Anda di halaman 1dari 34

Konsep dan Prinsip Kebutuhan-kebutuhan Cairan Elektrolit dan

Keseimbangan Cairan Elektrolit

Dosen Pengampu :

Ns.Ulfa Hasanah,M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Adeliana (21301058)
Aldo (21301059)
Anggi Dhea Natasha (21301060)
Annisa Fitri (21301061)
Aufa Mona (21301062)
Bella Sari Andri Putri (21301063)
Cindy Aulia Fitri (21301064)
Cristina Mariska (21301065)
Defi Nelfina (21301066)
STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah,karena atas rahmat dan hidayah-nya
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep dan Prinsip Kebutuhan-
kebutuhan Cairan Elektrolit dan Keseimbangan Cairan Elektrolit” ini dengan baik meskipun
masih banyak kekurangan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam segi menyusun
bahasanya maupun segi lainnya.Oleh karena itu kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
yang ingin memberi kritik,saran dan usulan kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki
makalah kami dikemudian hari.Semoga makalah ini bermanfaat dan mohon maaf apabila
kesalahan kata-kata yang kurang berkenaan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun perbaikan di masa depan.
Dan kami berterima kasih kepada Ibu yang memberikan tugas ini dan telah membingbing
kami.Kami berharap makalah ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan
bagi para pembaca.
Pekanbaru,22 November 2021

Penulis
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................................... 1

Daftar Isi.............................................................................................................................................................................. 2

BAB I..................................................................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN............................................................................................................................................................... 3

1. Latar Belakang.................................................................................................................................................... 3

2. Rumusan Masalah............................................................................................................................................. 3

3. Tujuan.................................................................................................................................................................... 4

BAB II.................................................................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN.................................................................................................................................................................. 5

A. Konsep Teori............................................................................................................................................................ 5

BAB III................................................................................................................................................................................ 31

PENUTUP.......................................................................................................................................................................... 31

4. Kesimpulan........................................................................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................................ 32
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tubuh seorang dewasa, sekitar 60% terdiri atas air. Sementara pada bayi dan anak
total komposisi air dalam tubuh lebih tinggi daripada dewasa, yaitu 70-80%.Di dalam
tubuh,selsel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan
organ-organ.
Pada rongga badan seperti paru-paru atau jantung sedangkan sel-sel yang mempunyai
konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi.Cairan dan elektrolit
sangat diperlukan agar menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis yang melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut)
sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkanpartikel-partikelbermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian
tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam
tubuh sudah diatur sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan
Untuk mempertahankan keseimbangannya, diperlukan masukan, pendistribusian,dan keluaran
yang memadai, yang diatur melalui mekanisme tersendiri namun berkaitan satu sama lain.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya.Apabila
terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolitdalam tubuh dapat mengakibatkan
overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia, hiperkalemia, dan
hipokalsemia.Dengan demikian, keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan komponen atau
unsur vital pada tubuh manusia.
Rumusan Masalah
1. Apa saja sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit?
2. Bagaimana cara perpindahan cairan tubuh?
3. Apa saja kebutuhan cairan tubuh bagi manusia?
4. Bagaimana pengaturan volume cairan tubuh?
5. Apa saja jenis cairan?
6. Bagaimana masalah kebutuhan cairan?
7. Apa saja kebutuhan elektrolit?
8. Bagaimana pengaturan elektrolit?
9. Apa jenis cairan elektrolilt?
10. Bagaimana masalah kebutuhan elektrolit?
11. Bagaimana keseimbangan asam-basa?
12. Apa saja jenis asam-basa?
13. Bagaimana keseimbangan asam-basa?
14. Apa saja faktor yang mempengaruhi kebuthan cairan dan elektrolit?
15. Bagaimana menghitung balance cairan?
Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan
elektrolit.
2. Mahasiswa mampu memahami perpindahan cairan tubuh.
3. Mahasiswa mampu memahami kebutuhan cairan tubuh bagi manusia.
4. Mahasiswa mampu memahami volume cairan tubuh.
5. Mahasiswa mampu memahami jenis-jenis cairan.
6. Mahasiswa mampu memahami masalah kebutuhan cairan.
7. Mahasiswa mampu memahami kebutuhan elektrolit.
8. Mahasiswa mampu memahami pengaturan elektrolit.
9. Mahasiswa mampu memahami jenis-jenis cairan elektrolit.
10. Mahasiswa mampu memahami kebutuhan elektrolit.
11. Mahasiswa mampu memahami keseimbangan asam-basa.
12. Mahasiswa mamapu memahami jenis asam-basa.
13. Mahasiswa mampu memahami keseimbangan asam-basa
14. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan
elektrolit.
15. Mahasiswa mampu memahami cara menghitung balance cairan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
1. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
A. GINJAL
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan
cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa dara, dan ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter
darah mengandung 500cc plasma yang mengalir melalui glumerulus, 10 persennya disaring
keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang
sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat
dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
B. KULIT
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasodilatasi dan
vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat
yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah
dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke
udara sekitar, konduksi (yaitu, pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi
(yaitu,pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin). Keringat merupakan sekresi
aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini
suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter
sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot,
suhu lingkungan, dan kondisi suhu tubuh yang panas. Disebut juga isensible water loss (IWL)
sekitar 15-20 ml/24jam
C. PARU
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengam menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
upaya kemampuan bernafas. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap
perubahan kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
D. GASTROINTESINAL
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan
cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang
dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15
cc/kgBB/24jam dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan temperatur 1 derajat
Celcius. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin, seperti sistem hormonal
(anti diuretik hormon-ADH) , aldosteron, prostagladin, glukokortikoid, dan mekanisme rasa
haus.
a. ADH
Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurophispofisis pada
hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan
penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsopsi air pada duktus pengumpul
sehingga dapat menahan air dan mempertahankan volume cairan ekstrasel. Hormon ini memiliki
peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air
dalam tubuh. ADH juga disebut sebagai vasopresin karena mempunyai efek vasokontriksi minor
pada arteriol yang dapat meningkatkan tekanan darah.
b. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum, dan sistem renin angiostensin
serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
c. Prostaglandin
Adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan berfungsi dalam
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal.
Dalam ginjal, prostagladin berperan mengatur sirkulasi ginjal , respon natrium, dan efek ginjal
pada ADH.
d. Glukortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsporpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium. Perubahan kadar
glukokortoid menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah.
e. Mekanisme rasa halus
Rasa haus adalah keinganan yang disadari terhadap kebutuhan cairan.rasa haus
biasanya muncul apabila osmolaritas plasma mencapai 295 mOsm/kg. Bila osmolaritas
meningkat, sel akan mengkerut dan sensasi rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi.

