BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dengan menghindari kerja. Dan bhakti lebih menonjolkan rasa kasih sayang yang
mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kata bhakti ini digunakan untuk
menunjukan rasa kasih kepada yang lebih luas cakupannya.
Melihat kenyataan manusia bekerja keluar dari makna dan hakekat kerja yang
sesungguhnya serta memudarnya rasa bhakti pada tuhan, peneliti ingin meneliti
makna dan nilai-nilai kerja berdasarkan kitab Bhagawadgita yang tertuang dalam
ajaran karma yoga dan bhakti yoga serta relevansinya dalam kehidupan umat
Hindu.
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
yang bersifat surgawi maupun duniawi. Manusia tanpa kerja, hidup sehari-hari pun
tidak mungkin, apalagi untuk kepentingan di luar dirinya seperti kepentingan
keluarga, masyarakat, negara, umat manusia dan kepada Tuhan. Hanya melalui kerja
seseorang akan dapat hidup lebih baik di masa yang akan datang (Gorda,2003:7).
Bhakti Yoga adalah proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman
dengan berlandaskan atas dasar cinta kasih yang mendalam kepada Ida Sang
Hyang Widhi dan segala ciptaan-Nya. Kata bhakti berarti hormat, taat, sujud,
menyembah, mempersembahkan, cintah kasih penyerahan diri seutuhnya pada
Sang pencipta. Seorang Bhakta (orang yang menjalani Bhakti marga) dengan
sujud dan cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa
raganya sebagai yadnya kepada Sang Hyang Widhi. Cinta kasih yang mendalam
adalah suatu cinta kasih yang bersifat umum dan mendalam yang disebut maitri.
Semangat tat twam asi sangat subur dalam hati sanubarinya. Cinta bhaktinya
kepada Hyang Widhi yang sangat mendalam, itu juga dipancarkan kepada semua
makhluk baik manusia binatang juga tumbuh-tumbuhan. Dalam doanya selalu
menggunakan pernyataan cinta dan kasih sayang dan memohon kepada Hyang
Widhi agar semua makhluk tanpa kecuali selalu berbahagia dan selalu mendapat
anugrah termulia dari Hyang Widhi. Jadi untuk lebih jelasnya seorang bhakta
akan selalu berusaha melenyapkan kebenciannya kepada semua makhluk
sebaliknya ia selalu berusaha memupuk dan mengembangkan sifat-sifat maitri,
karuna, mudita dan upeksa (catur paramita).
2.3 Relevansi ajaran Karma Yoga dalam kitab Bagawadgita dengan kehidupan
umat hindu di bali
Dalam hidupnya ini manusia tidak bisa lepas dari kegiatan kerja. Hal ini
dejelaskan dalam Bhagavadgita III.4 dan III.5:
6
Na ca samnyasanad eva
Siddhim samadhigacchati
Artinya :
Orang tidak akan mencapai kebebasan karana diam tanpa kerja, juga takkan
mencapai kesempurnaan karena menghindari kegiatan kerja.
Artinya :
Tidak seorangpun tidak bekerja walaupun untuk sesaat jua, karena dengan tiada
berdaya manusia dibuat bertindak oleh hukum alam.
Jadi selama menjalani hidup didunia ini, manusia tidak bisa menghindarkan
diri dari tindakan kerja. Berpikir adalah merupakan suatu tindakan atau kerja.
