Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teologi adalah Ilmu tentang ketuhanan, jadi Teologi bukanlah hal yang baru dalam

khasanah pengetahuan hindu.Teologi Hindu memiliki cakupan yang luas meliputi bidang

paengetahuan dan kepercayaan yang luas, karena itu Donder (2006) menyebutkan Brahmavidya

sebagai Teologi Kasih Semesta.

“ athato brahmajijnasa “

(Brahma sutra I.I.I )

Artinya: Penyelidikan kedalam Brahman harus dilakukan

Svami Viresvarananda ( 2002:69) mengatakan bahwa penyelidikan atau pencaharian itu

dianggap sangat penting, karena ada ketidakpastian mengenai hal itu dan kita menemukan

berbagai pandangan yang berlainan bahkan bertentangan mengenai sifat-sifat-Nya. Agar kita

dapat memperoleh pengetahuuan tentang Brahman ( Tuhan ), maka Dia ( Tuhan ) harus memiliki

kriteria ( beratribut ) jika Tuhan itu tidak beratribut maka Tuhan itu tidak dapat dijangkau.

Brahman ( Tuhan) yang tak terjangkau oleh pengetahuan manusia itu, masuk dalam wilayah

pengetahuan paravidya, pada wilayah itu pengetahuan tentang Brahman ( Tuhan) itu disebut

pengetahuan Nirguna Brahma.dan pengetahuan tentang Tuhan yang beratribut masuk pada

wilayah Teologi Saguna Brahma.Pada wilayah Teologi Saguna Brahma muncul bentuk-bentuk

simbol, gambar, patung, wujud dewa dan yang lainnya.

1.2. Rumusan Masalah:

1. Dimana saja ruang lingkup Nirguna Brahma (tanpa symbol dan symbol)?

1
2. Dimana saja ruang lingkup Saguna Brahma (berpribadi) ?

3. Pemahaman apa yang berkembang pada umat manusia mengenai kepercayaan?

4. Kenapa Tuhan memiliki banyak nama?

1.3. Tujuan

Tujuan penulisan Makalah ini adalah:

(1) bersifat khsusus, artinya sangat berguna bagi para pembaca yang berminat untuk secara

mendalam menguasai pengetahuan tentang teologi Hindu, dan

(2) bersifat umum, artinya memperkaya khasanah pengetahuan dan dalam usaha meningkatkan

pengetahuan umat Hindu pada umumnya tentang teologi yang mereka anut dan masyarakat

luas yang ingin lebih mendalami ajaran Agama Hindu.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini meliputi:

(1) manfaat teoritis:

yakni secara teoritis menambah wawasan pembaca untuk mengenal teologi

Hindu secara tekstual dan kontekstual.

(2) manfaat praktis;

yakni akan sangat berguna bagi masyarakat luas yang tertarik untuk

mengenal lebih jauh tentang ajaran ketuhanan dalam Agama Hindu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Wilayah Nirguna Brahma, Tuhan Tanpa Simbol ( A)

Obyek pertama dari Brahmavidya atau Teologi adalah Tuhan, Tuhan dalam

pengertian pertama adalah “ Tuhan yang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu ” Sehingga

Tuhan didefinisikan berada pada wilayah yang tanpa batas. Pada gambar 01: yaitu gambar sketsa

ilustrasi yang menggambarkan posisi tentang wacana Tuhan berada pada wilayah yang diberi

simbol A. Tuhan pada wilayah ini tidak mungkin bagi manusia yang memiliki kemampuan

terbatas untuk membatasi Tuhan yang tak terbatas. Tuhan dalam wilayah ini dalam Teologi

Hindu disebut konsep Teologi Nirguna Brahma, yang tidak memiliki bentuk tertentu , tidak

memiliki nama dan tidak dapat dibayangkan sebagai sesuatu apapun, sebab Brahma bukanlah ini

bukanlah itu ( neti-neti ).dan dalam istilah barat ini dikenal dengan istilah impersonal god.