2. Cara Perpindahan cairan tubuh


 Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
Fase I : Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
Fase II : Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
Fase III : Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke
dalam sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membrane semipermiabel
mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.
 Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara:
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat
yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat
tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika
tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi
tersebut.Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat
melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.Perpindahan substansi melalui
membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan
transport pasif tidak membutuhkan energi.
a. Difusi.
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas
dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam tubuh,
proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang
permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul,
konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat
dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan
konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi
akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
b. Osmosis.
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya terjadi
dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat.
Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam
adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan nol.
Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila
terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel
darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi.
Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan
yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang
mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai
kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan
dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui
membrane semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
c. Transport aktif.
Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting
untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan cairan
dapat dipengaruhi oleh dua factor yaitu:
1. Tekanan cairan.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic juga
menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk menarik
larutan melalui membrane.Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang
mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut
koloid). Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut
kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid
apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus
membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam
proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam
pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena mempunyai konsentrasi sama dengan
plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam
intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang pekat
dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibanding
tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma dan
molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid
dan sulit menembud membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap
molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur
keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
2. Membran semipermeable.
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran
semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.

3. Kebutuhan cairan tubuh manusia


Setiap orang memiliki kebutuhan cairan yang berbeda-beda. Bagaimana menghitung
kebutuhan cairan Anda? Simak ulasannya berikut ini.
Sekitar 60% dari berat badan manusia adalah cairan. Tak heran bila setiap sistem di
dalam tubuh memerlukan air untuk menjalankan fungsinya. Yakni untuk melembapkan
tenggorokan, hidung, dan telinga, membawa nutrisi dari sel ke sel, dan sebagainya.
Setiap hari Anda kehilangan cairan tersebut melalui proses berkeringat, bernapas,
berkemih, dan pergerakan usus. Jika dibiarkan, kekurangan cairan dapat menyebabkan
dehidrasi.
Dehidrasi dapat bersifat ringan hingga berat, bahkan mengancam nyawa. Gejala paling
ringan yang ditimbulkan saat dehidrasi adalah mudah lelah dan lemas.
Agar tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan baik, gantilah cairan yang hilang
dengan minum air putih serta konsumsi makanan yang mengandung banyak air.
Dalam menunjang kesehatan tubuh, dibutuhkan sekitar 2,5 L air putih per hari untuk pria.
Sedangkan untuk wanita dewasa sekitar 2,3 L air putih per hari.Takaran 8 gelas air per hari pun
ternyata hanya asumsi kebutuhan cairan pada orang dewasa. Hal ini dikarenakan ada banyak
faktor yang memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dalam tubuh manusia.
Faktor tersebut antara lain usia, berat badan, jenis kelamin, aktivitas, suhu tubuh atau
lingkungan sekitar, dan penyakit. Bahkan status sebagai ibu hamil dan menyusui juga ikut
berpengaruh.
Cara paling mudah untuk menghitung kebutuhan cairan adalah dengan menggunakan
berat badan. Untuk 10 kilogram pertama berat badan, butuh 1 liter air. Untuk 10 kilogram
kedua, membutuhkan 500 mililiter air. Sisanya, untuk setiap kilogram berat badan
membutuhkan 20 mililiter air.
Misalnya: Berat badan Anda 50 kg maka 10 kg pertama membutuhkan 1 liter, 10 kg
kedua membutuhkan 500 ml, dan 30 kg berikutnya membutuhkan 600 ml. Jadi, total
kebutuhan cairan orang dengan berat badan 50 kg adalah 2.1 liter per hari.

4. Pengaturan volume cairan tubuh


Dalam kondisi normal, cairan tubuh stabil dalam petaknya masing-masing. Apabila
terjadi perubahan, tubuh memiliki sistem kendali atau pengaturan yang bekerja untuk
mempertahankannya. Mekanisme pengaturan dilakukan melalui 2 cara, yaitu kendali osmolar
dan kendali nonosmolar.
a. Kendali Osmolar
Mekanisme kendali ini dominan dan efektif dalam mengatur volume cairan ekstraseluler.
Terjadi melalui:
1. Sistem osmoreseptor hipothalamus-hipofisis-ADH

