PENDAHULUAN
Teologi adalah Ilmu tentang ketuhanan, jadi Teologi bukanlah hal yang baru dalam
khasanah pengetahuan hindu.Teologi Hindu memiliki cakupan yang luas meliputi bidang
paengetahuan dan kepercayaan yang luas, karena itu Donder (2006) menyebutkan Brahmavidya
“ athato brahmajijnasa “
dianggap sangat penting, karena ada ketidakpastian mengenai hal itu dan kita menemukan
berbagai pandangan yang berlainan bahkan bertentangan mengenai sifat-sifat-Nya. Agar kita
dapat memperoleh pengetahuuan tentang Brahman ( Tuhan ), maka Dia ( Tuhan ) harus memiliki
kriteria ( beratribut ) jika Tuhan itu tidak beratribut maka Tuhan itu tidak dapat dijangkau.
Brahman ( Tuhan) yang tak terjangkau oleh pengetahuan manusia itu, masuk dalam wilayah
pengetahuan paravidya, pada wilayah itu pengetahuan tentang Brahman ( Tuhan) itu disebut
pengetahuan Nirguna Brahma.dan pengetahuan tentang Tuhan yang beratribut masuk pada
wilayah Teologi Saguna Brahma.Pada wilayah Teologi Saguna Brahma muncul bentuk-bentuk
1. Dimana saja ruang lingkup Nirguna Brahma (tanpa symbol dan symbol)?
1
2. Dimana saja ruang lingkup Saguna Brahma (berpribadi) ?
1.3. Tujuan
(1) bersifat khsusus, artinya sangat berguna bagi para pembaca yang berminat untuk secara
(2) bersifat umum, artinya memperkaya khasanah pengetahuan dan dalam usaha meningkatkan
pengetahuan umat Hindu pada umumnya tentang teologi yang mereka anut dan masyarakat
1.4. Manfaat
yakni akan sangat berguna bagi masyarakat luas yang tertarik untuk
2
BAB II
PEMBAHASAN
Obyek pertama dari Brahmavidya atau Teologi adalah Tuhan, Tuhan dalam
pengertian pertama adalah “ Tuhan yang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu ” Sehingga
Tuhan didefinisikan berada pada wilayah yang tanpa batas. Pada gambar 01: yaitu gambar sketsa
ilustrasi yang menggambarkan posisi tentang wacana Tuhan berada pada wilayah yang diberi
simbol A. Tuhan pada wilayah ini tidak mungkin bagi manusia yang memiliki kemampuan
terbatas untuk membatasi Tuhan yang tak terbatas. Tuhan dalam wilayah ini dalam Teologi
Hindu disebut konsep Teologi Nirguna Brahma, yang tidak memiliki bentuk tertentu , tidak
memiliki nama dan tidak dapat dibayangkan sebagai sesuatu apapun, sebab Brahma bukanlah ini
bukanlah itu ( neti-neti ).dan dalam istilah barat ini dikenal dengan istilah impersonal god.
Selama kita memberi nama apapun, entah nama suci atau tidak suci , semua ini telah
mendefinisikan Tuhan yang tak terbatas, Tuhan Yang Maha segalanya kedalam hal-hal terbatas
dan hal ini tak mungkin. Dalam Brahmavidya pada wilayah ini tidak mengijinkan pemuja-Nya
untuk membayangkan Tuhan sebagai apapun. Sangat sulit untuk membayangkan bagaimana cara
untuk memuja Tuhan yang takterbayangkan. Dalam Bhagavadgita sloka X. 2 dan XII.5 dengan
3
artinya :
baik para dewata maupun rsi agung tidak mengenal asal-mula-Ku ( Tuhan ), sebab dalam
segala hal Aku ( Tuhan ) adalah sumber para dewata dan rsi agung.
