Anda di halaman 1dari 7

TUGAS AGAMA HINDU

Nama: Ni Putu Ariastiti

Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu

"Agama Hindu adalah agama politheisme yang menyembah banyak Tuhan?". Hal
ini sering saya dengar dari saudara beda agama yang mungkin belum mengerti
tentang konsep ketuhanan dalam Hindu. Dengan demikian maka sering muncul
pemikiran yang cenderung merendahkan karena ketidakjelasan Tuhan mana
sebenarnya yang disembah. Padahal sebenarnya Hindu bukanlah agama
monotheisme, politheisme, atheisme ataupun lainnya. Konsep agama Hindu adalah
Panteisme yaitu agama universal (satu Tuhan untuk semuanya).

Kenapa Agama Hindu disebut Panteisme? Memang terdapat perbedaan dalam


proses tata cara penyembahan dan bahkan perbedaan nama Beliau yang disembah
sesuai dengan alirannya tetapi sebenarnya mereka tetap menyembah satu Tuhan
yang disebut Brahman/Ida Sang Hyang Widhi Wasa dikarenakan Beliau
mempunyai banyak gelar seperti yang disebutkan oleh sloka-sloka berikut :

"Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa" yang artinya berbeda-beda
tetapi tetap satu, tidak ada Dharma/Tuhan yang lainnya.

"Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadhanti" artinya Tuhan hanya satu, tetapi para resi
bijaksana menyebut Beliau dengan banyak nama.

Berbeda dengan monotheisme yang hanya menyembah satu Tuhan, tetapi


sayangnya hanya berpihak pada satu kelompok saja, sedangkan kelompok lain
adalah kaum musuh yang harus dibasmi. Atau paham politheisme yang jelas-jelas
menunjukkan perbedaan dan penyembahan berhala.

Lalu siapakah sebenarnya Tuhan dalam Agama Hindu ?


Tuhan dalam agama Hindu disebut Brahman ("bukan Dewa Brahma") atau di Bali
biasa disebut Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang artinya Tuhan yang maha besar
dan tahu segalanya. Segala sesuatu tentang Brahman/Ida Sang Hyang Widhi Wasa
tidak secara gampang bisa kita pahami kecuali kita sudah memiliki hati yang tulus,
bijaksana dan tidak memiliki keterikatan terhadap apapun masalah keduniawian
dikarenakan sifat-sifat beliau. Sifat-sifat Beliau banyak disebutkan dalam kitab
suci. Dalam Weda disebutkan 4 sifat kemahakuasaan dari Tuhan yang disebut
Cadu Sakti yang diantaranya :
1. Wibhu Sakti : Tuhan Maha Ada yang memenuhi dan meresapi seluruh
bhuana/dunia dan berada dimana-mana, tidak terpengaruh dan tidak berubah
("Wyapi Wyapaka Nir Wikara") dan tidak ada tempat yang kosong bagi
Beliau karena beliau memenuhi segalanya. Beliau ada di dalam dan di luar
ciptaan-Nya.
2. Prabhu Sakti : Tuhan Maha Kuasa yang menjadi raja dari segala raja (Raja
Diraja),  yang menguasai segalanya baik dalam hal penciptaan (Utpetti),
pemeliharaan (Stiti), dan Pelebur (Prelina). 
3. Jnana Sakti : Tuhan Maha Tahu yang mengetahui segala sesuatu yang terjadi
baik di alam nyata maupun tidak nyata, yang terjadi di masa lampau(Atita),
yang sedang terjadi (Nagata), ataupun yang akan terjadi (Wartamana).
4. Krya Sakti : Tuhan Maha Karya yang setiap saat tidak pernah berhenti
melakukan aktifitas baik dalam penciptaan, pemeliharaan, pelebur,
pengawasan, penjagaan, sutradara dalam sandiwara kehidupan (demi
memberikan pembelajaran dan pengetahuan) dan segala aktifitas lainnya.

Disamping sifat kemahakuasaan di atas, Tuhan/Brahman/Ida Sang Hyang Widhi


juga memiliki sifat sebagai berikut seperti yang disebutkan dalam kitab Wrhaspati
Tattwa yang disebut sebagai Asta Iswara yang diantaranya :

1. Anima : Tuhan bagaikan setiap atom yang mempunyai kehalusan yang


bahkan lebih halus dari partikel apapun
2. Lagima : Sifat Tuhan yang sangat ringan bahkan lebih ringan dari ether
3. Mahima : Dapat memenuhi segala ruang, tidak ada tempat kosong bagi
Beliau
4. Prapti : Segala tempat bisa dicapai,  Beliau dapat pergi kemanapun yang
dikehendaki dan Beliau telah ada.
5. Prakamya : Segala kehendakNya akan selalu terjadi.
6. Isitwa : Tuhan merajai segala-galanya, dalam segala hal yang paling utama
7.  Wasitwa : Menguasai dan dapat mengatasi apapun.
8. Yatrakamawasayitwa : Tidak ada yang dapat menentang kehendakNya.