Osmoreseptor terletak pada hipotalamus anterior bagian dari nukleus supra optik.
Terdiri dari vesikel yang dipengaruhi osmolaritas cairan ekstraseluler. Bila osmolaritas
cairan meningkat, vesikel akan mengeriput. Sebaliknya bila osmolaritas cairan
menurun, vesikel akan mengembang sehingga impuls yang dilepas dari reseptor akan
berkurang. Impuls ini nantinya merangsang hipofisis posterior melepaskan ADH. Jadi
semakin rendah osmolaritas suatu cairan ekstraseluler, semakin sedikit ADH yang
dilepaskan. ADH berperan untuk menghemat air dengan meningkatan reabsorbsi1,6
2. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Mekanisme pengaturannya melalui pengaturan ekskresi Na pada urin melalui interaksi
antara aktivitas ginjal dengan hormon korteks adrenal. Lebih dari 95% Na direabsorbsi
kembali oleh tubulus ginjal. Korteks adrenal merupakan faktor utama yang menjaga
volume cairan ekstraseluler melalui hormon Aldosteron terhadap retensi Na.
Pelepasan renin dipengaruhi oleh baroreseptor ginjal. Konsep Makula lutea, yang
tergantung pada perubahan Na di tubulus distalis. Bila Na menurun, volume tubulus
menurun, sehingga mengurangi kontak makula dengan sel arteriol. Akibatnya terjadi
pelepasan renin. Renin akan membentuk Angiotensin I di hati yang kemudian oleh
converting enzim dari paru diubah menjadi Angiotensin II sebagai vasokonstriktor dan
merangsang kelenjar supra renal menghasilkan aldosteron. Peranan Angiotensin II
adalah untuk mempertahankan tekanan darah bila terjadi penurunan volume sirkulasi
dan Aldosteron akan meningkatkan reabsorbsi Na yang menyebabkan retensi air1,4,6

b. Kendali Non Osmolar


Mekanisme kendali ini meliputi beberapa cara sebagai berikut:
1. Refleks “Stretch Receptor”
Pada dinding atrium jantung terdapat reseptor stretch apabila terjadi dilatasi atrium kiri.
Bila reseptor ini terangsang, maka akan timbul impuls aferen melalui jalur simpatis
yang akan mencapai hipotalamus. Kemudian akibat aktivitas sistem hipotalamushipofisis akan
disekresikan ADH
2. Refleks Baroreseptor
Bila tekanan darah berkurang, baroreseptor karotid akan terangsang sehingga
menyebabkan impuls aferen yang melalui jalur parasimpatis menurun. Akibatnya,
terjadi hambatan efek hipotalamus terhadap hipofisis sehingga sekresi ADH meningkat.
Bila terjadi peningkatan tekanan darah, impuls aferen akan mempengaruhi hipotalamus
yang akan menginhibisi hipofisis posterior sehingga sekresi ADH berkurang.

