PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hindu merupakan agama yang universal, universal disini yang dimaksud adalah ajaran –
ajaran yang terdapat dalam Hindu terdapat pula dalam agama lain. Setiap ajaran terdapat dalam
kitab suci yaitu Veda yang dijadikan pedoman dan patokan umat Hindu dalam menjalankan
hidup.
Agama Hindu merupakan karya Tuhan yang monumental, sama monumentalnya dengan
keberadaan alam semesta beserta isinya (Donder, 2006 : 138). Oleh karena itu, Sebagai karya
Tuhan yang monumental, Hinduisme mengandung berbagai macam Isme atau kepercayaan, yang
diantaranya Animisme (percaya bahwa segala yang ada di alam semesta ini memiliki roh),
Dinamisme (kepercayaan primitif dimana semua benda itu memiliki kekuatan yang bersifat
maha sempurna yang memiliki kelebihan), Politeisme (kepercayaan tehadap adanya banyak
Tuhan), Monisme (keparcayaan bahwa segala yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa atau Tunggal), Pantheisme (kepercayaan yang mengajarkan bahwa segala
sesuatu adalah Tuhan), Totemisme (kepercayaan pada benda, hewan, atau tumbuh-tumbuhan
yang disucikan atau dianggap suci), Kathenoisme (kepercayaan terhadap adanya Deva tertinggi),
dan Monotheisme (kepercayaan adanya percaya dan menyembah hanya pada satu Tuhan.
Hinduisme adalah kebenaran objektif yang intersubjektif, artinya Hinduisme adalah kebenaran
fakta yang dapat menerima kebenaran dari manapun sepanjang tidak bertentangan kesemestaan
(Donder, 2006 : 138). Dari Isme di atas, penulis akan membahas Isme yaitu konsep Totemisme.
Totemisme merupakan percaya pada hewan atau tumbuhan yang dianggap suci, karena dianggap
merupakan penjelmaan dari Deva. Di dalam Hindu banyak sekali terdapat benda, Tumbuhan dan
Gavah visvasyah matarah – sapi adalah ibu seluruh dunia (Darmayasa, 2008 : 22). Sapi
dikatakan sebagai ibu dunia karena sapi mampu menghidupi dunia ini, segala yang ada dalam
sapi dapat digunakan. Sapi diibaratkan bumi yang siap menghasilkan seperti bumi akan
menghasilkan bahan – bahan makanan manusia seperti sayur, buah, dan lain sebagainya. Begitu
juga dengan sapi yang siap menghasilkan susunya setiap hari, susu tersebut di konsumsi oleh
seluruh umat manusia di dunia ini. selain itu, sapi juga merupakan wahana Deva Siva yang
bernama Nandini, dan sapi juga merupakan hewan peliharaan Avatara Krsna.
Oleh karena itu, sudah sepatunya umat Hindu menghormati sapi dan pantang untuk
memakan daging sapi, karena sapi sangat dihormati oleh umat Hindu. Inilah yang melatar
belakangi penulis tertarik untuk mengangkan topik ini dalam sebuah paper yang berjudul
“Keagungan Sapi dalam Budaya Hindu (Konsep Totemisme dalam Teologi dan Filsafat Hindu)”.
2. Bagaimana konsep Totemisme dalam Teologi dan Filsafat Hindu?
3. Untuk mengetahui keagungan sapi yang terdapat dalam teks – teks Hindu.
Manfaat teoritis
Diharapkan dengan paper yang sederhana ini dapat membantu para pembaca sebagai
bahan bacaan, sebagai bahan perbandingan maupun sebagai acuan dalam penulisan karya tulis
Manfaat praktis
Melalui paper ini mahasiswa diharapkan mampu memahami isi paper ini dan mampu
Melalui paper ini diharapkan masyarakat mengetahui dan mampu memahami makna isi paper ini
Sapi memiliki kelebihan dari hewan – hewan lain dan dianggap suci, sapi juga dikatakan bahwa
induk atau ibu dari semua hewah yang ada di dunia ini. Sapi banyak memberikan manfaat
kepada umat manusia, sapi memberikan susunya kepada manusia dan dikatakan sebagai ibu
karena setiap saat memberikan asinya kepada manusia. Selain susunya kotoran dari sapi pun
sangat bermanfaat yaitu digunakan sebagai pupuk yang dapat menyuburkan bumi pertiwi.
Masyarakat Hindu yang ada di India sangat menghormati sapi, bahkan mereka yang mendalami
spritual Hindu amat berpantangan makan daging sapi. Sejak turunnya Avatara Krsna, sapi sudah
sangat dihormati. Dalam kitab Purana yang tergolong Visnu Purana atau Satvika Purana
disebutkan Krsna sebagai “Gopala” artinya pelindung sapi (Darmayasa, 2008 : 9). Dalam buku
keagungan sapi menceritakan para Gopi sendiri adalah para peternak pengikut Krsna yang
mengembala sapi. Sri Krsna sebagai pengembala sapi adalah lambang hubungan antara alam
semesta dan segala isinya dengan Tuhan. Sri Krsna Avatara Tuhan Yang Maha Esa yang
berfungsi sebagai pelindung dan pemelihara alam semesta ini. Sedangkan sapi yang digembala
oleh Sri Krsna tidak lain adalah lambang alam semesta ini. Dan para Gopi adalah manusia
pengikut ajaran Veda yang wajib ikut menjaga alam semesta ini untuk kebahagiaan hidup lahir
dan bathin. Susu sapi yang di nikmati oleh para Gopi di Brindavana adalah susu lambang dari
pada hasil bumi atau hasil alam berupa tumbuh – tumbuhan sebagai sumber makanan utama
manusia. Brindavana adalah kerajaan di mana Nanda sebagai raja dan Yasoda sebagai
permaisuri. Di kerajaan inilah Sri Krsna waktu kecil dipelihara agar tidak diketahui oleh Raja
Kangsa, paman Sri Krsna, yang ingin membunuhnya, karena ada suatu sabda Tuhan bahwa Raja
Kangsa akan dibunuh oleh Putra Devaki yang kedelapan. Di kerajaan Brindavana inilah sapi –
sapi disayang, dihormati, dipelihara, dengan penuh kasih sehingga menghasilkan susu berlimpah,
sumber makanan penduduk. Para Gopi di Brindavana ini adalah rakyat yang tidak berpendidikan
tinggi, namun lugu, penuh dengan rasa bakti pada Tuhan, jujur dan tekun merawat sapi – sapi
yang dilindungi oleh Sri Krsna. Keadaan para Gopi di Brindavana ini, adalah suatu teladan bagi
mereka yang ingin mencapai kesempurnaan hidup lewat jalan bhakti dan pengabdian kepada
Tuhan. Pengabdian kepada Tuhan adalah dengan jalan merawat sapi alam semesta ini yang
Dewasa ini, Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman budaya, suku
dan agama. Indonesia memiliki enam agama yang diantaranya Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, dan Konghucu. Islam merupakan agama terbanyak yang memiliki umat di Indonesia.
Mereka memiliki hari raya di mana pada saat itu mereka melakukan upacara Kurban, mereka
menyembelih hewan seperti sapi, kambing yang nantinya akan diberikan kepada pakir miskin.
Upacara ini memang memiliki makna yang sangat mulia karena telah membantu pakir miskin,
akan tetapi dalam konsep Hindu itu sangat menyalahi aturan. Seperti yang dijelaskan dalam buku
keagungan sapi bahwa sapi merupakan ibu dari alam semesta. Semestinya kita sangat
menghormati sapi, dan sapi tidak pantas untuk dibunuh atau disembelih, walaupun tujuannya
mulia untuk membantu para pakir miskin. Tidak sepantasnya kita membahas ini lebih lanjut,
sapi sebagai simbol dalam upacara Pitra yadnya yaitu upacara Ngaben yang menggunakan sapi
atau lembu menjadi sarana yang sangat penting dalam pembakaran jenazah. Dalam hal ini lembu
tersebut adalah lambang alam semesta atau bumi (Darmayasa, 2008 : 4). Akan tetapi didalam
kehidupan umat Hindu Bali belum paham akan penghormatan kepada sapi. Banyak umat Hindu
yang tidak menghormati sapi seperti pada saat membajak sawah sapi dipukul, ditendang, dipaksa
untuk membajak sawah, bahkan lebih parah lagi masih ada yang membunuh sapi dan memakan
Sapi adalah ibu dari sebelas Rudra, putri dari para vasu,
Saudari dari putra – putra Aditi, saudari Sri visnu,
Pokok persembahan kurban – kurba para dewa.
Karena itu, ku umumkan kepada
orang – orang berbudi pekerti dan bijaksana,
Jangan membunuh sapi yang tidak berdosa
dan yang tidak doleh dibunuh.
Dari sloka diatas sangat jelas ditegaskan Ma Vadhistha artinya jangan dibunuh. Kata
anagam dan aditim yang artinya dia yang tidak berdosa dan dia yang sama sekali tidak boleh
dibunuh. Karena sapi adalah ibu dari para Rudra, sapi adalah putri dari para Vasu, saudari dari
Sri Visnu, saudari dari Aditya, karena sapi adalah pokok dari para yajna pusat dari amerta,
karena sapi adalah anaga atau tidak berdosa, maka kuukmukan ma vadhistha, jangan dibunuh.
Cikituse janaya juga sangat bermakna, yaitu permintaan ini, harapan ini, pengumuman ini, atau
doa ini ditujukan kepada orang – orang berbudi pekerti dan bijaksana.
Hindu mengenal berbagai konsep yang salah satunya adalah konsep Totemisme.
Totemisme adalah keyakinan akan adanya binatang keramat yang sangat dihormati. Binatang
tersebut diyakini memiliki kesaktian. Umumnya adalah binatang binatang mitos, juga binatang
tertentu di alam yang dianggap keramat (Titib, 1996 : 86). Dalam buku teologi kasih semesta
dijelaskan bahwa pendapat lain mengenai pengertian Totemisme adalah adalah kepercayan pada
benda atau tumbuh – tumbuhan atau hewan – hewan yang disucikan (dianggap suci) karena
dianggap sebagai penjelmaan dewa yang merupakan nenek moyang kita. Dari pengertian di atas,
Hindu memiliki ajaran yang tidak ada di aama lain. Hindu memberikan penghormatan kepada
benda, tumbuhan dan sapi yang dianggap suci. Dalam beberapa sloka yang terdapat dalam
paling indah, dan banyak pengikut Veda memuja pohon itu sebagai salah satu ritual yang
dilakukan pagi – pagi setiap hari. Di antara para dewa, mereka juga menyembah Narada,
penyembah yang paling mulia di alam semesta. Karena itu, Narada adalah perwujudan Krsna
sebagai seorang penyembah. Planet Gandharva penuh dengan makhluk yang menyanyi dengan
merdu sekali, dan diantara semuanya, penyanyi terbaik adalah Citraratha. Di antara semua
makhluk hidup sempurna, Kapila putera Devahuti, adalah perwujudan dari Krsna. Kapila adalah
penjelmaan dari Krsna, dan filsafat Kapila disebut dalam Srimad-Bhagavatam. Kemudian ada
orang lain yang bernama Kapila yang menjadi terkenal, tetapi filsafat Kapila yang kedua tidak
percaya kepada Tuhan. Karena itu ada perbedaan besar antara antara Kapila yang pertama dan
Kapila yang kedua. Menurut Donder (2006 : 215) yang menyatakan bahwa konsep totemisme di
dalam agama Hindu dapat ditemukan dalam bebrapa sloka antara lain ;
Totemisme sebagaimana diuraikan di atas, bahwa didalamnya terdapat beberapa isme, salah
satu dintaranya adalah unsur kepercayaan terhadap benda – benda yang dianggap keramat
(Donder, 2006 : 216). Dalam kitab suci Bhagavadgita terdapat beberapa perumaan dari Sri
Krisna yang berkaitan dengan benda – benda totemisme yang diantaranya ; sthavaranam
himalayah ‘di antara benda – benda yang tak bergerak Aku (Tuhan) adalah gunung Himalaya’
(Bhagavadgita X : 25). Kalimat ini mengandung arti bahwa Tuhan dalam hal ini diwujudkan
sebagai Krsna diumpamakan sebagai benda yang tertinggi di dunia yaitu gunung Himalaya, yang
berarti Sri Krsna dalam hal ini manifestasi dari Tuhan merupakan yang tertinggi dan paling
mulia. Kalimat yang lain yaitu sarasam asmi sagarah ‘di antara danau Aku (Tuhan) adalah
samudera’ (Bhagavadgita X : 24). Kalimat ini menjelaskan bahwa di antara semua sumber air,
samuderalah (lautan) yang paling besar. Dari segala perwujudan Tuhan sebagai Krsna, hanya
memberi isyarat – isyarat tentang kebesaran Tuhan. Di bawah ini salah satu Sloka dalam
Di antara sumber – sumber cahaya Aku adalah matahari yang cerah di antara para Marut
Bhagavadgita X. 21.
Dari sloka di atas, dijelaskan dua belas Aditya. Krsna adalah yang paling utama di antara
dua belas Aditya itu. Di antara semua sumber cahayadi langit, mataharilah yang paling utama,
dalam brahma-Samhita matahri diakui sebagai mata-Nya Tuhan Yang Maha Esa yang cemerlan.
Ada lima puluh jenis angin ysng bertiup di angkasa. Di antara angin – angin itu, Marici, dewa
yang menguasainya, adalah lambang Krisna. Di antara bintang – bintang, bulanlah yang paling
terkemuka pada waktu malam. Karena itu, bulan adalah lambang Krsna. Dari ayat ini, bulan
adalah salah satu bintang – bintang yang berkelap kelip di angkasa juga mencerminkan dari
cahaya matahari. Teori bahwa ada banyak matahari dalam alam semesta tidak diakui oleh
kesusastraan Veda. Matahari adalah satu, bintang – bintang memancarkan cahaya yang
dipantulkan dari matahari. Seperti halnya bulan juga memancarkan cahaya yang dipantulkan dari
matahari. Oleh karena Bhagavad-gita menunjukan disini bahwa bulan adalah salah satu bintang,
binang yang berkelap – kelip bukan matahari – matahari, tetapi serupa dengan bulan
Kalimat – kalimat wejangan Sri Krsna tersebut di atas bermaksud menjelaskan bahwa jika
Tuhan diumpamakan benda – benda, maka segala sesuatu yang terbesar, terhebat yang tiada
tandingannya, adalah wujud yang boleh digunakan untuk mewakili perumpamaan itu (Donder,
2006 : 216). Walaupun sesungguhnya benda – benda itu bukanlah Tuhan itu sendiri, maka tidak
yang diwejangkan oleh Sri Krsna. Donder (2006 : 217) mengatakan tidak ada kata salah bagi
proses pendakian spiritual, seorang pendaki gunung akan selalu menemukan berbagai level
“tempat peristirahatan sementara” yang semakin memperluas pandangan dan lebih mengasikan
perjalanan pendakiannya.
Totemisme sebagai konsep Hindu yang didalamnya terdapat kepercayaan terhadap tumbuh –
tumbuhan yang dianggap keramat atau suci. Di dalam kitab Bhagavadgita, Catur Veda, kitab
Purana menyebutkan beberapa tumbuhan – tumbuhan yang dianggap suci, seperti pohon
Beringin, pohon Tulasi, pohon Bilva, pohon Kalpavrksa tanaman Soma. Di dalam Bhagavadgita
terdapat beberapa Sloka yang menyebutkan tumbuh – tumbuhan yang dianggap suci yaitu :
Asvatthah sarva-vrksanam ‘Di antara semua pohon, Aku (Tuhan) adalah pohon beringin’
(Bhagavadgita X.26). Kalimat ini menjelaskan bahwa pohon beringin (asvattha) adalah salah
satu di antara pohon – pohon yang paling tinggi dan paling indah, dan banyak pengikut Veda
memuja pohon itu sebagai salah satu ritual yang dilakukan pagi – pagi setiap hari (Prabhupada,
1989 : 534). Asvattha juga dijelaskan dalam Rg Veda sebagai pohon suci.
Selain pohon Beringin, pohon Tulasi juga merupakan pohon yang dianggap suci dan pohon
ini sangat identik dengan keberadaan Avatara Sri krsna. Donder (2006 : 217) menceritakan
bahwa dalam kitab Brahmavaivarta Purana, dikisahkan seorang raja Kusadhavaja memiliki
seorang putri yang sangat cantik hingga anak itu diberi nama Tulasi yang artinya tidak
tertandingi. Tulasi yang cantik ini jatuh cinta pad Sri krsna, namun karena berbagai hal
menyangkut rangkaian karma Tulasi ini tidak gampang untuk meraih lelaki pujaannya dalam
artian fisik. Berbagai rintangan telah dilalui hingga harus bersuami dengan seorang raksasa
ganteng bernama Sankhacuda. Oleh skenario Sri Krsna sendiri, sankhacuda meninggal dalam
pertempuran. Untuk mendamaikan hati sang janda (Tulasi), maka Sri Krsna memberitahukan
Tulasi akan mendapatkan tubuh kedewataan untuk bisa masuk kedalam Vaikuntaloka tempatnya
Sri Krsna. Di sana Tulasi akan bersatu kembali dengan Sri krsna, sedangkan tubuh fisiknya yang
masih ada di bumi akan menjadi sungai Gandaki yang suci dan mengalir melalui Bharatavarsa,
dan rambutnya akan tumbuh menjadi tanaman Tulasi yang suci. Sejak itu dikenallah tanaman
Tulasi itu sebagai tanaman suci. Diuraikan dalam Purana, apabila seseorang mandi dengan
menggunakan air yang sudah disucikan menggunakan Tulasi, itu sama artinya dengan
melakukan Tirthayatra ke semua tempat suci. Jika orang berkata – kata yang tidak pantas ketika
memegang Tulasi, maka akan mendapatkan neraka dengan waktu yang sangat lama.
Donder (2006 : 219) menyatakan ada juga tanaman lainnya yang dihormati yaitu tanaman
Soma yang kurang lebih desebut sebanyak 140 kali dalam Veda. Tanaman Soma ini diartikan
“manis (madu) kenikmatan” dari kebahagiaan yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa.
dengan nama Bila atau Maja. Selain jenis tanaman di atas, pohon Kalpavrksa juga dikenal
sebagai tumbuhan suci yang hidupnya di khayangan (devaloka). Di katakan pohon ini akan
Tumbuh – tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang memiliki kedudukan yang sangat
penting baik dalam hubungannya memperkuat keyakinan kepada Tuhan ataupun fungsinya
sebagai sarana untuk mengenang kembali hubungan asal – usul atau silsilahnya (Donder, 2006 :
221). Dan karena tumbuhan tersebut memiliki fungsi religi, maka wajarlah umat manusia
Selain kepercayaan terhadap benda dan tumbuha suci, dalam totemisme juga menjelaskan
mengenai kepercayaan akan adanya hewan – hewa suci. Di dalam kitab Bhagavadgita, Sri Krsna
dalam wejangannya terdapat perumpamaan – perumpamaan dari Sri Krsna (Tuhan), seperti :
dhenunam asmi kamadhuk ‘di antara sapi – sapi Aku (Tuhan) adalah surabhi’ (Bhagavadgita X :
28). Di Krsnaloka di angkasa rohani sapi – sapi yang dapat di perah pada setiap saat, dan sapi –
sapi itu memberi susu sebanyak apa yang diinginkan seseorang. Tentu saja, sapi –sapi seperti itu
tidak ada di dunia material ini, tetapi disebut bahwa sapi –sapi itu ada di Krsnaloka. Krsna
memelihara banyak sapi –sapi seperti itu yang disebut surabhi. (Prabhupada 1989 : 536).
Sarpanam asmi vasukih ‘di antara ular – ular Aku (Tuhan) adalah vasuki (Bhagavadgita X : 28).
