Disusun Oleh :
Kelompok 2 Keperawatan 5A
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan berkat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “OBAT-OBAT YANG MEMPENGARUHI
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT”. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Farmakologi.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Diuretik......................................................................................................2
1. Pengertian Diuretik................................................................................2
2. Mekanisme Kerja...................................................................................2
3. Penggolongan Obat................................................................................3
B. Antidiuretik.............................................................................................22
1. Pengertian Antidiuretik........................................................................22
2. Fungsi Antidiuretik..............................................................................23
4. Macam-macam Obat............................................................................25
5. Dosis Obat...........................................................................................25
6. Penggolongan Obat..............................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
ii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tubuh seorang dewasa, sekitar 60% terdiri atas air. Sementara pada
bayi dan anak total komposisi air dalam tubuh lebih tinggi daripada dewasa, yaitu
70-80%. Di dalam tubuh, selsel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi
antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan seperti paru-
paru atau jantung sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling
rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Cairan dan elektrolit sangat
diperlukan agar menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan
elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis
yang melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut) sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena
(IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh sudah diatur
sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan.
Untuk mempertahankan keseimbangannya, diperlukan masukan, pendistribusian,
dan keluaran yang memadai, yang diatur melalui mekanisme tersendiri namun
berkaitan satu sama lain.
3
4
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan secara merinci mengenai obat diuretik.
2. Untuk mengetahui penjelasan secara merinci mengenai obat anti diuretic.
4
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Diuretik
1. Pengertian Diuretik
Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin
(diuresis). Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan
adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua
menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air. Fungsi
utama diuretic adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstrasel kembali menjadi normal.
Diuretik mencegah lapisan sel tubulus ginjal mereabsorpsi jumlah ion
natrium dan ion lainnya (serta air yang melarutkan kedua zat tersebut) akan
terbuang kedalam urine bukannya kembali ke aliran darah, karena zat tersebut
dapat menyebabkan peningkatan volume intravascular dan kemudian akan
meningkatkan tekanan hidrostatik, yang mengakibatkan kebocoran cairan di
tingkat kapiler. Diuretik diindikasikan untuk pengobatan edema yang
berkaitan dengan gagal jantung kongjesif, penyakit hati termasuk sirosis
hepatitis, penyakit ginjal, dan untuk pengobatan hipertensi. Obat ini juga
digunakan untuk menurunkan tekanan cairan dalam mata (tekanan
intraokular), yang berguna untuk mengatasi glaukoma. Diuretik yang
menurunkan kadar kalium juga dapat digunakan untuk mengobati kondisi
hiperkalemia [ CITATION Amy11 \l 1033 ].
2. Mekanisme Kerja
Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium dan
air, sehingga pengeluarannya lewat kemih diperbanyak. Obat ini bekerja
khusus terhadap tubuli ginjal pada tempat yang berlainan, yaitu :
a. Tubuli proksimal
5
6
3. Penggolongan Obat
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan obat yaitu:
a. Diuretik Osmotik
Tubulus proksimal dan cabang menurun angsa Henle dengan bebas
permeable air. Suatu agen osmotik yang tidak di transport menyebabkan
6
7
air tertahan pada segmen tersebut dan meningkatkan dieresis air. Suatu
jens agen, manitol, terutama digunakan untuk menurunkan peningkatan
tekanan intracranial, tetapi kadang kala juga digunakan untuk meningkatan
pembuangan toksin dari ginjal, yang dibutuhkan pada kasus hemolisis akut
atau setelah penggunaan agen radiokontras.
1) Farmakokinetika
Mannitol tidak dimetabolisme dan dikelola terutama dengan filtrasi
glomeruler, tanpa reabsorpsi atau sekresi tubuler yang penting.
Menurut definisi, diuretic osmotik sangat sedikit diabsorpsi, yang
berarti harus diberikan secara parenteral. Mannitol eksresi oleh
penyaringan glomeruler dalam 30-60 menit. Bila diberikan secara oral,
mannitol menyebabkan diare osmotik. Efek tersebut dapat digunakan
untuk menimbulkan potensiasi efek-efek resin-resin ikatan kalium atau
menghilangkan substansi toksik dari saluran cerna dalam
penggambunan dengan arang aktif.