Selama kita memberi nama apapun, entah nama suci atau tidak suci , semua ini telah

mendefinisikan Tuhan yang tak terbatas, Tuhan Yang Maha segalanya kedalam hal-hal terbatas

dan hal ini tak mungkin. Dalam Brahmavidya pada wilayah ini tidak mengijinkan pemuja-Nya

untuk membayangkan Tuhan sebagai apapun. Sangat sulit untuk membayangkan bagaimana cara

untuk memuja Tuhan yang takterbayangkan. Dalam Bhagavadgita sloka X. 2 dan XII.5 dengan

lugas menggambarkan wilayah Tuhan yang Nirguna Brahma. Yaitu:

“na me viduh sura-ganah prabhavam na maharsayah,

aham adir hi devanam maharsinam ca sarvasah ”

3
artinya :

baik para dewata maupun rsi agung tidak mengenal asal-mula-Ku ( Tuhan ), sebab dalam

segala hal Aku ( Tuhan ) adalah sumber para dewata dan rsi agung.

“ kleso’ dhikataras tesam avyaktasakta – cetasam,

Avyakta hi gatir duhkham dehavadbhir avayate ”

artinya:

lebih besar kesulitan orang yang pikirannya terpusat pada Tuhan yang tak-

termanifestasikan , sebab Tuhan yang Tak-Termanifestasikan sukar dicapai oleh orang yang

dikuasai oleh kesadaran jasmani.

Wilayah Nirguna Brahma adalah wilayah yang dimana Tuhan berada pada ruang yang

tak terbatas, oleh sebab itu tidak mungkin orang yang memiliki pengetahuan yang sangat terbatas

untuk membatasi yang tak terbatas. Dalam konteks Teologi nirguna Brahma, tidak ada orang

yang kafir, tidak ada orang yang tersesat dan tidak ada orang yang menyesatkan. Pada wilayah

Teologi inilah sesungguhnya seseorang dan semua orang yang mengaku beriman kepada Tuhan

untuk tidak boleh menistakan iman orang lain. Segala puja dan puji bagi-Nya dapat disampaikan

dengan cara apapun.

2.2. Wilayah Nirguna Brahma, Tuhan Dengan Simbol ( B )

Definisi Tuhan bukan sebagai sesuatu, tidak berwujud dan tidak mirib dengan

apapun, dan hal ini akan menjadi masalah yang sangat besar bagi umat manusia karna manusia

tidak akan dapat membayangkan atau memfokuskan pikirannya pada sesuatu yang tidak

4
berwujud apa-apa.karna itu munculah lambang AUM.(OM) dan hal ini dibenarkan oleh kitab

Bhagavadgita sloka X.25.33.

Konsep Tuhan pada Teologi ( B ) masih termasuk pada wilayah teologi Nirguna

Brahma, yaitu Tuhan masih tak dapat untuk dibayangkan. Sebagai tuhan yang tidak dapat

dibayangkan maka sulit dipuja oleh manusia. Aktivitas Pemujaannya persis sperti orang yang

akan memanah, jika pikirannya tidak terfokuskan pada apa yang akan dipanah maka sasaran

pemujaannya akan meleset. Demikian pula hakekat Tuhan sebagai obyek yang disembah oleh

manusia , dan untuk itu Tuhan melaluai orang bijak atau orang suci berkenan menganugerahakan

kepada manusia suatu identitas / simbol beliau berupa “ suara “ dan “ suara ” itu kemudian

diabadikan dalam “aksara “ atau “ huruf ” yang selanjutnya menjadi susunan huruf ( alfabetis /

abjad ). Dari sekian banyak aksara yang diabadikan hanya 3 aksara yang mewakili semuanya itu

yaitu:

1.     Huruf A yang karena artikulasinya yang menyebabkan mulut membentuk mulut dalam

posisi terbuka yang mirip dengan bentu huruf V yang tertidur dan terguling kekiri atau

kekanan atau lebih mirip dengan simbol matematika yaitu tanda lebih besar ( > ) dan

tanda lebih kecil ( < ) dimana tanda itu sering diasumsikan sebagai “ saat penciptaan ”

karena ada ruang yang terbuka ( kosong ) yang menjadi tempat bagi hadirnya ciptaan.

