Anda di halaman 1dari 16

Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573

https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

Catur Paramitha: Landasan Remaja dalam Beragama dan Kehidupan


Bermasyarakat

Catur Paramitha: The Foundation of Youth in Religion and Social Life

Desak Made Suartini


Universitas Cokroaminoto Palopo
suartini_desak@gmail.com

Riwayat Jurnal
Artikel diterima : 18 Juli 2021
Artikel direvisi : 18 Oktober 2021
Artikel disetujui : 31 Oktober 2021

ABSTRAK
Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan
dengan ciptaan Tuhan yang lainnya, dengan Sabda, Bayu dan Idep (dapat berkata,
berbuat/beraktivitas dan berpikir), manusia akan mampu untuk menjalani kehidupannya
dengan benar sesuai dengan ajaran agama yang di anutnya. Walau demikian akhir-akhir
media sosial dipenuhi dengan isu-isu yang dapat berdampak buruk terhadap keragaman
banga indonesia. Pemahaman ajaran Agama yang benar merupakan salah satu pondasi
dalam menjaga keutuhan bangsa yang dapat dimulai dari perilaku generasi muda. Oleh
karena itu perlu di tanamkan jiwa keagamaan yang kuat untuk dapat menjadi remaja yang
memiliki moral yang baik. Pemahaman keagamaan remaja hindu perlu ditekankan pada
ajaran catur paramitha yaitu empat sikap perilaku yang berbudi luhur (maitri, karuna,
mudita dan upeksa). Pemahaman yang komprehensif tentang ajaran ini memberi dampak
pada terciptanya kehidupan yang harmonis antar manusia dengan Tuhan, sesame manusia,
dan antara manusia dengan alam lingkungannya.

Kata Kunci : Catur Paramitha, Remaja, Kehidupan Beragama

ABSTRACT
Humans are the most perfect creatures of God's creation compared to other God's
creations, with Sabda, Bayu and Idep (can say, do/act and think), humans will be able to
live their lives properly in accordance with the teachings of the religion they profess.
However, there are still frequent deviant behavior from good habits and eventually lead to
crimes that affect the community's challenges. Therefore, it is necessary to instill a strong
religious spirit to be able to become teenagers who have good morals. The religious
understanding of Hindu youth needs to be emphasized on the teachings of catur paramitha,
namely the four virtuous attitudes of behavior (maitri, karuna, mudita and upeksa). A

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 60
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

comprehensive understanding of this teaching has an impact on the creation of a


harmonious life between humans and God, fellow humans, and between humans and their
natural environment.
Kata Kunci : Catur Paramitha, of youth, Religion life

I. Pendahuluan Apan iking dadi wwang, uttamajuga ya,


Perkembangan ilmu pengetahuan nimittaning mangkana wenang ya tumulung
dan teknologi yang begitu pesat awaknya sangkeng sangsara,
menyebabkan timbulnya perubahan pada makasadhanang subhakarma, hinganing
setiap segi kehidupan. Salah satu perubahan kottamaning dadi wwang ika. (Sloka 3).
yang dapat rasakan adalah perubahan sikap
dan perilaku baik pada kalangan orang tua, Matangnyan haywa juga wwang
remaja hingga anak-anak. Dampak nyata manastapa, an tan paribhawa, si
yang sering dijumpai yaitu mulai lunturnya dadiwwang tan pwa kagongakena ri ambek
sikap hormat antara anak dengan orang tua, apayapan paramadurlbha iking si
antara siswa dengan gurunya, maupun janmamanusa ngaran ya, yadyapi
antara remaja dengan kelompok remaja candalayoni tuwi. (Sloka 4).
lainnya. Dalam kehidupan sebagai manusia,
semestinya mampu mengendalikan diri Terjemahan:
dalam segala perilaku. Tidak ada Menjelma menjadi manusia itu sungguh-
seorangpun yang boleh berbuat sekehendak sungguh utama; sebabnya demikian, karena
hatinya, karena dalam pergaulan di ia dapat menolong dirinya dari keadaan
masyarakat manusia harus mampu sengsara (lahir dan mati berulang-ulang)
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. dengan jalan berbuat baik; demikianlah
Kelahiran menjadi manusia adalah keuntungannya dapat menjelma menjadi
kesempatan untuk berbuat baik berdasarkan manusia.
atas kepercayaan terhadap Kemahaesaan
Tuhan. Kitab Suci Sarasamuccaya Sloka 4 Oleh karena itu janganlah sekali-kali kita
dan 3, menyebutkan sebagai berikut : bersedih hati sekalipun kehidupan kita tidak
makmur, dilahirkan menjadi manusia itu
hendaklah menjadikan kamu berbesar hati,

