penting dalam kecerdasan emosi (emotional quotient). Aspek ini
penting sekali dalam kehidupan manusia sebab musuh terbesar manusia bukan berada
di luar dirinya, akan tetapi justru berada di dalam dirinya sendiri. Dengan demikian,
kemana pun seseorang pergi, maka orang tersebut selalu diikuti oleh “musuh” yang ada
dalam dirinya.

Dalam memenuhi hak hak individu ada batasan batasan agar jangan sampai kita
melanggar hak orang lain. Pengendalian diri mutlak dibutuhkan supaya terjadi harmonis
kehidupan sosial. Pengendalian diri akan menuntun manusia agar lebih bijaksana dalam
menyikapi perbedaan, menempatkan diri pada posisi yang layak untuk dihormati dan
dihargai serta menjauh dari sifat yang bisa merugikan orang lain.

            Pengendalian diri artinya pengarah & pengekang diri sehingga sikapnya terkontrol
& terkendali. Pengendalian diri merupakan faktor penting dalam kesuksesan seseorang
dalam menangani suatu permasalahan hidup.

Ada tiga alasan pengendalian diri :

ü  Pertama, mempunyai kecenderungan negatif dan positif dalam dirinya. Dan setan
(iblis) selalu melakukan berbagai upaya agar seseorang lebih didominasi oleh
kecenderungan negatif dalam dirinya.

ü  Kedua, Penetapan seseorang untuk menempati sesuatu didahului dengan


studikelayakan dan pertimbangan.

ü  Ketiga, Kegagalan besarmanusia dalam menjalankan tugas disebabkan oleh


ketidakmauan dalam mengendalikan diri. Perilaku manusia didasarkan pada
karakteristik dorongan dalam dirinya.

Ø  Ciri ciri Seseorang yang tidak berhasil mengendalikan diri biasanya :


a.       Cenderung menunda permasalahan dan mengakhiri sesuatu yang semestinya
didahulukan

b.      Saling ragu - ragu & goyah ketika hendak melakukan penyelesaian masalah, karena

         khawatir gagal melakukannya.

c.       Sering tidak konsentrasi pada penyelesaian masalah, karena ragu menyelesaikan
atau

          mencapai keberhasilan.

d.      Membebani diri dengan sesuatu yang tidak disanggupi. Karena dia tidak

e.       Dapat mengkonsentrasikan tenaga & kehilangan keseimbangan.

f.       Sering jenuh dan dialihkan perhatianya dari pekerjaan utamanya, sehinggan
kedisplinan &

          produktifitasnya menurun.

g.      Sering tergesah – gesah, seringkali mengeluh & putus asa .

2. Anjuran Mengendalikan Diri

            Segala apapun yang menimpa kita yang diperoleh telah tercatat diLauh Mahfuzh
& telah diketahui Allah sebelum sesuatu terjadi. Sebab semua itu hanya Allah yang tahu
dan Dialah yang menentukan segalanya.

 Artinya : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan tuhanmu & kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang orang yang bertaqwa (yaitu)
orang orang yang mampu menafkahkan (hartanya) baik diwaktu lapang atau sempit &
orang orang yang berbuat kebajikan. Q.S Ali Imran (3): 133 – 134

3. Contoh Pengendalian Diri

a.       Pengendalian diri terhadap hawa nafsu saat bertemu lawan jenis

b.      Pengendalian diri terhadap godaan mencontek

c.       Pengendalian diri terhadap nafsu amanah

4. Contoh Sikap Dan Perilaku Pengendalian Diri


a.       Dalam Keluarga

- Hidup sederhana tidak suka pamer harta kekayaan dan kelebihannya.

- Tidak mengganggu ketentraman anggota keluarga lain.

- Tunduk dan taat terhadap aturan serta perintah orang tua.

b.      Dalam Masyarakat

- Mencari sahabat sebanyak-banyaknya dan membenci permusuhan.

- Saling menghormati dan menghargai orang lain.

