Anda di halaman 1dari 13

AGAMA HINDU

Pandita dan Pinandita dalam Agama Hindu

OLEH :

I MADE ARTA DANA NIM : 1615051102

KOMANG ARY SUDEWA NIM : 1615051002

KADEK ARYA HERMAWAN NIM : 1615051024

KOMANG ERIC WIDHI ANTARA NIM : 1615051019

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA
2017

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas
Asung Kerta Waranugraha-Nyalah sehingga kami dapat menyusun makalah yang
berjudul Pandita dan Pinandita.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen agama hindu sebagai
pembimbing atau pengajar bidang studi agama hindu yang telah membimbing kami
untuk dapat menyelesaikan makalah ini, dan kesediaan teman - teman yang ikut
membantu menyelesaikan makalah ini serta segala pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini.

Akhirnya kami mengharapkan segala masukan baik berupa kritik maupun saran -
saran demi perbaikan makalah ini dan dengan suatu harapan yang tinggi agar makalah
yang sederhana ini dapat memberikan sumbangan pikiran demi berkembangnya nilai -
nilai agama hindu dan semoga makalah yang kami buat ini memberikan manfaat yang
besar bagi pembaca.

Om Santih, Santih, Santih Om

Singaraja, 28 Maret 2017

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................2
1.3 TUJUAN.....................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN...................................................................................
2.1 Pengertian Orang Suci...................................................................3
2.2 Pengelompokan orang suci....................................................................3
2.3 Perbedaan Pandita dengan pinandita.....................................................4
2.4 Syarat menjadi pandita dan pinandita....................................................4
2.5 Tugas dan kewajiban Pandita dan Pinandita..........................................5
BAB III PENUTUP.............................................................................................
Kesimpulan.......................................................................................7
Saran.....................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama Hindu adalah agama yang mempunyai usia terpanjang merupakan
agama yang pertama dikenal oleh manusia. Dalam uraian ini akan dijelaskan
kapan dan dimana agama itu diwahyukan dan uraian singkat tentang proses
perkembangannya. Agama Hindu adalah agama yang telah melahirkan
kebudayaan yang sangat kompleks dibidang astronomi, ilmu pertanian, filsafat
dan ilmu-ilmu lainnya. Karena luas dan terlalu mendetailnya jangkauan
pemaparan dari agama Hindu, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami.
Banyak para ahli dibidang agama dan ilmu lainnya yang telah mendalami
tentang agama Hindu sehingga muncul bermacam- macam penafsiran dan
analisa terhadap agama Hindu. Sampai sekarang belum ada kesepakatan
diantara para ahli untuk menetapkan kapan agama Hindu itu diwahyukan,
demikian juga mengenai metode dan misi penyebarannya belum banyak
dimengerti. Penampilan agama Hindu yang memberikan kebebasan cukup
tinggi dalam melaksanakan upacaranya mengakibatkan banyak para ahli yang
menuliskan tentang agama ini tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ada
dalam agama Hindu.Sebagai Contoh: Masih banyak para ahli menuliskan
Agama Hindu adalah agama yang polytheistis dan segala macam lagi penilaian
yang sangat tidak mengenakkan, serta merugikan agama Hindu.Disamping
itu di kalangan umat Hindu sendiripun masih banyak pemahaman-pemahaman
yang kurang tepat atas ajaran agama yang dipahami dan diamalkan.
Demikianlah tujuan penulisan ini adalah untuk membantu meluruskan
pendapat-pendapat yang menyimpang serta pengertian. Agama memiliki peran
yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu
dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yangbermakna, damai dan
bermartabat. Menyadari bahwa peran agama amat pentingbagi kehidupan umat
manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiappribadi menjadi
sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baikpendidikan di
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.Pendidikan Agama

1
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusiayang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak muliaserta
peningkatan potensi spritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti,
danmoral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi
spritualmencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai
keagamaan, sertapengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual
ataupun kolektifkemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada
akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia
yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan.
Pendidikan Agama Hindu adalah usaha yang dilakukan secara terencana
dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta
didik untukmemperteguh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berakhlak mulia, serta peningkatan potensi spiritual sesuai dengan
ajaran agama Hindu.Kurikulum Pendidikan Agama Hindu yang berbasis
standar kompetensi dan kompetensi dasar mencerminkan kebutuhan keragaman
kompetensi secaranasional. Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai
kerangka acuan dalam mengembangkan Kurikulum Pendidikan Agama Hindu
sesuai dengan kebutuhan
daerah atau pun sekolah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Orang Suci ?
2. Bagaimana pengelompokan Orang Suci ?
3. Apa perbedaan Pandita dan Pinandita ?
4. Apa saja syarat untuk menjadi Pandita dan Pinandita ?
5. Apa saja tugas dan kewajiban Pandita dan Pinandita ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Dapat memahami pengertian Orang Suci.
2. Dapat memahami pengelompokan Orang Suci.
3. Dapat memahami perbedaan Pandita dan Pinandita.
4. Dapat memahami syarat untuk menjadi Pandita dan Pinandita.
5. Dapat memahami tugas dan kewajiban Pandita dan Pinandita.

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Orang Suci
Orang suci adalah orang yang disucikan melalui upacara agama, sehingga
memiliki kesucian hati, pikiran, dan perbuatan. Orang suci terdiri dari kata orang
dan suci, orang berarti manusia, dan suci berarti kemurnian dan kebersihan lahir
batin. Jadi, orang suci ialah manusia yang memiliki kekuatan mata batin dan dapat
memancarkan kewibawaan rohani serta peka akan getaran-getaran spiritual, welas
asih, dan memiliki kemurnian batin dalam mengamalkan ajaran-ajaran
agama.Orang suci adalah orang yang dipandang mampu atau paham tentang agama
Hindu. Agama Hindu memiliki banyak sebutan bagi orang suci, seperti Sulinggih,
Maharsi, Bhagavan, dan sebutan gelar orang suci lainnya. Sulinggih berasal dari
kata Su dan Linggih. Su artinya utama atau mulia dan Linggih artinya kedudukan
atau tempat utama. Jadi, Sulinggih adalah orang yang diberikan kedudukan utama
dan mulia karena kesucian diri dan perilaku luhurnya, serta mampu membimbing
umat mendekatkan diri kehadapan Sang Hyang Widhi. Sebelum diberi gelar
sebagai orang suci, Sulinggih, Maharsi, Bhagavan, dan sebutan lainnya, harus
disucikan secara rohani dan jasmani. Salah satu bentuk penyuciannya melalui
upacara Madiksa. Upacara Madiksa berfungsi untuk membersihkan seseorang
secara lahir batin. Peran Orang Suci di dalam Agama Hindu tidak terlepas dari
adanya Panca Yadnya, yaitu lima persembahan suci yang tulus ikhlas, di antaranya
Dewa yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya, Bhuta Yadnya. Dan
dalam aspek orang suci sebagai seorang yang beragama sudah sepatutnya juga
menghargai dari orang suci yang termasuk dalam Rsi Yadnya, artinya pengorbanan
atau persembahan suci kepada orang-orang suci seperti Maha Rsi, pemangku,
sulinggih, dan lain-lain.

2.2 Pengelompokan Orang Suci


Orang suci dalam Agama Hindu digolongkan menjadi dua, yaitu Golongan
Eka Jati dan Golongan Dwi Jati.
1. Golongan Eka Jati
Golongan Eka Jati adalah orang suci yang melakukan pembersihan diri
tahap awal yang disebut Mawinten. Setelah melewati tahap mawinten, Golongan
Eka Jati dapat memimpin upacara keagamaan yang bersifat Tri Yadnya. Orang suci
yang termasuk kelompok Eka Jati, yaitu Pemangku (pinandita), Balian, Dalang,
Dukun, Wasi, dan sebagainya.
2. Golongan Dwi Jati
Golongan Dwi Jati adalah orang suci yang melakukan penyucian diri tahap
lanjut atau madiksa. Orang yang telah melaksanakan proses madiksa disebut orang
yang lahir dua kali. Kelahiran yang pertama dari kandungan ibu, sedangkan
kelahiran kedua dari kaki seorang guru rohani (Dang Acarya) atau Nabe. Setelah
melakukan proses madiksa, orang suci tersebut diberi gelar Sulinggih atau Pandita.
Kata Pandita berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu Pandit yang artinya terpelajar,
pintar, dan bijaksana. Orang suci yang tergolong Dwi Jati adalah orang yang
bijaksana. Orang suci yang termasuk kelompok ini, antara lain Pandita, Pedanda,
Bujangga, Maharsi, Bhagavan, Empu, Dukuh, dan sebagainya

3
2.3 Perbedaan Pandita dengan Pinandita
Menurut definisi Pandita, Pandita dalam bahasa sangsekerta berarti orang
pandai, cendikiawan, bijakssana, sarjana, sujana, pendeta. Yang dimaksud dengan
pandita adalah pendeta, seorang rohaniawan hindu yang telah madwijati melalui
upacara diksa. Dwijati adalah lahir dua kali pertama lahir atau dilahirkan dari
seorang ibu. Dan kedua dilahirkan pula dan diakui anak oleh seorang guru
pengajian (nabhe). Sedangkan Diksa adalah penyucian seorang welaka menjadi
Pandita
Sedangkan Pinandita adalah seorang rohaniawan hindu tingkat Ekajati.
Seorang calon Pinandita tidak didiksa melainkan diwinten. Dengan demikian
statusnya berbeda dengan Pandita. Pada umumnya seseorang yang telah melakukan
upacara Pawintenan memiliki sebutan tertentu, untuk dibali disebut dengan
Pemanggku. Pemangku adalah Rohaniawan hindu yang tergolong pada tingkatan
ekajati. Ekajati dalam bahasa Sansekerta berarti hanya lahir sekali. Lahir atau
dilahirkan dari kandungan ibu.
2.4 Syarat menjadi Pandita dan Pinandita
a.Syarat menjadi Pandita
Untuk menjadi seorang Pandita, seorang pinandita (sulinggih) harus
memiliki syarat-syarat, sebagai berikut :

1. selalu dalam keadaan bersih dan sehat lahir dan batin,


2. mampu melepaskan diri dari keterikatan duniawi,
3. tenang dan bijaksana,
4. mampu membaca kitab suci Veda,
5. selalu berpedoman pada kitab suci Veda,
6. paham dan mengerti tentang catur Veda,
7. teguh dalam melaksanakan dharma, dan
8. teguh melaksanakan tapa bratha.

b. Syarat menjadi Pinandita


Setiap umat Hindu memiliki hak yang sama untuk menjadi seorang
sulinggih. Seseorang dapat diangkat menjadi seorang Pinandita apabila
telah memenuhi syarat-syarat berikut ini :

1. Laki-laki yang sudah menikah atau tidak menikah seumur hidupnya


(sukla brahmacari).
2. Wanita yang sudah menikah atau tidak menikah seumur hidupnya (sukla
brahmacari).
3. Pasangan suami istri yang sah.
4. Usia minimal 40 tahun.
5. Paham bahasa Kawi, Sanskerta, Indonesia, menguasai secara mendalam
isi dari Kitab Suci Veda, dan memiliki pengetahuan umum yang luas.
6. Sehat lahir batin.

4
7. Berbudi pekerti yang luhur.
8. Tidak tersangkut pidana.
9. Mendapat persetujuan dari gurunya (Pandita).
10.Tidak terikat dengan pekerjaan diluar kegiatan keagamaan.

2.5 Tugas dan Kewajiban Pandita dan Pinandita


a. Tugas dan Kewajiban Pandita
Sulinggih/Pandita
Sulinggih adalah orang suci yang disucikan melalui proses
Mediksa atau Dwi Jati.

Tugas Sulinggih/Pandita:

melakukan Surya Sevana, yaitu pemujaan kepada Sang Hyang Widhi


setiap pagi (saat matahari terbit);
memimpin upacara Yadnya; dan
ngeloka Pala Sraya, yaitu membina dan menuntut umat di bidang agama.

Kewajiban Sulinggih/Pandita:
melakukan upacara penyucian diri secara terus menerus;
berpakaian sesuai dengan aturan/Sasana Pandita;
melakukan Tirta Yatra, yaitu berkunjung ke tempat-tempat suci untuk
melaksanakan persembahyangan;
berpikir, berkata, dan berbuat suci;
mampu mengendalikan diri, selalu sabar, berpikir bijaksana;
melayani umat yang memerlukan tuntunan;
menerima punia dari umat; dan
memberi teladan dan contoh kepada umat.

b. Tugas dan Kewajiban Pinandita


Pinandita/Pemangku
Pinandita adalah orang yang disucikan melalui proses upacara Eka
Jati/pawinten tingkat pertama.

Tugas Pinandita/Pemangku :
memimpin upacara tertentu sebatas upacara kecil (seperti Odalan Alit,
Caru Panca Sata), upacara bayi baru lahir (seperti otonan, upacara
penguburan mayat);
melayani umat yang ingin sembahyang di tempatnya bertugas; dan
memimpin upacara persembahyangan di pura tempatnya bertugas.

Kewajiban Pemangku:
berpakaian serba putih;
melakukan penyucian lahir batin secara terus menerus;

5
membantu sulinggih dalam menyelesaikan upacara yadnya;
meningkatkan ilmu pengetahuan agamanya;
memberi contoh dan teladan kepada umat;
melayani umat dengan tulus ikhlas; dan
menerima punia dari umat.

6
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kita wajib bersyukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi karena atas
waranugrahaNya Atman telah re-inkarnasi ke dalam tubuh manusia, yang
mempunyai sabda, bhayu, dan idep. Dibandingkan dengan binatang yang
mempunyai sabda dan bhayu, apalagi tumbuhan yang hanya memiliki
bhayu saja.
2. 2. Pemangku wajib bersyukur karena telah ditakdirkan menjadi
manusia suci. Seoarang pemangku/pinandita tidak begitu saja bisa menjadi
pemangku. Menurut Rontal Yama Purana Tattwa, hidup dan kehidupan
manusia sudah direncanakan jauh sebelum re-inkarnasi. Oleh karena itu
janganlah menganggap bahwa menjadi pemangku itu suatu kebetulan
3. Menjadi pemangku adalah suatu kebanggan, karena: 1) menjadi tapakan
Widhi, disayang oleh Ida Sang Hyang Widhi/Dewata/Bhatara, 2)
mempunyai kesempatan yang luas untuk mensucikan diri di jalan Dharma
agar mencapai Moksartham Jagadhita, 3) mempunyai tugas suci
mengabdi kepada masyarakat, sebagai tabungan membentuk karma
wasana yang baik.
4. Oleh karena menjadi kesayangan Ida Sang Hyang Widhi/ Dewata/
Bhatara, pertahankanlah agar tugas suci ini dapat terlaksana dengan baik,
menjadi pemangku yang profesional, sehingga mengharumkan linggih Ida
Bhatara Sasuhunan. Kehidupan pemangku adalah hidup suci dan
berdisiplin.
5. Pemangku yang melaksanakan tugasnya dan kehidupannya dengan baik
akan mendapat karma yang baik tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi
arwah leluhurnya, sampai tujuh tingkat ke atas (Rontal Yama Purana
Tattwa)
6. Pemangku adalah pengabdi: pengabdi Ida Sang Hyang Widhi dan
pengabdi umat manusia. Oleh karena itu dahulukan tugas/kewajiban dari
pada hak
7. Untuk dapat menjadi pengabdi yang baik , pengetahuan mengenai Tattwa,
susila, dan acara agama (upakara/upacara) harus dikuasai dengan cara
belajar. Belajarlah dari guru yang baik, buku, rontal, dharma wacana,
kursus/pelatihan, apa saja yang dapat menambah pengetahuan, karena
menurut Rontal Dharma Kauripan, Sulinggih yang baik adalah Sulinggih
yang berilmu
8. Pelajar akan cepat mencapai kemajuan bila mempunyai sifat-sifat dan
pemikiran, seperti: tidak merasa diri pintar, rendah hati, tidak fanatik,
tidak sombong, mau mendengarkan pendapat orang lain, rajin dan
disiplin, menghargai orang lain, berpikir kreatif dan berinisiatif, obyektif
dan jujur, pandai mengambil keputusan (Ida Pandita Sri Bhagawan Dwija
Warsa Nawa Sandhi, 2000: 4).

7
Demikian secara singkat makalah ini dapat disampaikan, dengan harapan
dapat menjadi lentera kecil yang akan memberikan secercah cahaya kesucian
kepada para pemangku/pinandita yang dengan tulus hati telah mau mengabdikan
dirinya bagi kebenaran. Semoga melalui subha karma para pemangku/pinandita
kesadaran umat Hindu untuk mau mempelajari, menghayati dan mengamalkan
Veda semakin semarak dan mendalam.
3.2 Saran
Sebagai manusia yang beragama, sudah seharusnya kita menghargai orang
yang mau memimpin kita dalam upacara-upacara keagamaan, dan semoga peran
Pandita ataupun Pinandita tidak tergerus dan tidak tergantikan seiring dengan
berjalannya waktu dan perkembangan zaman.

8
Daftar Pustaka
Nurkencana, Wayan. 2011. Pokok-pokok Ajaran Agama Hindu. 20 April 2017.
Susila, Komang & Duwijo. 2013. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. 21
April 2017.
Dwaja, I Gusti Ngurah & Mudana, I Nengah. 2015. Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti. 21 April 2017.

Anda mungkin juga menyukai