Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL

RELIGIUS

Dosen Pengampu: Atika Susanti, M.Pd


Disusun Oleh:
1. Riza Miranda (A1G021001)
2. Friola Cantika Putri (A1G021004)
3. Kurnia Putri Widianti (A1G021054)
4. Ella Cahaya Pertiwi (A1G021056)
5.Mayang Sari (A1G021067)
6. Sefbinata Mabara (A1G021068)
7.Chairun Nisa (A1G021148)
8. Yolanda Urelya (A1G021154)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karunia
serta kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan sebaik
mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup
para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak
lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bunda Atika Susanti, M.Pd selaku dosen
mata kuliah Pendidikan Nilai Dan Moral. Dalam penulisan Makalah ini kami menyadari
masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi
pembahasan maupun dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha
maksimal kami selaku penulis usahakan. Semoga dalam buku ini para pembaca dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari
para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakutuh

Bengkulu,05 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
A. PENGERTIAN RELIGIUS............................................................................................... 3
B. KONSEP NILAI DAN MORAL RELIGIUS ................................................................... 5
C. INDIKATOR NILAI DAN MORAL RELIGIUS ............................................................. 7
D. PENERAPAN NILAI DAN MORAL RELIGIUS ......................................................... 10
E. EVALUASI NILAI DAN MORAL RELIGIUS ............................................................. 11
BAB II PENUTUP ...................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan......................................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan saran belajar yang disediakan oleh pemerintah secara
berjenjang sesuai dengan usia dan tahapan perkembangan anak. Sejalan dengan tujuan
Pendidikan Nasional ialah mengembangkan peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, serta menjadi warga negara yang berpribadi baik serta bertanggung
jawab.
(Onde et al. 2020)Ada 5 nilai utama karakter prioritas penguatan pendidikan
karakter dalam permendikbud nomor 20 tahun 2018 pasal 2, diantaranya karakter
religius, nasionalis, integritas, gotong royong, dan mandiri. Pada makalah kali ini hanya
memfokuskan pada nilai karakter religius, karena merupakan karakter utama yang
mutlak pada manusia yang merupakan suatu system tata keimanan dan keyakinan
manusia dengan sang penciptanya, serta tata kaidah yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia dan alam lainnya. Sehingga penekanan ini patut menjadi perhatian
pembentukan karakter awal. (Suryanti and Widayanti 2018) sekolah merupakan salah
satu tempat yang strategis dalam pembentukan karakter selain di
keluarga dan masyarakat sehingga hal itulah yang mendasari perlu adanya program
pendidikan karakter di sebuah sedalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler sekolah.
Pengembangan nilai religius di sekolah bertujuan untuk menfasilitasi siswa agar
mampu menggunakan pengetahuan, mengembangkan dan mengkaji keterampilan sosial
yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya akhlakul karimah dalam diri siswa
serta mewujudkannya dalam perilaku sehari-hari. Namun perwujudan nilai tersebut
dibutuhkan dukungan melalui pembiasaan dalam bentuk kegiatan
keagamaan yang dapat terus mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui
pembiasaan tersebutlah akan membentuk kesadaran dalam diri siswa akan pentingnya
perilaku baik yang ia lakukan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan pengertian religious?
2. Sebutkan konsep nilai dan moral Religius?
3. Apa saja Indikator Nilai dan Moral Religius?
4. Bagaimana Penerapan nilai dan moral religius dalam kehidupan?
5. Bagaimana cara mengevaluasi nilai dan moral Religius?