artinya:
lebih besar kesulitan orang yang pikirannya terpusat pada Tuhan yang tak-
termanifestasikan , sebab Tuhan yang Tak-Termanifestasikan sukar dicapai oleh orang yang
Wilayah Nirguna Brahma adalah wilayah yang dimana Tuhan berada pada ruang yang
tak terbatas, oleh sebab itu tidak mungkin orang yang memiliki pengetahuan yang sangat terbatas
untuk membatasi yang tak terbatas. Dalam konteks Teologi nirguna Brahma, tidak ada orang
yang kafir, tidak ada orang yang tersesat dan tidak ada orang yang menyesatkan. Pada wilayah
Teologi inilah sesungguhnya seseorang dan semua orang yang mengaku beriman kepada Tuhan
untuk tidak boleh menistakan iman orang lain. Segala puja dan puji bagi-Nya dapat disampaikan
Definisi Tuhan bukan sebagai sesuatu, tidak berwujud dan tidak mirib dengan
apapun, dan hal ini akan menjadi masalah yang sangat besar bagi umat manusia karna manusia
tidak akan dapat membayangkan atau memfokuskan pikirannya pada sesuatu yang tidak
4
berwujud apa-apa.karna itu munculah lambang AUM.(OM) dan hal ini dibenarkan oleh kitab
Konsep Tuhan pada Teologi ( B ) masih termasuk pada wilayah teologi Nirguna
Brahma, yaitu Tuhan masih tak dapat untuk dibayangkan. Sebagai tuhan yang tidak dapat
dibayangkan maka sulit dipuja oleh manusia. Aktivitas Pemujaannya persis sperti orang yang
akan memanah, jika pikirannya tidak terfokuskan pada apa yang akan dipanah maka sasaran
pemujaannya akan meleset. Demikian pula hakekat Tuhan sebagai obyek yang disembah oleh
manusia , dan untuk itu Tuhan melaluai orang bijak atau orang suci berkenan menganugerahakan
kepada manusia suatu identitas / simbol beliau berupa “ suara “ dan “ suara ” itu kemudian
diabadikan dalam “aksara “ atau “ huruf ” yang selanjutnya menjadi susunan huruf ( alfabetis /
abjad ). Dari sekian banyak aksara yang diabadikan hanya 3 aksara yang mewakili semuanya itu
yaitu:
1. Huruf A yang karena artikulasinya yang menyebabkan mulut membentuk mulut dalam
posisi terbuka yang mirip dengan bentu huruf V yang tertidur dan terguling kekiri atau
kekanan atau lebih mirip dengan simbol matematika yaitu tanda lebih besar ( > ) dan
tanda lebih kecil ( < ) dimana tanda itu sering diasumsikan sebagai “ saat penciptaan ”
karena ada ruang yang terbuka ( kosong ) yang menjadi tempat bagi hadirnya ciptaan.
2. Huruf U , yang karna artikulasinya menyebabkan seolah mulut membentuk simbol union,
3. Huruf M, yang jika diguling kekiri akan membentuk simbol jumlah (∑), yang membentuk
mulut tertutup yang mengandung makna sebagai kondisi berakhirnya sesuatu, penutup atau
peleburan.
5
Ketiga simbol tersebut mengandung hakikat dari Tri Murti ( Tiga manifestasi Tuhan ), yang
mewakili dari seluruh manifestasi. Tidak ada kata- kata dari bahasa apapun yang dapat mewakili
Wilayah ketiga dari wilayah-wilayah teologi sebagaimana pada gambar 01, yaitu daerah
irisan antara wilayah teologi Nirguna Brahma ( A ) dan wilayah teologi Saguna Brahma ( E ).
Wilayah ini disebut sebagai wilayah kombinasi antara Nirguna Brahma dan Saguna Brahma,
karena itu wilayah ini disebut sebagai wilayah semi Nirguna Brahma dan semi Saguna Brahma
atau dapat disebut dengan teologi Nir-Saguna Brahma atau wilayah yang non rasional tapi dapat
dideskripsikan secara rasional.Deskripsi ini masuk kedalam kawasan Tuhan yang tidak dapat
Brahma dijadikan sebagai sarana untuk memperkuat deskripsi atau argumentasi teologi Nirguna
Brahma.Wilayah teologi Nir-Saguna Brahma ( C ) ini merupakan wilayah teologi yang mencoba
untuk menggambarkan Tuhan, sebagai yang memiliki atribut antara lain Tuhan yang diberi nama
sesuai dengan peran atau fungsi-Nya, warna sesuai dengan karakter-Nya, dan rupa yang tak
yang banyak sebagaimana pernyataan sloka Bhagavadgita XI.5, yaitu sebagai berikut:
bentuk rupa-Ku berbagai bentuk dalam wujud yang suci dalam wujud dewata, dalam ribuan
bentuk warna.
