Anda di halaman 1dari 3

MEKANISME PERTAHANAN EGO

Dalam model kepribadian Sigmund Freud, ego adalah aspek kepribadian yang menghadapi realita.
Ketika berada dalam situasi tersebut, ego juga harus mengatasi tuntutan konflik yang bertabrakan
antara id dan superego.
Id : Merupakan aspek kepribadian yang berusaha untuk memenuhi keinginan, kebutuhan, dan
impuls.
Superego : Merupakan bagian dari kepribadian yang mengusahakan ego untuk bertindak melalui
cara yang idealistik dan memiliki nilai moral.
1. Denial
Merupakan mekanisme pertahanan ego yang paling sering kita jumpai. Denial terjadi ketika kita
menolak untuk menerima realita atau fakta yang ada di hadapan kita. Memblok kejadian tersebut
dari pikiran sehingga tidak perlu menghadapi pengaruh emosional yang terjadi. Secara
mudahnya, kita menghindari realita yang sebenarnya sudah banyak disadari oleh orang lain.
2. Represi
Pikiran, memori, atau kepercayaan yang buruk tentang masa lalu bisa saja membuatmu
terganggu. Daripada harus menghadapi hal yang membuatmu terganggu, kita bisa saja secara
tidak sadar memilih untuk menyembunyikannya dengan harapan bisa melupakan hal tersebut
secara menyeluruh

Walaupun memori tersebut telah hilang sepenuhnya, masih ada kemungkinan bahwa hal tersebut
dapat memengaruhi perilaku kita dan ada kemungkinan berdampak terhadap relasi kita terhadap
orang lain di masa mendatang.

3. Projection
Kamu mungkin pernah merasa perasaan atau pikiran yang mengganggu terhadap satu orang
spesifik, pada kasus tertentu kamu memproyeksikan perasaan kamu menjadi kebalikannya.
Contoh dari defense mechanism berbentuk proyeksi adalah kamu tidak menyukai teman barumu,
daripada kamu menerima fakta bahwa kamu tidak menyukai orang tersebut, kamu memilih untuk
memberi tahu dirimu sendiri bahwa teman barumu membenci dirimu.
4. Displacement
Kamu menyalurkan rasa emosi dan frustasi yang kuat terhadap seseorang atau sesuatu yang tidak
memiliki dampak terhadap dirimu secara negatif. Cara tersebut dapat memenuhi impuls kita
dalam bereaksi tanpa harus menanggung resiko yang berat. Contohnya adalah ketika kamu
memarahi adikmu karena kamu mengalami hari buruk karena telah dimarahi oleh dosenmu
karena tidak dapat menjawab pertanyaan. Adikmu bukanlah sumber utama mengapa hari kamu
bisa menjadi buruk, tetapi memarahi adikmu tidaklah membuat situasi lebih tegang jika kamu
marah langsung terhadap dosenmu.

5. Regression
Orang yang merasa terancam atau gelisah mungkin secara tidak sadar melakukan ‘pelarian’
dengan cara yang sama dengan perilaku saat masih kecil. Ketika kita mengalami trauma atau
kehilangan, kita mungkin akan bertindak seperti saat kita masih kecil. Tidak terkecuali dengan
orang dewasa, orang dewasa yang kesulitan untuk menghadapi kejadian atau perilaku dapat
memungkinkan untuk makan atau merokok secara berlebihan atau mungkin menjadi kasar secara
verbal.
6. Rationalization
Kita berusaha untuk menjelaskan perilaku yang tidak diinginkan dengan sebuah gagasan fakta
yang kita buat sendiri. Dengan cara tersebut, kita merasa lebih nyaman dengan pilihan yang telah
diperbuat, walaupun secara sadar kita tahu bahwa hal tersebut tidak benar.