Adapun sifat-sifat Tuhan yang merupakan sumber dari segala kehidupan (Parama
Atma) adalah :

1. Achintya : tak terpikirkan


2. Awikara : tak berubah-ubah
3. Awyakta : tak terlahirkan.
4. Achodya : tak terlukai oleh senjata
5. Adhaya : tak terbakar oleh api
6. Akledya : tak terkeringkan oleh angin
7. Achesyah : tak terbasahi oleh air
8. Nitya : kekal abadi
9. Sarwagatah : ada dimana-mana
10. Sthanu : tak berpindah-pindah
11.Acala : tak bergerak
12.Sanatana : selalu dalam keadaan sama
13.Atarjyotih : maha sempurna sesempurna-purnanya.

Dengan adanya sifat-sifat Beliau seperti di atas sangatlah sulit bagi orang awam
untuk bisa mengerti dan memahami Tuhan kecuali kita sudah memiliki keyakinan
teguh, berusaha untuk memahami dan menghayati keberadaan Beliau, melepaskan
semua ikatan terhadap keinginan duniawi, dan memasrahkan sepenuhnya untuk
Beliau.

Lalu apakah fungsi Dewa-Dewi? Apakah mereka bukan Tuhan?


Dewa berasal dari kata "Div" yang artinya sinar suci dari Tuhan/Ida Sang Hyang
Widhi. Dewa  adalah belahan dari Tuhan yang mana sebenarnya sama dengan
mahluk lainnya termasuk manusia yang merupakan percikan terkecil dari Beliau
karena Beliau adalah sumber dari segala kehidupan hanya saja Dewa berbentuk
Sarira/roh/atma yang mempunyai sifat dan kemahakuasaan yang hampir sama
dengan Tuhan. Diantara nama Dewa-Dewa yang ada hanya ketiga dewa yang
mempunyai sifat yang mendekati sama dengan Tuhan diantaranya Dewa Brahma,
Dewa Wisnu dan Dewa Siwa sehingga ketiga dewa tersebut dijadikan dewa
tertinggi dalam agama Hindu yang disebut Tri Murti.

Fungsi para dewa adalah untuk mengatur jalannya roda kehidupan baik dalam
penciptaan, perjalanan waktu, dan peleburan serta proses setelah kematian. Mereka
juga membantu makluk lainnya termasuk manusia untuk bisa mengerti konsep
ketuhanan dan mengatur tatatan hidup manusia. Sehingga secara tidak langsung
mereka adalah wakil dari Tuhan yang mengatur segala kehidupan sesuai dengan
tugasNya masing-masing dan juga sebagai penghubung antara Tuhan dengan
ciptaanNya. Dengan kata lain apabila manusia melakukan persembahan kepada
salah satu dewa maka sama artinya mereka menyembah Tuhan dan dewa lainnya
karena mereka semua adalah satu tetapi berbeda karena fungsinya. Sama halnya
dengan kita sendiri, dengan menjaga diri sendiri dan menghormati orang lain
artinya juga kita menjaga dan menghormati Tuhan karena Tuhan juga bersemayam
dalam diri manusia.

Jika diibaratkan dalam sebuah perusahaan besar, Tuhan adalah sebagai pemilik
perusahaan dan Tri Murti adalah Owner Representative, Dewa Indra yang
merupakan raja dari para dewa adalah sebagai General Manager dan dewa-dewa
lainnya sebagai departement head/manager. Dan disini manusia adalah staff yang
harus tetap tunduk dan patuh terhadap atasan. Seorang staff sangatlah susah untuk
bertemu langsung dengan pemilik perusahaan sehingga mereka harus
menggunakan penghubung yaitu atasannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Hindu tidak menganut paham monotheisme,


politeisme, atheisme tetapi panteisme yang bersifat universal sehingga Hindu bisa
menyatu dengan unsur daerah manapun tanpa adanya perselisihan sehingga
penyebaran agama Hindu tidak pernah sekalipun dilakukan melalui kekerasan.
Hindu tetap menyembah satu Tuhan yang disebut Brahman/Ida Sang Hyang Widhi
hanya saja karena sifat dan kemahakuasaan Beliau sangat sulit untuk bisa dipahami
akal manusia yang masih sangat terbatas sehingga manusia lebih cenderung untuk
menyembah Dewa-Dewa yang sebenarnya sama artinya dengan dengan
menyembah Tuhan.

Konsep Saguna Brahman dan Nirguna Brahman

Brahman dalam agama Hindu merupakan jiwa yang paling utama yang
menyebabkan segala sesuatu di alam semesta ini menjadi ada dan tidak ada. Beliau
bersifat kekal, tidak berwujud, tak terbatas, tiada berawal dan juga tiada akhir,
menguasai segala bentuk, waktu, ruang, energi serta menguasai alam semesta. Di
Bali Beliau dikenal dengan gelar Ida Sang Hyang Widhi yang artinya Dia yang
maha tahu. Jadi walaupun berbeda nama, Beliau tetap satu.

Dalam Bhagawad Gita dijelaskan mengenai Brahman beberapa diataranya :


Bab VIII. 3 "Yang Tak Dapat Dihancurkan, Yang Maha Agung disebut Sang
Brahman. Svabhava (Sang Jati Diri atau Sang Atman yang bersemayam dalam
jiwa kita) disebut Adhyatman. Tenaga (ataukekuatan) kreatif yang menciptakan
semua mahluk dan benda disebut Kama."

Bab VIII.4 "Yang menjadi inti dari semua benda dan mahluk (yaitu Adhibhuta)
sifatnya dapat binasa. Yang menjadi inti para dewa adalah Jiwa Kosmos. Dan
Arjuna, di dalam raga ini, Aku Sendiri (sebagai Saksi di dalam) adalah
Adhiyagna."

Bab VIII.9 "Ia memujaNya sebagai Yang Maha Mengetahui, sebagai Yang Selalu
Hadir Semenjak Masa Yang Amat Silam, sebagai Yang Maha Penguasa, sebagai
Yang Maha Tercepat, sebagai Yang Maha Memelihara kita semua, sebagai Yang
BentukNya Tak Dapat Dimengerti oleh manusia dan mahluk-mahluk lainnya,
tetapi Ia Terang Benderang bagaikan Sang Surya dan jauh dari semua
kegelapan."

Karena sifat-sifat Beliau yang maha tidak terbatas, sehingga sangat sulit bagi
manusia yang mempunyai akal dan kesadaran yang bisa dibilang masih sangat
rendah untuk bisa memahaminya. Maka untuk bisa mencapai sesuatu yang tidak
terbatas maka kita harus mempersempit ketidak terbatasan itu. Contoh: misalnya
kita harus mengukur luas suatu bidang (suatu area) yang tidak beraturan, maka kita
harus mempersempit bidang tersebut dan dibentuk pola-pola bidang datar yang
bisa diukur (misal persegi, segi tiga, trapesium, dll) sehingga nantinya kita bisa
menemukan jumlah luas keseluruhan dari bidang tak beraturan tersebut.

Sama halnya dengan Brahman, manusia tidak akan mungkin bisa menggambarkan
bagaimana Brahman itu sebenarnya. Lalu bagaimana manusia bisa
menggambarkan bentuk Tuhan? Kembali lagi ke kitab-kitab suci agama Hindu
dimana telah dijelaskan bentuk-bentuk manifestasi dari Tuhan. Beliau adalah
Brahma, Wisnu, Siwa, Indra, Surya, Baruna, Kresna, Ramadewa, dll. Apakah
benar jiwa-jiwa tersebut adalah pribadi dari Tuhan? Sesuai dengan sifat-sifat dari
Brahman/Tuhan yaitu maha kuasa, maha ada, maha tahu dan maha karya, maka
untuk menjadi suatu pribadi tertentu tidak akan sulit bagi Beliau. 

Untuk lebih jelas kita kutip sloka Bhagawad Gita berikut :


Bab X.19 "Jika demikian, baiklah Arjuna! AkanKu sabdakan kepadamu sebagian
dari bentuk-bentuk suciKu, tetapi hanya bentuk-bentuk yang telah dikenal dan
mudah difahami, karena keberadaanKu tak ada batasnya."
Bab X.20 "Aku adalah Jati Diri, oh Arjuna, Yang bersemayam di dalam hati
setiap mahluk. Aku adalah permulaan, Yang ditengah-tengah dan juga akhir dari
setiap yang ada."
Bab X.21 "Di antara para Aditya Aku adalah Vishnu; di antara cahaya Aku
adalah Sang Surya yang terang-benderang. Di antara para Marut Aku adalah
Marici, di antara bintang-bintang Aku adalah sang rembulan."
Bab X.22 "Di antara Veda-Veda Aku adalah Sama-Veda, di antara para dewa
Aku adalah Indra, di antara indra-indra Aku adalah pikiran; dan Aku adalah
kesadaran di antara para mahluk-hidup."
Bab X.23 "Di antara para Rudra Aku adalah Shankara (Shiva), di antara para
Yaksha dan Rakshasa Aku adalah Kubera (dewa kekayaan), di antara para Vasu
Aku adalah Agni(dewa api), dan di antara puncak-puncak gunung Aku adalah
Meru."
Bab X.24 "Di antara para pendeta (pendeta setiap rumah-tangga), oh Arjuna,
kenalilah Aku sebagai Brihaspati, sang pemimpin; di antara jenderal-jenderal di
peperangan Aku adalah Skanda; di antara danau-danau Aku adalah Samudra."
Bab X.25 "Di antara para resi yang agung Aku adalah Bhrigu, di antara kata-
kata Aku adalah satu patah kata OM, di antara yang dipersembahkan Aku adalah
persembahan dalam bentuk japa (mengulang-ulang mantra atau puja-puji kepada
Yang Maha Esa, atau bisa juga meditasi yang dilakukan secara diam-diam dan
tenang), di antara yang tak dapat dipindah-pindahkan Aku adalah Himalaya."
Bab X.26 "Di antara pepohonan Aku adalah pohon Asvattha, di antara para resi
suci Aku adalah Narada, di antara para ghandharva Aku adalah Citraratha, dan
di antara yang telah disempurnakan Aku adalah resi Kapila."
Bab X.27 "Di antara kuda-kuda Aku adalah Uchaishvara yang lahir dari air-suci
(tirta), di antara gajah Aku adalah Airavata, dan di antara manusia Aku adalah
Raja."
Bab X.28 "Di antara senjata Aku adalah halilintar, di antara sapi Aku adalah
Kamadhuk, Sapi Kemakmuran; di antara leluhur (nenek-moyang) Aku adalah
Kandarpa, Kasih Nan Kreatif; dan di antara ular Aku adalah Vasuki."
Bab X.29 "Di antara Naga Aku adalah Ananta, di antara mahluk-mahluk lautan
Aku adalah Varuna, dianatara pitri (arwah leluhur) Aku adalah Aryaman, dan di
antara para penguasa Aku adalah Yama, Raja Maut."
Bab X.30 "Di antara Daitya Aku adalah Prahlada, di antara benda-benda yang
mengukur Aku adalah Sang Waktu, di antara binatang yang buas Aku adalah raja-
hutan (singa), dan di antara burung-burung Aku adalah putra sang Vinata
(Garuda)."
BabX.31 "Di antara para penyuci Aku adalah sang Vayu (angin), di antara para
pendekar (pahlawan) Aku adalah Sang Rama, di antara ikan Aku adalah Makara,
di antara sungai Aku adalah sungai Gangga."

Kenapa diperlukan suatu bentuk? 


Pikiran manusia yang terbatas tidak akan bisa mencapai sesuatu yang tidak
terbatas. Maka diperlukan suatu media/bentuk yang bisa menghubungkan atau
memusatkan pikiran manusia kepada pribadi yang dipuja (Brahman/Tuhan). Maka
dari itu dalam agama Hindu dikenal istilah Saguna Brahman dan Nirgunam
Brahman. Saguna artinya memiliki atribut sehingga Saguna Brahman adalah
Tuhan yang mempunyai nama, bentuk dan atribut lainnya. Sedangkan Nirgunam
artinya tanpa atribut sehingga Nirgunam Brahman adalah Tuhan merupakan jiwa
suci yang tidak mempunyai bentuk, tidak punya nama, ataupun atribut lainnya.
Untuk lebih mudahnya, seseorang yang memuja Tuhan sebagai Saguna Brahman
akan cenderung untuk melakukan pemujaan kepada Dewa-Dewi dan memusatkan
pikiran pada pribadi Dewa yang disembah. Sedangkan seseorang yang memuja
Tuhan sebagai Nirgunam Brahman tidak akan mempersonifikasikan lagi pribadi
Beliau karena sudah mencapai tahap pencerahan tertinggi untuk bisa mamahami
dan merasakan kehadiran Brahman.

Seseorang yang tingkat spiritualitasnya masih rendah akan membutuhkan media


dalam pemujaannya. Sehingga kebanyakan orang akan memuja Beliau sebagai
pribadi yang mempunyai bentuk dan dibuatkanlah simbol baik berupa arca, relief
ataupun gambar. Dalam sarana upacaranya juga akan masih memakai persembahan
apakah banten, persembahan buah atau makanan, maupun kurban. Sedangkan bagi
mereka yang sudah mempunyai tingkat spiritual tinggi, tidak akan memerlukan
media apapun karena dia sudah bisa merasakan kehadiran Tuhan sebagai nirguna
brahman dan akan mempersembahkan dirinya sendiri. Mempersembahkan diri
sendiri dalam hal ini bukan berarti melakukan tindakan bunuh diri demi
mempersembahkan nyawanya kepada Tuhan atau berperang atas nama Tuhan.
Melainkan melepaskan semua ikatan duniawi. memutuskan semua hubungan/tidak
bergantung lagi dengan siapapun, tidak mempunyai nafsu ataupun ambisi apapun,
hanya berserah dan selalu memuja Beliau sampai tercapai tujuannya yaitu Moksa.  

Anda mungkin juga menyukai