2) Farmakodinamika
Diuretik osmotik membatasi reabsorpsi air terutama pada segmen
dari nefron tersebut yang secara bebas permeable air : tubulus
proksimal dan cabang menurun ansa Henle. Kehadiran larutan yang
tak dapat direabsorpsi tersebut seperti halnya mannitol dapat mencegah
absorpsi normal air dengan menempatkan kekuatan osmotik yang
berlawanan. Sebagai hasilnya volume urine meningkat pada
penggambungan dengan eksresi mannitol. Peningkatan yang cukup
besar pada laju aliran urine menurunkan waktu kontak antara cairan
dan epitel tubulus, sehingga menurunkan reabsorpsi Na+.
bagaimanapun, natriuresis yang dihasilkan lebih kecil daripada diuresis
air, yang akhirnya membawa pada hipernatremia.
3) Indikasi Klinik Dan Dosis
a) Untuk meningkatkan volume urine : diuretika osmotik lebih
diinginkan untuk digunakan meningkatkan eksresi air daripada
eksresi natrium. Efek tersebut dapat bermanfaat apabila
7
8
4) Toksisitas
a) Perluasan volume ekstraseluler : Manitol secara cepat
didistribusikan ke kompartemen ekstraseluler dan mengekstrasi air
dari kompartemen intraseluler. Sebelum diuresis, hal tersebut dapat
mengantar pada perluasan volume cairan ekstraseluler dan
hiponatremia. Efek tersebut dapat menjadi penyulit gagal jantung
kongestif dan dapat menimbulkan edema paru yang mencolok.
8
9
Sakit kepala, mual, dan muntah lazim terjadi pada pasien yang
dirawat dengan diuretik osmotik.
b) Dehidrasi dan Hipernatremia : Penggunaan mannitol yang
berlebihan tanpa penggantian air yang memadai dapat
mengakibatkan dehidrasi parah, kehilangan air yang terjadi begitu
saja, dan hipernatremia. Komplikasi tersebut dapat dihindarkan
dengan perhatian yang seksama pada komposisi serum ion dan
keseimbangan cairan.
5) Contoh obat
a) Manitol
Indikasi : Edema serebral
Peringatan : Gagal jantung kongestif, edema paru
Efek samping : Menggigil, demam
Dosis : Infus intravena, diuresis, 50-200 g selama 24 jam,
didahului oleh dosis uji 200 mg/kg injeksi intravena yang
lambat.Serebral edema, dengan dosis khasnya 1g/kg sebagai
suatu larutan 20 % yang diberikan lewat infus intravena yang
cepat
b) Sorbitol
Stereoisomer dari manitol dengan khasiat, sifat, dan penggunaan
sama.
Dosis : infus i.v. 1-2 g/kg dari larutan 20-25%
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
d. Diuretik Tiazid
Diuretik thiazide muncul dalam usaha untuk mensintesis lebih
banyak penghambat carbonic anhydrase yang kuat. Secara
berkesinambungan menjadi jelas bahwa thiazide menhambat transfor
NaCL yang terjadi diluar efeknya terhadap aktivitas anhydrase dan bahwa
obat tersebut bekerja pada transfor garam pada tubulus berbelit distalis.
Beberapa anggota dari kelompok tersebut mempertahankan aktivitas
penghambatan carbonik anhydrase secara bermakna, tetapi efek tersebut
17
18
18
19
4) Toksisitas
a) Alkalosis Metabolik Hipokalemik dan Hiperurikemia : Toksisitas
tersebut menyerupai yang teramati pada diuretika ansa
b) Gangguan Toleransi Karbohidrat : Dapat terjadi hiperglikemia
pada pasien diabetes atau bahkan pada yang dengan uji toleransi
glukosa tidak normal yang ringan. Efek tersebut berkaitan dengan
hambatan rilis insulin pankreatik dan penurunan penggunaan
glukosa oleh jaringan. Hiperglikemia disembuhkan sebagian
dengan perbaikan hipokalemia.
c) Hiperlipidemia : Thiazide menyebabkan peningkatan 5-15 %
kolesterol serum dan menurunkan lipoprotein dengan keadaan
rendah (LDL). Tingkat tersebut dapat kembali pada garis dasar
pada pemakaian jangka waktu panjang.
d) Hiponatremia : Hiponatremia merupakan efek tidak diinginkan
yang penting dari diuretika thiazide dan dapat mengancam jiwa
walaupun jarang terjadi. Keadaan tersebut disebabkan oleh
kombinasi induksi hipovolemia pada peningkatan ADH, penurunan
kapasitas pengenceran oleh ginjal, dan peningkatan rasa haus.