Di bawah ini sebuah Sloka yang menunjukan perumpamaan dari Tuhan, yaitu sebagai
berikut :
Donder (2006 : 221) mengatakan bahwa penggunaan pigur benda, tumbuhan, dan hewan –
hewan tertentu untuk mengumpamakan kemahakuasaan Tuhan adalah sebagai sarana yang
berfungsi untuk menjunjung metodologi penanaman Sradha (keimanan). Jika benda – benda,
tumbuh – tumbuhan, dan hewan – hewan itu kemudian berubah fungsi menjadi isme ataupun
dogma, dan bukan sekedar mitos, maka hal itu merupakan proses pendakian spiritual. Sebagai
seorang pemula dalam pendaki spiritual pasti akan menemukan kepercayaan terhadap isme ini.
Dan dengan perumpamaan – perumpamaan ini, setidaknya manusia akan lebih menghargai
keberadaan benda, tumbuhan dan hewan – hewan tersebut, sehingga akan tercipta keharmonisan
Keagungan sapi terdapat dan tertulis dalam teks – teks Hindu, seperti yang terdapat dalam
kitab Catur Veda yang terdiri dari ; Rg Veda, Sama Veda, Yajur Veda, dan atharva Veda. Selain
Catur Veda, Hindu juga mengenal kitab Bhagavadgita yang dimana isi dari kitab Bhagavadgita
adalah percakapan dari Sri krsna dan Arjuna yang menceritakan tentang kewajiban-kewajiban
umat manusia.
Berikut ini adalah bukti-bukti tentang keagungan sapi yang terdapat dalam teks – teks
Rg Veda merupakan salah satu bagian dari Catur Veda, di bawah ini beberapa sloka yang
menggambarkan tentang keagungan sapi yang terdapat dalam Rg Veda sukta 28, yaitu
diantaranya :
jangan biarkan sapi – sapi berlarian menyingkir dari kami jangan biarkan pencuri mengambilnya
jangan biarkan senjata musuh menimpanya semoga majikan dari ternak lama memilikinya
dengan hasil susu yang dapat dijadikan persembahan dan dapat dipakai untuk melayani manusia
ilahi
Rg Veda 6.28.3.
Semoga sapi – sapi menjadi kemakmuran kami, semoga penguasa maha cemerlang
menganugrahi kami ternak : semoga sapi –sapi menghasilkan makanan (susu dan mentega) dari
sesajian pertama. Wahai manusia, sapi – sapi ini sacral seperti penguasa maha cemerlang itu
sendiri, - penguasa yang berkahnya kami dambakan, dengan kepala dan hati.
Rg Veda 6.28.5
Wahai sapi, engkau bahkan memperkuat yang lelah dan using serta membuat yang tak
menyenangkan menjadi indah dipandang. Kelembutanmu menguntungkan dan menjadi makmur.
Sangat agung kelimpahan yang dikenakan padamu dalam upacara keagamaan kami.
Rg Veda 6.28.6.
Wahai sapi – sapi, semoga engkau memiliki banyak anak sapi yang merumput pada padang
rumput yang baik dan minum air tawar pada kolam yang mudah dicapai. Semoga tak ada pencuri
yang menjadi majikanmu. Semoga tak ada binatang buas pemangsa yang menyerangmu dan
semoga paser dari penguasa vital tak pernah menimpanya.
Rg Veda 6.28.7.
Sloka di atas menunjukan betapa dihormatinya seekor sapi dalam Rg Veda sapi akan
senantiasa memeberikan susunya yang melimpah untuk kesejahteraan umat manusia. Darmayasa
(2009 : 33) menyatakan bawa siapa pun atau keadaan apa pun yang didatangi oleh sapi akan
menjadi sejahtera. Upacara suci yang didatangi oleh sapi akan menjadi berhasil, kendati ada
sapi, dia yang bagaimanapun juga tidak boleh dibunuh. Dibawah ini bebrapa sloka yang terdapat
Sinar dari pengetahuan bisa bibandingkan dengan matahari, surge bisa perbandingan dengan
lautan, ibu pertiwi adalah sangat cepat, lebih cepat lagi adalah indra, tetapi catatlah….., bahwa
sapi tidak pernah dapat diperbandingkan dengan apa pun.
Yajur Veda 23.48.
Dia yang melindungi dan memelihara ratusan bahkan ribuan, dia yang merupaan sumber dari
susu, dia yang membagi – bagikan susu kepada orang, dia yang aditi (dia yang tidak boleh
dipotong menjadi bagian – bagian), jangan menyiksa sapi yang demikian di dunia ini.
Yajur Veda 13.49.
Rg Veda menjelaskan mengenai jangan menyakit sapi, begitu juga pada Sama Veda yang
menganjurkan untuk tidak menyakiti sapi. Di bawah ini akan di sebutkan salah satu sloka yang
terdapat dalam Sama Veda yang menjelaskan mengenai keagungan sapi yaitu sebagai berikut :
yaitu kita bertindak sesuai dengan perintah, yang terkandung dalam himne Weda. kita, oleh
karena itu, tidak pernah resor untuk pembantaian manusia atau lainnya dan kami tidak pernah
mencobai siapapun untuk melawan tugas-tugasnya.
Dalam Sama Veda dijelaskan bahwa hendaknya bertindak sesuai dengan perintah yang
terdapat dalam mantra – mantara Veda (Darmayasa, 2009 : 42). Karena itu, kita hendaknya
jangan menyakiti bahkan membunuh orang atau makhluk – makhluk lain di dunia ini. Seluruh
bagian – bagian dari Veda menjelaskan untuk tidak menyakiti sapi bahkan membunuh sapi.
Atharva Veda merupakan bagian dari catur veda yang terakhir, isi dari Atharva Veda hampir
sama dengan bagian – bagian Veda yang lain. Dibawah ini beberapa sloka dalam Atharva Veda
Dia yang dilahirkan di rumah, kepada sapid an kepada kuda seperti itu sembah sujudku. Wahai
rumah di mana sapi dilahirkan dan di mana anak –anak sapi berada, semua akan dibebaskan dari
masalah, semua akan dibebaskan dari ikatan – ikatan.
Atharva Veda 9.3.13.
Jadi, kesimpulan akhir Rg Veda, Yajur Veda, Sama Veda, dan Atharva Veda adalah GAM
PENUTUP
3.1 Simpulan
Hindu mengenal konsep – konsep isme, yang salah satunya totemisme yaitu percaya dengan
benda, tumbuhan dan hewan – hewan yang dianggap suci. Dalam Hindu hewan yang dianggap
suci yaitu sapi. Sapi dikatakan sebagai ibu alam semesta. Seperti halnya bumi yang memberikan
hasil yang merimpah ruah sperti bahan pangan, dan berbagai kebutuhan umat manusia, begitu
Dewasa ini, umat Hindu yang di dunia, khususnya Indonesia dan India memiliki pandangan
yang berbeda tetang sapi. Di India, umat Hindu sangat menghargai adanya sapi, tidak menyakiti
bahkan membunuh sapi. Lain halnya dengan umat yang ada di Indonesia, khususnya Bali
sanngat tidak menghargai sapi, masih banyak masyarakat yang memakan daging sapi, menyakiti
sapi ketika membajak sawah. Padahal hal ini sudah jelas tertulis dalam kitab suci Hindu yaitu
Dalam Catur Veda, jelas dikatakan bahwa gam ma hinsih yang artinya jangan membunuh
sapi. Sapi harus dihormati, dihargai, tidak boleh disakiti bahkan dibunuh. Berbagai teks – teks
Hindu yang menjelaskan tentang keagungan sapi dan melarang untuk menyakitinya.
3.2 Saran
Sebagai umat Hindu, kita harus bisa mengimplementasikan dari ajaran – ajaran Veda. Setiap
sloka yang terdapat dalam Veda harus mampu dipahami dan dilaksanakan dalam kehidupan
sehari - hari. Dalam konsep Hindu yaitu totemisme yang menganggap sapi sebagai hewan suci,
dan jelas tertulis dalam sloka – sloka Veda bahwa umat Hindu sangat menghormati dan
menghargai sapi. Oleh karena itu, sangat dilarang bagi umat Hindu untuk makan daging sapi,
membunuh sapi, menyakiti sapi, karena sapi telah membantu manusia dalam menjalankan
kehidupan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Darmanyasa, Made. 2008. Keagungan Sapi menurut Weda. Denpasar : Pustaka Manikgeni.