Anda di halaman 1dari 6

KEBERADAAN DAN WUJUD TUHAN DI DALAM AGAMA HINDU

Om Swastyastu,

            Pertanyaan awal yang sering muncul jika kita menyatakan keberadaan tuhan yakni: Siapakah
tuhan itu?, di dalam kitab Brahmasutra I.I.2 disebutkan “ Janmadyasya yatah” yang artinya tuhan
ialah merupakan darimana asal mula semua ini. Jadi Tuhan Yang Maha Esa merupakan asal atau
sumber dan sekaligus kembalinya seluruh alam semesta beserta isimnya ini.

Di dalam keyakinan agama Hindu, Brahman atau Tuhan hanyalah satu, esa, tidak ada duanya, namun
karena kebesaran dan kemuliaan-Nya, para Rsi dan orang-orang yang bijak menyebutnya dengan
beragam nama.

Dalam Kitab Veda juga membicarakan wujud Brahman (Tuhan). Di dalamnya menjelaskan bahwa


Brahman sebenarnya adalah energi, cahaya, sinar yang sangat cemerlang dan sulit sekali diketahui
wujudnya. Dengan kata lain Abstrak, Kekal, Abadi, atau dalam terminologi Hindu
disebut Nirguna atau Nirkara Brahman (Impersonal God) artinya Tuhan tidak berpribadi dan
Transenden.

Meski Brahman tidak terjangkau pemikiran manusia atau tidak berwujud, namun jikalau Brahman
menghendaki dirinya terlihat dan terwujud, hal itu sangat mudah dilakukan. Brahman yang
berwujud disebut Saguna atau Sakara Brahman (personal God), Tuhan yang berpribadi
atau immanent.

Tuhan didalam agama Hindu merupakan esensi tertinggi yang meresapi seluruh jagat raya ini, di
dalam naskah-naskah kitab suci keberadaan tuhan banyak di jelaskan didalam kitab-kitab tersebut
seperti misalnya didalam kitab suci Bhagawad Gita  disebutkan sebagai berikut :

Etadyonini bhutani

sarvani ty upadharaya

aham kristnasya jagatah

prabhavah pralayas tatha. (BG. VII.6)

Yang Artinya:

            Ketahuilah, bahwa semua insani mempunyai sumber-sumber kelahiran disini, Aku adalah asal
mula alam semesta ini demikian pula kiamat-kelaknya nanti.

Aham atma gudakesa

sarva bhutasaya sthitah

aham adis cha madhyam cha

bhutanam anta eva cha. (BG.X.20)

Yang Artinya :

Aku adalah jiwa yang berdiam dalam hati segala insani, wahai Gudakesa. Aku adalah permulaan,
pertengahan dan penghabisan dari mahluk semua.
yach cha pi sarvabhutanam

bijam tad aham arjuna

na tad asti vina syan

maya bhutam characharam. (BG. X.39)

Yang artinya :

Dan selanjutnya apapun, oh Arjuna, aku adalah benih dari segala mahluk, tidak ada sesuatupun bisa
ada, bergerak atau tidak bergerak, tanpa aku.

Tuhan (Hyang Widhi), yang bersifat Maha Ada, juga berada disetiap mahluk hidup, didalam maupun
diluar dunia (imanen dan transenden). Tuhan (Hyang Widhi) meresap disegala tempat dan ada
dimana-mana (Wyapi Wyapaka), serta tidak berubah dan kekal abadi (Nirwikara). Di dalam Upanisad
disebutkan bahwa Hyang Widhi adalah "telinga dari semua telinga, pikiran dari segala pikiran,
ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas dan mata dari segala mata", namun Hyang Widhi
itu bersifat gaib (maha suksma) dan abstrak tetapi ada.

Di dalam Bhuana Kosa disebutkan sebagai berikut:

"Bhatara Ciwa sira wyapaka

sira suksma tan keneng angen-angen

kadiang ganing akasa tan kagrahita

dening manah muang indriya".

Artinya:

Tuhan (Ciwa), Dia ada di mana-mana, Dia gaib, sukar dibayangkan, bagaikan angkasa (ether), dia tak
dapat ditangkap oleh akal maupun panca indriya.

Walaupun amat gaib, tetapi Tuhan hadir dimana-mana. Beliau bersifat wyapi-wyapaka, meresapi
segalanya. Tiada suatu tempatpun yang Beliau tiada tempati. Beliau ada disini dan berada disana
Tuhan memenuhi jagat raya ini.

"Sahasrasirsa purusah sahasraksah sahasrapat,

sa bhumim visato vrtva tyatistad dasangulam". (Rg Veda X.90.1)

Artinya :

Tuhan berkepala seribu, bermata seribu, berkaki seribu, Ia memenuhi bumi-bumi pada semua arah,
mengatasi kesepuluh penjuru.