C. Tujuan
1. Untuk mangetahui apa itu yang di maksud dengan religius.
2. Menyebutkan beberapa konsep nilai dan religius.
3. Untuk mengetahui apa saja indicator nilai dan moral religius.
4. Mengetahui penerapan nilai dan moral religius dalam kehidupan.
5. Untuk mengetahui cara mengevaluasi nilai dan moral religius.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RELIGIUS
Religius berasal dari kata Religi yang diartikan sebagai agama. Rekigius adalah
sifat yang menyangkut keagamaan. Orang religious adalah orang yang menunjukkan
kepercayaan dan kehormatan kepada tuhan. Religus adalah konsep yang berkaitan
dengan atau mewujudkan pengabdian yang setia kepada realitas atau bentuk tertinggi
yang diakui. Religius adalah bersifat religi, bersifat keagamaan, yang bersangkut paut
dengan religi. Religius adalah keyakinan atas adanya yang mengatur hubungan antara
manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia dan alam semesta yang
didalamnya terdapat perasaan, Tindakan dan pengalaman yang bersifat individual.
Religiusitas berasal dari kata religi (latin) atau relegre, yang berarti membaca
dan mengumpulkan. Menurut Nasution, Religare yang berarti meningkat
(Jalaluddin,2007). Sementara dalam Bahasa Indonesia religi berarti agama merupakan
suatu konsep yang secara definitive diungkapkan pengertiannya oleh beberapa tokoh
sebagai berikut:
a. Menurut Gazalba, religi atau agama pada umumnya memiliki aturan-aturan dan
kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya.
Semua hal itu menngikat sekelompok orang dalam hubungannya dengan tuhan,
sesama manusia dan alam sekitarnya. Sedangkan menurut Sihab (1993) agama
adalah hubungan antara makhluk dengan khalik (Tuhan) yang berwujud dalam
ibadah yang dilakukan dalam sikap keseharian (Ghufron dan Risnawati,2010).
b. Menurut Anshori, ia memberikan pengertian agama dengan lebih detail yakni
agama sebuah sistem credo (tata keyakinan) atas adanya Yang Maha Mutlak dan
suatu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan antara manusia
dengan sesama manusia, dan alam sekitarnya, sesuai dengan keimanan dan tata
peribadatan tersebut (Ghufron dan Risnawita, 2010).
c. Menurut Harun Nasution, Agama berasal dari kata al – din, religi (religare) dan
agama. Al din (semit) berarti undang – undang atau hukum. Dalam bahasa Arab
kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan dan
kebiasaan. Sedangkan kata relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Dan
religere berarti mengikat, sedangkan kata agama terdiri dari a = tak, gam = pergi

3
mengandung arti tak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun temurun. Secara
defenitif Harun Nasution menjelaskan pengertian agama adalah (Arifin, 2008) :
1) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
harus dipatuhi.
2) Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3) Mengikat diri pada suatu bentuk yang mengandung pengakuan, pada suatu
sumber yang berada di luar menusia yang mempengaruhi perbuatan –
perbuatannya.
4) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu.
5) Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekutan gaib.
6) Pengakauan terhadap adanya kewajiban – kewajiban yang diyakini bersumber
pada suatu kekuatan gaib.
7) Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar.
8) Ajaran – ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui
seorang Rasul.
d. Menurut Thouless, mendefinisikan agama sebagai sikap terhadap dunia yang
mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan lebih luas daripada lingkungan
fisik yang terikat ruang dan waktu – the spatio – temporal physical world-
(dalam hal ini yang dimaksud adalah dunia spritual) (Liputo, 2009).
e. Menurut Glock dan Strack (dalam Nashori & Mucharam dalam Solahuddin),
menyatakan bahwa religi adalah sistem symbol, keyakinan, sistem nilai, dan
sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan –
persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang maknawi (Palupi,2013).
f. Menurut Vergilius Ferm, mengartikan religion adalah seperangkat makna dan
kelakuan yang berasal dari individu – individu yang religious (Rochim, 2009).
g. Menurut Chatters religiusitas, merupakan sebuah proses untuk mencari sebuah
jalan kebenaran yang berhubungan dengan sesuatu yang sacral (Tonthowi,
2006).
h. Menurut James, mendefinisikan agama sebagai perasaan, tindakan dan
pengalaman manusia secara individual dalam keheningan mereka, sejauh

4
mereka itu menangkap diri mereka berada dalam hubungan dengan apapun yang
mereka pandang sebagai Ilahi (Liputo, 2009).
Dari banyaknya istilah tentang agama atau religi yang disebutkan para tokoh diatas,
menunjukkan bahwa manusia membutuhkan agama dalam kehidupan sehari – hari,
karena di dalam agama atau religi terdapat kewajiban yang harus kita laksanakan dan
selain itu di dalamnya terdapat cara bagaimana kita bersikap dan beretika terhadap
sesama manusia dan alam sekitar.
Oleh karena itu religiusitas dapat diartikan sebagai keyakinan atas adanya yang
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia dan
alam semesta, yang didalamnya terdapat persaan, tindakan dan pengalaman yang
bersifat individual. Di dalam religi dapat berbentuk simbol, keyakinan, sistem nilai dan
sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan yang
dianggap sebagai sesuatu paling bermakna.