2.      Huruf U , yang karna artikulasinya menyebabkan seolah mulut membentuk simbol union,

simbol ini diasumsiakan sebagai ” saat pemeliharaan”

3.      Huruf M, yang jika diguling kekiri akan membentuk simbol jumlah (∑), yang membentuk

mulut tertutup yang mengandung makna sebagai kondisi berakhirnya sesuatu, penutup atau

peleburan.

5
Ketiga simbol tersebut mengandung hakikat dari Tri Murti ( Tiga manifestasi Tuhan ), yang

mewakili dari seluruh manifestasi. Tidak ada kata- kata dari bahasa apapun yang dapat mewakili

seluruh manifestasi Tuhan Melebihi dari kata AUM.

2.3. Wilayah Nir-Saguna Brahmana, Tuhan Berpribadi ( C )

Wilayah ketiga dari wilayah-wilayah teologi sebagaimana pada gambar 01, yaitu daerah

irisan antara wilayah teologi Nirguna Brahma ( A ) dan wilayah teologi Saguna Brahma ( E ).

Wilayah ini disebut sebagai wilayah kombinasi antara Nirguna Brahma dan Saguna Brahma,

karena itu wilayah ini disebut sebagai wilayah semi Nirguna Brahma dan semi Saguna Brahma

atau dapat disebut dengan teologi Nir-Saguna Brahma atau wilayah yang non rasional tapi dapat

dideskripsikan secara rasional.Deskripsi ini masuk kedalam kawasan Tuhan yang tidak dapat

dibayangkan, namun karna kebutuhan manusia maka, penjelasan-penjelasan di wilayah Saguna

Brahma dijadikan sebagai sarana untuk memperkuat deskripsi atau argumentasi teologi Nirguna

Brahma.Wilayah teologi Nir-Saguna Brahma ( C ) ini merupakan wilayah teologi yang mencoba

untuk menggambarkan Tuhan, sebagai yang memiliki atribut antara lain Tuhan yang diberi nama

sesuai dengan peran atau fungsi-Nya, warna sesuai dengan karakter-Nya, dan rupa yang tak

terhinmgga banyaknya.Tuhan sendiri meminta kepada manusia untuk menyaksikan bentuk-Nya

yang banyak sebagaimana pernyataan sloka Bhagavadgita XI.5, yaitu sebagai berikut:

“ Pasya me partha rupani sataso’tha sahasrasah

nana-vidani divyani nana-varnakrtinica ”

artinya : saksikanlah kini rupa-Ku wahai Partha ( Arjuna ), beratus-ratus, beribu-ribu

bentuk rupa-Ku berbagai bentuk dalam wujud yang suci dalam wujud dewata, dalam ribuan

bentuk warna.

6
Berdasarkan sloka diatas maka, tidaklah salah jika manusia memahami Tuhan melalui

atribut-atribut nama, warna, dan wujud sesuatu.apapun nama yang ditujukan kepada Tuhan

( termasuk nama Tuhan itu sendiri ) adalah symbol sekaligus bentuk, paling tidak dalam bentuk

kata-kata.Candra Bose dalam bukunya yang berjudul The Call Of Veda mengatakan bahwa nama

Tuhan dalam pikiranpun adalah suatu symbol yang sama esensinya dengan gambar atau patung.