Seribu dalam mantra Rg Veda di atas berarti tak terhingga. Tuhan berkepala tak terhingga, bermata
tak terhingga, bertangan tak terhingga. Semua kepala adalah kepa_Nya, semua mata adalah mata-
Nya, semua tangan adalah tangan-Nya. Walaupun Tuhan tak dapat dilihat dengan mata biasa, tetapi
Tuhan dapat dirasakan kehadirannya dengan rasa hati, bagaikan garam dalam air. Ia tidak tampak,
namun bila dicicipi terasa adanya disana. Demikian pula seperti adanya api di dalam kayu,
kehadirannya seolah-olah tidak ada, tapi bila kayu ini digosok maka api akan muncul.
Eko devas sarva-bhutesu gudhas

sarva vyapi sarwa bhutantar-atma

karmadyajsas sarvabhutadhivasas

saksi ceta kevalo nirgunasca. (Svet. Up. VI.11)

Artinya :

Tuhan yang tunggal sembunyi pada semua mahluk, menyusupi segala, inti hidupnya semua mahluk,
hakim semua perbuatan yang berada pada semua mahluk, saksi yang mengetahui, yang tunggal,
bebas dari kualitas apapun.

Karena Tuhan berada di mana-mana, ia mengetahui segalanya. Tidak ada sesuatu apapun yang ia
tidak ketahui. Tidak ada apapun yang dapat disembunyikan kepada-Nya. Tuhan adalah saksi agung
akan segala yang ada dan terjadi. Karena demikian sifat Tuhan, maka orang tidak dapat lari
kemanapun untuk menyembunyikan segala perbuatannya. Kemanapun berlari akan selalu berjumpa
dengan Dia. Tidak ada tempat sepi yang luput dari kehadiran-Nya.

Kendatipun Tuhan itu selalu hadir dan meresap di segala tempat, tetapi sukar dapat dilihat oleh
mata biasa. Indra kita hanya dapat menangkap apa yang dilihat, didengar, dikecap dan dirasakan.
Kemampuannya terbatas, sedangkan Tuhan (Hyang Widhi) adalah Maha Sempurna dan tak terbatas.

Di dalam Weda disebutkan bahwa Tuhan (Hyang Widhi) tidak berbentuk (nirupam), tidak bertangan
dan berkaki (nirkaram nirpadam), tidak berpancaindra (nirindryam), tetapi Tuhan (Hyang Widhi)
dapat mengetahui segala yang ada pada mahluk. Lagi pula Hyang Widhi tidak pernah lahir dan tidak
pernah tua, tidak pernah berkurang tidak juga bertambah, namun Beliau Maha Ada dan Maha
Mengetahui segala yang ada di alam semesta ini. Tuhan berkuasa atas semua dan Tunggal atau Esa
adanya.

Yoccitdapo mahina paryapacyad

daksam dadhana janayantiryajnam

Yo deweswadhi dewa eka asit

kasmai dewaya hawisa widhema. (R.W.X.121.8)

Artinya :

Siapakah yang akan kami puja dengan segala persembahan ini? Ia Yang Maha Suci yang kebesaran-
Nya mengatasi semua yang ada, yang memberi kekuatan spiritual dan yang membangkitkan
kebaktian, Tuhan yang berkuasa. Ia yang satu itu, Tuhan di atas semua.

Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa, yang tak terjangkau oleh pikiran, yang gaib dipanggil
dengan nama sesuai dengan jangkauan pikiran, namun ia hanya satu, Tunggal adanya.

"Ekam eva advityam Brahma" (Ch.U.IV.2.1)

Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua.

"Eko Narayanad na dvityo "Sti kaccit" (Weda Sanggraha)


Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya.

"Bhineka Tungal Ika, tan hana Darma mangrwa" (Lontar Sutasoma)

Berbeda-beda tetapi satu tidak ada Dharma yang dua.

"Idam mitram Varunam

agnim ahur atho

divyah sa suparno garutman

Ekam sad vipra bahudha vadantyagnim

yamam matarisvanam ahuh. (R.W.I. 1964.46)

Artinya :

Mereka menyebut Indra, Mitra, Varuna, Agni dan Dia yang Bercahaya, yaitu Garutman yang
bersayap elok, Satu Itu (Tuhan), sang bijaksana menyebut dengan banyak nama, seperti Agni, Yama
Matarisvam.

Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai
dengan kemampuannya. Tuhan yang Tunggal (Esa) itu dipanggilnya dengan banyak nama sesuai
dengan fungsinya. Ia dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Ciwa
sebagai pelebur/pemralina. Banyak lagi panggilannya yang lain. Ia maha tahu, berada dimana-mana.
Karena itu tak ada apapun yang dapat kita sembunyikan dihadapan-Nya. Orang-orang menyembah-
Nya dengan bermacam-macam cara pada tempat yang berbeda-beda. Kepada-Nyalah orang
menyerahkan diri, mohon perlindungan dan petunjuk-Nya agar ia menemukan jalan terang dalam
mengarungi hidup ini.