5. Jenis Cairan
Infus menjadi salan satu perawatan medis yang serong dilakukan. Perawatan medis ini
dilakukan dengan mengaliri tubuh lewat pembuluh darah melalui selang infus. Selang infus ini di
dalamnya terdapat cairan infus yang akan masuk ke tubuh. Seperti apakah jenis cairan infus yang
seringkali diberikan. Berikut ini diantaranya :
1. Asering
Cairan dalam tiap liternya memiliki komposisi sebagai berikut :
Na 130 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
K 4 mEq
Asetat/garam 28 mEq
Fungsi cairan ini:
Dapat diberikan saat pasien dehidrasi (keadaan shock hipovolemik dan asidosis), demam
berdarah dengue, trauma, dehidrasi berat, luka bakar dan shock hemoragik.
Adapun manfaat cairan asering yaitu:
Dapat menjaga suhu tubuh sentral pada anestasi dan isofluran terutama kandungan
asetatnya pada saat pasien dibedah
Meningkatkan tonisitas sehingga dapat mengurangi resiko edema serebral
2. Cairan Kristaloid
a. Normal Saline
Komposisi : Na: 154 mmol/l,Cl:154 mmol/l
Kegunaan :
Mengganti cairan saat diare
Mengganti elektrolit dan cairan yang hilang di intravaskuler
Menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit serta membuat peningkatan pada metabolit nitrogen
berupa ureum dan kreatinin pada penyakit ginjal akut.
b. Ringer Laktat (RL)
Komposisi : (mmol/100 ml : Na = 130, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30
mEq /L)
Manfaat cairan Ringer Laktat : Kandungan kaliumnya bermanfaat untuk konduksi saraf dan
otak, mengganti cairan hilang karena dehidrasi, syok hipovolemik dan kandungan natriumnya
menentukan tekanan osmotik pada pasien.
c. Deaktrosa
Cairan terdiri dari beberapa komposisi yakni :
Glukosa = 50 gr/l,100 gr/l,200 gr/l
Manfaat deaktrosa adalah cairan yang diperlukan pasien pada saat terapi intravena,dan
diperlukan untuk hidrasi ketika pasien sedang dan selesai operasi.
d. Ringer Asetat (RA)
Komposisi cairan ini hampir sama dengan cairan Ringer Laktat namun keduanya
memiliki manfaat yang berbeda bagi pasien yaitu :
berguna sebagai cairan metabolisme di otot pasien
Bermanfaat bagi pasien resusitasi (kehilangan cairan akut) yang mengalami dehidrasi
yang berat dan syok maupun asidosis bagi pasien diare (yang kehilangan cairan dan bikarbonat
masif) demam berdarah,luka bakar (syok hemoragik).
Manfaat yang dirasakan pasien dengan cairan ini 3-4 kali lebih cepat dan efektif daripada
cairan Ringer Laktat (RL).
3. Cairan Koloid
Cairan ini merupakan cairan yang terdiri dari molekul besar yang sulit untuk menembus pada
membran kapiler. Biasanya cairan digunakan untuk mengganti cairan yang hilang yakni cairan
intravaskuler, digunakan untuk membuat tekanan osmose plasma lebih terjaga dan mengalami
peningkatan. Jenis cairan koloid yaitu :
a. Albumin
Komposisi : Protein 69-kDa yang mendapat pemurnian yang berasal dari plasma manusia
(misalnya 5 %).
Adapun manfaat albumin yaitu mengganti jumlah volume yang hilang atau protein ketika
pasien mengalami syok hipovolemia, hipoalbuminemia, saat operasi ,trauma, gagal ginjal yang
akut dan luka bakar. Selain itu, ketika pasien diterapi dengan albumin dapat memberi pengaruh
diuresis yang berkelanjutan serta membantu dalam penurunan berat badan.
b. Hidroxyetyl Starches (HES)
Komposisi : Starches (memiliki 2 tipe polimer glukosa:amilosa dan amilopektin).
Manfaat cairan HES yakni membantu menurunkan permeabilitas pembuluh darah pada
pasien post trauma. sSehingga resiko kebocoran kapiler dapat terhindarkan dan membantu
menambah jumlah volume plasma walaupun pasien mengalami kenaikan permeabilitas.
c. Dextran
Komposisi : Polimer glukosa (hasil sintesis bakteri Leuconosyoc mesenteroides melalui
media sukrosa)
Manfaat dextran, membantu menambah plasma ketika pasien mengalami trauma, syok
sepsis, iskemia celebral, vaskuler perifer dan iskemia miokard. Selain itu, cairan dextran
memberi efek anti trombus yakni dapat menurunkan viskositas darah dan mencegah agregasi
platelet.
d. Gelatin
Komposisi: hidrolisi kolagen bovine
Manfaat : Memberi efek antikoagulan, Dapat membantu menambah volume plasma pada
pasien
4. Cairan Mannitol
Komposisi terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen (C6H14O6). Manfaatnya yaitu
membantu tekanan intrakranial yang tingga menjadi normal atau berkurang, memberi
peningkatan diuresis pada proses pengobatan gagal ginjal (oliguria), membuateksresi senyawa
toksik menjadi meningkat. Bermanfaat juga sebagai larutan irigasi genitouriner ketika pasien
sedang menjalani operasi prostat atau transuretral.
5. KA-EN 1B
Komposisinya dalam tiap 1000 ml yaitu :
Sodium klorida 2,25 g
Anhidrosa dekstros 37,5 g
Elektrolit (meq/L) yang terdiri dari : Na+ (38,5),Cl- (38,5),dan glukosa (37,5 g/L
Manfaat cairan KA-EN 1B :
Dapat menjadi cairan elektrolit pasien pada kasus pasien yang sedang dehidrasi karena
tidak mendapat asupan oral dan pasien yang sedang demam. Selain itu cairan ini bisa diberikan
kepada bayi prematur maupun bayi yang baru lahir sebagai cairan elektrolitnya.
6. KA-EN 3A & KA-EN 3B
Komposisi :
KA-EN 3A
Sodium klorida 2,34 g
Potassium klorida 0,75 g
Sodium laktat 2,24 g
Anhydrous dekstros 27 g
Cairan elektrolit (meq/L): Na + 60,K+10,Cl-50,glukosa 27g/L,kcal/L:108
KA-EN 3B
Sodium klorida 1,75 g
Ptasium klorida 1,5 g
Sodium laktat 2,24
Anhydrous dekstros 27 g
Cairan elektrolit (mEq/L) : Na + (50),K+ (20),Cl- (50),laktat- (20),glukosa (27g/L),kcal/L (108)
Manfaat kedua larutan ini adalah :
Membantu memenuhi kebutuhan pasien akan cairan dan elektrolit karena kandungan kaliumnya
(pada KA-EN 3A mengandung kalium 10 mEq/L dan KA-EN 3B mengandung kalium 20
mEq/L) yang cukup walaupun pasien sudah melakukan ekskresi harian.
7. KA-EN MG3
Komposisi :
Sodium klorida 1,75 g
Anhydrous dekstros 100 g
Sodium laktat 2,24 g
Cairan elektrolit (mEq/L) yang terdiri dari: Na+ (50),K+ (20),Cl- (50),laktat- (20),glikosa (100
g/L),kcal/l (400)
Manfaatnya yakni membantu cairan elektrolit harian pasien maupun saat pasien
mendapat asupan oral terbatas, memenuhi kebutuhan kalium pasien (20 mEq/L) dan sebagai
suplemen NPC yang dibutuhkan pasien (400 kcal/L).
8. KA-EN 4A
Memiliki komposisi (per 1000 ml), yang mengandung :
Na 30 mEq/L
Cl 20 mEq/L
K 0 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
Manfaat larutan ini yakni dapat diberikan sebagai larutan infus untuk bayi dan anak-anak,
menormalkan kadar konsentrasi kalium serum pada pasien, membantu pasien mendapatkan
cairan kembali ketika mengalami dehidrasi hipertonik.
9. KA-EN 4B
Komposisinya yaitu :
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Cl 28 mEq/L
Manfaat cairan infus KA-EN 4B :
Dapat diberikan pada bayi dan anak–anak usia kurang dari 3 tahun sebagai cairan infus bagi
mereka, mengurangi resiko hipokalemia ketika pasien kekurangan kalium dan mengganti cairan
elektrolit pasien ketika dehidrasi hipertonik.
10. Otsu-NS
Komposisinya terdiri dari elektrolit (mEq/L) :
Na+=154
Cl- +154
Manfaat cairan Otsu-NS yakni mengganti Na dan Cl ketika pasien diare,mengganti
kehilangan natrium pada pasien saat asidosis diabetikum,insufisiensi adrenokortikal,dan luka
bakar. Selain itu, mengganti cairan saat pasien mengalami dehidrasi akut.
11. Otsu-RL
Komposisi terdiri dari cairan elektrolit (mEq/L), yaitu :
Na+ =130
K+ = 4
Cl- =108.7
Laktat = 28
Ca++ = 2.7
Manfaatnya yaitu memberi pasien ion bikarbonat dan sebagai cairan asidosi metabolik
dan sebagai resuisitasi.
12. MARTOS-10
Komposisi : 400 kcal/L
Manfaat cairan ini adalah dapat membantu mencukupi suplai air dan karbohidray pada pasien
diabetik secara parental dan dapat memberi nutrisi eksogen pada pasien kritis penderita
tumor,infeksi berat,pasien stres berat maupun pasien mengalami defisiensi protein.
13. AMIPAREN
Komposisi tiap liter dari Amiparen terdiri dari beberapa kandungan yaitu:

