Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

DIURETIK, HIPERTENSI, HIPNOTIK SEDAPTIP

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. Anggun Julianti P3.73.24.2.21.048


2. Anindita Putri Azzahra P3.73.24.2.21.049
3. Avrilia Suselvi P3.73.24.2.21.051
4. Gita Aprillia P3.73.24.2.21.058
5. Mayang Puspitasari P3.73.24.2.21.065
6. Siti Zahrani Ismail P3.73.24.2.21081
7. Syafa Athahira Solehah P3.73.24.2.21.084

POLTEKKESN KEMENKES JAKARTA III


JURUSAN D-III KEBIDANAN
TAHUN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Farmakologi.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakologi. Kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen Farmakologi yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………. 2

C. Tujuan …………………………………………………………………………... 3

D. Manfaat …………………………………………………………………………. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Diuretik …………………………………………………………………………. 4

B. Hipertensi ……………………………………………………………………….. 14

C. Hipnotik Sedatif ………………………………………………………………… 19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………... 24

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengeluaran urin atau diuresis dapat diartikan sebagai penambahan produksi
volume urin yang dikeluarkan dan pengeluaran jumlah zat zat terlarut dalam air.
Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine
disebut Diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang
menurunkan reabsorbsi Na+ dan ion lainseperti Cl+ memasuki urine dalam
jumlah lebih banyak dibandingkan dalam keadaan normal bersama-sama, yang
mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keimbangan osmotic.
Diuretik menjadi obat yang paling banyak diresepkan pada penderita
hipertensi yaitu sebesar 49% (Herlina & Muchtaridi, 2018). Diuretik juga merupakan
terapi utama untuk mengatasi edema pada penderita gagal jantung, sindroma nefrotik,
dan sirosis hepatik (Qavi et al., 2015). Efek samping yang sering dilaporkan pada
pasien yang menerima terapi diuretik antara lain adalah hipokalemia sebesar 20-40%,
hipomagnesemia 5%-10%, impotensi 3%-32%, ginekomastia ±13%, dan
hiperglikemia ±1% (Papademetriou, 2006). Diuretik diklasifikasikan berdasarkan
tempat kerjanya (diuretik loop), khasiat (high-ceiling diuretic), struktur kimia
(diuretik tiazid), kesamaan kerja dengan diuretik lain (diuretik mirip tiazid), efek
terhadap ekskresi kalium (diuretik hemat kalium), dll (Jackson, 2008).
Hipertensi merupakan salah satu faktor penting sebagai pemicu penyakit tidak
menular (non communicable disease = NCD) seperti penyakit jantung, stroke dan
yang lainnya. Berdasarkan data WHO 2006, penyakit yang disebabkan oleh hipertensi
menjadi salah satu penyebab kematian paling tinggi di dunia. Sedangkan berdasarkan
hasil penelitian sporadic di 15 Kabupaten/Kota di Indonesia yang dilakukan oleh
Felly PS dkk (2011-2012) dari Badan Litbangkes Kemkes, memberikan fenomena
17,7% kematian disebabkan oleh stroke dan 10% kematian disebabkan oleh
Ischaemic Heart Disease (penyakit jantung koroner).
Penyakit hipertensi ini bagi masyarakat sangat penting untuk dicegah dan
diobati. Hal ini dikarenakan dapat menjadi pencetus terjadinya stroke yaitu kerusakan
pembuluh darah di otak. Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya
hidup dan pola makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau
kebiasaan seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada
kesehatan.
1
Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu
mendepresisistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas
moderate yangmemberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi
yang dapatmemberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset
sertamempertahankan tidur.
Gejala akibat pemakaiannya adalah mula-mula gelisah, mengamuk
lalumengantuk, malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat . Jika
sudahkecanduan, kemudian diputus pemakainya maka akan menimbulkan
gejalagelisah, sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat,
tekanandarah naik , dan kejang-kejang. Jika pemakainya overdosis maka akan
timbulgejala gelisah, kendali diri turun, banyak bicara, tetapi tidak jelas,
sempoyangan,suka bertengkar, napas lambat, kesadaran turun, pingsan, dan jika
pemakainyamelebihi dosis tertentu dapat menimbulkan kematian.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah tentang Diuretik, Hipertensi, Hipnotik Sadaptif,
maka bisa dirumuskan beberapa masalah berikut ini:
1. Pengertian diuretik, hipertensi, hipnotik sadaptif
2. Cara kerja obat diuretik, hipertensi, hipnotik sadaptif
3. Jenis obat diuretik, hipertensi, hipnotik sadaptif
4. Efek samping diuretik, hipertensi, hipnotik sadaptif
5. Cara pemberian obat pada pasien
6. Dosis yang digunakan
7. Kontra Indikasi obat diuretik, hipertensi, hipnotik sadaptif