- Mengikuti segera aturan yang berlakudalam masyarakat.

c.       Dalam Lingkungan sekolah Dan Kampus

- Patuh dan taat pada peraturan disekolah

- Menghormati dan menghargai teman, guru, karyawan, dll

- Hidup penuh kesederhanaan, tidak sombong dan tidak gengsi

Ø  Sikap-sikap Yang Harus Diperhatikan Dalam Mengontrol Diri

1.    Tidur Sekedarnya


Bagi manusia tidur memiliki dua fungsi utama: membuat tubuh menjadi rileks untuk
kegiatan berikutnya dan memberi kesempatan pada otak untuk melakukan konsolidasi
dalam pembentukan memori. Mengantuk dan tidur berkaitan dengan jam biologis tubuh
yang disebut irama sirkadian dan melibatkan zat otak bernama melatonin yang terutama
meningkat produksinya saat gelap datang.
Tidur yang benar adalah tidur dalam waktu cukup ketika kita merasa pulas dan kemudia
rileks dan segar ketika bangun. Ini bukan durasi tidur, tetapi berkaitan dengan kualitas
tidur. Kita bisa tidur lebih panjang dan lama, tetapi tanpa kualitas (tidak pulas). Namun
kita juga bisa tidur dalam waktu singkat dan berkualitas. Dorongan untuk tidur
dipengaruhi oleh banyak faktor. Ketika kita bisa membatasi tidur, dan mengisinya
dengan tidur berkualitas, sama artinya dengan kita meminimalkan kecendrungan tubuh
untuk diam. Lebih banyak hal yang dapat kita lakukan saat sadar ketimbang tidur. Para
penidur biasanya orang malas dan hampir selalu merupakan orang gagal mendapatkan
kebaikan hidup. Mengontrol tidur sama halnya mengontrol diri.

2.    Bicara Seperlunya


Kontrol bicara menempati posisi kunci dalam upaya kontrol diri karena bicaralah yang
membuat manusia menjadi manusia, dan manusia berbeda dengan makhluk lain. Ketika
nenek moyang kita bisa berbahasa, dan terutama berbicara, ketika itu pula mereka
membangun peradaban besar. Bicara dan bahasa adalah dua hal yang dibawa secara
naluriah.  Sebuah penelitian membuktikan bahwa sekali seorang bayi mengenal kata,
dan seorang anak mengenal huruf, maka secepat kilat kemampuan bahasa mereka
berkembang.
Kemampuan berbahasa juga bisa menjadi sumber bencana. Konflik-konflik yang terjadi
disekitar kita umumnya disebabkan karena kita tidak piaway memilih dan memilah mana
kata yang boleh diutarakan, apalagi kesesuaian yang diucapkan dan dilakukan,
merupakan tingkatan tertinggi dalam kontrol bicara, jika kita perhatikan orang-orang
yang tidak bisa mengontrol bicara, terutama mereka yang mengucapkan sesuatu yang
tidak mereka lakukan, adalah orang-orang yang tidak bisa mengontrol diri. Perilaku
mereka kebanyakan perilaku buruk, sekalipun indah dari luar.
Karena itu, jika kita bisa memilih dan memilah apa yang pantas diucapkan, kita pasti bisa
mengontrol diri. Dorongan kita untuk berbicara sangat kuat. Karena itu, bicara
seperlunya merupakan kiat sederhana dalam mengontrol dorongan itu.

3.    Makan Secukupnya


Seperti berbicara, dorongan untuk makan merupakan dorongan yang sangat kuat.
Dalam hal ini, kita bisa jadi tidak berbeda dengan binatang. Akibatnya untuk
mendapatkan makanan kita kadang bisa berperilaku seperti binatang, bisa mencakar,
menggigit, bahkan membunuh. Jika seseorang sudah bisa mendapatkan makanan yang
standar, selalu ada kecendrungan untuk mendapatkan makanan yang lebih enak. Kita
menggunakan berbagai cara untuk memuaskan naluri makan. Padahal kelezatan
makanan hanya dikecap dalam waktu yang sangat singkat, yaitu ketika makanan berada
dalam mulut.