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 61
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

sebab amat sukar untuk dapat dilahirkan Ajaran Agama Hindu untuk mencapai
menjadi manusia, meskipun kelahiran hina tujuan hidupnya yang disebut dengan
sekalipun, (Kajeng, 2010). Moksartham Jagathita Ya Caiti Dharma.
Moksa merupakan kebahagiaan dan
Kedua kutipan sloka di atas,
kebebasan yang abadi, sebagai akibat dari
memberikan pengertian yang sangat dalam,
usaha seseorang yang senantiasa
yang harus dipahami oleh manusia bahwa
mempelajari, menghayati dan
menjelma sebagai manusia itu bukan suatu
mengamalkan ajaran agama Hindu dalam
yang sia-sia. Karena sungguh-sungguh
kehidupan sehari-hari. Salah satu dari ajaran
utama lahir sebagai manusia, karena hanya
agama Hindu yang dapat dijadikan sebagai
manusialah yang dapat menolong dirinya
pedoman untuk mencapai tujuan hidup
sendiri dari keadaan yang tidak baik
adalah Ajaran Catur Paramitha, yang
menjadi yang lebih baik.
berarti empat macam perilaku yang berbudi
Manusia merupakan mahluk ciptaan
luhur yang dapat menolong manusia untuk
Tuhan yang paling sempurna dibandingkan
mencapai tujuan hidupnya. Catur
dengan ciptaan Tuhan yang lainnya.
Paramitha merupakan bagian dari ajaran
Dengan kemampuan Tri Pramana yaitu
susila yang merupakan alat atau sarana dari
Sabda, Bayu dan Idep (dapat berkata,
manusia untuk dapat menciptakan
berbuat/beraktivitas dan berpikir). Manusia
hubungan yang harmonis, saling pengertian
dapat berbuat yang paling baik dan paling
antara manusia yang satu dengan manusia
buruk sekalipun. Karena itu perlu ada
yang lainnya, dalam usahanya untuk
pembinaan-pembinaan antara lain
mencapai tujuan hidup Moksartham
pembinaan dibidang keagamaan. Semua
Jagadhita yaitu kebahagiaan di dunia dan
gerak-gerik, motivasi, keinginan seluruh
kebahagiaan di akhirat, (Oka, 2009).
manusia bersumber dari “pikiran”. Dengan
Dalam hal ini berarti setiap orang
pikiran yang baik, timbulah perkataan yang
patut memahami dan
baik dan dari perkataan yang
mengimplementasikan keempat bagian dari
menyenangkan terjadilah sikap dan
ajaran susila tersebut. Dalam Kitab
perbuatan yang baik, (Rakamas, 2003).
Sarasamuccaya disebutkan :
Manusia dapat menjalani
kehidupannya dengan berpedoman pada

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 62
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

Prawrtti rahayu kita sadhana ning harmonis. Namun pada realitanya kerap kali
rumaksang dharma, Hyang aji, jnanam perselisihan, perkelahian antar remaja dan
pageh ekatana sadhana ri karaksanira, kelompok remaja lainnya.
Kunang ikang rupa,siradin pangraksa irika, Orang tua generasi terdahulu
Yapwan kasujaman, kasusilan sadhananing mengungkapkan bahwa sopan santun atau
rumaksa ika. etika anak-anak zaman dulu dengan
sekarang sangat jauh berbeda. Para murid
Terjemahannya: atau siswa zaman dulu akan turun dari
Tingkah laku yang baik merupakan alat sepedanya untuk mengucapkan salam
untuk menjaga dharma, akan sastra suci kepada gurunya bila bertemu di jalan.
(ilmu pengetahuan), pikiran yang teguh dan Anak-anak zaman dulu sangat sopan dan
bulat saja merupakan upaya untuk hormat kepada orang tuanya. Tetapi anak-
menjunjungnya, adapun keindahan paras anak zaman sekarang malah bertengkar
adalah kebersihan pemeliharaannya itu, dengan orang tuanya seraya membentak-
mengenai kelahiran mulia, maka budi bentak.
pekerti susila yang menegakannya, (Kajeng, Berkaitan dengan hal tersebut
2010). Hembing (dalam Donder, 2004)
menguraikan bahwa perilaku remaja yang
Demikianlah ajaran Catur
“keluar jalur” menyimpang dari kebiasaan
Paramitha patut direalisasikan dalam hidup
yang baik dan akhirnya menjurus kepada
dan kehidupan ini. Dengan demikian
kejahatan, kemungkinan besar dipengaruhi
diantara sesama makhluk ciptaan Tuhan
oleh perkembangan kota-kota dengan
hendaknya dapat hidup berdampingan
kompleksitas fungsinya yang tidak lagi
serasi, selaras, harmonis damai dan
hanya mempunyai fungsi administrasi dan
sejahtera. Pengertian dari Catur Paramitha
komersial, melainkan tumbuh sebagai
tersebut apabila dihubungkan dengan
simpul interaksi sosial yang mempengaruhi
perilaku remaja dewasa ini dengan berbagai
sistem nilai dan norma serta perilaku
macam bentuk organisasi kepemudaan yang
remaja. Tentunya hal ini juga didukung oleh
diikutinya, semua bertujuan untuk dapat
merosotnya iman para remaja. Untuk
menjalin persahabatan antar remaja agar
menghadapi fenomena tersebut, pendidikan
terwujudnya kehidupan yang damai dan
agama adalah unsur terpenting dalam