2
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memperluas wawasan
dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca untuk mengetahui atau mempelajari
konsep dasar obat, mekanisme kerja obat, efek sampingnya, jenis obat dan contoh
obat.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa, sebagai tambahan pengetahuan dan mahasiswa mampu
memahami materi tersebut dan juga sebagai referensi menerapkan ilmu
pengetahuan tentang diuretik, hipertensi, hipnotik sadaptif.
2. Bagi Pendidik
Manfaat bagi pendidik adalah mampu menambah wawasan yang sudah dimiliki
dalam memberikan materi kepada peserta didik.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deuretik
1. Pengertian Duretik
Diuretik berasal dari kata dioureikos yang berarti merangsang berkemih atau
merangsang pengeluaran urin (Dorland, 1996). Diuretika ialah obat yang dapat
menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian,
pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang
kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air
(Sunaryo, 1995),
Fungsi utama diuretika adalah untuk mobilisasi cairan edema, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel
kembali menjadi normal.

2. Jenis Obat Diuretik


Berdasarkan mekanisme kerjanya, diuretik dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1. Tiazid
Tiazid bekerja dengan mengurangi penyerapan natrium atau klorida di
tubulus ginjal distal, sehingga meningkatkan produksi urin. Selain itu, tiazid
dapat mengendurkan pembuluh darah, membuatnya efektif dalam menurunkan
tekanan darah.Merupakan Obat diuretik yang paling banyak digunakan.
Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada bagian awal tubulus
distal (nefron). Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang
meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu, kalium hilang dan
kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam pengobatan hipertensi, gagal
jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus nefrogenik. Obat-obat
diuretik yang termsuk golongan ini adalah:
• Klorotiazid
• Hidroklorotiazi
• Hidroflumetiaz
• Bendroflumetiazid
• Politiazid

4
• Benztiazid
• Siklotiazid
• Metiklotiazid
• Klortalidon
• Kuinetazon
• Indapamid

Contoh gambar obat :

2. Loop diuretik (Furosemid, As Ektarinat, Torsemid, Bumetanid)


Diuretik loop bekerja dengan menurunkan penyerapan kalium, klorida,
dan natrium di loop Henle (kurva) di ginjal. Ini akan meningkatkan jumlah air
dan garam yang dikeluarkan melalui urin.Termasuk dalam kelompok ini
adalah asam etakrinat, furosemid dan bumetanid. Asam etakrinat termasuk
diuretik yang dapat diberikan secara oral maupun parenteral dengan hasil yang
memuaskan.Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfomail antranilat

5
masih tergolong derivat sulfonamid. Diuretik loop bekerja dengan mencegah
reabsorpsi natrium, klorida, dan kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa
Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa klorida. Obat ini termasuk asam
etakrinat, furosemid da bumetanid, dan digunakan untuk pengobatan
hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal.
Pengobatan bersamaan dengan kalium diperlukan selama menggunakan obat
ini.

3. Diuretik hemat kalium


Diuretik hemat kalium bekerja dengan meningkatkan volume cairan
dan natrium dalam urin sambil mempertahankan kadar kalium dalam
tubuh.Yang termasuk dalam klompok ini antara lain:
• Aldosteron

Obat ini digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi).


Aldactone juga digunakan sebagai diuretik (obat yang mempercepat
pembentukan urin). Dengan menurunkan tekanan darah tinggi dapat
membantu mencegah dan menurunkan resiko stroke, serangan jantung dan
masalah ginjal.

• Traimteren
• Amilorid

Amiloride adalah salah satu obat diuretik golongan hemat kalium. Obat
ini banyak digunakan untuk pengobatan gagal jantung kongestif, tekanan

6
darah tinggi, bengkak, serta penurunan kadar kalium dalam darah yang
disebabkan oleh penggunaan diuretik lain seperti obat golongan tiazid.
Menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi dapat
mencegah terjadinya serangan jantung, gangguan ginjal, dan stroke. Amiloride
bekerja dengan cara mengeluarkan cairan dan garam berlebih melalui urin dan
mencegah agar ginjal tidak terlalu banyak mengeluarkan kalium.