Kecendrungan manusia untuk mengenyangkan perut juga merupakan dorongan yang


sangat kuat. Tanpa sadar kita semua cendrung memenuhi perut kita dengan segala jenis
makanan. Pada akhirnya, makanan dan makanan enak sudah menjadi kegiatan yang
otomatis, tanpa kita pikirkan lagi. Makan dan seksual merupakan dorongan terkuat
manusia untuk melakukan apa saja. Bahkan melakukan yang melanggar hukum. Jika
rakyat merasa lapar dan tidak aman, dapat dipastikan mendorong gerakan revolusi dan
akan  terjadi revolusi serta kerusahan.

5. Hikmah

a.       Dapat menahan emosi

b.      Dapat menghindari salah faham

c.       Sabar dalam menerima musibah

d.      Terhindar dari sifat rakus

e.       Menjaga dirihingga tak terisolasi dalam masyarakat

6. Akibat Bersikap Mengendalikan Diri

a.       Bisa menjaga kehormatan diri

b.      Bisa menjaga terhindar dari sifat yang merugikan orang lain

c.       Bisa menjadi teladan bagi orang lain

d.      Bisa menyelesaikan segala permasalahan dengan lebih jernih.

BAGAIMANA CARA MENGENDALIKAN DIRI


"Kedengarannya memang sepele karena cara ini begitu mudah, tapi pikiran seperti
itulah yang dapat mencegah amarah menjadi berlebihan.

Disini ada tiga langkah yang dapat dicoba untuk mengendalikan diri :

Ø  Cara mengontrol diri agar tidak mudah marah :

1.Ambil waktu sebentar


Mengambil waktu sebentar dan cobalahtenangkan diri anda. Jika perlu, istirahat dan
menjauhlah dari orang atau situasi sampai amarah Anda mereda sedikit.

2.Ekspresikan kemarahan anda


Begitu Anda berpikir jernih, ungkapkan amarah Anda dengan cara yang tegas tapi tidak
konfrontatif.Tanpa menyakiti orang lain atau mencoba untuk memprovokasi mereka.

3.Berolahraga sedikit
Olahraga dapat meredakan emosi Anda. Olahraga merangsang berbagai bahan kimia
otak yang dapat membuat Anda merasa lebih bahagia dan lebih santai.

4.Berpikirlah sebelum Anda berbicara


Dalam keadaan marah, mudah untuk mengatakan sesuatu yang nanti akan anda sesali.
Ambil beberapa saat untuk mengumpulkan pikiran Anda sebelum mengatakan sesuatu
dan mengizinkan orang lain yang terlibat dalam situasi untuk melakukan hal yang sama.

5.Berpikir tentang solusi jangan asal marah


Apakah kamar yang berantakan anak Anda membuat Anda gila? Apakah pasangan Anda
terlambat untuk makan malam setiap malam? Alih-alih berfokus pada apa yang
membuat Anda marah. Ingatkan diri Anda, kemarahan tidak akan memperbaiki apa pun,
dan hanya membuat situasilebih buruk.

6.Gunakan pernyataan 'saya'


Untuk menghindari mengkritik, atau menyalahkan orang lain yang mungkin hanya
meningkatkan amarah gunakan pernyataan "saya" untuk menggambarkan masalah.
Jadilah hormat dan jaga harga diri anda.

7.Jangan menyimpan dendam


Jika Anda melampiaskan kemarahan dan perasaan negatif Anda kepada orang banyak,
Anda mungkin akan menemukan diri Anda sendiri ditelan oleh rasa bersalah Anda
sendiri. Tapi jika Anda dapat memaafkan seseorang yang membuat marah, anda
mungkin mendapat pelajaran dari situasi ini.

8.Gunakan humor untuk melepaskan ketegangan


Humor dapat membantu meredakan amarah. Jangan menggunakan sindiran, karena itu
bisa melukai perasaan orang lain dan membuat situasi semakin buruk.

