Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FARMAKOLOGI II

DIURETIK

KELOMPOK 4
DISUSUN OLEH :
1. Chalista Azizah Banowati (B25221443)
2. Syifa Nur Fadhilah (B25221444)
3. Dita Pratiwi Rahayu (B25221469)
4. Efrida Maharani (B25221473)

PRODI D3 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kumi, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Farmakologi tentang Psikotropika.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil


hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan informasi terhadap pembaca.

Surakarta, 15 September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................ 5
Latar Belakang ........................................................................ 5
Tujuan ..................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ......................................................... 7
1. Pengertian diuretik ............................................................. 7
2. Mekanisme kerja diuretik ................................................... 7
Tubuli proksimal............................................................. 7
Lengkungan henle........................................................... 7
Tubuli distal .................................................................... 8
Saluran pengumpul ......................................................... 8
3. Penggolongan diuretik ........................................................ 9
Diuretik kuat ................................................................... 9
Diuretik tiazid ................................................................. 10
Diuretik hemat kalium .................................................... 11
Diuretik osmostik ........................................................... 12
Diuretik penghambat karbonik angidrase........................ 13
4. Masalah yang timbul pada pemberian diuretik ................... 14
Hipokalemia ................................................................... 14
Hiperkalemia .................................................................. 14
Hiponatremia .................................................................. 15
Deplesi cairan ................................................................. 15

3
Gangguan keseimbangan asam basa ............................... 15
BAB III PENUTUP ................................................................. 17
KESIMPULAN ....................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 18

4
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Diuretik adalah suatu agen obat yang dapat meningkatkan volume urin
atau laju aliran urin dengan cara meningkatkan ekskresi air dan Na+ serta
digunakan untuk meregulasi volume atau komposisi cairan tubuh pada beberapa
keadaan contohnya edema.
Pada abad ke-16, Obat-obat diuretik telah diperkenalkan oleh Paracelsus
sebagai terapi edema. Kemudian pada tahun 1930, Swartz menemukan bahwa
sulfanilamide (antimikrobial) dapat mengobati pasien gagal jantung, yaitu dengan
meningkatkan ekskresi dari Na+. Sejak diketahui bahwa obat-obat antimikroba
seperti sulfanilamide memiliki efek samping terhadap perubahan komposisi dan
jumlah ekskresi urin, dilakukan berbagai penelitian terhadap obatobat diuretik
kembali.
Diuretik adalah obat yang paling banyak diresepkan di USA. Hal ini
dikarenakan obat diuretik cukup efektif untuk pengobatan. Akan tetapi, efek
samping dari obat-obat diuretik juga banyak. Sehingga sebagai seorang dokter
umum perlu mengetahui jenis-jenis obat diuretik agar dapat memberikan terapi
diuretik secara rasional kepada pasien.
Diuretik dalam kehidupan sehari contohnya pada obat furosemide,
spironolakton, dimana obat furosemide dan spironolakton adalah obat-obat yang
digunakan untuk diuretic yang fungsinya dalam mengurangi tekanan darah dan
mengeluarkan urine yang terdapat di dalam tubuh. Adapun pentingnya
mempelajari diuretik bagi seorang farmasis yaitu bisa memahami dan mengetahui
hal apa yang bisa menyebabkan terjadinya diuresis, sekaligus mengetahui obat-
obat yang termasuk dalam golongan diuretik, dan mengetahui patofisiologi dari
diuretik.

5
B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui
penjelasan secara merinci mengenai obat diuretika dan hubungan antara
struktur dan aktifitas obat diuretik tersebut di dalam tubuh.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diuretik
Diuretik merupakan obat yang dapat digunakan untuk mengeluarkan
cairan berlebihan didalam tubuh dengan memicu proses pembentukan urin.
Diuretik dapat bekerja dengan meningkatkan eksresi air, natrium dan klorida
sehingga mampu menyeimbangkan cairan ekstrasel dan menurunkan volume
darah dalam tubuh. Selain itu diuretik memiliki fungsi utama dalam memobilisasi
cairan udem yang berarti dapat mengubah keseimbangan cairan dalam tubuh,
sehingganya kapasitas cairan ekstral sel dapat kembali normal. Salah satu obat
golongan diuretik yang sering digunakan adalah furosemide.
B. Mekanisme Kerja Diuretik
Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga
pengeluarannya lewat kemih diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap
tubuli terapi juga di tempat lain, yaitu di :
1. Tubuli proksimal
Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang disini direabsorpsi secara
aktif untuk kurang lebih 70% antara lain ion Na dan air, begitu pula dengan
glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berlangs ung secara proporsional, maka
susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika
osmotis (manotol,sorbitol) bekerja di sini dengan merintangi reabsorpsi air dan
juga natrium.
2. Lengkungan henle
Di bagian menaik dari Henle's loop ini kurang lebih 25% dari semua ion CI
yang telah difiltrasi direabsorsi secara aktif,disusul dengan reabsorpsi pasif dari
Na dan K tetapi tanpa air, hinggafiltrat menjadi hipotonis. Diuretika loop seperti
furosemida, bumetanidadan elakrinat bekerja terutama di sini dengan merintangi
transpor Cl dan demikian reabsorpsi Na". Pengeluaran K dan air juga
diperbanyak.