B. KONSEP NILAI DAN MORAL RELIGIUS


Deskripsi nilai religius dalam pendidikan karakter menurut kemendiknas
(Yunita and Mujib 2021) yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
rukun dengan pemeluk agama lain, telah dijabarkan lagi menjadi indikator sekolah dan
indikator kelas. Penguatan karakter tersebut dimulai dari lingkungan keluarga dan
diteruskan ke lingkungan sekolah. Sahlan (2010: 77) menjelaskan bahwa dalam
penguatan karakter religius dapat dilakukan melalui: peraturan kepala sekolah,
implementasi kegiatan belajar mengajar, kegiatan ektrakurikuler, budaya dan perilaku
yang dilaksanakan semua warga sekolah secara terus-menerus. Sehingga penguatan
karakter berbasis religius dapat tercapai sesuai yang diharapkan oleh sekolah.
Situasi dan kondisi tempat model serta penerapan nilai yang menjadi dasar
penanaman religius, yaitu: 1) Menciptakan budaya religius (karakter religius) yang
bersifat vertikal dapat diterapkan melalui kegiatan peningkatkan hubungan dengan
Allah SWT baik secara kualitas atau kuantitasnya. Pelaksanaan kegiatan religius di
sekolah yang bersifat ibadah, diantaranya sholat berjamaah, membaca ayat suci Al-
Qur’an, berdoa bersama dan lain sebagainya. 2) Menciptakan budaya religius (karakter
religius) yang bersifat horizontal yaitu lebih menempatkan sekolah sebagai institusi

5
sosial yang berbasis religius dengan menciptakan hubungan antar sosial yang baik. Jenis
hubungan sosial antar manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (a) hubungan
antara atasan dan bawahan, (b) hubungan profesional, (c) hubungan sederajat atau
sukarela berdasarkan nilai-nilai religius, seperti persaudaraan, kedermawanan,
kejujuran, saling menghormati dan sebagainya (Muhaimin, 1996: 61-62).
Program-program kegiatan religius di sekolah harus dilaksanakan secara
kontinyu dan berkesinambungan. Sebagai upaya penguatan pendidikan karakter peserta
didik dimasa sekarang ini. Dalam hal ini, budaya dan kultur masing-masing sekolah
sangat mempengaruhi sistem manajemen sekolah yang akan membentuk visi, misi, dan
tujuan sekolah itu sendiri. Sehingga lulusan yang akan dihasilkan dari masing-masing
sekolah juga akan membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Harapan
pemerintah, semua Lembaga Pendidikan bisa mewujudkan tujuan pendidikan secara
maksimal.
Aswat dan Setawan (2020) Strategi pengembangan karakter di sekolah melalui
pendekatan berbasis budaya sekolah, diantaranya;
1. Shalat dhuhah bersama sebelum memasuki ruang kelas;
2. Sebelum memasuki lingkungan sekolah, siswa satu persatu mengucap salam dan
menyalami guru-guru yang menyambut siswa di gerbang sekolah;
3. Sebelum bel berbunyi sebagai penanda masuk ruang kelas, siswa diarahkan
untuk membersihkan dan memungut sampah yang terlihat dihalaman sekolah;
4. Agenda jumat bersih;
5. Sabtu sehat;
6. Pemeriksaan kerapihan pakaian, kebersihan dan kesehatan kuku, rambut, mulut;
7. Melakukan peninjauan keterlaksanaan tata tertib guru dan siswa;
8. Melaksanakan tradisi perayaan hari-hari besar keagamaan. Sahlan, 2010(Narimo
2020) menjelaskan bahwa dalam penguatan karakter religius dapat dilakukan
melalui: peraturan kepala sekolah, implementasi kegiatan belajar mengajar,
kegiatan ektrakurikuler, budaya dan perilaku yang dilaksanakan semua warga
sekolah secara terus- menerus. Sehingga penguatan karakter berbasis religius
dapat tercapai sesuai yang diharapkan oleh sekolah. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk mewujudkan kegiatan tersebut adalah mencontohkan
keteladanaan, menciptakan lingkungan yang kondusif, dan ikut berperan aktif.