Hampir semua kitab menjelaskan keberadaan tuhan dimana tuhan itu pada hakekeatnya ada pada
semua mahluk dan tuhan juga merupakan tunggal, seperti matahari yang menyinari jagat raya ini.

Wujud Tuhan di dalam agama Hindu

Secara garis besar tuhan didalam agama Hindu dianalogikan menjadi dua yakni tuhan yang
bersifat Nirguna Brahman dan tuhan yang bersifat Saguna Brahman. Dimana tuhan yang Nirguna
tidak memiliki wujud, hanya untuk meyakini adanya tuhan yang bersifat Nirguna Brahman
dilambangkan dengan aksara “AUM”, sedangkan tuhan yang bersifat Saguna Brahman, yakni tuhan
yang diberikan atribut sehingga ada banyak tuhan didalam Saguna Brahman ini akan tetapi pada
esensinya tuhan tetap satu.

Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam Weda adalah Tuhan tidak berwujud
dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bisa dipikirkan. Dalam bahasa Sanskerta keberadaan ini
disebut Acintyarupa yang artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran manusia. Tuhan Yang Maha Esa
ini disebut dalam beberapa nama, antara lain:
·        Brahman: asal muasal dari alam semestea dan segala isinya

·        Purushottama atau Maha Purusha

·        Iswara (dalam Weda)

·        Parama Ciwa (dalam Whraspati tatwa)

·        Sanghyang Widi Wasa (dalam lontar Purwabhumi Kemulan)

·        Dhata: yang memegang atau menampilkan segala sesuatu

·        Abjayoni: yang lahir dari bunga teratai

·        Druhina: yang membunuh raksasa

·        Viranci: yang menciptakan

·        Kamalasana: yang duduk di atas bunga teratai

·        Srsta: yang menciptakan

·        Prajapati: raja dari semua makhluk/masyarakat

·        Vedha: ia yang menciptakan

·        Vidhata: yang menjadikan segala sesuatu

·        Visvasrt: ia yang menciptakan dunia

·        Vidhi: yan menciptakan atau yang menentukan atau yang mengadili.

Tuhan Yang Maha Esa ini apapun namaNya digambarkan sebagai:

1.      Beliau yang merupakan asal mula. Pencipta dan tujuan akhir dari seluruh alam semesta

2.      Wujud kesadaran agung yang merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada

3.      Raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan berkembang dengan makanan

4.      Sumber segalanya dan sumber kebahagiaan hiudp

5.      Maha suci tidak ternoda

6.      Mengatasi segala kegelapan, tak termusnahkan, maha cemerlang, tiada terucapkan, tiada
duanya.

7.      Absolut dalam segala-galanya, tidak dilahirkan karena Beliau ada dengan sendirinya
(swayambhu)

Penggambaran tentang Tuhan Yang Maha Esa ini, meskipun telah berusaha menggambarkan Tuhan
semaksimal mungkin, tetap saja sangat terbatas. Oleh karena itu kitab-kitab Upanisad menyatakan
definisi atau pengertian apapun yang ditujukan untuk memberikan batasan kepada Tuhan Yang
Tidak Terbatas itu tidaklah menjangkau kebesaran-Nya. Sehingga kitab-kitab Upanisad menyatakan
tidak ada definsi yang tepat untukNya, Neti-Neti (Na + iti, na + iti), bukan ini, bukan ini.

Untuk memahami Tuhan, maka tidak ada jalan lain kecuali mendalami ajaran agama, memohon
penjelasan para guru yang ahli di bidangnya yang mampu merealisasikan ajaran ketuhanan dalam
kehidupan pribadinya. Sedangkan kitab suci Veda dan temasuk kitab-kitab Vedanta (Upanisad)
adalah sumber yang paling diakui otoritasnya dalam menjelaskan tentang Brahman (Tuhan Yang
Maha Esa).

Om Santih, Santih, Santi, Om

Penulis : I Nyoman Sudiana

Referensi :

1.      I Made Titib, Ketuhanan Dalam Weda, Manik Geni, Jakarta, 1994

2.      ----------------, Veda Sabda Suci, Pedoman Praktis Kehidupan, Paramita, Surabaya, 1996

3.      Prof. Dr. I. B. Mantra, Bhagawadgita, Alih Bahasa dan Penjelasan, Denpasar, 1994  

4.      Swami Viresvarananda, Brahma Sutra, Pengetahuan TentangKetuhanan, Paramita, Surabaya,


2004

Anda mungkin juga menyukai