Sehingga secara selogistik tidak ada satu umat agama manapun yang sebagai pemuja

patung.sesungguhnya teologi-teologi semua agama berada pada wilayah teologi ini.tidak ada

agama yang memuja Tuhan dalam pengertian sebagai Tuhan yang tidak boleh dibayangkan

sebagai apapun.Nama tuhan yang disebut sebagai Yang Maha Kuasa, sesungguhnya ia telah

dibayangkan sebagai person atau oknum yang berkuasa, nama Tuhan yang disebut sebagai Yang

Maha Pengasih, sesungguhnya ia telah dibayangkan sebagai person yang pengasih. Jadi, semua

nama Tuhan adalh Definisi-definisi yang member batasan terhadap yang tak terbatas.

2.4. Wilayah Saguna Brahma, Tuhan Berpribadi ( D )

Dalam ranah pengetahuan teologi Saguna Brahma,yang menggambarkan bahwa Tuhan

itu jauh dan berpribadi ( personal God ). Sesungguhnya Tuhan telah menjadi objek yang terbatas

yang dibatasi oleh jarak, ruang dan waktu ( antara sorga dan bumi ) juga dibatasi ruang karna

dianggap berada disuatu tempat yaitu Sorga.Tuhan sebagai personal god, selanjutnya

digambarkan sebagai pelaksana berbagai fungsi . Misalnya: Tuhan dengan Fungsi sebagai

pencipta alam dalam agama Hindu disebut sebagai Deva Brahma, Tuhan dengan fungsinya

sebagai pemelihara dalam agama hindu disebut sebagai Deva Visnu, dan Tuhan dengan

fungsinya sebagai pelebur alam semesta dalam agama hindu disebut sebagai Deva Siva.karena

7
Tuhan adalah Maha Kuasa , maka Tuhan dapat dibayangkan seperti seseorang Maharaja diraja,

dalam agama Hindu digambarkan sebagai Dewa Indra, sebagai yang menguasai cinta dalam

agama Hindu disebut Dewa Kama Jaya dan Dewi Kama Ratih.

Dalam wilayah teologi Saguna Brahma ( wilayah D )masih terdapat rasa enggan untuk

mengeksplisitkan Tuhan yang personal sebagai yang benar-benar personal, karena didalamnya

ada berbagai pertimbangan termasuk didalamnya ingin juga memasukkan unsure Nirguna

Brahma.

2.5. Wilayah Saguna Brahma,Tuhan Berpribadi ( E )

Diantara wilayah teologi , maka teologi Saguna Brahma ( E ) atau teologi yang

mengenakan kepada Tuhan berbagai macam atribut yang juga dapat disebut sebagai theology

personal God,adalah wilayah teologo yang paling mudah untuk didekati oleh nalar

manusia.karena itu dalam wilayah teologi ini peran otak dan nalar atau akal menjadi sangat

penting dan perlu dihargai. Akal yang dimaksudkan disini adalah akal yang berada pada derajat

yang sangat tinggi bukan akal orang-orang awam.Tingkatan akal yang tertinggi yang mendapat

limpahan dari Tuhanbisa menjadi pendukungdan penopang agama yang paling kokoh dan

merupakan sumber keyakinan bagi iman yang benar.Abduh dalam Suyono ( 2008:173 )

menyatakan bahwa hal-hal yang dapat dijangkau akal adalah;

1.      Mengetahui Tuhan

2.      Mengetahui kewajiban terhadap Tuhan

3.      Mengetahui kebajikan dan kejahatan

4.      Mengetahui kewajiban berbuat baik dan menjauhi larangan Tuhan

5.      Mengetahui adanya hidup di akhirat

8
6.      Mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya

7.      Membuat hukum-hukum

Pada gambar 01 terlihat bahwa wilayah teologi Saguna Brahma dapat menjadi alas an

bagaimana keberadaan bermacam-macam teologi dari dan dalam agama-agama mulai dari pra-

Animisme hingga monotheisme dapat terjadi, semua itu merupakan bentuk-bentuk teologi

sebagai jawaban atas persoalan teologis agama-agama yang pada akhirnya dapat menjadi

konsumsi teologis umat manusia sesuai dengan situasi dan kondisi atau perspektif tempat, ruang,

dan waktu.