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 63
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

pendidikan moral dan pembangunan II. Pembahasan


mental. Oleh karena itu, pendidikan agama 1. Ajaran Catur Paramitha
harus dilaksanakan secara intensif baik di Catur Paramitha berasal dari
rumah tangga, di sekolah dan di masyarakat. Bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata
Sebab pendidikan moral perilaku tidak Catur dan Paramitha. Kata Catur artinya
terlepas dari pendidikan agama dan empat dan Paramitha artinya perwujudan
keduanya harus sama-sama dilaksanankan budhi pekerti yang luhur, Paramitha juga
dalam praktek hidup pergaulan sehari-hari. dapat diartikan sebagai sifat dan sikap
Hindu mempunyai ajaran yang utama. Oleh karena itu Catur Paramitha
sangat mulia dalam menuntun umatnya dapat diartikan sebagai empat macam sifat
untuk berperilaku yang baik dalam dan sikap utama yang patut dijadikan
pergaulan kehidupan sehari-hari, yang landasan bersusila. Catur Paramitha juga
disebut Catur Paramitha. Ajaran ini sudah bisa diartikan sebagai empat bentuk budi
mulai terlupakan oleh generasi muda, dan luhur dalam diri manusia atau empat sifat-
hanya beberapa generasi muda yang sifat Ketuhanan yang ada di dalam pikiran,
memaknai dengan baik ajaran ini sebagai ucapan dan badan manusia.
pedoman dalam pergaulan kehidupan Kata Paramitha dalam pustaka-
sehari-hari, baik antara sesama teman, pustaka suci disamakan dengan Brahma
maupun dengan orang tua dan orang-orang Wihara yang berarti tempat Brahman/stana
disekitarnya. Pentingnya penerapan ajaran Sang Hyang Widhi. Jadi Catur Paramitha
Catur Paramitha, empat sikap perilaku adalah empat perwujudan budhi pekerti
yang berbudi luhur (maitri, karuna, mudita yang luhur yang merupakan tuntunan hidup
dan upeksa), merupakan salah satu landasan yang sangat mulia untuk menuju ke tempat
atau pedoman untuk melaksanakan ajaran Brahman/Sang Hyang Widhi Wasa, (Oka,
susila atau etika dalam pergaulan sehari- 2009).
hari baik di sekolah, di rumah maupun di Hal ini menunjukan bahwa setiap
masyarakat. Oleh karena itu penulis merasa orang patut mendekatkan diri dengan empat
penting untuk mengkaji lebih mendalam sifat-sifat Tuhan itu seperti pengasih,
tentang realisasi dari konsep Catur penyayang, pelindung, pengampun dan lain
Paramitha di kalangan Remaja. sejenisnya. Sifat-sifat itu kemudian dalam

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 64
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

kehidupan sehari-hari dapat diamalkan pribadinya. 2) Karuna artinya belas


terhadap semua mahluk ciptaan Tuhan. kasihan, maksudnya selalu memupuk rasa
Catur Paramitha itu adalah empat kasih sayang terhadap semua mahluk. 3)
bentuk budhi luhur, yang merupakan ukuran Mudita artinya selalu memperlihatkan
untuk menilai seseorang dan juga untuk wajah riang gembira dan sopan. 4) Upeksa
menilai diri sendiri apakah kita sudah artinya tidak mudah tersinggung selalu
berperilaku yang sesuai dengan ajaran berusaha membalas kejahatan dengan
agama. Ajaran Catur Paramitha merupakan kebaikan dan suka memaafkan (Tim, 2007).
ajaran moral dan keimanan yang sangat Catur paramitha adalah merupakan
penting. Maka perlu di hayati dan amalkan landasan dalam dan dapt dijadikan dasar
dengan baik dalam kehidupan kita sehari- dalam menerapkan ajaran tat twam
hari, dengan jalan berbuat baik kepada asisebagai ajaran yang memiliki filosofi
sesama ciptaan Tuhan untuk mencapai yang mulia, dan dalam penerapannya
kehidupan aman, damai dan sejahtera. mengandung suatu kebijaksanaan tinggi,
Manusia sebagai mahluk sosial yang tidak yang bertujuan untuk mengakrabkan
bisa hidup sendiri, harus berdampingan manusia yang satu dengan yang lain dan
dengan sesamanya dengan penuh saling sebagai bentuk menerapkan prinsip
pengertian, dan merasakan penderitaan pawongan pada suatu masyarakat atau
serta kebahagiaan orang lain seperti diri kita bangsa.
sendiri. Ajaran tat twam asi ini dapat
Ajaran Catur Paramitha diimplementasikan dengan menunjukan
sesungguhnya adalah merupakan salah satu sikap dan prilaku lemah lembut (maitri),
dari landasan atau pedoman untuk Belas Kasih (karuna), Menyenangkan
melaksanakan ajaran susila atau etika dalam Orang Lain (mudita) dan Menghargai orang
ajaran agama Hindu. Adapun bagian-bagian lain (upeksa). Adapun bagian-bagian dari
dari ajaran catur paramitha tersebut adalah : Catur Paramitha dapat dijelaskan sebagai
1) Maitri artinya senang mencari kawan dan berikut:
bergaul, yakni tahu menempatkan diri a. Maitri
dalam masyarakat, ramah tamah, serta Maitri berarti melaksanakan
menarik hati segala perilakunya sehingga perbuatan baik dengan sesama mahluk
menyenangkan hati orang lain dan diri Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa)

