Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam hal memenuhi kebutuhan hidup kita banyak menghadapi tantangan


lebih-lebih pada jaman modern sekarang ini. Kebutuhan manusia modern makin
hari semakin meningkat dan semakin kompleks. Akibat kemajuan sains dan
teknologi dawasa ini kecendrungan manusia menekankan kepada hal-hal yang
bersifat materi empiris dan kuantitatif. Manusia ada kalanya bekerja dengan
mudah dan secepat-cepatnya, namun hasil yang diharapkan semaksimal mungkin.
Cara bekerja masyarakat yang seperti ini sudah melenceng dari hakikat dan tujuan
hidup manusia. Kenyataan ini tentunya disebabkan oleh pemahaman seseorang
terhadap ajaran agama yang dianutnya sangat dangkal atau kemungkinan
terjangkitnya gejala verbalisme yaitu orang yang memahami ajaran agama, tetapi
tingkah lakunya sama sekali tidak mencerminkan ajaran yang dianutnya.
Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang memiliki disiplin kerja yang
tinggi serta memiliki rasa bhakti kepada semua mahluk
Pemahaman tentang Hindu tidak hanya sekedar seperangkat nilai- nilai yang
ideal, abstrak, gaib dan misterius, tetapi juga suatu nilai-nilai yang praktikal,
aktual dan dapat membumi. Dari pemahaman Hindu seperti ini maka setiap umat
hindu meyakini bahwa sraddha akan terasa dalam kehidupan apabila secara
aktual dimanifestasikan dalam bentuk kerja (karma) dan bhakti yang bermanfaat
dikehidupan di dunia dan di sorga. Itulah sebabnya, penilaian seseorang menurut
pandangan Hindu adalah terletak pada mutu kerjanya dan rasa bhaktinya. Kerja
adalah kewajiban bagi semua orang. Seseorang tidak akan mencapai kebahagian
dengan diam tanpa kerja dan tidak akan mencapai kesempurnaan dan kebebasan

1
2

dengan menghindari kerja. Dan bhakti lebih menonjolkan rasa kasih sayang yang
mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kata bhakti ini digunakan untuk
menunjukan rasa kasih kepada yang lebih luas cakupannya.
Melihat kenyataan manusia bekerja keluar dari makna dan hakekat kerja yang
sesungguhnya serta memudarnya rasa bhakti pada tuhan, peneliti ingin meneliti
makna dan nilai-nilai kerja berdasarkan kitab Bhagawadgita yang tertuang dalam
ajaran karma yoga dan bhakti yoga serta relevansinya dalam kehidupan umat
Hindu.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis merumuskan berbagai
permasalahan yang akan dibahas, sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Karma Yoga?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan Bhakti Yoga?
1.2.3 Bagaimana relevansi ajaran Karma Yoga dalam kitab Bhagawadgita
dengan kehidupan umat hindu di bali?
1.2.4 Bagaimana relevansi ajaran Bhakti Yoga dalam kitab Bhagawadgita
dengan kehidupan umat hindu di bali?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini tentu saja mengacu pada rumusan
masalah antara lain sebagai berikut:
1.3.1 Mengetahui pengertian Karma yoga.
1.3.2 Mengetahui Pengertian Bhakti yoga.
1.3.3 Mengetahui relevansi ajaran Karma Yoga dalam kitab Bhagawadgita
dengan kehidupan umat hindu di bali.
1.3.4 Mengetahui relevansi ajaran Bhakti Yoga dalam kitab Bhagawadgita
dengan kehidupan umat hindu di bali.
3

1.4 Manfaat Penulisan


Selain memiliki tujuan, penulisan makalah ini juga memiliki beberapa manfaat
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.4.1 Memperoleh pengetahuan mengenai Karma yoga dan Bhakti yoga dalam
ajaran Agama Hindu.
1.4.2 Sebagai bahan diskusi mengenai mata kuliah Pendidikan Agama
khususnya mengenai Karma yoga dan Bhakti yoga.
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Karma Yoga