L-leucine 14g, L-isoleucine 8g, L-valine 8g,lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g), L-
threonine 5,7g,L-tryptophan 2g,L-methionine 3,9g,L-phenylalanine 7g,L-cysteine 1g,L-tyrosine
0,5g, L-arginine 10,5g,L-histidine 5g,L-alanine 8g, L-proline 5g,L-serine 3g,aminoacetic acid
5,9g,L-aspartic acid 30 w/w%,total nitrogen 15,7g,sodium kurang lebih 2 mEq,acetate kira-kira
1220 mEq dan kandungan Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator.
Cairan ini bermanfaat bagi pasien yang mengalami stres metabolik berat, mengalami luka
bakar, kwasiokor dan sebagai kebutuhan nutrisi secara parental.
14. AMINOVEL- 600
Komposisi cairan ini tiap 600 liter terdiri atas :
amino acid (L-form) 50g
D-sorbitol 100g
ascorbic acid 400mg
inositol 500mg
nicotinamide 60mg
pyridoxine HCl 40mg,
riboflavin sodium phosphate 2,5mg.
Selain itu komposisinya terdiri dari elektrolit:
Sodium 35 mEq
potassium 25 mEq
magnesium 5 mEq
acetate 35 mEq
maleate 22 mEq
chloride 38 mEq
Manfaatnya adalah meningkatkan kebutuhan metabolik pada pasien yang mengalami
luka bakar, trauma pasca operasi serta pasien yang mengalami stres metabolik sedang. Selain itu,
cairan diberikan kepada pasien GI sebagai penambah nutrisi.
15. TUTOFUSIN OPS
Komposisi tiap liternya adalah:
Natrium = 100 mEq
Kalium = 18 mEq
Kalsium = 4 mEq
Sorbitol = 50 gram
Klorida = 90 mEq
Magnesium =6 mEq
Manfaatnya yakni memenuhi kebutuhan pasien akan air dan cairan elektrolit baik saat
sebelum,sedang dan sesudah operasi. Selain itu, dapat membantu pasien mendapatkan kembali
air dan cairan elektrolit saat mengalami dehidrasi isotonik dan kehilangan cairan intarselular,
juga memenuhi kebutuhan pasien akan makanan yang mengandung karbohidrat secara parsial.

6. Masalah Kebutuhan Cairan


1. Hipovlume/dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dankelebihan
pengeluaran cairan. ;al ini biasanya terjadi pada pasien diare dan muntah. *da tigamacam
dehidrasi, yaitu:
 Dehidrasi isotonik
 Dehidrasi hipertonik
 Dehidrasi hipotonik
Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan klorida dan natrium akan menyebabkanekskresi
yang berlebihhan atau penyebab lain adanyan gangguan pada hipotalamus, kelenjargondok,
diare, muntah, terpasang drainage,dll.
2. Hipervolume/overhidrasi
Ditimbulkan oleh kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) danedema
(kelebihan cairan pada interstisial).
3. Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah. Keadaan inidapat
terjadi pada pasien yang kelebihan cairan tubuh ditandai dengan adanya rasa kehausanyang
berlebihan, rasa cemas, takut dan bimbang, kejang perut, denyut nadi cepat dan
lembab,hipotensi, konvulsi, membran mukosa kering, kadar natrium dalam plasma kurang dari
135 mEq/l.
4. Hipernatremia
Suatu keadaan dimana kadar natrium plasma tinggi dalam plasma tinggi.
5. Hipokalemia
Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.
6. Hiperkalemia
Suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinngi.
7. Hipokalsemia
Suatu keadaan dimana kadar kalsium dan plasma darah kurang.
8. Hiperkalsemia
Suatu keadaann dimana kelebihan kadar kalsium.
9. Hipomagnesia
Kekurangan kadar magnesium darah.
10. Hipermagnesia
Keadaan dimana kada magnesium berlebihan di dalam darah.

7. Kebutuhan Eektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Mengandung oksigen, nutrien, dan
sisametabolisme yang semuanya disebut ion. beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam
bentuk ion elektrolit.

