Anda di halaman 1dari 10

TUGAS AGAMA HINDU

IMPLEMENTASI AJARAN CATUR MARGA DALAAM KEHIDUPAN MASYARAKAT MODERN

NAMA KELOMPOK :
• NI KADEK HINI ANUGRAH DEWI (202132121859)

• I DEWA GEDE AGUNG MIARTA (202132121854)


• I MADE POUNTA RADEYA (202132121829)
• IDA BAGUS MADE PRANANDA WIGRAHA (202132121844)
• I GUSTI MADE AGUS SAPUTRA (202132121850)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa /
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat asung kertha wara nugraha-Nya makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Terselesaikannya makalah ini berkat dukungan dan saran dari berbagai pihak. Untuk
itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan pengetahuan maupun sumber yang penulis miliki. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca yang membangun sangat kami harapkan demi terciptanya
hasil yang baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 18 September 2010

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................2
C. TUJUAN...................................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian dan bagian – bagian Catur Marga.......................................1.1
B. Implementasi Catur Marga dalam kehidupan masyarakat modern.....1.2

BAB III : PENUTUP


KESIMPULAN.....................................................................................................2.1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di dalam agama Hindu dikenal adanya berbagai jalan untuk menghubungkan diri
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Jalan atau cara itu bebas dipilih oleh umat-Nya sesuai dengan
sifat dan pembawaannya. Di dalam agama Hindu tidak ada suatu keharusan untuk menempuh
satu-satu jalan, karena semua jalan untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa diturunkan oleh-Nya
untuk memudahkan umat-Nya menuju kepada-Nya. Empat jalan untuk menghubungkan diri,
yang dimaksud adalah menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Usaha untuk
menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa akan berhasil bila didukung dengan
metode, media maupun lokasi spiritual yang kondusif untuk itu, di samping personalitas
pribadi orang yang menghubungkan diri kepada-Nya.

Di zaman kaliyuga ini, masalah personalitas pribadi masih menjadi masalah dalam hal
mendekatkan diri kehadap-Nya. Seperti yang kita ketahui bahwa moralitas manusia cenderung
menurun karena kemajuan zaman dan factor penyebab lainnya. Hal tersebut, sebenarnya bisa
diatasi jika ada kesadaran dari manusia untuk selalu berbuat dengan memperhatikan ajaran
agama. Salah satunya adalah dengan melaksanakan ajaran catur marga untuk menghubungkan
diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1. bagaimanakah pengertian dan bagian – bagian dari catur marga tersebut?
2. Bagaimanakah implementasi dari ajaran catur marga oleh umat hindu dalam
kehidupan sehari-hari ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Dapat mengetahui dan memahami pengertian dari catur marga tersebut.
2. Dapat mengetahui dan memahami bagian-bagian dari ajaran catur marga.
3. Dapat mengetahui dan memahami implementasi dari ajaran catur marga oleh umat
hindu dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian dan bagian – bagian Catur Marga


Catur marga berasal dari dua kata yaitu catur dan marga. Catur berarti empat dan marga
berarti jalan/cara atapun usaha. Jadi catur marga adalah empat jalan atau cara umat Hindu
untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Catur marga juga sering disebut dengan catur marga yoga.
Bagian – bagian Catur Marga yaitu :