6
Berdasarkan sloka diatas maka, tidaklah salah jika manusia memahami Tuhan melalui
atribut-atribut nama, warna, dan wujud sesuatu.apapun nama yang ditujukan kepada Tuhan
( termasuk nama Tuhan itu sendiri ) adalah symbol sekaligus bentuk, paling tidak dalam bentuk
kata-kata.Candra Bose dalam bukunya yang berjudul The Call Of Veda mengatakan bahwa nama
Tuhan dalam pikiranpun adalah suatu symbol yang sama esensinya dengan gambar atau patung.
Sehingga secara selogistik tidak ada satu umat agama manapun yang sebagai pemuja
patung.sesungguhnya teologi-teologi semua agama berada pada wilayah teologi ini.tidak ada
agama yang memuja Tuhan dalam pengertian sebagai Tuhan yang tidak boleh dibayangkan
sebagai apapun.Nama tuhan yang disebut sebagai Yang Maha Kuasa, sesungguhnya ia telah
dibayangkan sebagai person atau oknum yang berkuasa, nama Tuhan yang disebut sebagai Yang
Maha Pengasih, sesungguhnya ia telah dibayangkan sebagai person yang pengasih. Jadi, semua
nama Tuhan adalh Definisi-definisi yang member batasan terhadap yang tak terbatas.
itu jauh dan berpribadi ( personal God ). Sesungguhnya Tuhan telah menjadi objek yang terbatas
yang dibatasi oleh jarak, ruang dan waktu ( antara sorga dan bumi ) juga dibatasi ruang karna
dianggap berada disuatu tempat yaitu Sorga.Tuhan sebagai personal god, selanjutnya
digambarkan sebagai pelaksana berbagai fungsi . Misalnya: Tuhan dengan Fungsi sebagai
pencipta alam dalam agama Hindu disebut sebagai Deva Brahma, Tuhan dengan fungsinya
sebagai pemelihara dalam agama hindu disebut sebagai Deva Visnu, dan Tuhan dengan
fungsinya sebagai pelebur alam semesta dalam agama hindu disebut sebagai Deva Siva.karena
7
Tuhan adalah Maha Kuasa , maka Tuhan dapat dibayangkan seperti seseorang Maharaja diraja,
dalam agama Hindu digambarkan sebagai Dewa Indra, sebagai yang menguasai cinta dalam
agama Hindu disebut Dewa Kama Jaya dan Dewi Kama Ratih.
Dalam wilayah teologi Saguna Brahma ( wilayah D )masih terdapat rasa enggan untuk
mengeksplisitkan Tuhan yang personal sebagai yang benar-benar personal, karena didalamnya
ada berbagai pertimbangan termasuk didalamnya ingin juga memasukkan unsure Nirguna
Brahma.
Diantara wilayah teologi , maka teologi Saguna Brahma ( E ) atau teologi yang
mengenakan kepada Tuhan berbagai macam atribut yang juga dapat disebut sebagai theology
personal God,adalah wilayah teologo yang paling mudah untuk didekati oleh nalar
manusia.karena itu dalam wilayah teologi ini peran otak dan nalar atau akal menjadi sangat
penting dan perlu dihargai. Akal yang dimaksudkan disini adalah akal yang berada pada derajat
yang sangat tinggi bukan akal orang-orang awam.Tingkatan akal yang tertinggi yang mendapat
limpahan dari Tuhanbisa menjadi pendukungdan penopang agama yang paling kokoh dan
merupakan sumber keyakinan bagi iman yang benar.Abduh dalam Suyono ( 2008:173 )
8
6. Mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya
Pada gambar 01 terlihat bahwa wilayah teologi Saguna Brahma dapat menjadi alas an
bagaimana keberadaan bermacam-macam teologi dari dan dalam agama-agama mulai dari pra-
Animisme hingga monotheisme dapat terjadi, semua itu merupakan bentuk-bentuk teologi
sebagai jawaban atas persoalan teologis agama-agama yang pada akhirnya dapat menjadi
konsumsi teologis umat manusia sesuai dengan situasi dan kondisi atau perspektif tempat, ruang,
dan waktu.