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 65
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

yang didasari dengan kehendak yang yang merupakan dari satu sumber yaitu
baik seperti persahabatan, persaudaraan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Manusia
antara sesama mahluk karena manusia dalam hidupnya tidak akan mampu hidup
itu mampu untuk melaksanakan sendiri, karena mahluk hidup itu saling
perbuatan itu, dengan penjelmaannya ketergantungan dengan yang lainnya,
menjadi manusia yang tergolong utama. seperti saling tolong menolong dengan
Sifat luhur atau sifat KeTuhanan yang lainnya.
Maitri (Sansekerta), Metta (Pali)
merupakan sesuatu yang dapat b. Karuna.
menghaluskan hati seseorang, atau rasa Karuna adalah perasaan belas
persahabatan sejati. Metta dapat kasihan akan penderitaan mahluk
dirumuskan sebagai sebuah keinginan lain/sesama dan ikut mau menolong
akan kebahagiaan terhadap semua untuk meringankan beban dan
makhluk tanpa kecuali. Metta juga sering penderitaan. Contoh karuna dapat
dikatakan sebagai niat suci yang diambil dari cerita Ramayana, ketika
mengharapkan kesejahteraan dan Jatayu yang berupa Burung Garuda
kebahagiaan seluruh mahluk. datang menolong Dewi Sita dari
Manusia harus menjalin cengkraman Prabu Rahwana. Dewi Sita
persahabatan dengan penuh saling menjerit meminta tolong. Jatayu
pengertian antara sesama mahluk yang mendengar jeritan itu, tanpa berpikir
lain, manusia dengan manusia yang panjang segera menolong Dewi Sita.
lainnya tanpa kecuali dari yang paling Jatayu tergolong Dwi Pramana
akrab sampai kepada yang tidak mempunyai sabda dan bayu, dapat
disenangi, ditakuti dan dari yang terkecil melaksanakannya apalagi manusia yang
sampai pada yang tertua. Hal ini dimulai dianugrahi kemampuan yang sempurna
dari yang terdekat Ayah, Ibu, Saudara dibandingkan mahluk ciptaan Tuhan
sampai dengan yang lainnya, yang yang lainnya. Tentunya lebih baik dari
berada di luar keluarga, dalam pemahaman, pengkajian dan
masyarakat, bangsa dan negara. Serta pengamalan sifat Karuna itu dengan rasa
dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan. kasih sayangnya untuk meringankan
Kesemuanya itu merupakan saudara penderitaan mahluk yang lain. Jadi sifat

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 66
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

Karuna itu perlu terus ditumbuh Upeksa artinya keadaan bhatin


kembangkan dalam diri untuk mencapai seseorang yang tidak dapat dipengaruhi
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di oleh benda-benda lahiriah atau dengan
alam semesta ini. kata lain, oleh Upeksa keadaan dirinya
tidak dapat diperbudak oleh dorongan
c. Mudita nafsu jahat. Orang yang tidak dapat
Mudita artinya gembira, merasa dipengaruhi oleh benda-benda lahiriah,
ikut berbahagia atas kebahagiaan orang tidak akan serakah, tidak akan gusar
lain/sesama. Sikap seorang Mudita marah kalau kekurangan benda lahir itu.
mempunyai rasa yang begitu peka atas Bhatin seorang Upeksa akan seimbang
kejadian baik maupun yang tidak baik, artinya mereka selalu tenang dalam
selalu menyenangkan hati orang lain, menghadapi sukha dan dukha dalam
roman muka cerah, menaruh hati kehidupan ini. Hal ini berarti bila
simpati, gembira dan tidak pernah menemukan kesenangan tidak terlalu
dikotori oleh sifat irihati. Begitu pula berbangga/gembira dan apabila
sebaliknya bila ada orang berbahagia menghadapi kesulitan tidak terlalu gusar.
atas suatu keberhasilan, seorang Mudita Kehidupan seorang Upeksa
akan ikut pula merasakannya. Karena adalah menerapkan hidup sederhana,
sikap dan tutur kata orang yang Mudita hidup bersahaja artinya hidup yang tidak
akan selalu membuat orang lain senang, diperbudak oleh panca indria. Selain itu
mereka tidak iri melihat orang lain orang hidup bersahaja akan dapat
bahagia karena hal tersebut menghargai pendapat dan usaha orang
menyebabkan tidak menyenangkan. lain. Mereka tidak akan menghina,
Demikianlah budhi Mudita yang merendahkan martabat orang dan akan
menyebabkan orang lain senang dan hal senantiasa mengucapkan salam dan
yang bertentangan dengan itu harus kita angayu bagia atas keberhasilan dan
kendalikan demi terwujudnya kehidupan kebahagiaan orang dan akan memuji
yang damai tentram dan sejahtera. pendapat orang yang baik. Orang Upeksa
akan selalu mengamalkan ajaran Tri
d. Upeksa Kaya Parisudha dalam hidupnya yaitu:
berbuat yang baik dan benar (Kayika