2.6. Wilayah Tuhan Berpribadi ( F )

Klaim-klaim teologis atau sebagaimana yang paling lazim pada lingkungan penganut agama

smistis, hanya mengakui bahwa Tuhan agama merekalah yang benar-benar Tuhan, sedangkan

Tuhan agama lainnya adalah Tuhan-Tuhanan.Klaim-kalim semacam ini walaupun tidak 100%

salah, namun dilihat dari kedewasaan spiritual , maka orang semacam itu masih masuk kedalam

kelompok orang yang belum dewasasecara spiritual.klaim-klaim semacam itu lahir dari ruang

atau kotak-kotak dimana penganut agama itu berada.Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 01,

tentang sketsa wilayah-wilayah teologi , pada wilayah bagian F, dan juga bisa dihubungkan

dengan kotak-kotakdalam wilayah kelompok agama berdasarkan tesis schoun tentang esoteric

dan eksoteris.

Objek material teologi adalah Tuhan, dengan menjadikan Tuhan sebagai objek material

teologi, maka teologi berhadapan dengan objek yang sulit dideskripsikan objektif yang bersifat

melampaui realitas ( super-realitas ) atau bersifat abstrak ( Nirguna ). Pada sisi lain manusia

berupaya sekuat mungkin untuk dapat memuja Tuhan, maka secara metodelogi teologi, Tuhan

9
Yang Maha abstrak atau objek yang melampaui realitas ( super-realitas ),direalisasikan melalui

symbol-simbol yang berkenaandengan sifat-sifat tertentu yang ada pada-Nya ( Saguna ).Dengan

demikian Tuhan yang tak terbatas , diberikan batasan-batasan tertentu demi kebutuhan manusia

untuk melaksanakan hubungan dengan Tuhan. Hubungan dengan yang tak terbatas tidak

mungkin dapat dilaksanakan ( Bhagavadgita XII.5 ), sebab para dewa dan para maharsi pun tidak

mengenal Tuhan ( Bhagavadgita X.2 ), jadi kehadiran Tuhan dalam Saguna Brahma semata-mata

bersifat metodelogis, walaupun Tuhan dalam dimensi Saguna Brahma semata-mata bersifat

metodis, namun didalamnya terdapat semua kebenaran absolute “ mutlak tak terbantahkan “

Dalam kitab Suci Veda secra tegas dinyatakan bahwa Tuhan itu Esa adanya, para

bijaklah yang memberi nama atau abhisekanama yang berbeda-beda, seperti: Agni, Indra, Vayu,

dan lain-lain, seperti dinyatakan dalam mantra Veda berikut:

Indram mitram varunam agnim ahur

Atho divyah sa suparnno garutman,

Ekam sadvipra bahudhavadanty

Agnim yamam matarisvanam ahuh.

                                                                              Rgveda I.164.46

Artinya:

“Mereka menyebut-Nya dengan Indra, Mitra, Varuna

dan Agni, Ia yang bersayap keemasan Garuda, Ia adalah

Esa, orang bijaksana lah (viprah) memberinya banyak nama,

mereka menyebut Indra, Yama, Matarisvan”.

10
Di Bali kita temukan sebuah Lontar bernama Widhi Papincatan yang berisi keputusan-

keputusan hokum/pengadilan semacam yurisprudensi. Demikian pula nama lontar Widhisastra

yang berarti pengetahuan Widhi (teologi), dan juga dalam lontar-lontar susastra Jawa Kuno

lainnya.

2.7.       Perkembangan pemahaman umat manusia terhadap-Nya

Lebih jauh bila dalam usaha memantapkan pemahaman kita tentang Tuhan Yang Maha

Esa, kiranya perlu pandangan filsafat tentang ketuhanan.Pandangan filsafat tentang Tuhan Yang

Maha Esa dengan pandangan agama tentang yang sama tentunya berbeda. Pandangan agama

terhadap Tuhan Tuhan Yang Maha Esa atau ajaran ketuhanan menurut ajaran agama disebut

teologi, dan sifatnya adalah sebagai keimanan atau diyakini oleh pemeluknya. Filsafat ketuhanan

berdasarkan pendekatan pikir (rasional) sesuai dengan filsafat. Di dalam filsafat ketuhanan,

pandangan tentang Tuhan Yang Maha Esa dapat dijumpai beraneka macam, sebagai berikut :

1. Animisme  :  keyakinan akan adanya roh bahwa segala sesuatu di alam semesta ini didiami dan

dikuasai oleh roh yang berbeda-beda pula.

2.Dinamisme: keyakinan terhadap adanya kekuatan-kekuatan alam.Kekuatan alam ini dapat

berupa mahluk (personal) ataupun tanpa wujud.Tuhan juga disebut sebagai Super

Natural Power (kekuatan alam yang tertinggi).

3. Tetomisme : keyakinan akan adanya keramat,yang sangat dihormati.Binatang tersebut diyakini

memiliki kesaktian. Umumnya adalah binatang mitos, juga binatang tertentu di

ala mini yang dianggap keramat.

4.Polytheisme: keyakinan terhadap adanya banyak Tuhan. Wujud Tuhan berbeda-beda sesuai

dengan keyakinan manusia.

11
5.Natural Polytheisme: keyakinan terhadap adanya banyak Tuhan sebagai penguasa berbagai

aspek alam, misalnya: Tuhan matahari,angina,bulan, dan sebagainya.

6.     Henotheisme atau Kathenoisme : keyakinan atau teori kepercayaan ini diungkapkan oleh F.

Max Muller ketika ia mempelajari kitab suci Veda. Sebelumnya ia mengajukan teori

Natural Polytheisme seperti tersebut diatas. Yang dimaksud dengan Henotheisme atau

Kathenoisme adalah keyakinan terhadap adanya dewa yang tertinggi pada suatu masa

akan digantikan oleh dewa yang lain sebagai dewa tertingggi. Hal ini dijumpai dalam

Rgveda, pada suatu masa dewa Agni menempati kedudukan tertinggi, tetapi pada masa

berikutnya, dewa itu digantikan oleh dewa Indra, Vayu atau Surya. Dalam perkembanagn

selanjutnya, terutama terutama pada kitab-kitab Purana dewa-dewa tersebut di atas

diambil alih fungsinya dan digantikan oleh dewa-dewa Tri Murti. Dewa Agni digantikan

oleh Brahma. Indra-Vayu digantikan oleh Visnu dan Surya digantikan oleh Siva.

Demikian pula misalnya devi Sarasvati adalah devi kebijaksanaan dan devi sungai dalam

Veda kemudian menjadi sakti dewa Brahma dalam kitab-kitab Purana dan Itihasa. Juga

dewa Visnu yang sangat sedikit disebutkan dalam kitab Veda, tetapi mempunyai peranan

yang sangat besar dalam kitab-kitab Purana (Srimad Bhagavatam atau Bhagavata Purana,

Visnu Purana), dan lain-lain.

7. Pantheisme : keyakinan bahwa dimana-mana serba Tuhan atau setiap aspek alam digambarkan

dikuasai oleh Tuhan. Menurut sejarawan Arnold Toynbee dan Daisaku

Ikeda, sikap bangsa India dan Asia Timur adalah : Pantheisme yang

berbeda dengan Monotheisme Yahudi. Dalam pandangan Pantheisme,

ihwal ketuhanan termaktub (immanent) di alam semesta. Dalam

pandangan Monotheisme, ihwal ketuhanan direnggut dari alam semesta

12
dan dibuat berbeda di luar pengertian dan pengalaman manusia

(transcendent).