Keadaan tersebut dapat dicegah dengan menurunkan dosis obat
atau membatasi minum air.
19
20
5) Kontraindikasi
Penggunaan diuretika berlebihan berbahaya pada sirosis hati, gagal
ginjal borderline atau gagal jantung kongestif.
6) Contoh Obat
a) Bendrofluazid
Indikasi: edema, hipertensi
Kontra indikasi: hipokalemia yang refraktur, hiponatremia,
hiperkalsemia, , gangguan ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia
yang simptomatik, penyakit adison.
Bentuk sediaan obat: tablet
Dosis: edema dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada
pagi hari; dosis pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali
semingguHipertensi, 2,5 mg pada pagi hari
Efek samping: hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang
ringan; impotensi (reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia,
hipomagnesemia, hiponatremia, hiperkalsemia, alkalosis
hipokloremanik, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan
peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit,
fotosensitivitas, ganggan darah (termasuk neutropenia dan
trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan akhir);
pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas.
Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk
diabetes dan pirai; mungkin memperburuk SLE ( eritema lupus
sistemik ); usia lanjut; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan
ginjal yang berat;porfiria.
20
21
21
22
4) Toksisitas
a) Hiperkalemia : Tidak seperti diuretika lain, agen ini dapat
menyebabkan hiperkalemia ringan sedang, atau bahkan yang
mengancam keselamatan jiwa. Risiko dari komplikasi ini sangat
meningkat pada penyakit ginjal atau dengan kehadiran obat lain
yang dapat menurunkan renin (penyakit beta, AINS) atau aktivitas
angiotensin II (penghambat ACE). Karena sebagian besar diuretika
22
23
23
24
24
25
25
26
C. Antidiuretik
1. Pengertian Antidiuretik
Antidiuretik adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu
kondisi, sifat atau penyebab turunnya laju urinasi. Antidiuretik berasal dari
kata diuretik yaitu zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih
(diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Antidiuretik merupakan
suatu hormon hipofisis yang terletak di bagian umbai belakang yang bekerja
melalui pengaktifan second messenger cAMP. Hormon peptida yang
mengatur penyerapan kembali molekul yang berada pada ginjal dengan
mempengaruhi permeabilitas jaringan dinding tubules, sehingga berfungsi
untuk mengatur pengeluaran urin.
5. Fungsi Antidiuretik
Antidiuretik memiliki khasiat yaitu mencegah ekskresi air berlebihan oleh
ginjal dengan jalan meningkatkan resorpsi kembalinya oleh tubuli ginjal.
Penggunaannya untuk menguji fungsi hipofisis berdasarkan daya kerjanya
menstimulir ekskresi ACTH. Terutama digunakan pada diabetes insipidus,
yang bergejala poliuria (berkemih banyak) akibat kekurangan ADH.
Ketika produksi ADH menurun secara berlebihan, tubulus ginjal tidak
mereabsorbsi air, sehingga air banyak diekskresikan menjadi urine, urinenya
menjadi sangat encer dan banyak (poliuria) sehingga menyebabkan dehidrasi
dan peningkatan osmalalitas serum. Peningkatan osmolalitas serum akan
merangsang chemoreseptor dan sensasi haus kortek cerebral. Sehingga akan
meningkatkan intake cairan peroral (polidipsi). Akan tetapi bila mekanisme ini
tidak ada, dehidrasi akan semakin memburuk. Pada diabetes militus urine
banyak mengandung glukosa sedangkan pada diabitus insipidus urinenya
sangat tidak mengandung glukosa dan sangat encer. Fungsi lainnya juga pada
perdarahan varices di esofagus (vena mekar), yang berdasarkan daya
konstriksi arteriole dan biasanya bersamaan dengan nitrogliserin guna
mengurangi efek samping.