7
3. Tubuli distal
Di bagian pertama segmen ini, Na' direabsorpsi secara aktif pula tanpa air
hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis Sen yawa thiazida dan
klortalidon bekerja di empat indengan memperbanyak ek skresi Na dan CT
sebesar 5-10%. Di bagiankedua segmen ini, ion Na ditukarkan dengan ion K
atau NH. Proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron.
Antagonisaldosteron(spirolakton)dan zat penghemat kalium (amilorida,
triamteren) bertitik kerja di sini dengan mengakibatkan ekskresi Na kurang dari
5% dan retensi K
4. Saluran pengumpul
Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari hipofisis bertitik kerja di sini
dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.

8
C. PENGGOLONGAN DIURETIK
Pada umumnya diuretika dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
1. Diuretik Kuat
Diuretik kuat (High-ceiling diuretics) mencakup sekelompok diuretik yang
efeknya sangat kuat dibandingkan dengan diuretic lain. Tempat kerja utamanya
dibagian epitel tebal ansa Henle bagian asenden, karena itu kelompok ini disebut
juga kelompok loop diuretics. Diuretik loop bekerja dengan mencegah
reabsorpsi natrium, klorida, dan kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa
Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa klorida.
Obat ini termasuk asam etakrinat, furosemid dan bumetanid, dan digunakan
untuk pengobatan hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan oleh gagal
ginjal. Pengobatan bersamaan dengan kalium diperlukan selama menggunakan
obat ini.
Mekanisme kerja :
Secara umum dapat dikatakan bahwa diuretik kuat mempunyai mula kerja dan
lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat terutama bekerja pada
Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara
menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars ascenden
ansa henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun.
Sediaan :
Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per
hari. Sediaan IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB.
Furosemid. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan preparat
suntikan. Umunya pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari. Dosis anak
2mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB.
Efek samping :
Efek samping asam etakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas :
1. Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
sering terjadi

9
2. Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang terjadi
gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam etakrinat daripada
furosemid.
Indikasi :
Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena ganguan
saluran cerna yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk
pengobatan udem akibat gangguan jantung, hati atau ginjal.
2. Diuretik Derifat Tiazid
Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar dan daya klouretik
maksimal yang sebanding. Merupakan Obat diuretik yang paling banyak
digunakan. Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada bagian awal
tubulus distal (nefron). Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida,
yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu, kalium hilang
dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam pengobatan hipertensi, gagal
jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus nefrogenik.
Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid,
hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid,
siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
Mekanisme kerja :
bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi Na+ dengan
menghambat kotransporter Na+/Cl- pada membran lumen.
Efek samping :
a. Reaksi alergi berupa kelainan kulit, purpura, dermatitis disertai
fotosensitivitas dan kelainan darah.
b. Pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, terutama pada penderita
diabetes yang laten. Ada 3 faktor yang menyebabkan antara lain : berkurangnya
sekresi insulin terhadap peninggian kadar glukosa plasma, meningkatnya
glikogenolisis dan berkurangnya glikogenesis
c. Menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserid plasma dengan
mekanisme yang tidak diketahui

10
d. Gejala infusiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, mungkin karena tiazid
langsung megurangi aliran darah ginjal
Indikasi :
a. Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat payah
jantung ringan sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi dengan diuretik
hemat kalium pada penderita yang juga mendapat pengobatan digitalis unruk
mencegah timbulnya hipokalemia yang memudahkan terjadinya intoksikasi
digitalis.
b. Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik sebagai
obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain.
c. Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan
hiperkalsiuria pada penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih.
3. Diuretik Hemat Kalium
Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa kehilangan
kalium dalam urine. Yang termasuk dalam klompok ini antara lain aldosteron,
traimteren dan amilorid.
Mekanisme kerja :
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis rektus
untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+.
Sediaan dan dosis :
Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa
berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam
dosis tunggal atau terbagi. Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara
spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg, serta antara spironolakton 25
mg dan tiabutazid 2,5 mg.
Efek samping :
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang
sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang
berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa
diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal

11
yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan reversible diantranya
ginekomastia, dan gejala saluran cerna.
4. Diuretik Osmotik
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah
dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol,
urea, gliserin dan isosorbid.
Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4
syarat :
a. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus
b. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal
c. Secara farmakologis merupakan zat yang inert
d. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik
Diuresis osmotik merupakan zat yang secara farmakologis lembam, seperti
manitol (satu gula). Diuresis osmotik diberikan secara intravena untuk
menurunkan edema serebri atau peningkatan tekanan intraoukular pada
glaukoma serta menimbulkan diuresis setelah overdosis obat. Diuresis terjadi
melalui “tarikan” osmotik akibat gula yang lembam (yang difiltrasi oleh ginjal,
tetapi tidak direabsorpsi) saat ekskresi gula tersebut terjadi. Diuretik osmotik
mempunyai tempat kerja :
a. Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa henle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
c. Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary washout, kecepatan aliran
filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
Sediaan dan dosis

12
Untuk sediaan IV digunakan larutan 5-25% dengan volume antara 501.000ml.
dosis untuk menimbulkan diuresis ialah 50-200g yang diberikan dalam cairan
infus selama 24 jam dengan kecepatan infus sedemikian, sehingga diperoleh
diuresis sebanyak 30-50ml per jam. Untuk penderita dengan oliguria hebat
diberikan dosis percobaan yaitu 200 mg/kgBB yang diberikan melalui infus
selama 3-5 menit.bila dengan 1-2 kali dosis percobaan diuresis masih kurang
dari 30 ml per jam dalam 2-3 jam. Untuk mencegah gagal ginjal akut pada
tindakan operasi atau mengatasi oliguria, dosis total manitol untuk orang dewasa
ialah 50-100g.

Efek samping :
Manitol dapat menimbulkan reaksi hipersensitif.
Indikasi :
Manitol digunakan misalnya untuk :
1. Profilaksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat timbul akibat operasi
jantung, luka traumatik berat, atau tindakan operatif dengan penderita yang juga
menderita ikterus berat
2. Menurunkan tekanan maupun volume cairan intraokuler atau cairan

5. Penghambat Karbonik Anhidrase


Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi CO2
+H2O→H2CO3 . Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis,
pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam
plasma. Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi produksi
humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini
bekerja pada tubulus proksimal (nefron) dengan mencegah reabsorpsi
bikarbonat (hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua zat ini
meningkatkan produksi urine. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah
asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
Sediaan dan posologi :

13
Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk pemberian
oral.
Efek Samping dan kontraindikasi :
Pada dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk yang terus-menerus.
Asetazolamid mempermudah pembentukan batu ginjal karena berkurangnya
sekskresi sitrat, kadar kalsium dalam urin tidak berubah atau meningkat.
Indikasi :
Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada penyakit
glaukoma. Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute mountain
sickness. Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat
bermanfaat untuk alkalinisasi urin sehingga mempermudah ekskresi zat organik
yang bersifat asam lemah.

D. MASALAH YANG TIMBUL PADA PEMBERIAN DIURETIK


1. Hipokalemia
Sekitar 50% kalium yang difiltrasi oleh glomerulus akan direabsorbsidi tubulus
proksimal dan sebagian besar dari sisanya direabsorbsi di ascending limb loop
dari Henle. Hanya 10% yang mencapai tubuluskonvolutus distal. Kalium ada
yang disekresi di pars recta tubulus distal.Terjadinya hipokalemia pada
pemberian diuretik disebabkan oleh:
a. Peningkatan aliran urin dan natrium di tubulus distal, meningkatkansekresi
kalium di tubulus distal.
b. Peningkatan kadar bikarbonat (muatan negatip meningkat) dalamtubulus
distal akibat hambatan reabsorbsi di tubulus proksimal oleh penghambat
karbonik anhidrase akan meningkatkan sekresi kalium ditubulus distal.
c. Diuretik osmotik akan menghambat reabsorbsi kalium di tubulus proksimal
d. Diuretik loop juga menghambat reabsorbsi kalium di thick ascending limb.
2. Hiperkalemia
Pemberian diuretik jenis potassium-sparing akan meningkatkankadar kalum
darah. Ada 3 jenis diuretik ini yaitu Spironolakton,. Amilorid e,Triamterene.
Kerja Spironolakton bergantung pada tinggi rendahnya kadar Aldosteron.