8. Pengaturan Elektrolit
1. Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan osmolaritas
dan volume cairan tubuh. Natrium ini paling banyak pada c:airan ekstrasel. Yengaturan
konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks
suprarenal dan berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan konsentirasi natrium dalam
plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap ke;mbali ke
dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang
diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya berge:rak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi
juga mengatur keseimbangan c;airan tubuh. Ekskresi dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal
atau sebagian kecil meelalui tinja, keringat dan air mata.
2. Pengaturan Keseimbangan Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam c:airan intrasel dan berfungsi
mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme
perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. E1ldosteron juga berfungsi
mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (c;airan ekstrasel). Sistem pengaturannya
melalui tiga langkah, yaitu:
 Peningkatankonsentrasi kalium dalam cairan ekstirasel yang menyebabkan peningkatan
produksi aldosteron.
 Meningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan
melalui ginjal.
 Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstra sea menurun.
Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan. Partikel penting dalam kalium
ini berfungsi untuk menghantarkan impuls listrik ke jantung, otot lain, jaringan paru,
jaringan usus pencernaan. Ekskresi kalium dilakukan melalui urine, dan sebagian lagi
melalui tinja dan keringat.
3. Pengaturan Keseimbangan Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk pembe:ntukan tulang, penghantar impuls kontraksi
otiot, koagulasi darah (pemb(;kuan darah), dan membantu beberapa enrim pankreas. Kalsium
diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh
hormon paratiroid melalui proses reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah me:nurun, kelenjar
paratiroid akan merangsang pembentukan hormon paratiroid yang langsung meningkatkan
jumlah kalsium dalam darah.
4. Pengaturan Keseimbangan Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasea tetapi khlorida dapat ditemukan
pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu
mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam darah. I-Iipokloremia merupakan suatu
keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah. Sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan
klor dalam darah. Kadar klorida yang normal dalam darah orang de;wasa adalah 95-108 mHq/ I,.
5. Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel.
Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran
pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Ilipomagnesemia
terjadi bila konsentrasi serum turun kurang dari 1,5 mLq/ I, dan bila hipermagneaemia kadar
magnesiumnya lebih dari 2,5 mEq/h.
6. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
7. Pengaturan Keseimbangan Fosfat (POa)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang.
Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.

9. Jenis cairan elektrolit


1. Kalium
Kalium merupakan salah satu elektrolit yang penting bagi tubuh. Pasalnya, kalium
memegang peranan penting dalam mengatur irama serta pompa jantung. Selain itu, elektrolit
kalium juga berfungsi untuk menjaga tekanan darah agar tetap stabil, mengatur kontraksi
otot, mendukung aktivitas listrik saraf, dan menjaga kesehatan tulang.
Idealnya, jumlah kalium dalam darah adalah pada kisaran 3,5 – 5 5 mmol/L. Kelebihan
kalium dalam tubuh disebut dengan hiperkalemia. Kondisi ini bisa disebabkan karena tubuh
mengalami dehidrasi parah, asidosis, gagal ginjal, atau karena rendahnya hormon kortisol dalam
tubuh. Sementara itu, kekurangan kalium (hipokalemia) biasanya disebabkan karena diare dan
efek samping obat diueretik.
2. Natrium
Natrium adalah jenis elektrolit yang dibutuhkan untuk mengendalikan cairan dalam
tubuh, menjaga keseimbangan elektrolit, serta mengatur fungsi saraf dan kontraksi otot.
Idealnya, kadar natrium dalam darah adalah 135 – 145 mmol/L. Namun, gangguan kesehatan
tertentu dapat menyebabkan tubuh mengalami kekurangan dan kelebihan natrium.
Kekurangan natrium (hiponatremia) dapat terjadi karena mengonsumsi air yang terlalu
banyak, gagal jantung, gangguan fungsi hati atau ginjal, serta adanya kelainan hormon
antidiuretik yang berperan untuk mengatur kadar cairan dalam tubuh. Kelebihan natrium
(hipernatremia) dapat terjadi akibat dehidrasi berat, seperti kurang minum air, diare kronis, atau
karena diet ekstrem.
3. Kalsium
Jenis elektrolit ini berperan penting dalam menguatkan tulang dan gigi. Selain itu,
elektrolis kalsium juga berfungsi untuk menstabilkan tekanan darah, menunjang pembekuan
darah, sekaligus mengendalikan aktivitas listrik saraf dan kontraksi otot.
Hiperkelsemia atau kelebihan kalsium umumnya dapat disebabkan karena penyakit
ginjal, hiperparatiroidisme, kanker, gangguan paru-paru, dan kelebihan asupan kalsium serta
vitamin D. Sebaliknya, hipokelsemia atau kekurangan kalsium bisa disebabkan karena
kekurangan asupan vitamin D, kekurangan albumin, pankreatitis, serta kanker prostat.
4. Fosfat
Dalam tubuh, elektrolit fosfat berfungsi untuk memperkuat tulang serta gigi. Selain itu,
fosfat juga memegang peran penting dalam menghasilkan energi, mendukung pertumbuhan, serta
mendukung perbaikan jaringan-jaringan tubuh. Hipofosfatemia atau kekurangan fosfat biasanya
diakibatkan oleh luka bakar parah, kecanduan alkohol, kekurangan vitamin D, dan kelenjar
paratiroid yang terlalu aktif.
Hiperfosfatemia atau kelebihan fosfat umumnya disebabkan oleh gagal napas, cedera
parah, penyakit ginjal kronis, kelenjar paratiroid yang kurang aktif, serta efek samping obat-
obatan. Baik itu kemoterapi atau obat pencahar yang memiliki kandungan fosfat.
5. Magnesium
Magnesium adalah elektrolit yang memegang peran penting dalam proses pembentukan
jaringan dan sel-sel di dalam tubuh. Selain itu, magnesium juga dapat menjaga irama jantung,
mendukung kontraksi otot, serta mendukung fungsi saraf. Bahkan, mencukupi asupan
magnesium bagi tubuh juga bermanfaat untuk memperbaiki kualitas tidur, terutama pada
penderita insomnia.