9.Praktek keterampilan relaksasi


Ketika amarah naik, tempatkan relaksasi untuk bekerja. Praktek latihan pernafasan,
membayangkan adegan santai, atau mengulangi kata yang menenangkan, seperti,
"Tenang" atau "Sabar". Anda juga dapat relax dengan mendengarkan musik, menulis
cerita di jurnal atau melakukan yoga dan apa pun yang membuat anda relax

10.Tahu kapan untuk mencari bantuan


Belajar untuk mengendalikan amarah adalah tantangan bagi semua orang di dunia.
Pertimbangkan mencari bantuan untuk masalah anda jika kemarahan Anda tampaknya
di luar kendali dan menyebabkan Anda menyakiti orang di sekitar

Pengertian Pengendalian Diri (Mujahadah an-Nafs) dalam Islam Bacaan Madani 10:39:00
AM Akhlak , Bacaan Islami 1 Comments Pengendalian diri atau kontrol diri (Mujāhadah
an-Nafs) adalah menahan diri dari segala perilaku yang dapat merugikan diri sendiri dan
juga orang lain, seperti sifat serakah atau tamak. Dalam literatur Islam, pengendalian diri
dikenal dengan istilah aś-śaum, atau puasa. Puasa adalah salah satu sarana
mengendalikan diri. Hal tersebut berdasarkan hadis Rasulullah saw. yang artinya:
“Wahai golongan pemuda! Barangsiapa dari antaramu mampu menikah, hendaklah dia
nikah, kerana yang demikian itu amat menundukkan pemandangan dan amat
memelihara kehormatan, tetapi barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah dia puasa,
kerana (puasa) itu menahan nafsu baginya.” (HR. Bukhari) Jadi, jelaslah bahwa
pengendalian diri diperlukan oleh setiap manusia agar dirinya terjaga dari hal-hal yang
dilarang oleh Allah Swt. Allah Swt Berfirman, ‫إِ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوهَا َجرُوا َو َجاهَدُوا ِبأ َ ْم َوالِ ِه ْم َوأَ ْنفُ ِس ِه ْم فِي‬
‫َي ٍء َحتَّ ٰى‬
ْ ‫اجرُوا َما لَ ُك ْم ِم ْن َواَل يَتِ ِه ْم ِم ْن ش‬ ِ َ‫ْض ۚ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم يُه‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَا ُء بَع‬ ُ ‫ك بَ ْع‬ َ ِ‫صرُوا أُو ٰلَئ‬ َ َ‫َسبِي ِل هَّللا ِ َوالَّ ِذينَ آ َووْ ا َون‬
‫صي ٌر‬ ِ ‫ق ۗ َوهَّللا ُ ِب َما تَ ْع َملُونَ َب‬
ٌ ‫ِّين فَ َعلَ ْي ُك ُم النَّصْ ُر إِاَّل َعلَ ٰى قَوْ ٍم َب ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَهُ ْم ِميثَا‬
ِ ‫صرُو ُك ْم فِي الد‬ َ ‫اجرُوا ۚ َوإِ ِن ا ْستَ ْن‬
ِ َ‫يُه‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta
dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
memberi pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin), mereka itu satu sama lain
lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah,
maka tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka
berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan
pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum
yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.” (QS. al-Anfal:72) Firman Allah Swt. pada ayat di atas yang
melukiskan bahwa kaum Muhajirin dan Anśar saling lindung-melindungi satu sama
lainnya, sungguh mengagumkan. Itulah wujud dari persaudaraan. Lakukanlah
pengamatan dan pembacaan terhadap buku-buku mengenai peristiwa hijrah tersebut.
Di sana kamu akan menemukan jawaban bahwa persaudaraan (ukhuwwah) akan
menjadi salah satu sendi bagi munculnya peradaban baru dalam sebuah masyarakat
baru yang disebut masyarakat Madani. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa
Rasulullah Saw. bersabda: “Orang yang perkasa bukanlah orang yang menang dalam
perkelahian, tetapi orang yang perkasa adalah orang yang mengendalikan dirinya ketika
marah.” (HR. Bukhari dan Muslim) Perilaku yang Mencerminkan Sikap Pengendalian Diri
(Mujāhadah an-Nafs) 1. Bersabar dengan tidak membalas terhadap ejekan atau
cemoohan teman yang tidak suka terhadap kamu. 2. Memaafkan kesalahan teman dan
orang lain yang berbuat “aniaya” kepada kita. 3. Ikhlas terhadap segala bentuk cobaan
dan musibah yang menimpa, dengan terus berupaya memperbaiki diri dan lingkungan.
4. Menjauhi sifat dengki atau iri hati kepada orang lain dengan tidak membalas
kedengkian mereka kepada kita. 5. Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah
Swt. kepada kita, dan tidak merusak nikmat tersebut; seperti menjaga lingkungan agar
selalu bersih, menjaga tubuh dengan merawatnya, berolahraga, mengonsumsi makanan
dan minuman yang halal, dan sebagainya.