14
Amiloride dan Triamterene tidak tergantung pada Aldosteron. Seluruhnya
menghambat sekresi kalium di tubulus distal. Kita harus berhati-hati atau
sebaiknya diuretik jenis ini tidak diberikan pada keadaan gagal ginjal, diabetes
mellitus, dehidrasi berat atau diberikan bersama preparat yang mengandung
kalium tinggi.
3. Hiponatremia
Tanda-tanda hiponatremia akibat diuretika ialah kadar natrium urin >20 mq/L,
kenaikan ringan ureum dan kreatinin, hipokalemia dan terd apatalkalosis
metabolik. Hiponatremia dapat memberikan gejala-gejala bahkan kematian.
Cepatnya penurunan kadar natrium (kurang dari 12 jam), kadar natrium < 110
meq/L, terdapat gejala susunan saraf pusat, merupakan pertanda buruk akibat
hponatremia. Keadaan ini harus ditanggulangi secepatnya.
4. Deplesi Cairan
Pengurangan cairan ekstraseluler merupakan tujuan utama dalam pemakaia n
diuretik. Keadaan ini sangat menguntungkan pada edema paruakibat payah
jantung. Pada keadaan sindrom nefrotik, terutama dengan hipoalbuminemi yang
berat, pemberian diuretic dapat menimbulkan syok atau gangguan fungsi ginjal.
Tidak dianjurkan penurunan berat badab 1kg perhari.
5. Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Alkalosis metabolik terjadi akibat:
a. Pengurangan cairan ekstraseluler akan meningkatkan kadar HCO3 dalam
darah.
b. Peningkatan ekskresi ion-H meningkatkan pembentukan HCO3.
c. Deplesi asam hidroklorida.
Diuretik yang dapat menyebabkan alkalosis metabolik adalah tiasid dan diuretik
loop. Alkalosis metabolik yang terjadi, biasanya disertai penguranganeks kresi
klorida. Dipikirkan kemungkinan oleh sebab lain seperti muntah muntah,
kehilangan asam lambung akibat pemasangan sonde lambung.
Asidosis metabolik terjadi akibat:
a. Sekresi ion H dihambat.
b. Reabsorbsi HCO3 dihambat

15
Diuretik penghambat karbonik anhidrase dapat menyebabkan asidosismetabolik
akibat dua proses di atas. Diuretik Potassium sparing menghambat sekresi ionH
sehingga dapat menyebabkan asidosis metabolik. Asidosismetabolik yang
diakibatkan diuretik biasanya tidak disertai peninggian aniongap (Na (HCO3+
Cl) < 16 mcq/L).

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran
kemih(diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya Yang
menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tidak langsung tidak
termasuk dalam defenisi ini, misalnya, zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung
(digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi sekresi
hormon anti diuretik ADH.

Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine


disebut Diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang
menurunkan reabsorbsi Na dan ion lain seperti CI' memasuki urin dalam jumlah
lebih banyak dibandingkan dalam keadaan normal bersama-sama air, yang
mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Perubahan
Osmotik dimana dalam tubulus menjadi menjadi meningkat karena Natrium lebih
banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus ginjal. Dan
produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic meningkatkan
volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi ion didalam urine dan
darah.

Jenis-jenis tersebut adalah diuretik osmotik, diuretik penghambat karbonik


anhidrase ginjal. diuretik derifat tiasid, diuretik loop, diuretik hemat kalium, diuretik
merkuri organik dan diuretik pembentukan asam.Ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi respon diuretik ini. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik
yang bekerja pada daerah yang reabsorbsinatrium sedikit, akan memberi efek yang
lebih kecil bila dibandingkan dengandiure-tik yang bekerja pada daerah yang
reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status fisiologi dari organ. Misalnya
dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal Dalam keadaan ini akan memberikan
respon yang berbeda terhadap diuretik Ke tiga, interaksi antara obat dengan reseptor.
Sebagaimana umumnya diketahui, diuretik digunakan untuk merangsang terjadinya
diuresis.

17
DAFTAR PUSTAKA

Harlan E. Ives, MD, PhD. 2015. Bertram G. Katzung Farmakologi Dasar &
Klinik, In : Obat Diuretik. Edisi 11. Jakarta: EGC. (15) pp. 240-257.

Muscal, Eyal, MD, MS. 2015. Rhabdomyolysis Medication in Diuretics Loop

(http://emedicine.medscape.com/article/1007804-medication#3).

Setiabudy, R. 2007. Farmakologi dan Terapi, In : Diuretik dan Antidiuretik. Edisi

lima. Jakarta: Gaya Baru, pp. 289-403.

Siregar P. W. P, R. Oesman, R. P. Sidabutar. 2008. Masalah Penggunaan Diuretika.

(http://www.kalbe.co.id)

Tjay, H. T. dan Rahardja, K. 2007. Obat-obat Penting, In : Diuretika. Edisi lima.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, pp. 519.

Sunardi. 2009. Mekanisme Diuretik. (http://www.docstoc.


com/docs/7804134/diuretik-mekanisme.html)

Rosy. 2009. Mekanisme Diuretik.


(www.docstoc.com/docs/7804134/DIURETIKMEKANISME.html)

18

Anda mungkin juga menyukai