10.Masalah Kebutuhan Elektrolit


1. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang
ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari B5 ml;q/h, mual, muntah, diare
sehingga timbul rasa haus yang berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi, dan membran
mukosa kering. Iliponatremia ini dapat disebabkan oleh kekurangan cairan yang berlebihan
seperti kondisi diare yang berkepanjangan.
2. Hipernatremia
Hipernatre;mia merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam plasma tinggi yang
ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan ke:merahan, konvulsi, suhu badan naik, kadar
natrium dalam plasma lebih dari 145 m h;q/h. Kondisi demikian dapat disebabkan karena
dehidrasi, diare, peasupan air yang berlebihan sedang asupan garam sedikit.
3. Hipokalemia
Hipokalemia suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat
terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare yang
berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak
nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak
beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5
mT;q/L.
4. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi, sering
terjadi pada pasien luka bakar, pe:nyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium yang
berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem
pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan
irritable (peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma me:ncapai lebih dari 5 ml;q. 5.
5. Hipokalsemia
Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai
de:ngan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang
dari 4,3 mI/,q/h dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh
pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
6. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat
terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D
sec:ara berlebihan, ditandai de;ngan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-
mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/h.
7. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan
adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan
konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 ml;q/h.
8. Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai
dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, (Ian kadar magnesium lebih dari 2,5 mI;q/h.
Pada kondisi normal, kadar magnesium di dalam tubuh berkisar antara 1,4 – 2,6 mg/dL.
Hipermagnesemia atau kelebihan magnesium dapat disebabkan karena gagal ginjal atau penyakit
addison. Sementara hipomagnesemia atau kekurangan magnesium bisa diakibatkan oleh diare
kronis, gagal jantung, efek samping obat, dan kecanduan alkohol.

11.Keseimbangan Asam-Basa
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses
kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam
lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OHyang sangat
rendah.Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi akan
terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak,ternyata konsentrasi ion hidrogen
dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.4.Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya
berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan
basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa
dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam
pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.Beberapa prinsip yang perlu
kita ketahui terlebih dahulu adalah 4:
1. Istilah asidosis
Mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila
pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida)
Adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam.CO2 juga merupakan
komponen respiratorik. Nilainormalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat)
Berperan sebagai komponen basa dan disebut juga
sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis
berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah komponen
basa.
5. Alkalosis
Berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam.

12.Jenis Asam-Basa
Untuk menggolongkan jenis asam basa terdapat banyak parameter yang dapat digunakan.
Berikut penjelasannya;
1. Berdasarkan jumlah atom hidrogen
Berdasarkan jumlah H dalam satu molekul, asam dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
asam monoprotik dan asam poliprotik. Asam monoprotik merupakan senyawa yang memiliki
satu buah proton (H) sehingga hanya mampu melepaskan satu proton saja.
Contoh asam monoprotik yaitu HCl, HBr, HCN. Sedangkan asam poliprotik adalah
senyawa yang memiliki dua atau lebih proton yang dapat dilepaskan. Contoh senyawa asam
poliprotik adalah H2SO4 dan H3PO4.
2. Berdasarkan Kekuatannya
Asam basa dapat dibedakan menjadi asam-basa kuat dan asam-basa lemah. Suatu asam
ataupun basa dikatakan kuat jika zat tersebut dalam air dapat terionisasi secara sempurna atau
memiliki derajat ionisasi 1. Sedangkan suatu senyawa dikatakan asam atau basa lemah jika di
dalam air senyawa tersebut tidak terionisasi secara sempurna atau memiliki derajat ionisasi
dibawah 1.
Contoh senyawa asam kuat yaitu HCl, HBr, H2SO4, HNO3
Contoh senyawa basa kuat yaitu NaOH, KOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2
Contoh senyawa asam lemah yaitu CH3COOH, H2CO3, HClO4
Contoh senyawa basa lemah yaitu NH3, Al(OH)3, Fe(OH)2, NH4OH
3. Senyawa Amfoter
Amfoter adalah suatu zat yang dapat bersifat sebagai asam maupun basa tergantung dari
kondisinya. Ketika kita menempatkan zat tersebut dengan senyawa asam, maka zat tersebut akan
berperan sebagai basa dan sebaliknya ketika kita menempatkan zat tersebut dengan basa, maka
zat tersebut akan bersifat sebagai asam.
Contohnya yaitu air yang dapat bertindak sebagai amfoter karena ketika bereaksi dengan
HCl air bertindak sebagai basa. Sedangkan ketika bereaksi dengan amonia, air berperan sebagai
zat yang bersifat asam.

13.Masalah Keseimbangan Asam-Basa


Gangguan keseimbangan asam-basa adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar
asam dan basa dalam tubuh tidak normal. Tingkat pH darah normal adalah 7,40 pada skala 0
sampai 14, dimana 0 adalah yang paling asam dan 14 adalah yang paling basa.Darah
membutuhkan keseimbangan yang tepat antara senyawa asam dan basa agar organ bisa berfungsi
dengan baik. Jika tidak, maka hal kondisi ini bisa memicu gangguan pada organ vital dalam
tubuh.Gangguan keseimbangan asam basa disebabkan dua faktor yaitu kondisi metabolik dan
respiratorik, setiap faktor memiliki tipe gangguan keseimbangan asam basa yang berbeda-beda,
yaitu:
 Asidosis metabolik adalah gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh
masalah ginjal. Kondisi ini terjadi ketika kadar PH darah kurang dari 7,35.
 Alkalosis metabolik adalah gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh
masalah ginjal. Kondisi ini terjadi ketika kadar PH darah lebih dari 7,45.
 Asidosis respiratorik adalah gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh
masalah paru-paru. Kondisi ini terjadi ketika kadar PH darah kurang dari 7,35.
 Alkalosis respiratorik adalah gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh
masalah paru-paru. Kondisi ini terjadi ketika kadar PH darah lebih dari 7,45.