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 67
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

Parisudha), Berbicara yang baik dan hidup dan penghidupan serta merupakan
benar (Wacika Parisudha), dan berpikir alat pengembangan dan pengenalan diri
yang baik dan benar (Manacika yang sangat penting. Oleh karena itu Agama
Parisudha). Jadi dengan diketahui, dipahami, diyakini dan diresapi
melaksanakan/mengamalkan Ajaran Tri oleh remaja dalam kehidupan beragama dan
Kaya Parisudha, di dalam kehidupan bermasyarakat. Disamping itu juga agama
sehari-hari, maka keseimbangan, mengatur hubungan manusia dengan Tuhan
keselarasan dan keharmonisan dalam (Sang Hyang Widhi wasa), hubungan
hidup. manusia dengan manusia, hubungan
Upeksa merupakan prilaku manusia dengan alam dan hubungan
manusia yang selalu mengutamakan sifat manusia dengan dirinya, (Tri Hita Karana)
mengalah demi kebaikan dan kebenaran, yang menjamin keselarasan dan
walaupun terkadang terdapat ungkapan keseimbangan dalam hidupnya baik sebagai
perilaku orang lain yang dapat pribadi maupun sebagai anggota
menyinggung perasaan namun tetap masyarakat dalam mencapai kemajuan lahir
tenang dan terus berusaha selalu maupun bhatin. Agama sebagai dasar atau
membalas kejahatan dengan kebaikan. tata nilai yang merupakan penentu dalam
Upeksa juga dapat dimaksudkan sebagai pembangunan dan pembinaan rasa
sikap yang tahu mawas diri. Upeksa kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sikap luhur ditunjukkan dengan selalu Kehidupan Beragama di Indonesia
berempati atau menghargai keadaan tercermin pada eksistensi dari Enam Agama
orang lain. besar yaitu: Islam, Kristen Protestan,
Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu yang
2. Remaja Hindu Dalam Kehidupan masing-masing mempunyai Organisasi dan
Beragama Lembaga Keagamaan diseluruh Indonesia.
Sikap dan perilaku remaja, Tata Organisasi dan tradisi pelembagaan
mempunyai peranan yang sangat penting sangat besar bagi pembinaan mental dan
dalam kehidupan beragama, karena agama spiritual masyarakat dan bangsa. Dalam
merupakan pedoman, bimbingan, dalam diri kehidupan beragama dilandasi oleh dasar
remaja untuk mencapai kualitas hidup yang hukum yaitu UUD 1945 Pasal 29 Ayat 1 dan
lebih baik. Agama memberikan motivasi 2. Penjelasannya antara lain berbunyi

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 68
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Gambaran remaja tentang Tuhan dengan
Maha Esa, dan Negara menjamin tiap-tiap sifat-sifatnya merupakan bagian dari
penduduk untuk memeluk agamanya gambarannya terhadap alam dan
masing-masing serta beribadah menurut lingkungannya serta dipengaruhi oleh
agama dan kepercayaannya itu. perasaan dan sifat-sifat remaja itu sendiri.
Negara tidak hanya melindungi dan Keyakinan remaja dalam beragama
memberikan kebebasan tetapi juga merupakan interaksinya dengan
memberikan bantuan dan dorongan kepada lingkungan, misalnya kepercayaan remaja
pemeluk agama untuk menghayati ajaran akan kekuatan Tuhan, akan menyebabkan
agamanya masing-masing. Dalam melimpahkan tanggung jawab atas segala
pembinaan kehidupan umat beragama, persoalan pada Tuhan, termasuk persoalan
sikap dan perilaku remaja memegang pada masyarakat yang tidak menyenangkan
peranan yang sangat penting, karena misalnya: kekacauan, ketidak adilan,
kehidupan remaja kerapkali diwarnai corak penyelewengan dan sebagainya yang ada
kehidupan seperti: penipuan, pemerkosaan, dalam masyarakat.
menggunakan obat-obat terlarang dan Jika remaja melihat keindahan alam
sebagainya. Hal semacam ini sudah jelas dengan keharmonisan segala sesuatu
bertentangan dengan ajaran kesusilaan. disamping kehidupan keluarga dengan
Keadaan seperti inilah sangat memerlukan lingkungan yang serasi aman dan tentram,
agama sebagai pegangan atau kekuatan luar maka bertambahlah nilai keagamaan dan
yang dapat membantu mereka untuk keyakinan kepada Tuhan sebagai pencipta
mengatasi dorongan-dorongan dan alam semesta, dengan segala keindahan dan
keinginan baru yang belum pernah mereka keserasiannya itu. Apabila membicarakan
kenal sebelumnya. Keinginan-keinginan kegoncangan manusia pada usia remaja,
dan dorongan-dorongan itu seringkali perlu juga meninjau akibatnya terhadap
bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut keyakinan agamanya. Seorang remaja yang
oleh para orang tua atau lingkungan dimana sangat kecewa dalam hidupnya dapat saja
mereka berada. menentang Tuhan, karena merasa dirinya
Pemahaman remaja tentang pokok- ditinggal dalam menghadapi kesukaran
pokok ajaran agama dipengaruhi oleh didalam hidupnya. Kekecewaan remaja
pikiran yang sedang mereka lalui. tidak hanya terjadi karena masalah-masalah