4. Penghambat karbonat anhydrase


Diuretik penghambat karbonat anhidrase bekerja dengan meningkatkan
pelepasan asam bikarbonat, natrium, kalium, dan air di tubulus ginjal.
5. Diuretik osmotic
Diuretik osmotik meningkatkan jumlah cairan tubuh yang disaring oleh
ginjal, sementara menghambat reabsorpsi cairan kembali oleh ginjal.Istilah
diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan
cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah:

• Manitol

Mannitol adalah diuretik osmotik. Mannitol bekerja dengan cara


meningkatkan jumlah cairan yang dikeluarkan oleh ginjal dan membantu
tubuh dalam mengurangi tekanan di otak dan mata.Untuk mencegah atau
mengobati kelebihan air dalam tubuh pada keadaan ginjal tertentu,
mengurangi pembengkakan otak, atau mengurangu tekanan dalam mata.
• Urea
• Gliserin
• Isosorbid
Mengobati dan mencegah angina pada pasien yang menderita penyakit
jantung coroner.

7
3. Cara Kerja Obat Diuretik
a. Inhibitor Karbonik Anhidrase
Tempat kerja utama di Tubuli Proksimal. Dengan cara kerja penghambatan
terhadap reabsorsi HCO3-, H+, dan Na+.

b. Loop Diuretik
Tempat kerja utama Ansa Henle pada bagian dengan epitel tebal. Cara kerja loop
diuretik, yaitu penghambatan terhadap kontraspor Na+/K+/Cl-.

c. Tiazid
Tempat kerja utama Hulu Tubuli Distal. Sedangkan cara kerja penghambatan
terhadap reabsorsi Natrium Klorida.

d. Diuretik Hemat Kalium


Tempat kerja utama di Hilir Tubuli Distal dan Duktus Koligentas daerah korteks.
Cara kerjanya penghambatan antiport Na+/K+ (reabsorsi natrium dan sekresi
kalium) dengan jalan antagonisme kompetitif (spironolakton) atau secara langsung
(triemteren dan amilorid).

e. Diuretik Osmotik
1) Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
2) Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula
menurun.

3) Duktus Koligentes

8
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out,
kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.

4. Efek Samping Diuretik


Efek samping yang dapat terjadi dengan penggunaan diuretik dapat bervariasi.
Itu tergantung pada jenis dan kondisi pasien. Beberapa efek samping yang sering
muncul akibat penggunaan diuretik adalah:
1. Berbelok
2. Sakit kepala
3. Mulut kering
4. Keram perut
5. Kram otot
6. Sembelit atau sembelit
7. Ketidakmampuan
8. Tinitus
9. Tekanan darah menurun ( hipotensi )
10. Ginekomastia
11. Kelelahan dan sesak napas yang berlebihan
12. Peningkatan kadar asam urat dan asam urat
13. Peningkatan kadar gula darah
14. Meningkatnya kadar kolesterol dalam darah
15. Perubahan dan ketidakseimbangan elektrolit, termasuk kalium, natrium,
klorida, atau magnesium
Selain itu, penggunaan diuretik juga dapat menyebabkan reaksi alergi terhadap
obat yang dapat ditandai dengan munculnya ruam merah yang terasa gatal,
pembengkakan pada kelopak mata dan bibir, serta kesulitan bernapas.

5. Idikasi/Kontraindikasi
a. Inhibitor Karbonik Anhidrase
1) Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena
menyebabkan disorientasi mental pada penderita sirosis hepatis.
2) Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi
sumsum tulang dan lesi
9
3) Renal mirip reaksi sulfonamid.
4) Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan karena pada
hewan percobaan.
5) obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik. Indikasi

➢ Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada penyakit


glaukoma.
➢ Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute mountain
sickness.
➢ Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat bermanfaat
untuk alkalinisasi.
➢ Urin sehingga mempermudah ekskresi zat organik yang bersifat asam
lemah.

b. Loop Diuretik
Indikasi
➢ Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena
ganguan saluran cerna
➢ yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk pengobatan
udem akibat
➢ gangguan jantung, hati atau ginjal.

c. Tiazid
1) Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat
payah jantung ringan sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi
dengan diuretik hemat kalium pada penderita yang juga mendapat
pengobatan digitalis unruk mencegah timbulnya hipokalemia yang
memudahkan terjadinya intoksikasi digitalis.
2) Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik
sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain.

3) Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan


hiperkalsiuria pada penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih.

10
d. Diuretik Hemat Kalium Indikasi
➢ Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan
hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai
bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi kalium,
disamping memperbesar diuresis.
➢ Triamteren dan Amilorid bermanfaat untuk pengobatan beberapa
pasien udem. Tetapi obat ini akan bermanfaat bila diberikan
bersama dengan diuretik golongan lain, misalnya dari golongan
tiazid.
e. Diuretik Osmotik
Kontra indikasi
➢ Manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria,
kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi hebat dan
perdarahan intrakranial kecuali bila akan dilakukan kraniotomi.
Infus manitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda
gangguan fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti
paru.

11
6. Dosis Obat Diuretik

bukan suatu tiazid tapi sulfonamida yang secara kualitatif serupa dengan tiazid

12
7. Efek Samping dan Cara Mengatasinya
a. Inhibitor Karbonik Anhidrase
➢ Asetalozamid.
➢ Asidosis metabolik hiperkloremik.
➢ Batu ginjal.
➢ Pembuangan kalium ginjal.
➢ Rasa mengantuk, paresthesia, toksisitas sistem saraf, dan reaksi
hipersensitivitas.
➢ Depresi sum-sum tulang.
➢ oksisitas pada kulit.

b. Loop Diuretik
Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena ganguan
saluran cerna yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk
pengobatan udem akibat gangguan jantung, hati atau ginjal.
➢ Alkalosis metabolik hipokalemik.
➢ Ototoksisitas
➢ Hiperurisemia
➢ Hipomagnesemia
➢ Reaksi alergik dan reaksi lainnya
➢ Tizaid
➢ Gangguan toleransi karbohidrat
➢ Hiperlipidemia
➢ Hiponatremia
➢ Reaksi alergi
➢ Rasa lemah, letih, paresthesia, dan impotensi
➢ Hipertensi
➢ Gagal jantung ringan
➢ Edema resisten parah
➢ iabetes insipidus nefrogenik
c. Diuretik Hemat Kalium
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia
yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan
kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula
13
terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang
lebih ringan dan reversibel diantranya ginekomastia, dan gejala saluran
cerna.
➢ Hiperkalemia
➢ Asidosis metabolik hiperkloremia
➢ Ginekomastia
➢ Gagal ginjal akut
➢ Batu ginjal

d. Diuretik Osmotik
Manitol dapat menimbulkan reaksi hipersensitif.
➢ Ekspansi cairan ekstrasel
➢ Dehidrasi, hiperkalemia, dan hypernatremia
➢ Sakit kepala, mual, dan muntah
➢ Edema paru (pada pasien gagal jantung dan kongesti paru)

B. HIPERTENSI
1. Pengertian Hiertensi
Hipertensi terjadi jika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal
dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan
satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam
mempertahankan tekanan darah secara normal. Defenisi Hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh
darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila
arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir
dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban
kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat dan arteri yang bila berlanjut
dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah. Hipertensi juga
didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik > 90 mmHg (Udjianti,2013).

14
Penyakit hipertensi merupakan gejala peningkatan tekanan darah yang
kemudian berpengaruh pada organ yang lain, seperti stroke untuk otak atau
penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung.
Penyakit ini salah satu masalah utama dalam kesehatan masyarakat di
Indonesia maupun dunia. Diperkirakan, sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi
terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025 ; dari jumlah total 639
juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar
kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan
pertambahan penduduk saat ini (Ardiansyah, 2012).
Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi terkena terkanan darah tinggi dari
pada pria. Dari kasus - kasus tadi, ternyata 68,4% diantaranya termasuk hipertensi
ringan (diastolik 95,104 mmHg), 28,1% hipertensi sedang (diastolik 105,129
mmHg), dan hanya 3,5% yang masuk hipertensi berat (diastolik sama atau lebih
besar dengan 130 mmHg).