6
Darwis, (2010) menyebutkan ada lima fungsi yang dapat diperankan oleh agama,
yaitu:
1) Memberikan arti (value) hidup manusia, dalam arti keyakinan hidup dalam emosi dan
afeksi manusia. Keyakinan hidup ini mendorong adanya perilaku ibadah, yaitu
kepasrahan kepada Tuhan yang memberikan hidup dan perilaku manusia dalam berdoa
mengharapkan pertolongan Tuhan;
2) Memberikan dukungan psikologis untuk mendapatkan ketenangan hidup, mengatasi
dan terhindar dari kegoncangan jiwa, memperkuat kestabilan psikologis dengan konsep
sabar, syukur, ikhlas, tawakal, sakinah, sakinah, qanaah, dsb;
3) Membentuk solidaritas sosial dengan memberikan tuntunan bagi kehidupan umat
manusia untuk menjalin ukhuwah islamiyah, hidup saling menghargai, memupuk
kerukunan dan kedamaian, saling menolong yang dalam konteks ibadah dituntunkan
dengan shalat berjamaah, konsep jamaah, konsep zakat, dan tuntunan suka berderma
kepada anak yatim, orang miskin serta orang lain yang memerlukan pertolongan;
4) Mengendalikan kehidupan manusia secara dinamis ke arah yang baik dan menjauhi
perbuatan tercela, berkaitan dengan norma-norma kehidupan, adanya konsep pahala dan
dosa yang menuntun perilaku manusia menuju perilaku yang baik untuk mendapatkan
pahala dan dapat dijadikan contoh, bukan perilaku yang menimbulkan kerusakan dan
mendatangkan dosa;
5) Memacu perubahan sosial secara dinamis untuk menjadi yang terbaik dengan konsep
khaira ummah dalam mengejar dari ketertinggalannya, memajukan pendidikan, meraih
prestasi, menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk
kemampuan.

C. INDIKATOR NILAI DAN MORAL RELIGIUS


Dalam dunia pendidikan, perkembangan zaman berhasil menggeser
paradigma pembelajaran yang serba tradisional menjadi lebih modern. Hari ini
pembelajaran tidak lagi mengharuskan tatap muka secara langsung dalam satu
ruangan, melainkan dengan pembelajaran jarak jauh menggunakan fasilitas internet. Hal
ini menjadi menjadi tantangan tersendiri bagi kalangan akademisi. Disatu sisi
terasa sangat menguntungkan karena lebih fleksibel, disisi lainnya merupakan
kekhawatiran karena perilaku peserta didik tidak terawasi secara langsung. Dengan

7
begitu pendidikan juga perlu mengembangkan kegiatan yang mengandung nilai-nilai
keagamaan agar perilaku peserta didik tetap terkontrol di tengah-tengah arus
globalisasi (Novitasari et al., 2019).
Selain bertanggung jawab terhadap perilaku peserta didik, pendidikan juga
dijadikan sebagai penyalur bakat yang ada pada peserta didik agar mereka dapat
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya agar dapat bersaing dengan para
kompetitornya (Ningsih, 2019). Pendidikan juga memiliki fungsi untuk
mengenalkan, memahamkan, dan menjadikan nilai-nilai karakter sehingga melekat
dalam kehidupan peserta didik (Puspitasari, 2014). Dengan demikian pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting terhadap perilaku peserta didik di era
globalisasi sekarang ini.Penerapan nilai-nilai karakter pada peserta didik sangat
penting terutama karakter religius. Nilai-nilai karakter yang luhur tergerus oleh
arus globalisasi (Dalyono & Lestariningsih, 2017). Dampaknya dapat kita rasakan
seperti banyak anak-anak yang membangkang pada orang tuanya, peredaran minuman
keras dan obat-obatan terlarang, perilaku seks bebas, tawuran, dan tindakan
kriminal lainnya yang disebabkan semakin pudarnya nilai karakter.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan
individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta
(lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan
menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi,
menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja
sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan,
ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil
dan tersisih.
Terdapat beberapa deskripsi mengenai indikator yang terdapat nilai religius.
Deskripsi pertama mengatakan bahwa karakter religius adalah patuh menjalankan
agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Maka perilaku siswa dapat teramati
melalui tindakannya seperti mengucapkan salam ketika berpapasan dengan rekan
atau gurunya, memulai dan mengakhiri kegiatan belajar dengan do’a agar mendapat
keberkahan dan ilmu yang diterima dapat bermanfaat, membaca ayat al-qur’an,
melaksanakan ibadah shalat sunah dan fardu secara berjamaah. Deskripsi kedua dari
karakter religius mengatakan bahwa karakter religius berarti toleran terhadap

8
pelaksanaan ibadah agama lain. Indikatornya peserta didik beribadah sesuai
dengan ajarannya dan tidak memaksakan kehendak pada peserta didik lain.
Deskripsi ketiga yakni hidup secara rukun dengan peserta didik yang berbeda
keyakinan, dengan indikatornya tidak saling menghina, mengejek, dan
menganggap kepercayaan masing-masing yang paling baik
Menurut Kemendiknas (2010:25), indikator implementasi karakter religius
sebagai berikut.
1) Berdoa sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
2) Merayakan hari-hari besar keagamaan.
3) Memiliki fasilitas yang digunakan untuk beribadah.
4) Hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Melalui pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator penguatan
karakter religius pada guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo diantaranya:
1) Guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo berdoa sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan.
2) Guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo merayakan hari-hari besar
keagamaan.
3) Guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo memiliki fasilitas yang digunakan
untuk beribadah.
4) Guru di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo hidup rukun dengan pemeluk agama
Lain
Fungsi karakter religius. Menurut Kemendiknas (2010:7), fungsi karakter
religius sebagai berikut.
1) Pengembangan. Pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi
berperilaku yang baik.
2) Perbaikan. Memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.
3) Penyaring. Untuk menyaring budaya bangsa sendiridan budaya bangsa lain yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
Berdasarkan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa fungsi karakter religius
dalam penelitian ini seperti berikut:
1) Fungsi pengembangan. Penguatan karakter religius pada guru mampu

9
menjadikan pribadi yang berperilaku baik.
2) Fungsi perbaikan. Kiprah pendidikan mampu memperkuat rasa tanggung jawab
dalam penguatan potensi pada guru yang lebih bermartabat.
3) Fungsi penyaringan. Penguatan karakter religius pada guru mampu untuk
menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
c. Faktor yang mempengaruhi karakter religius. Menurut Megawangi (2004:25), ada
dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya karakter religius. Faktor yang
mempengaruhi karakter religius adalah:
1) Nature (faktor alami atau fitrah). Agama mengajarkan bahwa setiap manusia
mempunyai kecenderungan (fitrah) untuk mencintai kebaikan, namun fitrah ini
bersifat potensial.
2) Nurture (sosialisasi dan pendidikan) atau lebih dikenal dengan faktor
lingkungan. Usaha memberikan pendidikan dan sosialisasi sangat berperan di
dalam menentukan “buah” seperti apa yang akan dihasilkan nantinya dari
seorang anak.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada salah satu
faktor yang lebih dominan mempengaruhi karakter religius. Faktor tersebut adalah
nature (faktor alami atau fitrah).Agama mengajarkan bahwa setiap manusia mempunyai
kecenderungan (fitrah) untuk mencintai kebaikan, namun fitrah ini bersifat potensial.

D. PENERAPAN NILAI DAN MORAL RELIGIUS


Nilai moral religius berupa ketaqwaan, kejujuran, keikhlasan, dan tanggungjawab
dapat ditanamkan kepada mahasiswa melalui keteladanan, baik keteladanan internal
maupun eksternal. Keteladanan internal yang dilakukan oleh dosen, misalnya dilakukan
dengan cara mengawali dan mengakhiri setiap perkuliahan dengan berdoa. Dosen
senantiasa memberi contoh untuk disiplin dalam beberapa hal seperti kebersihan ruang
kelas, datang tepat waktu, dan memiliki komitmen terhadap kontrak belajar yang telah
disepakati bersama. Untuk dapat menjadi teladan yang baik diperlukan suatu proses
yang panjang. Seorang dosen melalui kebiasaan-kebiasaan baik yang selalu dia lakukan
didalam kelas dapat diteladani oleh mahasiswa.