Disalin dari : http://www.bacaanmadani.com/2016/12/pengertian-pengendalian-diri-


mujahadah.html
Terima kasih sudah berkunjung.

A.     KONTROL DIRI

1.      PENGERTIAN

            Kontrol diri( mujahadah an-nafs) adalah perjuangan sungguh-sungguh atau jihad


melawan hawa nafsu dan ego pribadi.

2.      Usaha Melakukan Kontrol Diri

a.       Bersabar atau menyisihkan waktu yang lebih lama untuk mengambil keputusan
dari perbuatan yang akan dilakukan

b.      Memikirkan akibat dari perbuatan yang dilakukan

c.       Berdzikir kepada Allah

d.      Berdoa kepada Allah

3.      Hikmah Kontrol Diri

a.       Dapat meminimalisir akibat negatif dari perbuatan yang dilakukan, karena


dipertimbangkan dengan matang

b.      Berusaha berbuat baik dan yang terbaik, sebaik perbuatan itu akan dipertanggung
jawabkan kepada Allah

c.       Tidak cepat berreaksi terhadap berbagai permasalahan yang timbul

B.     PRASANGKA BAIK

1.      Pengertian

Prasangka baik adalaah sikap netral dan cara pandang seseorang yang membuatnya
melihat sesuatu secara positif.

1.1  Husnudzan kepada Allah


Adalah berprasangka baik terhadap segala sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah.

Hikmah husnudzan kepada Allah:


Kehidupan rohani menjadi aman dan tenang. Semua takdir selalu dianggap baik baginya.

Cara Menumbuhkan Sikap Husnudzan Kepada Allah:


latihan menerima semua takdir dari Allah. Latihan menahan diri untuk tidak
memberikan reaksi dengan cepat terhadap semua masalah yang terjadi.

1.2  Husnudzan kepada sesama manusia

Adalah berprasangka baik terhadap sesama dan tidak meragukan kemampuan atau
tidak bersikap apriori.

Cara menumbuhkan sikap Husnudzan kepada sesama manusia:


tidak merendahkan orang lain. Tidak mencaci maki atau menghina orang lain.

1.3  Husnudzan Kepada Diri Sendiri

Adalah mensyukuri bahwa segala sesuatu yang melekat pada diri manusia, baik disukai
ataupun tidak, merupakan pemberian Allah yang terbaik untuk manusia.

Husnudzan kepada diri sendiri akan menumbuhkan sikap inisiatif, gigih, dan rela
berkorban. Cara menumbuhkan sikap-sikap tersebut antara lain:

a.       Inisiatif: percaya bahwa orang yang mempunyai inisiatif akan mendapatkan pahala
ditambah pahala orang-orang yang mengikuti sesudahnya

b.      Gigih: percaya bahwa Allah akan memberikan jalan keluar

c.       Rela berkorban: percaya bahwa pengorbanan akan mendatangkan ketenangan dan


kebahagiaan

C.     PERSAUDARAAN (UKHUWAH)

1.      Pengertian

Ukhuwah menurut bahasa berasal dari kata akhun  artinya berserikat atau


persaudaraan. Jika dirangkai dengan kata islamiyah maka pengertian ukhuwah islamiyah
adalah persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan islam.