2. Menurut Nanda Nic-Noc (2016). Tanda dan Gejala Hipertensi adalah :


a) Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak Nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epitaksis (mimisan)
h) Kesadaran menurun

3. Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :


a. Penyakit jantung ; Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan
gagal jantung
b. Ginjal ; Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya membran
glomelurus,protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang dan menyebabkan edema
c. Otak ; Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak
15
mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah yang
perdarahi berkurang.
d. Mata ; Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
e. kerusakan pada pembuluh darah arteri ; Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat
terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan
ateroklorosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).

4. Obat yang digunakan untuk terapi hipertensi.


Pemilihan obat antihipertensi bergantung pada indikasi maupun kontraindikasi
yang sesuai untuk pasien; beberapa indikasi dan kontraindikasi dari berbagai obat
antihipertensi adalah sebagai berikut :
1) Tiazid (lihat bagian 2.2.1)–terutama diindikasikan untuk hipertensi pada
lansia (lihat keterangan di bawah); kontraindikasi pada gout.
2) Beta bloker (lihat bagian 2.3.4)–meskipun tidak lagi disukai untuk
pengobatan awal hipertensi tanpa komplikasi, indikasi yang lain meliputi
infark miokard, angina; kontraindikasi meliputi asma, blokade jantung.
3) Penghambat ACE (lihat bagian 2.3.5)–indikasi meliputi gagal jantung,
disfungsi ventrikel kiri dan nefropati akibat diabetes; kontraindikasi
meliputi penyakit renovaskular (lihat bagian 2.3.5) dan kehamilan.
4) Antagonis reseptor angiotensin II (lihat bagian 2.5.5.2) merupakan
alternatif untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi penghambat ACE
karena efek samping batuk kering yang menetap, namun antagonis
reseptor Angiotensin II mempunyai beberapa kontraindikasi yang sama
dengan penghambat ACE.
5) Antagonis kalsium. Terdapat perbedaan yang penting antara berbagai
antagonis kalsium (lihat bagian 2.4.2). Antagonis kalsium dihidropiridin
bermanfaat dalam hipertensi sistolik pada lansia apabila tiazid dosis
rendah dikontraindikasikan atau tidak dapat ditoleransi (lihat keterangan di
bawah). Antagonis kalsium “penggunaan terbatas” (misalnya diltiazem,
verapamil) mungkin bermanfaat pada angina; kontraindikasi meliputi
gagal jantung dan blokade jantung.
6) Alfa bloker (lihat bagian 2.3.3)–indikasi yang mungkin adalah prostatism;
kontraindikasi pada inkontinensia urin.
16
5. Efek Samping dan Bahaya Obat Antihipertensi
Efek samping dari penggunaan obat antihipertensi bisa bebeda satu dengan yang
lain, tergantung jenis, dosis, dan respon pasien terhadap pengobatan. Namun,
beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah menggunakan obat
antihiperensi adalah sebagai berikut:
• Batuk
• Pusing atau pening
• Sakit kepala
• Diare
• Konstipasi
• Lelah, mengantuk, dan kurang bertenaga
• Ruam pada kulit
• Mual atau muntah
• Disfungsi ereksi
• Penurunan atau kenaikan berat badan secara tiba-tiba

6. Cara kerja pada obat hipertensi :


1) Diuretik
obat yang bekerja pada ginjal untuk membantu tubuh mengeluarkan
natrium (garam) dan air, sehingga mengurangi volume darah.
2) Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor
Cara kerja ACE inhibitor adalah membantu merelaksasi pembuluh darah
dengan menghalangi pembentukan bahan kimia alami yang mempersempit
pembuluh darah.
3) ngiotensin II receptor blockers (ARBs).
Membantu melemaskan pembuluh darah dengan menghalangi aksi bahan
kimia alami yang mempersempit pembuluh darah.
4) Calcium channel blocker (CCB)
Cara kerja CCB adalah membantu mengendurkan otot-otot pembuluh
darah, dan memperlambat detak jantung. CCB dapat bekerja lebih baik
pada orang usia lanjut dan orang-orang dari ras tertentu, jika dibandingkan
ACE inhibitor.

17
7. Dosis dan Aturan Pakai Amlodipine (Obat Hipertensi)
Amlodipine hanya boleh digunakan sesuai anjuran dokter. Berikut ini adalah dosis
umum penggunaan amlodipine berdasarkan kondisi dan usia pasien:

Kondisi: Hipertensi
Dewasa: 5–10 mg per hari.
Anak-anak 6–17 tahun: 2,5–5 mg per hari.

Kondisi: Angina pektoris


Dewasa: 5–10 mg per hari.

Contoh gambar obat hipertensi

18
C. HIPNOTIK SEDATIF
1. Pengertian Hipnotik Sedatif
Sedatif dan hipnotik adalah senyawa yang dapat menekan sistem saraf pusat
sehingga menimbulkan efek sedasi lemah sampai tidur pulas. Hipnotik-sedatif
adalah obat depresan SSP yang tidak selektif, efek mulai ringan – berat (hilangnya
kesadaran, anestesi, koma, mati). Sedatif digunakan dalam pengobatan cemas,
hipnotik digunakan untuk pengobatan insomnia ada yang berfungsi antikonvulsan:
klorazepat, diazepam, fenobarbital) relaksasi otot: diazepam.

2. Gejala :
Gejala pengguna obat-obatan sedatif-hipnotik:
• Terlihat seperti dibius atau mengantuk.
• Cara bicara pun terlihat aneh dan terbata-bata.
• Daya konsentrasi juga menurun drastis.
• Keadaan emosi tidak terkontrol (moody).
• Mendapat gangguan mental atau kebingungan.
• Pengelihatan kabur.
• Vertigo.
• Tidak dapat menjaga rahasia.
• Mual dan muntah.
• Nyeri pada sendi dan dada.
• Diare
• Koordinasi tubuh amat buruk.
• Mengantuk, namun masih dapat melakukan aktifitas lain seperti memasak,
mengemudi, bahkan berhubungan seksual, tanpa kesadaran penuh dan
akan melupakan seluruh aktifitas yang dilakukan sebelumnya.

3. Dosis :
Hipnotik biasanya terletak pada jumlah dosisnya—dosis yang lebih rendah
memiliki efek menenangkan dan dosis yang lebih tinggi menyebabkan tidur.
➢ Cara Kerja Obatnya:
Sedatif-hipnotik berkhasiat menekan sistem saraf pusat bila digunakan
dalam dosis yang meningkat, suatu sedatif, misalnya fenobarbital akan

19
menimbulkan efek berturut-turut peredaan, tidur, dan pembiusan total
(anestesi), sedangkan pada dosis yang lebih besar lagi dapat menyebabkan
koma depresi pernafasan dan kematian.
➢ Kontraindikasi :
• Hipersensitivitas
• Koma dan depresi SSP
• Nyeri berat yang tak terkendali
• Hamil dan laktasi
➢ Indikasi :
Sedatif dan hipnotik adalah senyawa yang dapat menekan sistem saraf
pusat sehingga menimbulkan efek sedasi lemah sampai tidur pulas.
➢ Perhatian :
1) Hati-hati pada gangguan fungsi; hati, ginjal dan paru
2) Hati-hati pada penderita yang cenderung ingin bunuh diri atau
pernah kecanduan obat
3) Penggunaan hipnotik hendaknyaa jangka pendek
4) Pasien lansia dosis rendah

➢ Interaksi :
• Depresi tambah berat jika bersama alkohol, antihistamin,
antidrepresan, analgesik opioid, fenotiazin
• Barbiturat dapat menginduksi enzim metabolisme obat hati dan
dapat menurunkan efektifitas obat
• Jangan diberikan bersama inhibitor MAO (monoamin oksidase):
isokarboksazid, fenelzin, tranilsipromin

➢ Efek Sampingnya
Efek samping yang umum golongan sedatif-hipnotik adalah mengantuk
dan perasan tidak enak waktu bangun. Kelebihan dosis dapat menimbulkan
koma dan kematian karena terjadi depresi pusat medula yang vital di otak.