1. Bhakti Marga Yoga


Sivananda (1997:129-130) menyatakan bahwa bhakti merupakan kasih sayang yang
mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan jalan kepatuhan atau bhakti.
Bhaktiyoga disenangi oleh sebagian besar umat manusia. Tuhan merupakan
pengejawantahan dari kasih sayang, dan dapat diwujudkan melalui cinta kasih seperti cinta
suami kepada istrinya yang mengelora dan menyerap segalanya.
2. Jnana Marga Yoga
Sivanada (1993:133-134) menyatakan bahwa jñanayoga merupakan jalan pengetahuan.
Moksa (tujuan hidup tertinggi manusia berupa penyatuan dengan Tuhan Yang Maha Esa)
dicapai melalui pengetahuan tentang Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Pelepasan dicapai
melalui realisasi identitas dari roh pribadi dengan roh tertinggi atau Brahman. Penyebab
ikatan dan penderitaan adalah avidya atau ketidaktahuan. Jiwa kecil, karena ketidaktahuan
secara bodoh menggambarkan dirinya terpisah dari Brahman.
3. Karma Marga Yoga
Karmayoga adalah jalan pelayanan tanpa pamrih, yang membawa pencapaian menuju
Tuhan melalui kerja tanpa pamrih. Yoga ini merupakan penolakan terhadap buah perbuatan.
Karmayoga mengajarkan bagaimana bekerja demi untuk kerja itu, yaitu tiadanya
keterikatan. Demikian juga bagaimana menggunakan tenaga untuk keuntungan yang
terbaik. Bagi seorang Karmayogin, kerja adalah pemujaan, sehingga setiap pekerjaan
dialihkan menjadi suatu pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4. Raja Marga
Karmayoga adalah jalan pelayanan tanpa pamrih, yang membawa pencapaian menuju
Tuhan melalui kerja tanpa pamrih. Yoga ini merupakan penolakan terhadap buah perbuatan.
Karmayoga mengajarkan bagaimana bekerja demi untuk kerja itu, yaitu tiadanya
keterikatan. Demikian juga bagaimana menggunakan tenaga untuk keuntungan yang
terbaik. Bagi seorang Karmayogin, kerja adalah pemujaan, sehingga setiap pekerjaan
dialihkan menjadi suatu pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

1.2 Implementasi Ajaran Catur Marga dalam kehidupan masyarakat modern

a) Bhakti Marga Yoga

 Pelaksanaan Tri Sandhya dan Yadnya Sesa

Jalan yang utama untuk memupuk perasaan bakti


ialah rajin menyembah Tuhan dengan hati yang tulus ikhlas dengan melaksanakan
Tri Sandhya yaitu sembahyang tiga kali dalam sehari, pagi, siang, dan sore hari serta
melaksanakan Yadnya Sesa/ngejot setelah selesai memasak.

 Pelaksanaan pada hari-hari Keagamaan

Implementasi bhakti marga yoga juga dapat


dilihat pada hari-hari keagaman hindu, seperti Hari Saraswati, Tumpek Wariga dan
Tumpek Uye. Hari saraswati adalah hari turunnya ilmu pengetahuan dengan memuja
dewi yang dilambangkan sebagai ilmu pengetahuan yaitu Dewi Saraswati.
Sedangkan Tumpek Wariga merupakan upacara untuk menghormati keberadaan
tumbuh-tumbuhan sebagai mahluk hidup didunia atau dikenal dengan istilah
“ngotonin sarwa entik-entikan”. Sementara Tumpek Uye atau Tumpek Kandang
upacara dalam menghormati keberadaan hewan atau binatang yang hidup di dunia
yang sering dikenal dengan istilah “ngotonin sarwa ubuhan”.
b) Jnana Marga Yoga

 Ajaran brahmacari

Pada masa modern ini kita harus tetap belajar dan


menuntut ilmu, Brahmacari adalah mengenai masa menuntut ilmu dengan tulus iklas. tugas
pokok kita pada massa ini adalah belajar dan belajar. Belajar dalam arti luas, yakni belajar
dalam pengertian bukan hanya membaca buku. Tetapi lebih mengacu pada ketulus iklasan
dalam segala hal. Contohnya: rela dan iklas jika dimarahi guru atau orang tua. Guru dan
orang tua, jika memarahi pasti demi kebaikan anak.

 Ajaran Catur Guru


Berhasilnya seseorang menempuh jenjang pendidikan tertentu ( pendidikan tinggi
yang berkualitas) tidak akan mungkin bila kita tidak memiliki rasa bhakti kepada Catur Guru.
Mereka yang melaksanakan ajaran Guru Bhakti sejak dini (anak-anak), mereka pada
umumnya memiliki disiplin diri dan percaya diri yang mantap pula. Dengan disiplin diri dan
percaya diri yang mantap, tidak saja akan sukses dalam bidang akademik, tetapi juga dalam
berbagai aspek kehidupan. Di sinilah kita melihat ajaran Catur Guru Bhakti senantiasa
relevan sepanjang masa, sesuai dengan sifat agama Hindu yang Sanatana Dharma .

c) Karma Marga Yoga

 Ngayah dan Matatulungan


Ngayah merupakan suatu istilah yang ada di bali
yang identik dengan gotong royong. Ngayah ini bisa dilakukan di pura-pura dalam hal
upacara keagamaan, seperti odalan-odalan/karya. Sedangkan matatulungan ini bisa
dilakukan terhadap antar manuasia yang mengadakan upacara keagamaan pula, seperti
upacara pawiwahan, mecaru dan lain sebagainya. Sesuai dengan ajaran karma yoga, maka
hendaknya ngayah atau matatulungan ini dilakukan secara iklas tanpa ada ikatan apapun.
Sehingga apa yang kita lakukan bisa memberikan suari manfaat.

 Ajaran Karmapahala

Karma phala merupakan hasil dari suatu perbuatan yang dilakukan. Kita percaya bahwa
perbuatan yang baik (subha karma) membawa hasil yang baik dan perbuatan yang buruk
(asubha karma) membawa hasil yang buruk. Jadi seseorang yang berbuat baik pasti baik
pula yang akan diterimanya, demikian pula sebaliknya yang berbuat buruk, buruk pula yang
akan diterimanya. Karmaphala memberi keyakinan kepada kita untuk mengarahkan segala
tingkah laku kita agar selalu berdasarkan etika dan cara yang baik guna mencapai cita- cita
yang luhur dan selalu menghindari jalan dan tujuan yang buruk.

d) Raja Marga Yoga


Penerapan raja marga yoga ini antara lain terdapat pada ajaran astangga yoga,
catur brata penyepian.

 Ajaran astangga yoga

Astangga yoga merupakan delapan anggota dari


raja yoga yang terdiri dari Yama, Niyama, Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana,
Dhyana, dan Samadhi adalah delapan anggota (anga) dari Rajayoga iyama membentuk
disiplin etika yang memurnikan hati. Yama terdiri atas, Ahimsa (tanpa kekerasan), Satya
(kejujuran), Brahmacarya (selibat), Asteya (tidak mencuri), dan Aparigraha (tidak
menerima pemberian kemewahan).

 Catur Brata Penyepian


Hari raya nyepi Sesuai dengan hakekat Hari Raya Nyepi di atas maka umat Hindu
wajib melakukan tapa, yoga, dan semadi. Brata tersebut didukung dengan Catur Brata
Nyepi sebagai berikut : (1). Amati Agni, tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan
hawa nafsu, (2). Amati Karya, yaitu tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan
meningkatkan kegiatan menyucikan rohani, (3). Amati Lelungan, yaitu tidak berpergian
melainkan mawas diri, (4). Amati Lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan
melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Brata ini mulai
dilakukan pada saat matahari “Prabata” yaitu fajar menyingsing sampai fajar menyingsing
kembali keesokan harinya (24) jam.
BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

1.1 Catur marga adalah empat jalan atau cara umat Hindu untuk menghormati dan menuju ke
jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Catur marga terdiri dari empat bagian yaitu bhakti marga yoga, jnana marga yoga, karma
marga yoga dan raja marga yoga. Bhakti marga yaitu menghubungkan diri kehadapan
Tuhan dengan jalan cinta kasih, karma marga dengan selalu berbuat yang baik, jnana
marga dengan jalan menuntut ilmu pengetahuan, dan raja marga dengan jalan
melaksanakan ajaran tapa, brata, yoga, semadhi.

1.2 Implementasi ajaran catur marga oleh umat hindu pada masyarakat modern adalah
a. Bhakti marga, pada Pelaksanaan tri sandya dan yadnya sesa, serta Implementasinya
dilihat pada hari-hari keagaman hindu, seperti hari saraswati, tumpek wariga dan tumpek
uye.
b. Jnana marga, implementasinya adalaha pada Ajaran brahmacari , Ajaran aguron-guron
Ajaran catur guru
c. Karma marga , implementasinya pada Ngayah dan Matatulungan, Mekarme sane melah,
dan pada Ajaran Karmapahala.
d. Raja marga, implementasinya pada ajaran astangga yoga dan pada ajaran catur brata
penyepian.

Anda mungkin juga menyukai