2.      Bentuk-bentuk ukhuwah

1)      Ukhuwah ubudiyah: persaudaraan antar sesama makhluk Allah

2)      Ukhuwah insaniyah: persaudaraan antar sesama manusia

3)      Ukhuwah wathaniyah: persaudaraan atas kesamaan bangsa

4)      Ukhuwah fi din al islam: persaudaraan antar sesama muslim

3.      Hikmah ukhuwah

Menciptakan wihdah (persatuan), quwwah (kekuatan), mahabbah (cinta dan kasih


sayang)
4.      Cara menciptakan ukhuwah

Menjauhi sifat negatif seperti mengolok-olok, mencaci maki, berburuk sangka, mencari-
cari kesalahan, dan menggunjing orang lain.

MATERI

1.        Mujahadah al-Nafs

a.         Pengertian

Kontrol diri (mujahadah al-nafs) adalah perjuangan sungguh-sungguh atau jihad


melawan ego atau nafsu pribadi. Perjuangan ini dilakukan karena nafsu-diri memiliki
kecenderungan untuk mencari pelbagai kesenangan, masa bodoh terhadap hak-hak
yang harus ditunaikan, serta mengabaikan terhadap kewajiban-kewajiban. Siapa pun
yang gemar menuruti apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsunya, maka sesungguhnya
ia telah tertawan dan diperbudak oleh nafsunya itu. Hal inilah yang menjadi salah satu
alsan mengapa Nabi Saw menegaskan bahwa jihad melawan nafsu lebih dahsyat
daripada jihad melawan musuh (qital).

b.          Dapat Melakukan Mujahadah an Nafs hanya karena hidayah Allah

Mujahadah al-nafs merupakan perbuatan yang berat. Meskipun berat Allah menjanjikan
jalan keluar bagi orang beriman yang bersungguh-sungguh berjuang mengendalikan
nafsunya. Sebagaimana firman Allah : : “Orang-orang yang berjihad di jalan Kami, pasti
akan kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami…” (QS al-Ankabut: 69).

Imam Ibn al-Qayyim berkata: “Allah menggantungkan hidayah dengan laku jihad. Maka
orang yang paling sempurna hidayah (yang diperoleh)-nya adalah dia yang paling besar
laku jihadnya. Jihad yang paling fardu adalah jihad melawan nafsu, melawan syahwat,
melawan syetan, melawan rayuan duniawi. Siapa yang bersungguh-sungguh dalam jihad
melawan keempat hal tersebut, Allah akan menunjukkan padanya jalan ridha-Nya, yang
akan mengantarkannya ke pintu surga-Nya. Sebaliknya, siapa yang meninggalkan jihad,
maka ia akan sepi dari hidayah…”

Di ayat lain, Allah menjelaskan bahwa membebaskan nafsu merupakan karunia Allah,
sebagaimana frimannya: “Dan aku tidak membebaskan nafs-ku, karena sesungguhnya
nafs itu selalu sangat menyuruh kepada keburukan,  kecuali nafs yang dirahmati
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS.
Yusuf/12: 53).

Kalimat yang bergaris bawah menunjukkan bahwa kita tidak akan sanggup
mengendalikan diri, kecuali mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah

c.       Akibat mengikuti nafsu

Para pelaku tindak kriminal di sekitar kita, seperti para koruptor, pemakai narkoba,
pembunuh, misalnya, adalah orang-orang yang gagal dalam laku mujahadah diri.
Sebaliknya, mereka justru menuruti segala keinginan dan syahwat diri, sehingga mereka
tertawan dan diperbudak olehnya. Mereka tidak pernah menyadari tentang buah
kejahatan yang akan datang menjelang, cepat atau lambat. Yang mereka pikirkan adalah
bayangan semu tentang kenikmatan sesaat dan instan. Na’udzu billah, semoga kita
dihindarkan cara pandang sedemikian.