20
4. Jenis atau Contoh obatnya :
❖ Barbiturat: fenobarbital, butobarbital, siklobarbital, dan lain-lain.
Barbiturate sejak lama digunakan sebagai hipnotik-sedative, tetapi
penggunaannya dalam tahun-tahun terakhir sangat menurun karena adanya
obat-obat dari kelompok benzodiazepine yang lebih aman, yang
merupakan pengecualian adalah fenobarbital yang memiliki sifat
antikonfulsif dan thiopental dan masih banyak digunakan sebagai
anastetikum.
❖ Benzodiazepine: temazepam, nitrazepam, flurazapam dan fluritrazepam,
triazolam, estazolam, dan midazolam. Obat-obat ini pada umumnya kini
dianggap sebagai obat tidur pilihan pertama karena toksisitas dan efek
sampingnya yang relative paling ringan. Obat ini juga menimbulkan lebih
sedikit interaksi dengan obat lain, lebih ringan menekan pernafasan dengan
kecenderungan penyalahgunaan yang lebih sedikit.
❖ Lain-lain: morfin (candu) alcohol, mefrobamat, opripamol, buspiron
(Buspar) dan zopiclon (Imovane) digunakan sebagai tranquilizer.
Berhubung ratio efektivitas dan efek sampingnya relative buruk, sehingga
kini penggunaannya sudah berkurang.

5. Implikasi Keperawatan :
• Pantau TD, nadi, nafas pada pemberian IV
• Penggunaan jangka panjang pantau: depresi, kecenderungan bunuh diri,
ketergantungan
• Insomnia: kaji pola tidur sebelum, dan secara periodik selama terapi
• Kecemasan: kaji tingkat kecemasan dan sedasi (ataksia, pusing dan bicara
tidak jelas) sebelum, dan secara periodik selama terapi
• Kejang: observasi dan catat intensitas, durasi dan karakteristik kejang,
lakukan tindakan kewaspadaan terhadap kejang
• Spasme otot: kaji spasme otot, nyeri yang menyertai, dan keterbatasan
gerak sebelum dan selama terapi
• Gejala putus alkohol: kaji gejal putus obat: tremor, agitasi, delirium,
halusinasi

21
6. Diagnose Keperawatan Potensial :
Gangguan pola tidur (indikasi)
Risiko tinggi cedera (efek samping)
Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan
(penyuluhan keluarga/pasien)

7. Implementasi :
• Awasi ambulasi dan perpindahan pasien setelah pemberian dosis hipnotik
• Buang sigaret
• Penghalang tempat tidur harus dipasang dan bel panggil harus terus berada
dalam jangkauan setiap saat
• Beri posisi rendah pada tempat tidur

8. Penyuluhan :
• Mempersiapkan lingkungan untuk tidur: ruang gelap, tenang, hindari
nikotin dan kafein
• Jika efek kurang efektif setelah beberapa minggu, konsultasikan ke dokter,
jangan menaikan dosis
• Penghentian obat secara bertahap, jangan mendadak (menghindari reaksi
putus obat)
• Dapat menyebabkan kantuk di siang hari, hindari nyetir, bekerja yang
berisiko tinggi kecelakaan
• Hindari alkohol dan depresan SSP lainya
• Anjurkan lapor ke dokter jika berencana hamil atau mencurigai kehamilan

22
contoh Gambar obat hipnotik sedatif

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat kami simpulkan bahwa Diuretika ialah obat yang dapat menambah
kecepatan pembentukan urin. Begitu pula Fungsi utama diuretika adalah untuk
mobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian
rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal.
Sedangkan Hipertensi juga didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Udjianti,2013). Penyakit
hipertensi merupakan gejala peningkatan tekanan darah yang kemudian berpengaruh
pada organ yang lain, seperti stroke untuk otak atau penyakit jantung koroner untuk
pembuluh darah jantung dan otot jantung. Dan Sedatif digunakan dalam pengobatan
cemas, hipnotik digunakan untuk pengobatan insomnia ada yang berfungsi
antikonvulsan: klorazepat, diazepam, fenobarbital) relaksasi otot: diazepam.

24
DAFTAR PUSTAKA

• journal_LestariDianayu/Identifikasiinteraksi Obat Antihipertensi – Obat Lain


:Efek Interaksi Obat Terhadap Tercapainya Target Tekanan Darah Pada

Pasien Stroke Iskemik/universitas Hasanuddin. Makassar.2017.pdf

• www.alodokter.com/diuretik

• file:///C:/Users/FX%20RAMLAN%20KA/Downloads/Bab%20II.pdf

• alodokter.com/obat-antihipertensi

• dr-suparyanto.blogspot.com/2010/04/hipnotik-sedatif-dan-

psikotropik.html?m=1

• prezi.com/ccthlmreylgi/sedatif-hipnotik/?fallback=1

• file:///C:/Users/ANGGUN%20JULIANTI/Downloads/Modul%20FARMAKO

LOGI--converted(1).pdf

25

Anda mungkin juga menyukai