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 69
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

pribadinya akan tetapi banyak pula menerus, proses yang mendahului pikiran
berhubungan dengan lingkungan dimana dan diri. Berdasarkan pendapat yang telah
dia berada terutama tampak adannya diuraikan tersebut dapat disimpulkan bahwa
perbedaan/pertentangan adannya nilai-nilai masyarakat/kumpulan individu yang satu
agama yang mereka pelajari dengan dengan individu yang lainnya, antara
kelakuan orang dalam masyarakat, terutama individu dengan kelompok dan antara
orang-orang yang dianggapnya harus kelompok dengan kelompok yang lainnya.
menjalankan agama itu, misalnya orang Masyarakat itu terdiri dari beberapa
tuanya sendiri, guru-guru para pemimpin individu seperti anak-anak, remaja, orang
umat dan lain sebagainya. dewasa dan orang tua kesemuanya ini
Untuk menghindari sikap dan mewarnai corak kehidupan masyarakat.
perilaku remaja yang melanggar norma- Dari sekian banyak individu yang paling
norma kesusilaan maka remaja perlu banyak mewarnai corak kehidupan dan
dibekali dengan pengetahuan agama, guna yang paling menonjol adalah para remaja.
dapat mengendalikan diri dari pengaruh Remaja itu merupakan fase peralihan dari
yang bersifat negatif seperti masa anak-anak menjadi dewasa. Dalam
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan fase ini banyak mengalami perubahan
sejenisnya. Upaya tersebut sekaligus seperti perubahan jasmaniah, perubahan
merupakan modal dalam meningkatkan mental, perubahan dalam hubungannya
pendidikan dan kepribadian luhur serta dengan orang tua, dengan teman-temannya
mendorong kehidupan beragama yang lebih dan pandangannya dengan dunia luar
mantap termasuk perubahan dalam hubungannya
dengan lingkungan sekolah, hal-hal seperti
3. Remaja Hindu Dalam Kehidupan inilah yang menyebabkan timbulnya
Bermasyarakat gejolak moralitas remaja, (Darajat, 1985).
Masyarakat adalah suatu kelompok Tingkah laku para remaja, akan
manusia yang telah lama hidup dan bekerja terlihat sikap dan perilakunya yang
bersama-sama, teroganisasi dan merasakan beraneka ragam. Pada anak sekolah tingkah
diri mereka sebagai suatu kesatuan. lakunya sesuai dengan peraturan yang
Menurut Mead (dalam Ratna, 2010), berlaku apa yang boleh dan yang tidak boleh
masyarakat adalah proses sosial secara terus dilakukan. Perbuatan ini dikaitkan dengan

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 70
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

ancaman, sangsi atau hukuman terhadap nantinya karena hal ini sangat dibutuhkan
pelanggaran yang dilakukan. Pada anak untuk proses sosialisasi yang baik. Pada
yang meningkat dewasa, ada keinginan remaja penilaian dari kelompok lebih
untuk menjalankan peraturan yang berlaku dipentingkan dibandingkan dengan
dalam kelompok sebayanya atau penilaian orang tua. Disinilah mulai timbul
masyarakat sekitarnya. Remaja dalam pertentangan antara orang tua dan anak
perkembangan moralnya memerlukan remaja. Banyak remaja yang kecewa pada
adannya tingkat perkembangan intelek orang tuanya, karena suatu alasan tidak
tertentu. dapat meluangkan waktu sedikitpun, tetapi
Perkembangan moral itu erat dengan memasuki kehidupan sosial yang
kaitannya dengan proses kemampuan yang dalam perkembangannya untuk
sangat menentukan peran dalam pergaulan. memperoleh sikap hubungan yang lebih
Perannya ini memungkinkan individu dewasa, memperoleh sikap yang lebih
menilai berbagai situasi sosial dari berbagai bertanggung jawab, dengan memiliki
sudut pandang. Salah satu syarat untuk norma-norma bhatin sebagai pedoman
menjalankan suatu peran adalah tingkah laku dalam kehidupan
kesempatan berpartisipasi dengan suatu bermasyarakat, dan memperoleh kecakapan
kelompok. Partisipasi itu tergantung dari pengertian intelektual yang dibutuhkan
kesempatan pergaulan dalam kelompok sebagai warga negara yang baik.
tertentu. Dalam beberapa kelompok dimana Pengaruh pada pembentukan sikap
individu menjalankan peran sosial seperti religius, Lembaga Rumah Tangga,
kelompok keluarga dimana anak sebagai Lembaga Negara, Lembaga Pendidikan
anggota keluarga harus menjalankan peran yang semuanya itu banyak sikap dan
sosial sebagai anak terhadap orang tua dan perilaku remaja sangat dipengaruhi oleh
sesama saudara, kelompok teman sebaya faktor perkembangan oleh orang itu sendiri
disini ia harus menjalankan peran sosialnya seperti Lembaga Keagamaan, sedikit
sebagai salah satu anggota kelompok. tidaknya membawa pengaruh terhadap
Kehidupan kelompok sangat penting pembentukan sikap. Lembaga Rumah
pada masa remaja. Mereka mencari bantuan Tangga yang teratur dan hidup berdisiplin
emosional didalam kelompok teman akan besar pengaruhnya terhadap
belajar, penyesuaian diri dalam masyarakat pembentukan sikap putra putrinya untuk

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 71
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

berdisiplin. Rumah tangga yang bebas, sifat dan perilakunya menjadi buruk. Pada
demokratis, rumah tangga yang ketat dan usia remaja orang sering bertindak ngawur
otoriter akan membawa dampak tersendiri hanya ingin menarik perhatian orang lain
bagi anak-anaknya. Sikap remaja akan dan memperoleh penghargaan, sanjungan
terbentuk pula melalui pola sistem sosial, dan lain sebagainya.
sistem organisasi, sistem kepemimpinan,
sistem kerja dan lain sebagainya, (Darajat, 4. Pembentukan sikap perilaku remaja
1985). Hindu
Berdasarkan beberapa uraian di atas, Sejak awal abad 20 pedoman
yang memaparkan tentang perilaku remaja pengasuhan anak menekankan pada
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti penanaman nilai-nilai moral, moralitas
dirinya sendiri, keluarganya, menjadi titik pusat sosialisasi anak. Di Bali
lingkungannya, dan pendidikannya. Orang banyak “sesuluh” atau ungkapan yang
tua sering menyebutkan bahwa masa remaja mengingatkan pada nilai-nilai moral yang
adalah masa penuh semangat, penuh menjadi pedoman berperilaku, juga
kegairahan, penuh keceriaan, penuh merupakan peringatan untuk selalu
kegembiraan serta penuh dengan kegiatan berperilaku “lurus” sesuai dengan norma
belajar karena pada usia remaja otaknya dan moralitas. Seperti misalnya sebuah
akan lebih mampu menangkap pelajaran, pedoman untuk pengasuhan anak yaitu: a)
ibaratnya ilalang muda yang sedang tajam- Bayi baru lahir sampai usia 105 hari (tiga
tajamnya. bulan kalender bali) mendapat pengasuhan
Masa muda penuh dengan angan- atau diperlakukan seperti Dewa. Dia
angan, cita-cita sehingga orang pada usia mampu merasakan, melihat dan mendengar
remaja tidak mempunyai ketetapan hati, melebihi panca indra biasa, sehingga bayi
pendeknya gampang berubah, gampang lebih banyak mendapatkan pujian dengan
dipengaruhi oleh teman-temannya. Apabila serangkaian ritual agama. b) Bayi sampai
remaja bergaul dengan teman-temannya usia sekolah (5-6 tahun) diasuh seperti anak
yang baik maka sikap dan perilakunya raja. Pada usia ini diberikan pelayanan yang
menjadi lebih baik. Akan tetapi bila pada optimal untuk memenuhi kebutuhan pisik
usia remaja seseorang bergaul dengan dan psikis anak. Mulai dikenalkan cara
orang-orang yang tidak baik maka sikap, bersembahyang diiringi dengan doa yang

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 72
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