14.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor:
 Usia
Perbedaan usia menen.tukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ, sehingga dapat
me:mengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
 Temperatur
Yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran c:airan melalui keringat cukup banyak,
sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
 Diet
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah c:adangan makanan yang
tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergeerakan c;airan dari interstisial ke
interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pe:menuhan kebutiuhan cairan.
 Stres dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan c:airan dan caektrolit, melalui proses
peningkatan produksi ADI-I, karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme
sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi
natrium dan air.
 Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk:
HC03 plasma pH Plasma paC02 Plasma Gangguan Asam-Basa
meningkat menurun meningkat asidosis respiratorik
menurun menurun menurun asidodsis metabolic menurun meningkat menurun alkalosis
respiratorik meningkat meningkat meningkat alkalosis metabolic memperbaikinya sel
membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan
ketidakscimbangan sistem dalam tubuh seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat
mengganggu keseimbangan keebutuhan cairan.

15.Cara Menghitung Balance Cairan


Rumus Balance Cairan
Inteake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)
Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan
pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip, albumin dll.
Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung dalam
ukuran di urobag, jka tidak terpasang maka pasien harus menampung urinenya sendiri, biasanya
ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses.
IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu
jumlah keringat, uap hawa nafa.
RUMUS IWL

IWL = (15 x BB )
24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C (suhu normal)
IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam
24 jam
*kalau dalam 24 jam —-> 37,5 x 24 = 900cc/24 jam
*Rumus IWL Kenaikan Suhu
[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal
24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg, suhu= 39⁰C, CM= 200cc
IWL = [(10%x200)x(39⁰C-37⁰C)] + 37,5cc
24 jam= (20×2) + 37,5cc
24
= 1,7 + 37,5 = 39cc/jam
*CM : Cairan Masuk
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat
Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake
cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid
Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift.
PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN UNTUK DEWASA
Input cairan: Air (makan+Minum) = ……cc
Cairan Infus = ……cc
Therapi injeksi = ……cc
Air Metabolisme = ……cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)

Output cairan: Urine = ……cc


Feses = …..cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = …..cc
IWL = …..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)
Contoh Kasus:
Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat
appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital sign TD:
110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan, saat ini terpasang
NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi
terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain
1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700 cc, dan
mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg didripkan dalam NaCl
50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!
Input Cairan: Infus = 2000 cc

Tranfusi WB = 300 cc

Obat injeksi = 100 cc

AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) +

———————————————

2700 cc

Output cairan: Drainage = 100 cc

NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
———————————————-
2900 cc
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan – output cairan
2700 cc – 2900 cc
– 200 cc.
Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan
rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?

berarti nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 °C – 36,8 .°C)


= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 1240 cc +
————————–
3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc – 3240 cc = -540
cc

Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air Metabolisme,
menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka Indonesia
yaitu:

Usia Balita (1 – 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari

Usia 5 – 7 tahun : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari

Usia 7 – 11 tahun : 6 – 7 cc/kgBB/hari


Usia 12 – 14 tahun : 5 – 6 cc/kgBB/hari
Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari
CONTOH :

An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut ibunya:
“rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi malam berdarah”
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran
composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24
jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus
Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah balance cairan
anak ini!
Input cairan: Minum : 1000 cc

Infus : 1000 cc

AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg)

————————-

2112 cc

Out put cairan: Muntah : 100 cc

Urin : 1000 cc

IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg


—————————–

1478 cc

Balance cairan = Intake cairan – Output Cairam

2112 cc – 1478 cc

+ 634 cc
Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !
yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus:
IWL + 200 ( Suhu Tinggi – 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta.
IWL An X = 378 + 200 (39,8 °C – 36,8 °C)

378 + 200 (3)

378 + 600

978 cc

Maka output cairan An X = Muntah : 100 cc

Urin : 1000 cc

IWL : 978 cc +

————————-
2078 cc

Jadi Balance cairannya = 2112 cc – 2078 cc

+ 34 cc.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh tergantung
pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang.Seluruh cairan tubuh tersebut secara
garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular dan ekstraselular.Cairan tubuh
sendiri terdiri dari komposisi zat elektrolit dan elektrolit yang masing-masing memegang
peranannya.Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak
membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang membutuhkan energy
ATP yaitu pompa Na-K. Dalam kondisi yang normal, tubuh mememiliki suatu sistem
mekanisme pengaturan untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, baik melalui kendali
osmoler dan nonosmoler.Perlu diketahui kebutuhan harian cairan tubuh untuk menilai apakah
keseimbangan cairan tubuh dalam kondisi yang balans atau tidak. Dalam kondisi yang tidak
balans, perlu diberikan terapi cairan.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai
macam gangguan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi dalam beberapa
bentuk, seperti overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipernatremia, dan sebagainya.
Masingmasing gangguan keseimbangan tersebut menimbulkan berbagai gejala dan bahkan
kegawatdaruratan medis. Oleh sebab itu, praktisi kesehatan seharusnya mengetahui tentang
pentingnya keseimbangan cairan dan elektrolit agar tidak terjadi kasus-kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD.Management of Patients with Fluid and
Electrolyte Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology 5th ed. New
York: Mc-Graw Hill. 2013
2. Agro FE, Fries D, Vennari M. Body Fluid Management From Physiology to Therapy.
Verlag Italia: Springer.
3. Waterhouse BR, Famery AD. The Organization and Composition of Body Fluids.
Anaesthesia & Intensive Care Medicine. 2012
4. Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar
Ilmu
Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2010.
5. Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base Disorders. Dalam
Handbook
for Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease 4th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.
6. Miller RD. 2015. Miller’s Anesthesia. 8th Edition. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders.
7. Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and Electrolytes.
Dalam
Handbook of Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia:
Wolters Kluwer Health. 2015
8. Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai