Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENERAPAN BUDI PEKERTI


MENURUT AGAMA HINDU

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama


Dosen Pengampu: Ridhwan, MS, MM

Kelompok 4
1. Amelia Azahra P3.73.24.2.21.045
2. Amelia Inayati Hassari P3.73.24.2.21.046
3. Avrilia suselvi P3.73.24.2.21.051
4. Mayang Puspitasari P3.73.24.2.21.065
5. Nur Yuliyana Oktaviani P3.73.24.2.21.069
6. Sadzkia Rahmadhani P3.73.24.2.21.076
7. Sopia theressa P3.73.24.2.21.082

KELAS 2B
PRODI DIII KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
dengan judul “Penerapan Budi Pekerti Menurut Agama Hindu" dapat tersusun sampai dengan
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini dapat memberi
manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 14 Agustus 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN........................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
1.3 Tujuan................................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
A. Penerapan Budi Pekerti Menurut Agama Hindu .................................................................. 3
B. Tujuan Belajar Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti ................................................ 9
BAB III.......................................................................................................................................... 11
PENUTUPAN ............................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian budi pekerti berasal dari dua kata Sansekerta yakni Buddhi dan Krti. Buddhi
artinya budi, pengertian, pendapat, akal kesadaran, persepsi. (Pemda Tk I Bali, 1985/1986 :
265). Krti (kerti) berarti laksana, laku, perilaku. Pekerti artinya perbuatan atau perilaku/laksana
yang disengaja (Pemda Tk I Bali : 136).
Dengan demikian Budhi Pekerti adalah perbuatan atau tingkah laku sengaja dengan sadar yang
dilakukan dilandasi oleh akal sehat dan hati nurani, maka kata budhi pekerti bermakna
perbuatan tingkahlaku yang baik dan benar atau perilaku yang mulia untuk menjaga hubungan
yang harmonis antar sesama umat manusia, Tuhan beserta ciptaan-Nya.
Bila setiap orang dapat membina hubungan yang harmonis dengan Sang Maha Pencipta,
Tuhan Yang Maha Esa dengan mengikuti segenap ajaran-Nya, maka sesungguhnya akan
memancar kasih sayang kepada sesama manusia bahkan kepada segala mahluk hidup
(sarvaprani hitankara).
Setiap ajaran agama termasuk ritual sebagai salah satu perwujudan ajaran agama
mengandung ajaran untuk membina hubungan yang harmonis antara sesama umat manusia,
mahluk hidup dan alam lingkungannya. Pengembangan budhi pekerti adalah usaha untuk
meningkatkan perilaku dalam memperoleh tujuan dari kehidupan yang lebih baik.
Dengan demikian pengembangan budhi pekerti sangatlah penting agar tercapai segala yang
menjadi tujuan dalam hidup ini. Adapun usaha-usaha dalam mencapai kehidupan yang lebih
baik ini, ajaran agama hindu memiliki banyak konsep tentang untuk meningkatkan sraddha dan
bhakti dalam menumbuh kembangkan bhudhi pekerti.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan mengenai budi pekerti dalam agama hindu!


2. Bagaimana penerapan budi pekerti di dalam ajaran agama hindu?

1
3. Jelaskan bagaimana ajaran agama Hindu mengajarkan untuk terciptanya budi pekerti
luhur!
4. Apa tujuan dari belajar pendidikan agama hindu dan budi pekerti?

1.3 Tujuan

Memberikan informasi serta wawasan kepada pembaca mengenai bagaimana penerapan budi
pekerti di dalam ajaran agama hindu sehingga pembaca bisa lebih jauh mengenal dan menjadi
bahan pembelajaran bagi seksama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penerapan Budi Pekerti Menurut Agama Hindu