7. Sublimation
Mekanisme pertahanan diri yang dikatakan cukup positif karena orang yang melakukan
mekanisme tersebut memilih untuk menyalurkan emosi atau perasaan yang kuat terhadap benda
atau aktivitas yang aman dan tepat. Contohnya adalah kamu memilih untuk berolahraga setelah
mengalami hari dengan penuh frustasi.
8. Reaction Formation
Mengubah perasaan yang kita ketahui menjadi sebaliknya. Ketika orang tersebut mengalami rasa
frustasi, mereka lebih memilih untuk bereaksi dengan cara yang terlalu positif

9. Compartmentalization
Memisahkan hidup yang ada dalam berbagai sektor untuk melindungi berbagai sektor yang lain.
Bingung? Contoh sederhananya adalah ketika kamu mengalami masalah personal dalam hidup,
kamu berusaha untuk menutupi tersebut dari lingkungan kerja sehingga kamu tidak perlu merasa
gelisah atau tertekan ketika berada di lingkungan kerja.

10. Intellectualization
Ketika mengalami masa sulit, orang dengan mekanisme pertahanan Intellectualization cenderung
untuk berpikir tentang kejadian tersebut dengan cara memahami dan memelajari kejadian
tersebut. Cara mekanisme bertahan tersebut memungkinkan individu untuk terhindar dari
pemikiran yang berhubungan dengan situasi stres dari aspek emosional dan berusaha untuk fokus
pada komponen intelektual atau memberikan ilmu terhadap individu tersebut.

Tahapan Perkembangan Anak menurut Ahli Psikoanalisa Sigmund Freud


1. Fase Oral (0 sampai sekitar 1,5 tahun)

Pada fase ini daerah mulut merupakan pusat kepuasan yang diperoleh melalui berbagai kegiatan.
Misalnya kegiatan mengisap atau menggigit yang dilakukan bayi. Melalui mulut, bayi
melakukan kontak pertama dengan lingkungan.

Jadi, biarkan saja bila bayi memasukkan jari-jari atau mainannya ke mulut, Moms. Melalui
kegiatan ini, ia tengah belajar banyak dan terus berkembang.

2. Fase Anal (1,5 sampai 3 atau 3,5 tahun)


Pusat kepuasan pada fase ini terletak pada daerah anus atau dubur. Anak mendapat kepuasan
dengan cara menahan atau membuang kotoran menurut kemauannya sendiri. Melalui kegiatan
ini, anak belajar tentang adanya kebebasan untuk menentukan sendiri kemauannya.
3. Fase Phallic (3 sampai 5 tahun)
Pada fase ini, anak mulai menaruh perhatian kepada alat kelaminnya dan mulai menangkap
perbedaan antara alat kelamin perempuan dan laki-laki. Anak mulai tertarik pada orang tua yang
berlainan jenis kelamin dengan dirinya. Selain itu, anak mungkin akan menjadi senang
memainkan kelaminnya.

4. Fase Laten (5 sampai 10 tahun)

Fase ini sering disebut sebagai 'masa tenang' karena anak tidak terlalu menaruh perhatian pada
diri dan bagian tubuhnya. Karena anak mulai masuk sekolah, perhatian anak umumnya akan
tercurah pada kegiatan belajar.

Selain itu, anak juga sedang sibuk belajar bersosialisasi, termasuk belajar membedakan benar
dan salah hingga konsep hukuman dan pujian.

5. Fase Genital (10 tahun sampai masa remaja)

Pada fase ini, terjadi kematangan alat seksual primer (organ reproduksi) dan alat seksual
sekunder (payudara, bulu dada, kumis dan lain-lain). Hal ini menyebabkan meningkatnya
dorongan seksual yang ditampilkan lewat ketertarikan terhadap lawan jenis.
Dampingi selalu anak dalam fase ini ya, Moms. Ia akan merasakan banyak perubahan pada
dirinya yang mungkin membuatnya tidak nyaman atau bingung.

Anda mungkin juga menyukai