8. Monotheisme : keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa (Tuhan Yang Satu).

Keyakinan ini dibedakan atas:

a. Monotheisme Transcendent: keyakinan yang memandang Tuhan Yang Maha Esa

berada jauh di luar ciptaan-Nya. Tuhan Yang Maha Esa maha luhur, tidak

terjangkau oleh akal pikiran manusia.

b. Monotheisme Immanent: keyakinan yang memandang bahwa Tuhan Yang Maha

Esa sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya, tetapi Tuhan Yang Maha

Esa itu berada di luar  dan sekaligus di dalam ciptaan-Nya. Hal ini dapat

diibaratkan dengan sebuah gelas yang penuh berisi air, kemudian sebagian air

tumpah, ternyata keadaan air dalam gelas tidak berubah.

9.   Monisme: keyakinan terhadap adanya Keesaan Tuhan Yang Maha Esa merupakan hakekat

alam semesta. Esa dalam segala. Segalanya berada di dalam yang Esa. Sebuah

kalimat Brhadaranyaka Upanisad menyatakan: “Sarvam khalvidam Brahman”

(Segalanya adalah Tuhan Yang Maha Esa).

Demikianlah berbagai pandangan tentang Tuhan (ketuhanan) yang dikaji melalui

pendekatan filsafat (Filsafat Ketuhanan) yang tentunya keyakinan tersebut masih diperlukan oleh

masyarakat, baik mereka yang disebut primitip maupun yang modern. Sebagai telah diuraikan di

atas, teologi Veda adalah Monotheisme Transcendent, Monotheisme Immanent dan Monisme.

Tuhan menurut Monotheisme Transcendent digambarkan dalam wujud Personal God (Tuhan

Yang Maha Esa Berpribadi), sedang menurut Monotheisme Immanent, Tuhan Yang Maha Esa

13
digambarkan selalu digambarkan Impersonal God (tidak berpribadi). Tidak ada wujud atau

bandingan apapun untuk menggambarkan kebesaran dan keagungan-Nya. Tentang Tuhan yang

tidak tergambarkan dalam pikiran dan tiada kata-kata yang tepat untuk memberikan batasannya

kepada-Nya dinyatakan dalam Brahmasutra: “Tad avyaktam, aha hi”, sesungguhnya Tuhan Yang

Maha Esa itu tidak terkatakan, demikian kitab suci telah mengatakannya.

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tadi dapat disimpulkan bahwa nirguna brahma dan saguna

brahma merupakan suatu wilayah ruang lingkup ilmu pengetahuan yang mencakup tentang

tuhan, hal ini yang menjadikan dasar untuk manusia dalam berfilsafat untuk mencapai wilayah

nirguna dan saguna brahma dengan cara mengembangkan pemahaman. Meliputi:

Animisme ,Dinamisme, Tetomisme, Polytheisme, Natural Polytheisme, Henotheisme atau

Kathenoisme, Pantheisme. Monotheisme (Monotheisme Transcendent & Monotheisme

Immanent), Monisme.

3.2 Saran

Didalam mempelajari Ilmu Pengetahuan sebaiknya selalu di imbangi dengan agama,

karena agama bisa menjadi tuntunan dan dasar untuk mencapai ilmu pengetahuan yang

mencakup ajaran Tuhan, Oleh karena itu perlu dimengerti wilayah nirguna dan saguna brahma

agar memperkaya khasanah pengetahuan dan dalam usaha meningkatkan pengetahuan umat

Hindu pada umumnya tentang teologi dan masyarakat luas yang ingin lebih mendalami ajaran

Agama Hindu.

14
DAFTAR PUSTAKA

Pudja,Gede. 1999. Teologi Hindu (Brahma Vidya). Surabaya : Paramita.

Titib, I Made. 2003. Teologi & Simbol-Simbol dalam Agama Hindu.


Penerbit Paramita: Surabaya.

Donder, I Ketut, 2006,Teologi Kasih Semesta, Surabaya: Paramita

Titib, I Made. 2003, Intisari Ajaran Hindu, Surabaya: Paramita

15

Anda mungkin juga menyukai