d.          Hikmah mujahadah an nafs

Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari mujahadah an-nafs, yaitu:

a)        Dapat meminimalisasi akibat negatif dari perbuatan yang dilakukan, karena


dipertimbangkan dengan matang.

b)        Berusaha berbuat yang baik dan terbaik, sebaik perbuatan itu akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah

c)        Tidak cepat bereaksi terhadap berbagai permasalahan yang timbul.

e.           Cara Mujahadah an nafs

Ada empat cara melakukan mujahadah an-nafs dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

1)        Bersabar atau menyisihkan waktu yang lebih lama untuk mengambil keputusan
dari perbuatan yang akan dilakukan. 

Ketika seseorang atau umat Islam dihadapkan kepada banyak tantangan dan kesulitan
atau berposisi minoritas, hendaklah bersabar. Sikap sabar akan membuka pikiran jernih
yang menjadi pembuka ide-ide brilian yang mengambil keputusan.

2)        Memikirkan akibat dari perbuatan yang kita lakukan.

Berpikir tentang akibat perbuatan yang akan dilakukan dapat meminimalisasi hal-hal
negatif dan penyesalan yang akan ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Bukankah setiap
perbuatan sebenarnya akan kembali kepada pelakunya sendiri? Allah Swt berfirman:
“Jika kamu berbuat baik, maka kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri. Jika kamu
berlaku jahat, maka kamu berbuat jahat pada dirimu sendiri.” (QS Al-Isra: 7). Sebagian
ulama salaf menafsirkan ayat ini dengan berkata: “Sesungguhnya amal kebaikan
melahirkan cahaya di dalam kalbu, kesehatan pada badan, kecerahan pada wajah,
keluasan pada rizki, serta kecintaan dari segala makhluk. Sedangkan kejahatan,
sebaliknya, menciptakan kegelapan di hati, keringkihan di badan, kesuraman di wajah,
kesempitan pada rizki, serta kebencian dari hati segala makhluk.”

3)        Berdzikir kepada Allah

Berdzikir merupakan cara untuk menyadarkan diri bahwa segala perbuatan kita dilihat
dan dicatat oleh Allah untuk dipertanggungjawabkan di akhirat. Dengan berdzikir iman
akan bertambah, membentengi godaan setan dan menjadi penyelamat dari neraka.
Sebagaimana sabda Nabi saw:
ِ ‫صنَ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن َوح‬
ِ ‫ُر َز ِمنَ النِّي َْر‬
 ‫ان‬ ِ َ‫ِذ ْك ُر هللاِ ِع ْل ُم اإلي َما ِن َوبَ َرائِ ِه ِمنَ النِّف‬
ِ ‫اق َو ُح‬
“Dzikirullah itu (dapat membuka) pengetahuan tentang keimanan, pembebasan dari
kemuafikan, benteng dari syetan, dan penyelamat dari neraka.” (Miftah al-Shudur).

Ibnu Atha’illah al-Sakandari dalam al-Hikam-nya memberikan nasehat:

‫ ألن غفلتك عن وجود ذكره أشد من غفلتك في وجود ذكره‬،‫ال تترك الذكر لعدم حضورك مع هللا فيه‬

“Janganlah engkau meninggalkan zikir karena engkau tidak hadir bersama Allah (tidak
khusyuk), karena kelalaianmu sambil tidak berzikir itu lebih dahsyat daripada
kelalaianmu sambil zikir kepada-Nya.”

4)        Berdoa kepada Allah

Doa menjadi modal spritual  ketika dalam kesulitan. Inilah yang dicontohkan Rasulullah, 
ketika beliau dilempari batu dan diusir dari Thaif, justru beliau mendoakan penduduk
thaif agar diberi hidayah oleh Allah.

Anda mungkin juga menyukai