mudah dimengerti anak. c) Anak usia sebagai sahabat, kalau kita hendak
sekolah sampai pra-remaja (7-15 tahun), menunjukkan kesalahan, harus hati-hati
anak diasuh atau diperlakukan seperti sekali.Jika ia sendiri sudah beranak, diamat-
pelayan. Anak dididik dan dilatih mengenal amati saja tingkah lakunya; kalau hendak
dunia kerja yang dimulai dari lingkungan memberi pelajaran kepadanya, cukup
rumah. Pada usia ini anak-anak di rumah, di dengan gerak dan alamat, (Nitisastra, IV,
sekolah maupun di lingkungan masyarakat 20).
dilibatkan turut serta aktif membantu
kegiatan sosial atau ritual agama Sloka diatas menegaskan tentang
disesuaikan dengan kemampuan kapasitas pengasuhan terhadap anak-anak itu
anak. d) Anak usia dewasa (16-17 tahun memperhatikan keadaan, perkembanagan
keatas) pada usia ini anak diperlakukan anak itu sendiri karenanya sistem
seperti teman atau sahabat, (Suwasthi & pembinaannya diatur sesuai dengan
Suastawa, 2008). tingkatan umur mereka. Terkait dengan
Terkait dengan pedoman perkembangan para remaja, seseorang
pengasuhan anak di atas, berikut sloka hendaknya diperlakukan sebagai sahabat.
Nitisastra menyebutkan : Perlakuan ini dilakukan sebagai upaya
Tingkahning sutacasanekja kadi raja tanaya untuk menciptakan suasana saling terbuka
ri sedeng limang tahun, saptang wara hulum antara orang tua dan anak. Perlakuan anak
sapuluhning tahun ika wuruken ring aksara, remaja sebagai seorang sahabat
yapwan sedaca warsa mitra tinahataha denta dimaksudkan, bahwa seorang anak remaja
midana yan wus putra suputra tinghalana dipandang akan memasuki tingkat yang
solahika wuruken ing nayenggita. lebih dewasa, baik secara fisik maupun cara
berpikirnya sehinga permasalahan-
Terjemahannya: permasalahan yang dihadapi keluarganya,
Anak yang sedang berumur lima tahun, sudah barang tentu ikut menjadi bebannya,
hendaknya diperlakukan sebagai anak raja, bahkan mungkin ia akan akan berinisiatif
jika sudah berumur tujuh tahun, dilatih menyumbangkan buah pikiranya dalam
supaya suka menurut. Jika sudah berumur menemukan solusi dari suatu permasalahan.
sepuluh tahun , dipelajari membaca, jika
sudah enam belas tahun diperlakukan III. Penutup

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 73
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

Agama mempunyai ajaran yang individu menjalankan peran sosial seperti


sangat mulia dalam menuntun umatnya kelompok keluarga dimana anak sebagai
untuk berperilaku yang baik dalam anggota keluarga harus menjalankan peran
pergaulan kehidupan sehari-hari. Dalam sosial sebagai anak terhadap orang tua dan
ajarana gama hindu dikenal dengan konsep sesama saudara, kelompok teman sebaya
Catur Paramitha, yaitu empat sikap disini ia harus menjalankan peran sosialnya
perilaku yang berbudi luhur (maitri, karuna, sebagai salah satu anggota kelompok.
mudita dan upeksa). Catur Paramitha Pengasuhan terhadap anak-anak
merupakan salah satu landasan atau memperhatikan keadaan, karenanya sistem
pedoman untuk melaksanakan ajaran susila pembinaannya diatur sesuai dengan
atau etika dalam pergaulan sehari-hari baik tingkatan umur mereka. Terkait dengan
di sekolah, di rumah maupun di masyarakat. perkembangan para remaja, seseorang
Pemahaman remaja tentang pokok- hendaknya diperlakukan sebagai sahabat.
pokok ajaran agama dipengaruhi oleh Perlakuan ini dilakukan sebagai upaya
pikiran yang sedang mereka lalui. untuk menciptakan suasana saling terbuka
Gambaran remaja tentang Tuhan dengan antara orang tua dan anak.
sifat-sifatnya merupakan bagian dari
gambarannya terhadap alam dan Daftar Pustaka
lingkungannya serta dipengaruhi oleh Darajat, Z. (1985). Kesehatan Mental.
perasaan dan sifat-sifat remaja itu sendiri. Gunung Agun.
Perkembangan moral itu erat Donder, I. K. (2004). Sisya Sista, Pedoman
kaitannya dengan proses kemampuan yang Praktis Menjadi Siswa Mulia. Pustaka
sangat menentukan peran dalam pergaulan. Bali Post.
Perannya ini memungkinkan individu Kajeng, I. N. D. (2010). Sarasamuccaya.
menilai berbagai situasi sosial dari berbagai Paramita.
sudut pandang. Salah satu syarat untuk Oka, I. P. G. N. J. (2009). Sanatana Hindu
menjalankan suatu peran adalah Dharma. Widya Dharma.
kesempatan berpartisipasi dengan suatu Rakamas, A. . G. (2003). Membangun
kelompok. Partisipasi itu tergantung dari Masyarakat Berkualitas Melalui
kesempatan pergaulan dalam kelompok Kepedulian Pada Tata Susila dan
tertentu. Dalam beberapa kelompok dimana Budhi Pekerti Hindu (sebuah study

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 74
Desak Made Suartini p-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah e-ISSN 2614-1744

dalam rangka mengantisipasi pasca


bom di objek wisata legian kuta
Denpasar-Bali). Paramita.
Ratna, I. N. K. (2010). Metodologi
Penelitian (Kajian Budaya dan Ilmu
Sosial Humaniora pada umumnya).
Pustaka Pelajar.
Suwasthi & Suastawa. (2008). Psikologi
Agama Seimbangkan Pikiran, Jiwa
dan Raga. Widya Dharma.

Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu. Vol. 12. No. 2. Oktober 2021 75

Anda mungkin juga menyukai