Klaim-klaim teologis atau sebagaimana yang paling lazim pada lingkungan penganut agama
smistis, hanya mengakui bahwa Tuhan agama merekalah yang benar-benar Tuhan, sedangkan
Tuhan agama lainnya adalah Tuhan-Tuhanan.Klaim-kalim semacam ini walaupun tidak 100%
salah, namun dilihat dari kedewasaan spiritual , maka orang semacam itu masih masuk kedalam
kelompok orang yang belum dewasasecara spiritual.klaim-klaim semacam itu lahir dari ruang
atau kotak-kotak dimana penganut agama itu berada.Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 01,
tentang sketsa wilayah-wilayah teologi , pada wilayah bagian F, dan juga bisa dihubungkan
dengan kotak-kotakdalam wilayah kelompok agama berdasarkan tesis schoun tentang esoteric
dan eksoteris.
Objek material teologi adalah Tuhan, dengan menjadikan Tuhan sebagai objek material
teologi, maka teologi berhadapan dengan objek yang sulit dideskripsikan objektif yang bersifat
melampaui realitas ( super-realitas ) atau bersifat abstrak ( Nirguna ). Pada sisi lain manusia
berupaya sekuat mungkin untuk dapat memuja Tuhan, maka secara metodelogi teologi, Tuhan
9
Yang Maha abstrak atau objek yang melampaui realitas ( super-realitas ),direalisasikan melalui
symbol-simbol yang berkenaandengan sifat-sifat tertentu yang ada pada-Nya ( Saguna ).Dengan
demikian Tuhan yang tak terbatas , diberikan batasan-batasan tertentu demi kebutuhan manusia
untuk melaksanakan hubungan dengan Tuhan. Hubungan dengan yang tak terbatas tidak
mungkin dapat dilaksanakan ( Bhagavadgita XII.5 ), sebab para dewa dan para maharsi pun tidak
mengenal Tuhan ( Bhagavadgita X.2 ), jadi kehadiran Tuhan dalam Saguna Brahma semata-mata
bersifat metodelogis, walaupun Tuhan dalam dimensi Saguna Brahma semata-mata bersifat
metodis, namun didalamnya terdapat semua kebenaran absolute “ mutlak tak terbantahkan “
Dalam kitab Suci Veda secra tegas dinyatakan bahwa Tuhan itu Esa adanya, para
bijaklah yang memberi nama atau abhisekanama yang berbeda-beda, seperti: Agni, Indra, Vayu,
Artinya:
10
Di Bali kita temukan sebuah Lontar bernama Widhi Papincatan yang berisi keputusan-
yang berarti pengetahuan Widhi (teologi), dan juga dalam lontar-lontar susastra Jawa Kuno
lainnya.
Lebih jauh bila dalam usaha memantapkan pemahaman kita tentang Tuhan Yang Maha
Esa, kiranya perlu pandangan filsafat tentang ketuhanan.Pandangan filsafat tentang Tuhan Yang
Maha Esa dengan pandangan agama tentang yang sama tentunya berbeda. Pandangan agama
terhadap Tuhan Tuhan Yang Maha Esa atau ajaran ketuhanan menurut ajaran agama disebut
teologi, dan sifatnya adalah sebagai keimanan atau diyakini oleh pemeluknya. Filsafat ketuhanan
berdasarkan pendekatan pikir (rasional) sesuai dengan filsafat. Di dalam filsafat ketuhanan,
pandangan tentang Tuhan Yang Maha Esa dapat dijumpai beraneka macam, sebagai berikut :
1. Animisme : keyakinan akan adanya roh bahwa segala sesuatu di alam semesta ini didiami dan
berupa mahluk (personal) ataupun tanpa wujud.Tuhan juga disebut sebagai Super
4.Polytheisme: keyakinan terhadap adanya banyak Tuhan. Wujud Tuhan berbeda-beda sesuai
11
5.Natural Polytheisme: keyakinan terhadap adanya banyak Tuhan sebagai penguasa berbagai
6. Henotheisme atau Kathenoisme : keyakinan atau teori kepercayaan ini diungkapkan oleh F.
Max Muller ketika ia mempelajari kitab suci Veda. Sebelumnya ia mengajukan teori
Natural Polytheisme seperti tersebut diatas. Yang dimaksud dengan Henotheisme atau
Kathenoisme adalah keyakinan terhadap adanya dewa yang tertinggi pada suatu masa
akan digantikan oleh dewa yang lain sebagai dewa tertingggi. Hal ini dijumpai dalam
Rgveda, pada suatu masa dewa Agni menempati kedudukan tertinggi, tetapi pada masa
berikutnya, dewa itu digantikan oleh dewa Indra, Vayu atau Surya. Dalam perkembanagn
diambil alih fungsinya dan digantikan oleh dewa-dewa Tri Murti. Dewa Agni digantikan
oleh Brahma. Indra-Vayu digantikan oleh Visnu dan Surya digantikan oleh Siva.
Demikian pula misalnya devi Sarasvati adalah devi kebijaksanaan dan devi sungai dalam
Veda kemudian menjadi sakti dewa Brahma dalam kitab-kitab Purana dan Itihasa. Juga
dewa Visnu yang sangat sedikit disebutkan dalam kitab Veda, tetapi mempunyai peranan
yang sangat besar dalam kitab-kitab Purana (Srimad Bhagavatam atau Bhagavata Purana,
7. Pantheisme : keyakinan bahwa dimana-mana serba Tuhan atau setiap aspek alam digambarkan
Ikeda, sikap bangsa India dan Asia Timur adalah : Pantheisme yang
12
dan dibuat berbeda di luar pengertian dan pengalaman manusia
(transcendent).
8. Monotheisme : keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa (Tuhan Yang Satu).
berada jauh di luar ciptaan-Nya. Tuhan Yang Maha Esa maha luhur, tidak
Esa sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya, tetapi Tuhan Yang Maha
Esa itu berada di luar dan sekaligus di dalam ciptaan-Nya. Hal ini dapat
diibaratkan dengan sebuah gelas yang penuh berisi air, kemudian sebagian air
9. Monisme: keyakinan terhadap adanya Keesaan Tuhan Yang Maha Esa merupakan hakekat
alam semesta. Esa dalam segala. Segalanya berada di dalam yang Esa. Sebuah
pendekatan filsafat (Filsafat Ketuhanan) yang tentunya keyakinan tersebut masih diperlukan oleh
masyarakat, baik mereka yang disebut primitip maupun yang modern. Sebagai telah diuraikan di
atas, teologi Veda adalah Monotheisme Transcendent, Monotheisme Immanent dan Monisme.
Tuhan menurut Monotheisme Transcendent digambarkan dalam wujud Personal God (Tuhan
Yang Maha Esa Berpribadi), sedang menurut Monotheisme Immanent, Tuhan Yang Maha Esa
13
digambarkan selalu digambarkan Impersonal God (tidak berpribadi). Tidak ada wujud atau
bandingan apapun untuk menggambarkan kebesaran dan keagungan-Nya. Tentang Tuhan yang
tidak tergambarkan dalam pikiran dan tiada kata-kata yang tepat untuk memberikan batasannya
kepada-Nya dinyatakan dalam Brahmasutra: “Tad avyaktam, aha hi”, sesungguhnya Tuhan Yang
Maha Esa itu tidak terkatakan, demikian kitab suci telah mengatakannya.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tadi dapat disimpulkan bahwa nirguna brahma dan saguna
brahma merupakan suatu wilayah ruang lingkup ilmu pengetahuan yang mencakup tentang
tuhan, hal ini yang menjadikan dasar untuk manusia dalam berfilsafat untuk mencapai wilayah
Immanent), Monisme.
3.2 Saran
karena agama bisa menjadi tuntunan dan dasar untuk mencapai ilmu pengetahuan yang
mencakup ajaran Tuhan, Oleh karena itu perlu dimengerti wilayah nirguna dan saguna brahma
agar memperkaya khasanah pengetahuan dan dalam usaha meningkatkan pengetahuan umat
Hindu pada umumnya tentang teologi dan masyarakat luas yang ingin lebih mendalami ajaran
Agama Hindu.
14
DAFTAR PUSTAKA
15