Berjalan, berbuat sesuatu, dan sebagainya adalah suatu tindakan atau kerja, dan
semua orang tidak dapat menghindarinya. Dalam pola pemikiran manusia purba,
manusia bekerja untuk kepentingan diri sendiri sehingga didalam bekerja, yang
menjadi motivasinya adalah kepuasan diri. Kemudian seiring dengan
7
Artinya :
Jadi setiap manusia di dunia ini telah terkurung oleh pekerjaan, dan setiap
orang sibuk dan menjadi budak dari pekerjaan ini. Untuk penggantinya, maka
dianjurkan agar kita tidak menjadi budak dari pekerjaan-pekerjaan ini, yaitu
dengan bekerja demi Yang Maha Esa semata. Dengan kata lain secara mental
kita berpikir bahwa semua pekerjaan atau kewajiban sebenarnya hanyalah untuk
Dia semata. Dengan demikian kita bisa bekerja dan merencanakan sesuatu secara
tanpa keterikatan duniawi. Dengan ini akan timbullah suatu rasa kebebasan dari
hal-hal yang bersifat duniawi, karena semua hasil akhir juga diserahkan
kepadaNya untuk diolah dan ditentukan akibat-akibatnya, atau hasil maupun
buahnya. Di sloka diatas ada kata-kata, lakukan pekerjaanmu demi pengorbanan
ini, yang dimaksud dengan pengorbanan ini adalah yagna. Menurut Shankara,
ahli dan filsuf Hindu yang terkenal di masa silam, yagna dapat berarti Vishnu,
Sang Maha pengasih. Yagna dengan demikian disimpulkan sebagai Yang Maha
Esa dan juga pengorbanan untuk Yang Maha Esa. Semua pekerjaan yang
bermotifkan dedikasi atau semata untuk Yang Maha Esa adalah pekerjaan yang
sejati. Pengorbanan selalu berarti “mengorbankan diri sendiri untuk orang atau
hal lain,” dan berkorban berarti menemukan diri sendiri yang sejati; tuluskah diri
ini, atau masih tertutup oleh hawa-hawa nafsu dan ego.
Kebutuhan bekerja demi kepuasan saja, dinyatakan dengan cara yang lebih
jelas dalam ayat-ayat ini. Kalau kita harus bekerja demi kepuasa yadnya purusa,
maka kita harus menemukan arah pekerjaan dari Brahman atau Veda
9
Artinya :
Dalam sloka diatas sudah jelas dijelaskan bahwa hendaknya seseorang yang
melakukan perbuatan janganlah memikirkan buah atau hasil dari apa yang kita
perbuat. Hal ini akan mengajarkan kita tentang tulus iklas atau ilmu ketulusan
dan tanpa pamrih. Jika seseorang sudah diberikan tanggung jawab, maka
senantiasa ia akan bekerja dengan tanpa mengharapkan hasil. Jika seseorag
melakukan sesuatu dengan melihat apa yang akan ia dapatkan maka hasilnya
belum tentu akan ia peroleh dengan baik. Karena hasil adalah buah dari apa yang
kita kerjakan tanpa melihat dan memandang apa yang akan kita terima setelah
kita berbuat, bukanlah sesuatu hal yang kita harapkan.
10
2.4 Relevansi ajaran Karma Yoga dalam kitab Bagawadgita dengan kehidupan
umat hindu di bali
Mama vartmanuvartante
Yang artinya :
Bagaimanapun (jalan) manusia mendekati-Ku, Aku terima, wahai Arjuna.
Manusia mengikuti jalan-Ku pada segala jalan.
Yo me bhaktya prayacchati
Asnami prayatatmanah
Yang artinya :
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Demikianlah yang terkandung dalam Bhagawad Gita Bab (adhyaya) III
dan kebahagian umat manusia di dunia ini, dengan jalan kesadaran jiwa,
dalam karma yoga yang dikorbankan adalah imbalan atau hasil kerja
karena itulah yang akan memanjakan badan jasmani kita. Ketika kita
sudah melaksanakan korban suci dengan tulus ikhlas, apapun yang kita
berdasarkan hati yang tulus ikhlas dan penuh dengan rasa syukur.
12
13
3.1.2 Bhakti seperti yang dikatakan oleh Rsi Narada dalam penjelasannya
yang sangat maha agung, universal dan mulia bahwa sesungguhnya kita
3.2 Saran