10
 Yang pertama dapat diterapkan oleh mahasiswa. Sebagai contoh mengenai
kekuatan sebuah doa yang mengalahkan segala-galanya. Kedekatan kepada
Allah sebagai Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang telah mengantarkan
kepada suatu kesuksesan yang mungkin tidak disangka sebelumnya. Pengalaman
semacam inimenunjukkan pentingnya pemahaman tentang keberadaan sesuatu
Yang Maha Kuasa di atas segala-galnya. Artinya, pemahaman tentang nilai-nilai
religius terutama terkait dengan nilai ketaqwaan dalam kehidupan seorang
manusia menjadi suatu hal yang penting
 Penerapan yang kedua adalah keteladanan eksternal, yaitu keteladanan yang
datang dari luar diri dosen. Keteladanan semacam ini dapat dilakukan misalnya
dengan menyajikan cerita tentang tokoh-tokoh agama yang dapat dijadikan
sebagai teladan dalam meniti kehidupan. Sebagai contoh, tokoh Nabi
Muhammad, para sahabat nabi, Jenderal Besar Soedirman, dan tokoh-tokoh
penting lain baik di Indonesia maupun di luar Indonesia yang patut untuk
diteladani. Penyajian cerita yang menarik tentang kisah para tokoh tersebut
diharapkan menjadikan mahasiswa mengidolakan dan meniru tindakan positif
yang mereka lakukan. Para tokoh tersebut memiliki sikap ketaqwaan, kejujuran,
keikhlasan, dan tanggungjawab yang dapat diteladani oleh para mahasiswa. Nabi
Muhammad merupakan contoh atau teladan sosok manusia yang memiliki
ketaqwaan luar biasa yang patut untuk diteladani

E. EVALUASI NILAI DAN MORAL RELIGIUS


Menurut Maragustam terdapat enam strategi pembentukan karakter secara
umum yang memerlukan sebuah proses yang stimulan dan
berkesinambungan. Adapun strategi pembentukan karakter tersebut adalah:
habitusasi (pembiasaan) dan pembudayaan, membelajarkan hal-hal yang baik (
moral knowing), merasakan dan mencintai yang baik (feeling and loving the good),
tindakan yang baik (moral acting), keteladanan dari lingkungan sekitar (moral
modeling), Taubat.14Dari keenamrukun pendidikan karakter tersebut
maragustam mengatakan adalah sebuah lingkaran yang utuh yang dapat di ajarkan
secara berurutan maupun tidak berurutan.

11
Pendidikan karakter Religius pendidikan karekter religius merupakan usaha aktif
untuk membentuk suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain. Lalu evaluasi juga salah satu sarana penting dalam
meraih tujuan belajar mengajar. Guru sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar dapat
mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa, ketepatan metode mengajar yang
digunakan, dan keberhasilan siswa dalam meraih tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan melalui kegiatan evaluasi. Guru dapat mengambil keputusan secara tepat
dengan informasi ini mengenai langkah apa yang dilakukan selanjutnya. Informasi
tersebut juga dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk berprestasi yang lebih
baik.
Menurut Ratumanan (2003:1), evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses
sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional.
Ralp Tyler ( dalam Arikunto, 2011:3) mengatakan bahwa “ Evaluasi merupakan
sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan
bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Menurut Sudijono (2006:2) bahwa
evaluasi pendidikan adalah: 1) proses/ kegiatan untuk menentukan kemajuan
pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan; 2) usaha untuk
memperoleh informasi berupa umpan balik ( feed back ) bagi penyempurnaan
pendidikan.
Tujuan evaluasi
Yang pertama kali yang dilaksanakan dalam langkah perencanaan evaluasi adalah
merumuskan tujuan evaluasi yang hendak dicapai dalam suatu proses pendidikan.
Secara mendalam dan mendetail. Djiwandono ( 2006:399) mengemukakan lima tujuan
evaluasi pendidikan, yaitu:
1. Sebagai perangsang atau dorongan salah satu kegunaan evaluasi adalah untuk
memotivasi siswa agar berusaha melakukan yang terbaik dengan memberikan
angka tinggi, hadiah, bintang kelas sebagai hadiah atas usaha dan kerja kerasnya.
2. Umpan balik bagi siswa
Penilaian dalam evaluasi yang tetap dan teratur akan memberikan gambaran
tentang kekuatan dan kelemahan siswa. Informasi yang diperoleh berdasarkan

12
hasil evaluasi ini akan membantu siswa memperbaiki kelemahan mereka untuk
lebih sukses pada kesempatan yang akan datang.
3. Umpan balik bagi guru
Dengan pengetahuan dari evaluasi terhadap siswanya ini, seorang guru akan
mengetahui keberhasilan atau kegagalannya dalam memberikan pelajaran
kepada siswa. Pengetahuan akan kegagalan pasti akan memberikan tantangan
untuk memperbaiki, dapat dengan mengubah metode mengajarnya atau
mengubah sistematika bahan ajarnya, ataupun mengubah sikapnya.
4. Umpan balik bagi orang tua
Evaluasi sekolah dalam bentuk buku rapor akan disimpan orang tua sebagai
laporan tentang kegiatan anaknya selama disekolah. Apabila nilai anaknya jatuh,
orang tua akan mengetahui penyebabnya sehingga dapat membantu siswa untuk
kembali belajar lebih giat lagi.
5. Informasi untuk seleksi
Untuk naik ke jenjang pendidikan yang lebih baik tinggi, seorang siswa
diwajibkan mengikuti seleksi dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.

13
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Religius berasal dari kata Religi yang diartikan sebagai agama. Rekigius adalah
sifat yang menyangkut keagamaan. Orang religious adalah orang yang menunjukkan
kepercayaan dan kehormatan kepada tuhan. Religus adalah konsep yang berkaitan
dengan atau mewujudkan pengabdian yang setia kepada realitas atau bentuk tertinggi
yang diakui. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu
hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam
semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai
dan menjaga keutuhan ciptaan.
Contoh penerapan nilai moral religious diterapkan oleh mahasiswa. Sebagai
contoh mengenai kekuatan sebuah doa yang mengalahkan segala-galanya. Kedekatan
kepada Allah sebagai Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang telah mengantarkan
kepada suatu kesuksesan yang mungkin tidak disangka sebelumnya. Pengalaman
semacam inimenunjukkan pentingnya pemahaman tentang keberadaan sesuatu Yang
Maha Kuasa di atas segala-galnya. Artinya, pemahaman tentang nilai-nilai religius
terutama terkait dengan nilai ketaqwaan dalam kehidupan seorang manusia menjadi
suatu hal yang penting

B. Saran
1. Bagi Siswa
Siswa harus memiliki kesadaran untuk menerapkan nilai yang telah diperoleh,
khususnya nilai religius dari pembelajaran kedalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Guru
Guru harus memiliki kesadaran bahwa pendidikan nilai bukan hanya menjadi
tanggungjawab guru agama semata. Tetapi pendidikan nilai menjadi tanggungjawab
semua guru, karena pendidikan nilai sangat penting untuk diterapkan.
3. Bagi Sekolah
Sekolah dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang meliputi 3 ranah yaitu ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor dengan melalui penerapan integrasi nilai religius
dalam setiap pembelajaran.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aswat, H., Fitriani, B., Sari, E. R., & Muliati, M. (2021). Analisis Pelaksanaan
Penguatan Karakter Religius Selama Masa Distance Learning pada Siswa Sekolah
Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(6), 4301-4308
Bima, Aria. Dkk. 2012. Pengertian Nilai Religius. http://oktapede. blogspot.com/
2012/04/pengertian-nilai-religius-sosiologi_19.html
J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995),hal.
43. 18 M.
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya,1990),hal.
141.
Nurgiansah, T. H. (2022). Pendidikan Pancasila Sebagai Upaya Membentuk Karakter
Religius. Jurnal Basicedu, 6(4), 7310-7316.
Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ruminiati.2007.Modul Pendidikan Kewarganegaraan SD: Untuk Program S1
Murdiono, Mukhamad. "Strategi internalisasi nilai-nilai moral religius dalam proses
pembelajaran di perguruan tinggi." Jurnal Cakrawala Pendidikan 1.3 (2010)
Cahyono, H. (2016). Pendidikan karakter: strategi pendidikan nilai dalam membentuk
karakter religius. Riayah: Jurnal Sosial dan Keagamaan, 1(02), 230-240.

15

Anda mungkin juga menyukai