Kepribadian dan Budi Pekerti merupakan dua buah istilah yang saling
melengkapi. Kepribadian merupakan sifat-sifat atau karakteryang mendasari
atau yang dimiliki oleh pribadi seseorang, sedangkan budhi pekerti adalah
sifat, perbuatan atau tingkah laku seseorang yang dilakukan dan dilaksanakan
dengan kesadaran dalam bertindak. Budi pekerti merupakan bentuk sikap dan
perilakupositif yang dilakukan dan akan membentuk kepribadian dari
seseorang. Tingkah laku manusia dalam berbuat tidaklah terlepas dari adanya
pengaruh intern dan ekstern. Sifat, karakter, pengalaman hidup, orientasi dan
pemahaman nilai merupakan “unsur dalam” yang adadalam diri manusia.
Sedangkan lingkungan yang kondusif, sehat, aktif, positif akan mendukung
tingkah laku seseorang dalam hal-hal yang positif dan tidak terlepas dari nilai-
nilai etika. Budi pekerti yang salah satu unsur didalamnya adalah perilaku sopan
santun atau etika dalam bertingkah laku,merupakan sebuah sikap dan tindakan
yang diperoleh berdasarkan kebiasaan yang dilakukan sejak kecil.
Ajaran agama Hindu mengenal tentang Tri Kerangka Agama Hindu yakni
Tattwa(Filsafat), Etika(Susila) dan Upacara. Walaupun ajaran agama Hindu
terbagi menjadi tiga, tetapi dalam kenyataannya terjalin menjadi satu. Ketiganya
tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang harus dimiliki
dan dilaksanakan umat Hindu. Tattwa berasal dari kata “tat” berarti hakikat,
kebenaran, kenyataan, dan “twa” berarti yang bersifat (Sura, dkk. 2002:116).
Jadi,Tattwa berarti yang bersifat kebenaran atau kebenaran mutlak. Etika adalah
pengetahuan tentang kesusilaan. Kesusilaan berbentuk kaidah-kaidah yang
berisi larangan dan juga perintah untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian
Etika akan kita dapati ajaran tentang perbuatan yang baik dan perbuatan buruk.
Perbuatan yang baik itulah supaya dilaksanakan dan perbuatan buruk harus
dihindari (Tim Penyusun, 2006 : 135).
Semenjak lahir generasi Muda Hindu sudah dituntut dan dikondisikan untuk
menjadi Sang Pemberani, karena harus berani menghadapi berbagai macam
tantangan/rintangan hidup yang kian semakin kompleks. Dan siapapun tidak dapat
mengelak bahwa pada hidup ini, yang abadi adalah Perubahan. Oleh karenanya
perubahan adalah sebuah keniscayaan dan siapapun yang lari menghindar, ia akan
terbuang dari dunia peradaban manusia. Ajaran Agama sebagai dasar pembentukan
untuk membangun karakter generasi muda Hindu sangatlah penting. Karena
ajaran agama merupakan pondasi dalam melaksanakan semua aktifitas tingkah
laku, sifat, perbuatan dan pergaulan yang baik sesuai dengan norma-norma

3
agama dan norma-norma sosial. Ajaran agama Hindu yang mengajarkan untuk
terciptanya budi pekerti luhur antara lain :
a) Tat Twam Asi
Tat Twam Asi dalam Chandhogya Upanishad VI.8.7 bermakna itu adalah
engkau, engkau adalah dia dengan makna bahwa antara manusia satu
dengan yang lainnya harus saling menghormati, menghargai, toleransi dan
hidup dengan rukun demi tercapainya sebuah keharmonisan.
Tat Twam Asi adalah ajaran moral yang bernafaskan Agama Hindu. Tat Twam
Asi adalah ajaran filsafat Hindu yang mengajarkan tentang kesusilaan yang
tanpa batas. Ajaran Tat Twan Asi mengajarkan kita bahwa, “Ia adalah kamu,
saya adalah kamu dan semua makhluk adalah sama.” Ajaran Tat Twam Asi
menuntun kita memiliki jiwa sosial dan memiliki keinginan untuk menolong
orang lain, karena menolong orang lain sama dengan menolong diri sendiri.
Menyakiti orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri. Tat Twam Asi berasal
dari kata Tat, artinya ia, Twam artinya kamu, dan Asi artinya adalah. Jadi kata
Tat Twam Asi artinya” ia adalah kamu”, (Sumarni dan Raharjo, 2015:20).
Sebagai makluk individu yang memiliki keterbatasan, sangatlah berat untuk
memenuhi segala kebutuhan hidupnya yang dimotivasi oleh keinginan (kama)
manusia itu sendiri. Disinilah manusia itu perlu mengenal dan melaksanakan
rasa kebersamaan. Dengan mengenal dan memahami ajaran Tat Twam Asi,
manusia akan dapat merasakan berat dan ringan hidup dan kehidupan di dunia
ini.
Disinilah manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan,
sehingga seberapa berat apa pun masalah yang dihadapinya akan terasa ringan,
dengan memahami dan mengamalkan ajaran Tat Twam Asi, manusia akan
dapat merasakan berat dan ringan hidup kehidupan ini. Berat dan ringan
Rwabhineda itu ada dan selalu berdampingan adanya, serta sulit dipisahkan
keberadaanya, oleh karena itu dalam hidup ini kita hendaknya selalu tolong
menolong, merasa senasib dan sepenanggungan.

