No : 08
Kelas : XI DPIB 2
NIS : 0630
2.3.1 Padmasana
Padmasana memiliki funsi khusus sebagai sthana ide Sang Hyang Widhi Wasa sebagai
wujud simbolis alam semesta untuk memuja kehadapanNya. Bangunan suci Padmasana memiliki
aspek-aspek simbolis ketuhanan yang universal. Padma yang artinya bunga teratai yang disebut
Padma Asta Dala yaitu bunga teratai dengan kelopak daun yang berjumlah delapan yang
menunjukan delapan arah mata angin sebagai lambang alam semesta dan juga sebagai simbol
delapan kekuatan sakti Tuhan. Sana (asana) artinya duduk. Jadi Padma Sana adalah lambang
alam semesta tempat berstananya Tuhan. Padmasana memiliki maknsa simbolis
pemutaran Gunung Mandara Giri untuk mengaduk air segara susu (Kesirarnawa yang
menghasilkan Tirtha Amerta Sanjiwani). Beberapa tokoh yang berperan dalam proses
pemutaran Gunung Mandara Giri diwujudkan pada bagian-bagian bangunan Padmasanan seperti
Bedawang Nala, Naga Basuki, Burung Garuda sebagai wahana Batara Wisnu. Secara
keseluruhan bentuk bangunan Padmasana merupakan simbol alam semesta. Alam semseta
dibentuk oleh unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu dan Akasa.
a. Simbol-simbol dalam Padmasana
1. Bedawang Nala
Terletak di bagian bawah Padmasana. Sebagai simbol dasar bumi yaitu Magma (teja). Badawang
asal katanya dari Bade-awang yang artinya menjulang tinggu, Nala artinya api. Jadi Magma itu
adalah api besar yang menyala berkobar-kobar. Badawang Nala oleh dua ekor ular Naga Basuki
dan Andantha Boga.
2. Naga Basuki dan Anantha Boga
Melillit Bedawang Nala. Naga Basuki adalah simbol air (apah) yaitu air laut, danau, dan sungai.
Anantha Boga adalah simbol bebatuan dan tanah (pertiwi) tempat lahirnya semua makhluk dan
sumber tumbuh mengalirnya makanan yang membungkus Magma.
3. Burung Garuda
Terdapat dibagian atas belakang Padmasana. Burung garuda merupakan simbol udara
(bayu).
4. Naga Tatsaka
Menghiasi siangsana yang terdapat di Padmasana. Sebagai simbol atmosfir di alam
terbuka (akasa).
Jadi Padmasana adalah simbol alam semesta sebagai wujud Tuhan Yang Nyata (skala)
sedangkan Tuhan yang tidak nyata (niskala) berstana pada singgasana Padmasana. Maka bagian
atas Padmasana terdapat kursi sebagai tempat Tuhan berstana dan dipuja.
Fungsi utama dari bangunan Padmasana yang berada di Pura Khayangan TIga khususnya di Pura
Puseh adalah sebagai tempat pemujaan Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut lontar Catur Wariga Winasasari, ada bermacam-macam Padmasana yang berbeda-beda
fungsinya, menurut tempatnya.
Timur laut adalah linggih Sanghyang Siwa Raditya,
Timur adalah linggih Sanghyang Iswara,
Selatan adalah linggih Sanghyang Brahma,
Utara adalah linggih Sanghyang Wisnu,
Di tengah-tengah berupa Padma kurung memakai tiga ruangan (rong telu), dipuncaknya
sebagai linggih Sanghyang Samodaya.
Semua padmasana ini memakai dasar Bedawang Nala yang dililit oleh naga (Cudamani, 1998 :
44).
b. Jenis - Jenis Padmasana :
Padmasari, bangunan ini bentuknya menyerupai padmasana, akan tetapi tidak
menggunakan dasar Bedawang Nala yang dililit naga dan padmasari ini berfungsi sebagai
tempat / linggih dewa pitara untuk sementara dalam arti tidak permanen yang memiliki bentuk
yang lebih sederhana.
Padma Capah, bangunan ini mirip dengan padmasari, akan tetapi bentuk dan ukurannya sangat
sederhana, lebih kecil dan rendah. Adapun yang disthanakan di tempat tersebut adalah
spirit (roh) yang mempunyai status lebih rendah dari pemiliknya (Ibid, 1998 : 48).
Disebutkan pula bahwa padamasana yang menggunakan Bedawang Nala, sebagaimana yang
disebutkan dalam pengertian Padmasana dan aturan pembuatan Padmasana secara detail, oleh
Hindu Bali.
Pelinggih Padma Anglayang yang memakai dasar Bedawang Nala, bertingkat tujuh dan di
puncaknya ada tiga ruang. Digunakan selain sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa
Raditya atau Sanghyang Tripurusa, juga sebagai niyasa stana Trimurti .
Pelinggih Padma Agung yang memakai dasar Bedawang Nala, bertingkat lima dan di puncaknya
ada dua ruang. Digunakan selain sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang
Tripurusa, juga sebagai niyasa Ardanareswari yaitu kekuatan/ kesaktian Hyang Widhi sebagi
pencipta segala yang berbeda misalnya: lelaki-perempuan, siang-malam, kiri (pengiwa) – kanan
(penengen), dan seterusnya.
Pelinggih Padmasana yang memakaiBedawang Nala, bertingkat lima dan di puncaknya ada satu
ruang. Digunakan selain sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang
Tripurusa, juga sebagai niyasa Sanghyang Tunggal yaitu Hyang Widhi Yang Maha Esa
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya agama Hindu sama dengan agama lainnya yang
mempunyai satu Tuhan atau yang disebut konsep monoteisme. Namun konsep monoteisme yang
dipahami agama Hindu bukan konsep monoteisme yang monoton, melainkan konsep
monoteisme immanent . konsep monoteisme immanent memandang Tuhan berada diluar
sekaligus berada didalam ciptaannya. Dalam agama Hindu yang dimaksud Tuhan berada didalam
ciptaannya adalah atma yang merupakan percikan terkecil dari Tuhan itu sendiri.
Agama Hindu tidak hanya menganut satu konsep saja, tetapi juga menganut konsep panteisme
terdapat dalam pandangan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tertentu,
melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setia ciptaan-Nya dan terdapan dalam benda apapun.
Konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka.
Konsep-konsep yang dipahami agama Hindu diaplikasikan dikehidupan sehari-hari. Dari satu
keterangan keterangan tersebut kemudian dikembangkan lagi. Maka agama Hindu membuat
Padmasana dan mempersembahkan canang sebagai perwujudan dari Tuhan itu sendiri.
3.2 Saran
Saran yang dapat kami tulis dalam makalah ini adalah umat Hindu sebaiknya lebih mendalami
Tattwa yang merupakan dasar dari susila dan upacara. Pada umumnya umat Hindu lebih
mementingkan atau mengedepankan upacara tanpa tahu makna dari upacara tersebut. Padahal
makna dari setiap upacara maupun perbuatan telah lengkap dibahas dalam Tattwa.
Daftar Pustaka
Wiana Ketut.1992. Sembahyang Menurut Hindu. Denpasar : Dharma Narada.
Madrasuta Ngakan Made.2011.Hindu Menjawab.Jakarta : Media Hindu.
Maswinara I Wayan.2000.Dewa-Dewi Hindu.Surabaya : Paramita.
Madrasuta Ngakan Made.2010.Tuhan Agama dan Negara.Jakarta : Media Hindu.
https://www.academia.edu/4766010/KONSEP_KETUHANAN_DALAM_AGAMA_HINDU
10-12-2014 18.48 WIB
http://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2011/11/fungsi-dan-jenis-padmasana.html jam 1:20
http://delti.wordpress.com/2009/06/05/agama-tatwasusilaupacara/
http://arik90.blogspot.com/2009/06/tattwa.html
https://bimashindusulteng.wordpress.com/2011/05/12/implementasi-ajaran-tat-twam-asi-dalam-
kehidupan-sehari-hari/