Karma yoga adalah cara/ajaran untuk mencapai moksa dengan jalan
ditekankan pada pengabdian yang berwujud kerja tanpa pamrih untuk
kepentingan diri sendiri. Karma yoga pada dasarnya ialah bertindak, atau
menjalankan kewajiban dalam hidup seseorang mengikuti dharma atau tanggung
jawab, tanpa merasa bimbang tentang keputusannya sejenis pengorbanan
perbuatan yang tetap kepada Tuhan. Karma yoga ialah tindakan yang diambil
tanpa memikirkan manfaat. Dalam tafsiran yang lebih moden, ini boleh
diperlihatkan sebagai perbuatan-perbuatan kewajiban yang dilaksanakan tanpa
membenarkan keputusan menjelaskan perbuatan-perbuatan seseorang.
Bhagawadgita juga menerangkan, rumusan kerja paling sedikit ada tiga yang
diuraikan berdasarkan hukum sebab akibat. Jenis yang pertama yaitu bekerja
tanpa mengharapkan dan menghitung-hitung pahala (karma). Ini dimaksudkan
bekerja seperti biasa. Guru mengajar di sekolah, montir bekerja di bengkel,
nelayan bekerja di laut, petani bekerja di sawah, semuanya bekerja tanpa
mengharapkan hasil.
Dalam Agama Hindu dikenal istilah subha dan asubha karma. Subha karma
adalah perbuatan yang baik atau bekerja dengan baik sedangkan asubha karma
adalah bekerja secara tidak benar. Bila dikaitkan dengan rumusan kerja pada
Bhagawadgita, jenis kerja yang pertama termasuk jenis kerja yang subha karma
yaitu bekerja dengan baik. Melalui kerja seseorang dapat mencapai tujuan hidup dan
hakekat hidup menjelma sebagai manusia (jagadhita dan moksa). Seseorang tidak
dapat menghindarkan diri dari kerja. Berpikir (manacika), berbicara (wacika ) dan
berlaksana (kayika) adalah bentuk-bentuk kerja. Kerja adalah setiap bentuk kegiatan
fisik dan atau non fisik yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan hidup, baik

4
5

yang bersifat surgawi maupun duniawi. Manusia tanpa kerja, hidup sehari-hari pun
tidak mungkin, apalagi untuk kepentingan di luar dirinya seperti kepentingan
keluarga, masyarakat, negara, umat manusia dan kepada Tuhan. Hanya melalui kerja
seseorang akan dapat hidup lebih baik di masa yang akan datang (Gorda,2003:7).

2.2 Pengertian Bhakti Yoga

Bhakti Yoga adalah proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman
dengan berlandaskan atas dasar cinta kasih yang mendalam kepada Ida Sang
Hyang Widhi dan segala ciptaan-Nya. Kata bhakti berarti hormat, taat, sujud,
menyembah, mempersembahkan, cintah kasih penyerahan diri seutuhnya pada
Sang pencipta. Seorang Bhakta (orang yang menjalani Bhakti marga) dengan
sujud dan cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa
raganya sebagai yadnya kepada Sang Hyang Widhi. Cinta kasih yang mendalam
adalah suatu cinta kasih yang bersifat umum dan mendalam yang disebut maitri.
Semangat tat twam asi sangat subur dalam hati sanubarinya. Cinta bhaktinya
kepada Hyang Widhi yang sangat mendalam, itu juga dipancarkan kepada semua
makhluk baik manusia binatang juga tumbuh-tumbuhan. Dalam doanya selalu
menggunakan pernyataan cinta dan kasih sayang dan memohon kepada Hyang
Widhi agar semua makhluk tanpa kecuali selalu berbahagia dan selalu mendapat
anugrah termulia dari Hyang Widhi. Jadi untuk lebih jelasnya seorang bhakta
akan selalu berusaha melenyapkan kebenciannya kepada semua makhluk
sebaliknya ia selalu berusaha memupuk dan mengembangkan sifat-sifat maitri,
karuna, mudita dan upeksa (catur paramita).