b) Tri Kaya Parisudha


Tri Kaya Parisudha merupakan pendidikan karakter dalam ajaran agama Hindu
yang perlu menjadi pedoman bagi para pemeluknya. Secara bahasa, Tri Kaya
Parisudha diartikan sebagai tiga (tri) perbuatan/tingkah laku (kaya) yang
disucikan (parisudha). Berdasarkan asal kata dalam bahasa Sansekerta tersebut,
maka tri kaya parisudha sebenarnya dapat digambarkan sebagai tiga perbuatan
yang disucikan dimana perilaku tersebut haruslah dimiliki oleh setiap manusia,
khususnya dimiliki oleh penganut Hindu.

4
Tri Kaya Parisudhaartinya tiga gerak atau perbuatan yang harus disucikan,
yakni :
1. Kayika Parisudha: perbuatan yang baik
2. Wacika Parisudha: berkata yang baik
3. Manacika Parisudha: berfikir yang baik

c) Panca Satya
Panca Satya berasal dari dua kata yakni pancadan satya, pancaartinya lima
dan satyaartinya setia, jujur dan tanggung jawab yang dalam
sadacaradisebutkan sebagai suatu kebenaran yang akan membawa manusia
pada ketenangan, yakni :
1. Satya Wacana, adalah setia, jujur dan benar dalam berkata-kata.
2. Satya Hredaya, adalah setia terhadap kebenaran dan kejujuran kata hati,
berpendirian teguh, dan tidak terombang-ambing .
3. Satya Laksana, adalah sikap setia dan jujur mengakui serta
mempertanggungjawabkan kebenaran dari segala perbuatan yang telah
dilakukan.
4. Satya Mitra, adalah setia dan jujur kepada teman dalam segala hal, serta
berusaha untuk mengarahkan segala tindakan atau perbuatan agar selalu
berdasarkan kebenaran sesuai dengan ajaran agama.
5. Satya Samaya, adalah setia dan jujur terhadap janji yang telah
diucapkan serta memenuhi segala sesuatu yang ditimbulkan akibat ucapan
janji itu.

d) Tri Parartha
Asih, yaitu cinta kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta semua
ciptaan-Nya dalam kehidupan yang paras paros sarpa naya salunglung sabayan
taka. 2) Punya, yaitu dermawan, tulus dan ikhlas. Ketika hidup berdampingan
selalu saling tolong menolong baik berupa jasa maupun materi tanpa
mengharapkan suatu imbalan
Tri Parartha berasal dari bahasa sansekerta, dari kata tri = tiga. Dan parartha =
kebahagiaan, kesejahteraan, keselamatan, keagungan dan kesukaan. Tri
parartha berarti tiga perihal yang dapat menyebabkan terwujudnya
kesempurnaan, kebahagian, keselamatan, kesejahtraan, keagungan dan
kesukaan hidup umat manusia.
Kesemuanya itu adalah merupakan kebutuhan umat manusia yang sangat pital
dan mesti dinikmati dalam hidup dan kehidupan ini. Tanpa keselamatan, umat
manusia tentu tidak akan dapat berbuat banyak.

5
Adapun yang termasuk ajaran tri parartha tersebut antara lain :
Asih, cinta kasih. Umat manusia hendaknya selalu mengupayakan hidupnya
dengan berlandaskan cinta kasih dengan sesama
Punya (punia), dermawan atau tulus iklas. Seluruh aktifitas hidup manusia
hendaknya berlandaskan tanpa pambrih/balasan, karena ketertarikan itu
sesungguhnya ia menyebabkan menderita.
Bhakti, hormat atau sujud diantara sesamanya manusia hendaknya saling
menghormati, serta tidak melupakan untuk bersujud kehadapan sang pencipta
(Tuhan / Hyang Widhi).

e) Dasa Nyama Bratha


Ajaran Dasa Nyama Bratha; Kata Dasa Nyama Bratha berasal dari bahasa
Sanskerta, dari kata dasa berarti sepuluh dan nyama bratha berarti pengendalian
rohani. Dasa nyama bratha berarti Sepuluh pengendalian diri dalam tingkat
mental atau rohani.
Dasa Nyama Bratha adalah sepuluh macam atau jenis pegangan bagi manusia
yang hendak mencapai kesempurnaan batin melalui pengamatan hidup di dunia
ini (Wigama, dkk, 1995:75). Bila kita cermati secara arif sesungguhnya ke
sepuluh pegangan batin itu merupakan sadana melaksanakan dharma untuk
mencapai tingkatan kebahagiaan yang kekal abadi yang disebut moksa.
Pengamalan dari ajaran dasa nyama bratha tersebut di dunia inilah tempatnya.
Selama manusia hidup dan berkehidupan memiliki kewajiban moral
mempertahankan dan menumbuh kembangkan sifat dan sikap berbudi luhur.
Sebab dari perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari inilah dapat
diketahui tingkatan keluhuran mental manusia itu sendiri. Oleh karena itu orang
dinilai memiliki mental baik, bermental sehat dan utama hanya dapat
diperhatikan dari cara seseorang berperilaku
utama sebagai langkah awalnya adalah seseorang wajib dapat menghayati dan
mengamalkan ajaran yang menjadi anjuran dalam dasa nyama brata, seperti
misalnya; pengekangan terhadap hal-hal yang negatif, pengekangan terhadap
jasmaniah, pengekangan terhadap kata-kata atau suara, pengekangan terhadap
makan dan minum, disertai dengan tekun mempelajari kitab suci Veda dan ilmu
lainnya yang bersifat umum, tekun bersembahyang atau melakukan pemujaan
kepada sang hyang widhi wasa, kepada para Deva atau leluhur dibarengi pula
dengan pembersihan diri berupa mandi setiap pagi, siang dan petang hari serta
beramal atau melakukan dana punia yaitu suka berdharma atau amal sedekah
kepada orang lain dan sesama hidup.

6
"Sasi wimba haneng ghata mesi banu Ndanasing, suci nirmala mesi wulan Iwa
mangkana rakwa kiteng kadadin Ring ambeki yoga kiteng sakala".
Terjemahan:
"Bagaikan bulan di dalam tempayan berisi air, di dalam air yang jernih
tampaklah bulan, sebagai itulah dikau (Tuhan) dalam tiap makhluk, kepada
orang yang melakukan Yoga engkau menampakkan diri", (Arjuna Wiwaha
11.1).
Dasa Nyama Brata terdiri dari tiga kata, yaitu Dasaberarti sepuluh,
Nyamaberarti pengendalian dalam tahap mental, Brata berarti keinginan atau
kemauan. Jadi Dasa Nyama Brataberarti sepuluh macam pengendalian
keinginan dalam tingkat mental untuk mencapai kesempurnaan hidup,
yakni :
1. Dana berarti pemberian sedekah.
2. Ijya artinya pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi dan leluhur.
3. Tapa artinya menggembleng diri.
4. Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi.
5. Swadyaya berarti mempelajari dan memahami ajaran-ajaran suci.
6. Upasthanigrahaadalah mengendalikan hawa nafsu kelamin.
7. Brata adalah taat akan sumpah.
8. Upawasa adalah berpuasa.
9. Mona berarti membatasi perkataan.
10. Snana artinya melakukan penyucian diri sendiri setiap hari
dengan jalan membersihkan badan dan bersembahyang.

f) Catur Paramitha
Catur Paramitha berasal dari dua kata yaitu Catur dan Paramitha, Catur berarti
empat dan Paramitha berarti perilaku utama, jadi Catur Paramitha memiliki
makna sebagai empat perbuatan utama dan luhur yang bisa mendatangkan
kebahagiaan, yakni :
1. Maitri atau Lemah Lembut
Maitri berasal dari kata mitra, artinya berteman atau bersahabat yang tulus
dengan sesama dan alam semesta. Manusia hendaknya memiliki sifat lemah
lembut terhadap semua makhluk hidup. Maitri juga dapat di defenisikan
sebagai senang mencari teman bergaun. Dalam kehidupan masyarakat bisa
menempatkan diri, memiliki ramah-tamah, serta menarik hati segala
perilakunya sehingga menyenangkan orang lain dalam diri pribadinya.

2. Karuna atau Belas Kasihan

7
Karuna dapat diartikan sebagai cinta kasih atau sikap luhur atau belas
kasihan terhadap orang yang menderita. Sebagai manusia yang berasal dari
satu sumber yaitu Brahman, maka manusia harus hidup saling berbelas
kasihan. Manusia hendaknya selalu memupuk rasa kasih sayang terhadap
semua mahluk agar tidak ada yang menderita. Contoh kecilnya misalnya
jika ada yang kelaparan maka yang memiliki uang lebih harus membantu
yang susah.
3. Mudita atau Sifat dan Sikap Menyenangkan Orang Lain
Mudita atau bersimpati atau turut merasakan kebahagiaan maupun
kesusahan orang lain. Mudita adalah ekspresi manusia dalam pergaulan
seperti selalu memperlihatkan wajah yang riang gebira, penuh simpatisan
terhadap yang baik serta sopan santun.
4. Upeksa atau Toleransi
Upeksa adalah prilaku manusia yang senantiasa mengalah demi kebaikan,
walaupun tersinggung perasaan oleh orang lain, ia tetap tenang dan selalu
berusaha membalas kejahatan deman kebaikan bisa juga dimaksud dengan
( tahu mawas diri ). Upeksa juga merupakan Sikap luhur ditunjukkan dengan
selalu berempati atau menghargai keadaan orang lain.

g) Nawa Widha Bhakti


Nawa Widha Bhakti adalah sembilan ajaran yang dapat dimaknai dan
dipedomaniuntuk meningkatkan Sradhadan Bhakti umat Hindu terhadap
Hyang Widhi sebagai hamba-Nya. Adapun bagian dari ajaran Nawa Widha
Bhakti ini sebagai berikut:
1. Srawanam
Artinya mendengarkan wejangan atau saran-saran yang baik, contohnya
senang mendengarkan, menerima hal-hal baik yang diberikan oleh orang tua
maupun guru.
2. Wedanam
Artinya membaca kitab-kitab suci agama yang diyakinni, membiasakan diri
untuk membaca hal-hal yang dapat menuntun kejalan yang baik, dalam
agama hindu bisa seperti sloka-sloka bhagawadgita.
3. Kirthanam
Artinya melantunkan tembang-tembang suci/kidung, contoh dalam
kehidupan sehari-hari adalah mekidung saat selesai melaksanakaan
persembahyangan/upacara.

4. Smaranam
Artinya secara berulang-ulang menyebutkan nama Tuhan, contohnya
seperti mengucapkan OM Nama Siwa, maupun mantra dimana tujuannya
agar diberikan keselamatan jiwa maupun raga.

8
5. Padasewanam
Artinya sujud bhakti di kaki nabe. Contoh sederhananya kita menghormati
atau melaksanaakan ajaran Pendeta (Ratu Pedanda), Pemangku.
6. Sukhyanam
Artinya menjalin persahabatan, dimana kita sebagai mahluk social tidak
bisa hidup sendiri, maka kita perlu menjalin persahabatan agar memiliki
hidup yang tenang dan damai.
7. Dhasyam
Artinya berpasrah diri memuja kehadapan para dewa. Berpasrah diri
merupakan sikap penuh bertanggung jawab kehadapan tuhan dengan segala
kemungkinan yang akan terjadi.
8. Arcanam
Artinya Bhakti kepada Hayng Widhi melalui symbol-simbol suci
keagamaan, contohnya menjaga kesucian pura.
9. Sevanam
Artinya memberikan pelayanan yang baik, contohnya membantu orang atau
memberikan pelayanan terbaik terhadap sesama.

B. Tujuan Belajar Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Tujuan dari pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi
Pekerti adalah agar peserta didik mampu:
1. Menjiwai dan menghayati nilai-nilai universal pesan moralitas yang terkandung
dalam Weda;
2. Menunjukkan sikap dan perilaku yang dilandasi sraddha dan bhakti (beriman dan
bertaqwa), menumbuhkembangkan dan meningkatkan kualitas diri antara lain:
percaya diri, rasa ingin tahu, santun, disiplin, jujur, mandiri, peduli, toleransi,
bersahabat, dan bertanggung jawab dalam hidup bermasyarakat, serta
mencerminkan pribadi yang berbudi pekerti luhur dan cinta tanah air;
3. Menumbuhkan sikap bersyukur, ksama (pemaaf), disiplin, satya (jujur), ahimsa
(tidak melakukan kekerasan), karuna (menyayangi), rajin, bertanggungjawab,
tekun, mandiri, mampu bekerjasama, gotong royong dengan lingkungan sosial dan
alam;
4. Memahami Kitab Suci Weda, Sraddha dan Bhakti (tattwa dan keimanan), Susila
(etika), Acara dan Sejarah Agama Hindu secara faktual, konseptual,

5. substansial, prosedural dan meta kognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
dan budaya yang berwawasan ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan,
permusyawaratan, dan keadilan sesuai dengan perkembangan peradaban dunia;

9
6. Berpikir dan bertindak efektif secara sekala (konkret) dan niskala (abstrak) melalui
puja bhakti (sembahyang, japa, dan doa), chanda (dharmagita, nyanyian Tuhan,
kidung, tembang, suluk, kandayu, bhajan, dan sejenisnya), meditasi, upacara-
upakara, tirthayatra (perjalanan suci), yoga, dharma wacana, dan dharma tula;
7. Berperan aktif dalam melestarikan budaya, tradisi, adat istiadat berdasarkan nilai-
nilai kearifan lokal Hindu di Nusantara serta membangun masyarakat yang damai
dan inklusif dengan menunjung tinggi nilai-nilai toleransi, gotong royong,
berkeadilan sosial, berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, dan memenuhi
kewajiban sebagai warganegara untuk mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi,
dan harmonis.

10
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan

Kepribadian dan Budi Pekerti merupakan dua buah istilah yang saling melengkapi.
Kepribadian merupakan sifat-sifat atau karakteryang mendasari atau yang dimiliki
oleh pribadi seseorang.
Ajaran agama Hindu mengenal tentang Tri Kerangka Agama Hindu yakni Tattwa
(Filsafat), Etika (Susila) dan Upacara. Walaupun ajaran agama Hindu terbagi menjadi
tiga, tetapi dalam kenyataannya terjalin menjadi satu
Ajaran Agama sebagai dasar pembentukan untuk membangun karakter generasi muda
Hindu sangatlah penting. Karena ajaran agama merupakan pondasi dalam
melaksanakan semua aktifitas tingkah laku, sifat, perbuatan dan pergaulan yang baik
sesuai dengan norma-norma agama dan norma-norma sosial.
Tujuan dari pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
adalah agar peserta didik mampu
Menjiwai dan menghayati nilai-nilai universal pesan moralitas yang terkandung dalam
Weda;

11
DAFTAR PUSTAKA

• Agus S. Mantik. 2007.Bhagavad Gita. Surabaya : Paramita.

• I Gusti Ngurah Dwaja dan I Nengah Mudana, 2018. Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti (Klas XII). Jakarta.Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.

• Kajeng, I Nyoman Dkk. 2009.Sarasamuccaya, Surabaya: Paramita

• Pendit, Nyoman S, 2002, Bhagavadgita, Jakarta, CV Felita Nursatama Lestari

• Poedjawitna, 1982.Etika Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : PT. Bina Aksara

• Pudja, Gde dan Sudharta.Tjok Rai. 2004.Manawa Dharmasastra. Surabaya: Paramita

12

Anda mungkin juga menyukai