26
27
1. Hipotalamus osmoreseptor
(pengaruh besar)
a. sel aferen khusus dalam
hipotalamus yang menghasilkan
potensial aksi secara proporsional
dengan cairan interstisial (dan
plasma darah) aktivitas osmotik
(dan diam ketika aktivitas
osmotik rendah)
b. membuat sinapsis rangsang
dengan ADH sel neurosecretory
c. Hasil: Plasma meningkatkan
osmolalitas => rilis ADH
d. terletak di luar penghalang darah-
otak
e. sangat sensitif; peningkatan kecil
dalam osmolalitas yang cukup
untuk secara signifikan
meningkatkan laju sekresi ADH
2. Volume darah
a. dimediasi oleh atrium sensitif sel-
stretch (baroreseptor tekanan
rendah atau reseptor volume
vascular)
b. penurunan volume darah =>
ADH rilis
27
28
7. Macam-macam Obat
Antidiuretik dibagi menjadi dua kelompok obat yaitu
a. Alamiah , contoh nya Vasopresin
b. Sintetis, contohnya Desmopresin dan terlipresin
28
29
8. Dosis Obat
a. Vasopresin=Pitresin → suntikan 20U/ml dalam ampul 0,5 dan 1 ml (im
dan sk)
b. Vasopresin tanat: 5U/ml (im)
c. Bubuk hipofisis posterior: insuflasi hidung
d. Lipresin: semprot hidung 50 U/ml
e. Desmopresin acetat: lar 0,1 mg/ml dalm botol 2,5 ml (intranasal)
9. Penggolongan Obat
a. Vasopresin (pitressin)
Indikasi : diabetes insipidus kranial ; perdarahan varises esofagus
Kontraindikasi : penyakit vaskular
Peringatan : gagal jantung, asma bronkial, epilepsi, migren, kehamilan
Efek samping : Pucat, mual, cegukan, kejat perut, serangan angina, reaksi
alergi
Dosis : injeksi subkutan atau intramuskular 5-20 unit tiap jam. Injeksi
intravena, untuk perdarahan esofagus : 20 unit dalam 15 menit
Farmakologi :
Suntikan vasopresin yang terdapat di pasaran mengandung hormon
antidiuretik (ADH) dan presor utama hipofise posterior sapi dan babi yang
larut dalam air. Potensi vasopresin distandardisasi menurut aktivitas presor
dan dinyatakan dalam unit (presor) USP Hipofise Posterior. Aksi
antidiuretik disebabkan oleh peningkatan reabsorpsi air oleh tubulus
ginjal. Vasopresin meningkatkan kontraksi otot polos GI dan bidang
vaskuler. Peningkatan motilitas GI dapat bermanifestasi sebagai nyeri
abdomen, mual, muntah. Efek langsung terhadap otot polos vaskular tidak
diantagonis oleh denervasi atau obat-obatan penyekat adrenergik.
Vasokonstriksi umum dan peningkatan tekanan darah hanya terjadi pada
dosis yang jauh lebih besar daripada dosis yang diberikan untuk
pengobatan diabetes insipidus.
b. Desmopresin (Minrin) .
29
30
30
BAB III PENUTUP
PENUTUP
31
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 2000. Halaman 287
Karch, A. M. (2011). Buku Ajar Farmakologi Keperawatan. EGC.
Katzung, Bertram G, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi Pertama, Salemba
Medika, Jakarta, 2001. Halaman 437 - 454
Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja., Obat-Obat Penting, Edisi Keenam, PT. Elex
Media Komputindo Gramedia, Jakarta, 2007. Halaman 677
Omoigui, Sota., Obat-Obatan Anestesia, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2007. Halaman 367
Price, Lorriane.M., Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995.
Sukandar, Elin Yulinah, dkk., ISO Farmakoterapi, Edisi I, PT.ISFI Penerbitan,
Jakarta, 2008. Halaman 425
32