2.3 Relevansi ajaran Karma Yoga dalam kitab Bagawadgita dengan kehidupan
umat hindu di bali

Dalam hidupnya ini manusia tidak bisa lepas dari kegiatan kerja. Hal ini
dejelaskan dalam Bhagavadgita III.4 dan III.5:
6

III.4 Na karmanam anaranbhan

Naiskarmyam puruso ‘snut

Na ca samnyasanad eva

Siddhim samadhigacchati

Artinya :

Orang tidak akan mencapai kebebasan karana diam tanpa kerja, juga takkan
mencapai kesempurnaan karena menghindari kegiatan kerja.

III.5 Na hi kascit ksanam api

Jatu tisthaty akarmakrit

Karyate hy avasah karma

Sarvah prakrtijair gunaih.

Artinya :

Tidak seorangpun tidak bekerja walaupun untuk sesaat jua, karena dengan tiada
berdaya manusia dibuat bertindak oleh hukum alam.

Jadi selama menjalani hidup didunia ini, manusia tidak bisa menghindarkan
diri dari tindakan kerja. Berpikir adalah merupakan suatu tindakan atau kerja.
Berjalan, berbuat sesuatu, dan sebagainya adalah suatu tindakan atau kerja, dan
semua orang tidak dapat menghindarinya. Dalam pola pemikiran manusia purba,
manusia bekerja untuk kepentingan diri sendiri sehingga didalam bekerja, yang
menjadi motivasinya adalah kepuasan diri. Kemudian seiring dengan
7

berkembangnya pola pikir manusia yang mulai mengenal kehidupan masyarakat,


motivasi kerja manusia mulai beralih demi kepentingan bersama. Kehidupan
spiritual itu dibangun dengan suatu tindakan kerja, dan untuk mewujudkan
tindakan kerja tersebut, seseorang harus memiliki badan fisik yang sehat dan kuat
sehingga akan lebih memudahkannya untuk membangun spiritualnya. Karma
Yoga menunjukkan kepada manusia cara yang terbaik untuk menolong manusia
melepaskan segala ikatan sekalipun sangat berat. Bagi mereka yang tidak percaya
kepada Tuhan, mereka hanya harus bekerja atas kemauan sendiri dengan tenaga,
pikiran dan kemampuan membedakan sendiri. Sedangkan mereka yang percaya
kepada Tuhan ada jalan lain yang jauh lebih ringan yaitu dengan menyerahkan
hasil kerja mereka kepada Tuhan, bekerja dan tidak pernah terikat oleh hasilnya.
Seorang Karma Yogi bekerja karena memang itu adalah sifatnya, karena ia
merasa bahwa bekerja adalah baik baginya dan tidak mengandung maksud
tertentu. Kedudukannya di dunia adalah sebagai pemberi dan tidak meminta
sesuatu apapun sebagai gantinya, dan karena itu ia dapat membebaskan diri dari
cengkraman derita. Setiap orang pasti memiliki suatu motif dalam melakukan
tindakan kerja, hal ini dikarenakan manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan
untuk menunjang hidupnya. Sehingga sangant sulit untuk menemukan seorang
Karma Yogi yang benar-benar bekerja tanpa mengharapkan hasil.

III.9 Yajnarthat karmano ‘nyatra

Loko ‘yam karma bandhanah

Tad artham karma kaunteya

Mukta sangah samacara


8

Artinya :

Pekerjaan merupakan suatu keterikatan di dunia ini, kecuali kalau dilakukan


demi pengorbanan (demi Yang Maha Kuasa). Seyogyanyalah, oh Arjuna, dikau
aktif untuk pengorbanan ini, bebas dari segala keterikatan.

Jadi setiap manusia di dunia ini telah terkurung oleh pekerjaan, dan setiap
orang sibuk dan menjadi budak dari pekerjaan ini. Untuk penggantinya, maka
dianjurkan agar kita tidak menjadi budak dari pekerjaan-pekerjaan ini, yaitu
dengan bekerja demi Yang Maha Esa semata. Dengan kata lain secara mental
kita berpikir bahwa semua pekerjaan atau kewajiban sebenarnya hanyalah untuk
Dia semata. Dengan demikian kita bisa bekerja dan merencanakan sesuatu secara
tanpa keterikatan duniawi. Dengan ini akan timbullah suatu rasa kebebasan dari
hal-hal yang bersifat duniawi, karena semua hasil akhir juga diserahkan
kepadaNya untuk diolah dan ditentukan akibat-akibatnya, atau hasil maupun
buahnya. Di sloka diatas ada kata-kata, lakukan pekerjaanmu demi pengorbanan
ini, yang dimaksud dengan pengorbanan ini adalah yagna. Menurut Shankara,
ahli dan filsuf Hindu yang terkenal di masa silam, yagna dapat berarti Vishnu,
Sang Maha pengasih. Yagna dengan demikian disimpulkan sebagai Yang Maha
Esa dan juga pengorbanan untuk Yang Maha Esa. Semua pekerjaan yang
bermotifkan dedikasi atau semata untuk Yang Maha Esa adalah pekerjaan yang
sejati. Pengorbanan selalu berarti “mengorbankan diri sendiri untuk orang atau
hal lain,” dan berkorban berarti menemukan diri sendiri yang sejati; tuluskah diri
ini, atau masih tertutup oleh hawa-hawa nafsu dan ego.

Kebutuhan bekerja demi kepuasan saja, dinyatakan dengan cara yang lebih
jelas dalam ayat-ayat ini. Kalau kita harus bekerja demi kepuasa yadnya purusa,
maka kita harus menemukan arah pekerjaan dari Brahman atau Veda
9

yangmelampaui hal-hal keduniawiaan. Seperti dijelaskan dalam Bhagawadgita


III.19 yang berbunyi sebagai berikut :

III.19 Tasmad asaktah satatam

karyam karma samacara

Asakto hy acaran karma

param apnoti purusah

Artinya :

Karena itu hendaknya seseorang bertindak karena kewajiban tanpa terikat


terhadap hasil kegiatan, sebab dengan bekerja tanpa ikatan terhadap hasil
seseorang sampai kepada yang Mahakuasa.

Dalam sloka diatas sudah jelas dijelaskan bahwa hendaknya seseorang yang
melakukan perbuatan janganlah memikirkan buah atau hasil dari apa yang kita
perbuat. Hal ini akan mengajarkan kita tentang tulus iklas atau ilmu ketulusan
dan tanpa pamrih. Jika seseorang sudah diberikan tanggung jawab, maka
senantiasa ia akan bekerja dengan tanpa mengharapkan hasil. Jika seseorag
melakukan sesuatu dengan melihat apa yang akan ia dapatkan maka hasilnya
belum tentu akan ia peroleh dengan baik. Karena hasil adalah buah dari apa yang
kita kerjakan tanpa melihat dan memandang apa yang akan kita terima setelah
kita berbuat, bukanlah sesuatu hal yang kita harapkan.
10

2.4 Relevansi ajaran Karma Yoga dalam kitab Bagawadgita dengan kehidupan
umat hindu di bali

Bakti marga merupakan Jalan/marga yang paling sederhana dalam kehidupan


saat ini (jaman kali). Disini Tuhan diwujudkan sebagai penguasa yang sangat
penyayang, di ibaratkan sebagai ayah, ibu, kakak, sahabat, tamu dan sebagainya.
Orang yang melaksanakan jalan ini meninginkan kebahagiaan rohani (svasti).
Menurut Bhakti Marga, Tuhan adalah sosok yang dekat, umum, dapat dengan
mudah dicintai dan di dekati dengan berbagai cara yang diyakini, seperti yang
terdapat dalam sloka Bhagavadgita (IV,11), yang bunyinya sebagai berikut:
Ye Yatha mamprapadyante

Tams tathaiva bhajami aham

Mama vartmanuvartante

Manusyah partha sarvasah

Yang artinya :
Bagaimanapun (jalan) manusia mendekati-Ku, Aku terima, wahai Arjuna.
Manusia mengikuti jalan-Ku pada segala jalan.

Kemudian sloka berikutnya, (Bhagavadgita, IX.26) yakni :


Patram puspam phalam toyam

Yo me bhaktya prayacchati

Tad aham bhakty-upahrtam

Asnami prayatatmanah

Yang artinya :
11

Siapapun yang dengan sujud bhakti kepada-Ku mempersembahkan sehelai daun,


setangkai bunga, sebiji buah, setetes air, Aku terima dengan segala bhakti
persembahan dari orang yang berhati suci.
Berdasarkan sloka Bhagavadgita di atas, ini memberikan sebuah pesan bahwa
disiplin apapun yang kita lakukan hendaknya dilakukan dengan penuh rasa
Bhakti. Dalam sebuah instansi/lembaga tertentu; baik pimpinan maupun
bawahan, kelompok kerja yang satu dengan kelompok kerja yang lain, dalam
kehidupan rumah tangga; baik Suami maupun istri, orang tua dengan anak, dll.
Hendaknya mereka semua melaksanakan swadharma-nya masing-masing dengan
penuh rasa Bhakti. Apabila sudah demikian maka unsur-unsur Bhakti seperti
hormat, sujud, tulus ikhlas, mencintai, menyayangi, kesucian olas asih akan dapat
dibangun, kondisi ini akan dapat meredam fenomena-fenomena yang terjadi
seperti yang diatas.
12

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Demikianlah yang terkandung dalam Bhagawad Gita Bab (adhyaya) III

yang mengungkapkan pentingnya arti bekerja yang dilaksanakan tanpa

mementingkan pahala untuk diri sendiri melainkan untuk kesejahteraan

dan kebahagian umat manusia di dunia ini, dengan jalan kesadaran jiwa,

dalam karma yoga yang dikorbankan adalah imbalan atau hasil kerja

dan aktivitas kita. Jika seseorang melakukan perbuatan pasti akan

mendapatkan karma (hasil) daripada tidak melakukan perbuatan apa-apa

karena itulah yang akan memanjakan badan jasmani kita. Ketika kita

sudah melaksanakan korban suci dengan tulus ikhlas, apapun yang kita

persembahkan maka Tuhan akan membalas persembahan yang sudah

kita persembahkan. Yadnya yang dilaksanakan seseorang harus

berdasarkan hati yang tulus ikhlas dan penuh dengan rasa syukur.

Sesungguhnya hanya manusialah yang mampu menyelamatkan dirinya

sendiri. Jika manusia memiliki karma yang buruk dalam hidupnya,

hanya manusia itu sendiri yang dapat menolongnya dalam pembebasan

karma semasa hidupnya dengan jalan yang baik dan benar.

12
13

3.1.2 Bhakti seperti yang dikatakan oleh Rsi Narada dalam penjelasannya

tentang bhakti, adalah kasih mendalam terhadap Tuhan. Ketika manusia

mencapainya, ia akan mengasihi semua, tidak membenci siapapun,

mencapai kedamaian dan mencapai suatu kebahagiaan. Kebahagiaan

adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan

kesenangan, rasa damai, cinta kasih, kepuasan, kenikmatan dan

kegembiraan. Apabila semua orang sudah dipenuhi dengan rasa Bhakti

maka secara perlahan-lahan akan bermuara pada ajaran agama Hindu

yang sangat maha agung, universal dan mulia bahwa sesungguhnya kita

dituntun untuk membangun persatuan dalam

kebhinekaan/keanekaragaman (unity in diversity), kita dituntun untuk

menyadari bahwa sesungguhnya kita satu hakekat (intisari) seperti yang

di kumandangkan dalam sastra-sastra Hindu.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyarankan kepada para


pembaca khususnya kepada mahasiswa untuk dapat meningkatkan
pemahamannya mengenai relevansi ajaran Karma Yoga dan Bhakti Yoga
dalam kitab Bhagawadgita dengan kehidupan umat hindu di bali. Penulis
menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu
penulis menyarankan kepada para pembaca untuk tetap menggali sumber-
sumber yang menunjang terhadap pembahasan makalah ini, untuk perbaikan
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai