Dosen Pengampu :
Ns.Ulfa Hasanah,M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Adeliana (21301058)
Aldo (21301059)
Anggi Dhea Natasha (21301060)
Annisa Fitri (21301061)
Aufa Mona (21301062)
Bella Sari Andri Putri (21301063)
Cindy Aulia Fitri (21301064)
Cristina Mariska (21301065)
Defi Nelfina (21301066)
STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah,karena atas rahmat dan hidayah-nya
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep dan Prinsip Kebutuhan-
kebutuhan Cairan Elektrolit dan Keseimbangan Cairan Elektrolit” ini dengan baik meskipun
masih banyak kekurangan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam segi menyusun
bahasanya maupun segi lainnya.Oleh karena itu kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
yang ingin memberi kritik,saran dan usulan kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki
makalah kami dikemudian hari.Semoga makalah ini bermanfaat dan mohon maaf apabila
kesalahan kata-kata yang kurang berkenaan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun perbaikan di masa depan.
Dan kami berterima kasih kepada Ibu yang memberikan tugas ini dan telah membingbing
kami.Kami berharap makalah ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan
bagi para pembaca.
Pekanbaru,22 November 2021
Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................................... 1
Daftar Isi.............................................................................................................................................................................. 2
BAB I..................................................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN............................................................................................................................................................... 3
1. Latar Belakang.................................................................................................................................................... 3
2. Rumusan Masalah............................................................................................................................................. 3
3. Tujuan.................................................................................................................................................................... 4
BAB II.................................................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN.................................................................................................................................................................. 5
A. Konsep Teori............................................................................................................................................................ 5
BAB III................................................................................................................................................................................ 31
PENUTUP.......................................................................................................................................................................... 31
4. Kesimpulan........................................................................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................................ 32
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tubuh seorang dewasa, sekitar 60% terdiri atas air. Sementara pada bayi dan anak
total komposisi air dalam tubuh lebih tinggi daripada dewasa, yaitu 70-80%.Di dalam
tubuh,selsel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan
organ-organ.
Pada rongga badan seperti paru-paru atau jantung sedangkan sel-sel yang mempunyai
konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi.Cairan dan elektrolit
sangat diperlukan agar menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis yang melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut)
sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkanpartikel-partikelbermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian
tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam
tubuh sudah diatur sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan
Untuk mempertahankan keseimbangannya, diperlukan masukan, pendistribusian,dan keluaran
yang memadai, yang diatur melalui mekanisme tersendiri namun berkaitan satu sama lain.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya.Apabila
terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolitdalam tubuh dapat mengakibatkan
overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia, hiperkalemia, dan
hipokalsemia.Dengan demikian, keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan komponen atau
unsur vital pada tubuh manusia.
Rumusan Masalah
1. Apa saja sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit?
2. Bagaimana cara perpindahan cairan tubuh?
3. Apa saja kebutuhan cairan tubuh bagi manusia?
4. Bagaimana pengaturan volume cairan tubuh?
5. Apa saja jenis cairan?
6. Bagaimana masalah kebutuhan cairan?
7. Apa saja kebutuhan elektrolit?
8. Bagaimana pengaturan elektrolit?
9. Apa jenis cairan elektrolilt?
10. Bagaimana masalah kebutuhan elektrolit?
11. Bagaimana keseimbangan asam-basa?
12. Apa saja jenis asam-basa?
13. Bagaimana keseimbangan asam-basa?
14. Apa saja faktor yang mempengaruhi kebuthan cairan dan elektrolit?
15. Bagaimana menghitung balance cairan?
Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan
elektrolit.
2. Mahasiswa mampu memahami perpindahan cairan tubuh.
3. Mahasiswa mampu memahami kebutuhan cairan tubuh bagi manusia.
4. Mahasiswa mampu memahami volume cairan tubuh.
5. Mahasiswa mampu memahami jenis-jenis cairan.
6. Mahasiswa mampu memahami masalah kebutuhan cairan.
7. Mahasiswa mampu memahami kebutuhan elektrolit.
8. Mahasiswa mampu memahami pengaturan elektrolit.
9. Mahasiswa mampu memahami jenis-jenis cairan elektrolit.
10. Mahasiswa mampu memahami kebutuhan elektrolit.
11. Mahasiswa mampu memahami keseimbangan asam-basa.
12. Mahasiswa mamapu memahami jenis asam-basa.
13. Mahasiswa mampu memahami keseimbangan asam-basa
14. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan
elektrolit.
15. Mahasiswa mampu memahami cara menghitung balance cairan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
1. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
A. GINJAL
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan
cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa dara, dan ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter
darah mengandung 500cc plasma yang mengalir melalui glumerulus, 10 persennya disaring
keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang
sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat
dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
B. KULIT
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasodilatasi dan
vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat
yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah
dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke
udara sekitar, konduksi (yaitu, pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi
(yaitu,pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin). Keringat merupakan sekresi
aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini
suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter
sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot,
suhu lingkungan, dan kondisi suhu tubuh yang panas. Disebut juga isensible water loss (IWL)
sekitar 15-20 ml/24jam
C. PARU
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengam menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
upaya kemampuan bernafas. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap
perubahan kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
D. GASTROINTESINAL
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan
cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang
dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15
cc/kgBB/24jam dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan temperatur 1 derajat
Celcius. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin, seperti sistem hormonal
(anti diuretik hormon-ADH) , aldosteron, prostagladin, glukokortikoid, dan mekanisme rasa
haus.
a. ADH
Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurophispofisis pada
hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan
penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsopsi air pada duktus pengumpul
sehingga dapat menahan air dan mempertahankan volume cairan ekstrasel. Hormon ini memiliki
peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air
dalam tubuh. ADH juga disebut sebagai vasopresin karena mempunyai efek vasokontriksi minor
pada arteriol yang dapat meningkatkan tekanan darah.
b. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum, dan sistem renin angiostensin
serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
c. Prostaglandin
Adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan berfungsi dalam
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal.
Dalam ginjal, prostagladin berperan mengatur sirkulasi ginjal , respon natrium, dan efek ginjal
pada ADH.
d. Glukortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsporpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium. Perubahan kadar
glukokortoid menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah.
e. Mekanisme rasa halus
Rasa haus adalah keinganan yang disadari terhadap kebutuhan cairan.rasa haus
biasanya muncul apabila osmolaritas plasma mencapai 295 mOsm/kg. Bila osmolaritas
meningkat, sel akan mengkerut dan sensasi rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi.
Osmoreseptor terletak pada hipotalamus anterior bagian dari nukleus supra optik.
Terdiri dari vesikel yang dipengaruhi osmolaritas cairan ekstraseluler. Bila osmolaritas
cairan meningkat, vesikel akan mengeriput. Sebaliknya bila osmolaritas cairan
menurun, vesikel akan mengembang sehingga impuls yang dilepas dari reseptor akan
berkurang. Impuls ini nantinya merangsang hipofisis posterior melepaskan ADH. Jadi
semakin rendah osmolaritas suatu cairan ekstraseluler, semakin sedikit ADH yang
dilepaskan. ADH berperan untuk menghemat air dengan meningkatan reabsorbsi1,6
2. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Mekanisme pengaturannya melalui pengaturan ekskresi Na pada urin melalui interaksi
antara aktivitas ginjal dengan hormon korteks adrenal. Lebih dari 95% Na direabsorbsi
kembali oleh tubulus ginjal. Korteks adrenal merupakan faktor utama yang menjaga
volume cairan ekstraseluler melalui hormon Aldosteron terhadap retensi Na.
Pelepasan renin dipengaruhi oleh baroreseptor ginjal. Konsep Makula lutea, yang
tergantung pada perubahan Na di tubulus distalis. Bila Na menurun, volume tubulus
menurun, sehingga mengurangi kontak makula dengan sel arteriol. Akibatnya terjadi
pelepasan renin. Renin akan membentuk Angiotensin I di hati yang kemudian oleh
converting enzim dari paru diubah menjadi Angiotensin II sebagai vasokonstriktor dan
merangsang kelenjar supra renal menghasilkan aldosteron. Peranan Angiotensin II
adalah untuk mempertahankan tekanan darah bila terjadi penurunan volume sirkulasi
dan Aldosteron akan meningkatkan reabsorbsi Na yang menyebabkan retensi air1,4,6
5. Jenis Cairan
Infus menjadi salan satu perawatan medis yang serong dilakukan. Perawatan medis ini
dilakukan dengan mengaliri tubuh lewat pembuluh darah melalui selang infus. Selang infus ini di
dalamnya terdapat cairan infus yang akan masuk ke tubuh. Seperti apakah jenis cairan infus yang
seringkali diberikan. Berikut ini diantaranya :
1. Asering
Cairan dalam tiap liternya memiliki komposisi sebagai berikut :
Na 130 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
K 4 mEq
Asetat/garam 28 mEq
Fungsi cairan ini:
Dapat diberikan saat pasien dehidrasi (keadaan shock hipovolemik dan asidosis), demam
berdarah dengue, trauma, dehidrasi berat, luka bakar dan shock hemoragik.
Adapun manfaat cairan asering yaitu:
Dapat menjaga suhu tubuh sentral pada anestasi dan isofluran terutama kandungan
asetatnya pada saat pasien dibedah
Meningkatkan tonisitas sehingga dapat mengurangi resiko edema serebral
2. Cairan Kristaloid
a. Normal Saline
Komposisi : Na: 154 mmol/l,Cl:154 mmol/l
Kegunaan :
Mengganti cairan saat diare
Mengganti elektrolit dan cairan yang hilang di intravaskuler
Menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit serta membuat peningkatan pada metabolit nitrogen
berupa ureum dan kreatinin pada penyakit ginjal akut.
b. Ringer Laktat (RL)
Komposisi : (mmol/100 ml : Na = 130, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30
mEq /L)
Manfaat cairan Ringer Laktat : Kandungan kaliumnya bermanfaat untuk konduksi saraf dan
otak, mengganti cairan hilang karena dehidrasi, syok hipovolemik dan kandungan natriumnya
menentukan tekanan osmotik pada pasien.
c. Deaktrosa
Cairan terdiri dari beberapa komposisi yakni :
Glukosa = 50 gr/l,100 gr/l,200 gr/l
Manfaat deaktrosa adalah cairan yang diperlukan pasien pada saat terapi intravena,dan
diperlukan untuk hidrasi ketika pasien sedang dan selesai operasi.
d. Ringer Asetat (RA)
Komposisi cairan ini hampir sama dengan cairan Ringer Laktat namun keduanya
memiliki manfaat yang berbeda bagi pasien yaitu :
berguna sebagai cairan metabolisme di otot pasien
Bermanfaat bagi pasien resusitasi (kehilangan cairan akut) yang mengalami dehidrasi
yang berat dan syok maupun asidosis bagi pasien diare (yang kehilangan cairan dan bikarbonat
masif) demam berdarah,luka bakar (syok hemoragik).
Manfaat yang dirasakan pasien dengan cairan ini 3-4 kali lebih cepat dan efektif daripada
cairan Ringer Laktat (RL).
3. Cairan Koloid
Cairan ini merupakan cairan yang terdiri dari molekul besar yang sulit untuk menembus pada
membran kapiler. Biasanya cairan digunakan untuk mengganti cairan yang hilang yakni cairan
intravaskuler, digunakan untuk membuat tekanan osmose plasma lebih terjaga dan mengalami
peningkatan. Jenis cairan koloid yaitu :
a. Albumin
Komposisi : Protein 69-kDa yang mendapat pemurnian yang berasal dari plasma manusia
(misalnya 5 %).
Adapun manfaat albumin yaitu mengganti jumlah volume yang hilang atau protein ketika
pasien mengalami syok hipovolemia, hipoalbuminemia, saat operasi ,trauma, gagal ginjal yang
akut dan luka bakar. Selain itu, ketika pasien diterapi dengan albumin dapat memberi pengaruh
diuresis yang berkelanjutan serta membantu dalam penurunan berat badan.
b. Hidroxyetyl Starches (HES)
Komposisi : Starches (memiliki 2 tipe polimer glukosa:amilosa dan amilopektin).
Manfaat cairan HES yakni membantu menurunkan permeabilitas pembuluh darah pada
pasien post trauma. sSehingga resiko kebocoran kapiler dapat terhindarkan dan membantu
menambah jumlah volume plasma walaupun pasien mengalami kenaikan permeabilitas.
c. Dextran
Komposisi : Polimer glukosa (hasil sintesis bakteri Leuconosyoc mesenteroides melalui
media sukrosa)
Manfaat dextran, membantu menambah plasma ketika pasien mengalami trauma, syok
sepsis, iskemia celebral, vaskuler perifer dan iskemia miokard. Selain itu, cairan dextran
memberi efek anti trombus yakni dapat menurunkan viskositas darah dan mencegah agregasi
platelet.
d. Gelatin
Komposisi: hidrolisi kolagen bovine
Manfaat : Memberi efek antikoagulan, Dapat membantu menambah volume plasma pada
pasien
4. Cairan Mannitol
Komposisi terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen (C6H14O6). Manfaatnya yaitu
membantu tekanan intrakranial yang tingga menjadi normal atau berkurang, memberi
peningkatan diuresis pada proses pengobatan gagal ginjal (oliguria), membuateksresi senyawa
toksik menjadi meningkat. Bermanfaat juga sebagai larutan irigasi genitouriner ketika pasien
sedang menjalani operasi prostat atau transuretral.
5. KA-EN 1B
Komposisinya dalam tiap 1000 ml yaitu :
Sodium klorida 2,25 g
Anhidrosa dekstros 37,5 g
Elektrolit (meq/L) yang terdiri dari : Na+ (38,5),Cl- (38,5),dan glukosa (37,5 g/L
Manfaat cairan KA-EN 1B :
Dapat menjadi cairan elektrolit pasien pada kasus pasien yang sedang dehidrasi karena
tidak mendapat asupan oral dan pasien yang sedang demam. Selain itu cairan ini bisa diberikan
kepada bayi prematur maupun bayi yang baru lahir sebagai cairan elektrolitnya.
6. KA-EN 3A & KA-EN 3B
Komposisi :
KA-EN 3A
Sodium klorida 2,34 g
Potassium klorida 0,75 g
Sodium laktat 2,24 g
Anhydrous dekstros 27 g
Cairan elektrolit (meq/L): Na + 60,K+10,Cl-50,glukosa 27g/L,kcal/L:108
KA-EN 3B
Sodium klorida 1,75 g
Ptasium klorida 1,5 g
Sodium laktat 2,24
Anhydrous dekstros 27 g
Cairan elektrolit (mEq/L) : Na + (50),K+ (20),Cl- (50),laktat- (20),glukosa (27g/L),kcal/L (108)
Manfaat kedua larutan ini adalah :
Membantu memenuhi kebutuhan pasien akan cairan dan elektrolit karena kandungan kaliumnya
(pada KA-EN 3A mengandung kalium 10 mEq/L dan KA-EN 3B mengandung kalium 20
mEq/L) yang cukup walaupun pasien sudah melakukan ekskresi harian.
7. KA-EN MG3
Komposisi :
Sodium klorida 1,75 g
Anhydrous dekstros 100 g
Sodium laktat 2,24 g
Cairan elektrolit (mEq/L) yang terdiri dari: Na+ (50),K+ (20),Cl- (50),laktat- (20),glikosa (100
g/L),kcal/l (400)
Manfaatnya yakni membantu cairan elektrolit harian pasien maupun saat pasien
mendapat asupan oral terbatas, memenuhi kebutuhan kalium pasien (20 mEq/L) dan sebagai
suplemen NPC yang dibutuhkan pasien (400 kcal/L).
8. KA-EN 4A
Memiliki komposisi (per 1000 ml), yang mengandung :
Na 30 mEq/L
Cl 20 mEq/L
K 0 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
Manfaat larutan ini yakni dapat diberikan sebagai larutan infus untuk bayi dan anak-anak,
menormalkan kadar konsentrasi kalium serum pada pasien, membantu pasien mendapatkan
cairan kembali ketika mengalami dehidrasi hipertonik.
9. KA-EN 4B
Komposisinya yaitu :
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Cl 28 mEq/L
Manfaat cairan infus KA-EN 4B :
Dapat diberikan pada bayi dan anak–anak usia kurang dari 3 tahun sebagai cairan infus bagi
mereka, mengurangi resiko hipokalemia ketika pasien kekurangan kalium dan mengganti cairan
elektrolit pasien ketika dehidrasi hipertonik.
10. Otsu-NS
Komposisinya terdiri dari elektrolit (mEq/L) :
Na+=154
Cl- +154
Manfaat cairan Otsu-NS yakni mengganti Na dan Cl ketika pasien diare,mengganti
kehilangan natrium pada pasien saat asidosis diabetikum,insufisiensi adrenokortikal,dan luka
bakar. Selain itu, mengganti cairan saat pasien mengalami dehidrasi akut.
11. Otsu-RL
Komposisi terdiri dari cairan elektrolit (mEq/L), yaitu :
Na+ =130
K+ = 4
Cl- =108.7
Laktat = 28
Ca++ = 2.7
Manfaatnya yaitu memberi pasien ion bikarbonat dan sebagai cairan asidosi metabolik
dan sebagai resuisitasi.
12. MARTOS-10
Komposisi : 400 kcal/L
Manfaat cairan ini adalah dapat membantu mencukupi suplai air dan karbohidray pada pasien
diabetik secara parental dan dapat memberi nutrisi eksogen pada pasien kritis penderita
tumor,infeksi berat,pasien stres berat maupun pasien mengalami defisiensi protein.
13. AMIPAREN
Komposisi tiap liter dari Amiparen terdiri dari beberapa kandungan yaitu:
L-leucine 14g, L-isoleucine 8g, L-valine 8g,lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g), L-
threonine 5,7g,L-tryptophan 2g,L-methionine 3,9g,L-phenylalanine 7g,L-cysteine 1g,L-tyrosine
0,5g, L-arginine 10,5g,L-histidine 5g,L-alanine 8g, L-proline 5g,L-serine 3g,aminoacetic acid
5,9g,L-aspartic acid 30 w/w%,total nitrogen 15,7g,sodium kurang lebih 2 mEq,acetate kira-kira
1220 mEq dan kandungan Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator.
Cairan ini bermanfaat bagi pasien yang mengalami stres metabolik berat, mengalami luka
bakar, kwasiokor dan sebagai kebutuhan nutrisi secara parental.
14. AMINOVEL- 600
Komposisi cairan ini tiap 600 liter terdiri atas :
amino acid (L-form) 50g
D-sorbitol 100g
ascorbic acid 400mg
inositol 500mg
nicotinamide 60mg
pyridoxine HCl 40mg,
riboflavin sodium phosphate 2,5mg.
Selain itu komposisinya terdiri dari elektrolit:
Sodium 35 mEq
potassium 25 mEq
magnesium 5 mEq
acetate 35 mEq
maleate 22 mEq
chloride 38 mEq
Manfaatnya adalah meningkatkan kebutuhan metabolik pada pasien yang mengalami
luka bakar, trauma pasca operasi serta pasien yang mengalami stres metabolik sedang. Selain itu,
cairan diberikan kepada pasien GI sebagai penambah nutrisi.
15. TUTOFUSIN OPS
Komposisi tiap liternya adalah:
Natrium = 100 mEq
Kalium = 18 mEq
Kalsium = 4 mEq
Sorbitol = 50 gram
Klorida = 90 mEq
Magnesium =6 mEq
Manfaatnya yakni memenuhi kebutuhan pasien akan air dan cairan elektrolit baik saat
sebelum,sedang dan sesudah operasi. Selain itu, dapat membantu pasien mendapatkan kembali
air dan cairan elektrolit saat mengalami dehidrasi isotonik dan kehilangan cairan intarselular,
juga memenuhi kebutuhan pasien akan makanan yang mengandung karbohidrat secara parsial.
7. Kebutuhan Eektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Mengandung oksigen, nutrien, dan
sisametabolisme yang semuanya disebut ion. beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam
bentuk ion elektrolit.
8. Pengaturan Elektrolit
1. Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan osmolaritas
dan volume cairan tubuh. Natrium ini paling banyak pada c:airan ekstrasel. Yengaturan
konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks
suprarenal dan berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan konsentirasi natrium dalam
plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap ke;mbali ke
dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang
diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya berge:rak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi
juga mengatur keseimbangan c;airan tubuh. Ekskresi dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal
atau sebagian kecil meelalui tinja, keringat dan air mata.
2. Pengaturan Keseimbangan Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam c:airan intrasel dan berfungsi
mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme
perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. E1ldosteron juga berfungsi
mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (c;airan ekstrasel). Sistem pengaturannya
melalui tiga langkah, yaitu:
Peningkatankonsentrasi kalium dalam cairan ekstirasel yang menyebabkan peningkatan
produksi aldosteron.
Meningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan
melalui ginjal.
Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstra sea menurun.
Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan. Partikel penting dalam kalium
ini berfungsi untuk menghantarkan impuls listrik ke jantung, otot lain, jaringan paru,
jaringan usus pencernaan. Ekskresi kalium dilakukan melalui urine, dan sebagian lagi
melalui tinja dan keringat.
3. Pengaturan Keseimbangan Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk pembe:ntukan tulang, penghantar impuls kontraksi
otiot, koagulasi darah (pemb(;kuan darah), dan membantu beberapa enrim pankreas. Kalsium
diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh
hormon paratiroid melalui proses reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah me:nurun, kelenjar
paratiroid akan merangsang pembentukan hormon paratiroid yang langsung meningkatkan
jumlah kalsium dalam darah.
4. Pengaturan Keseimbangan Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasea tetapi khlorida dapat ditemukan
pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu
mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam darah. I-Iipokloremia merupakan suatu
keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah. Sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan
klor dalam darah. Kadar klorida yang normal dalam darah orang de;wasa adalah 95-108 mHq/ I,.
5. Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel.
Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran
pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Ilipomagnesemia
terjadi bila konsentrasi serum turun kurang dari 1,5 mLq/ I, dan bila hipermagneaemia kadar
magnesiumnya lebih dari 2,5 mEq/h.
6. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
7. Pengaturan Keseimbangan Fosfat (POa)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang.
Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
11.Keseimbangan Asam-Basa
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses
kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam
lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OHyang sangat
rendah.Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi akan
terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak,ternyata konsentrasi ion hidrogen
dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.4.Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya
berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan
basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa
dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam
pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.Beberapa prinsip yang perlu
kita ketahui terlebih dahulu adalah 4:
1. Istilah asidosis
Mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila
pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida)
Adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam.CO2 juga merupakan
komponen respiratorik. Nilainormalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat)
Berperan sebagai komponen basa dan disebut juga
sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis
berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah komponen
basa.
5. Alkalosis
Berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam.
12.Jenis Asam-Basa
Untuk menggolongkan jenis asam basa terdapat banyak parameter yang dapat digunakan.
Berikut penjelasannya;
1. Berdasarkan jumlah atom hidrogen
Berdasarkan jumlah H dalam satu molekul, asam dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
asam monoprotik dan asam poliprotik. Asam monoprotik merupakan senyawa yang memiliki
satu buah proton (H) sehingga hanya mampu melepaskan satu proton saja.
Contoh asam monoprotik yaitu HCl, HBr, HCN. Sedangkan asam poliprotik adalah
senyawa yang memiliki dua atau lebih proton yang dapat dilepaskan. Contoh senyawa asam
poliprotik adalah H2SO4 dan H3PO4.
2. Berdasarkan Kekuatannya
Asam basa dapat dibedakan menjadi asam-basa kuat dan asam-basa lemah. Suatu asam
ataupun basa dikatakan kuat jika zat tersebut dalam air dapat terionisasi secara sempurna atau
memiliki derajat ionisasi 1. Sedangkan suatu senyawa dikatakan asam atau basa lemah jika di
dalam air senyawa tersebut tidak terionisasi secara sempurna atau memiliki derajat ionisasi
dibawah 1.
Contoh senyawa asam kuat yaitu HCl, HBr, H2SO4, HNO3
Contoh senyawa basa kuat yaitu NaOH, KOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2
Contoh senyawa asam lemah yaitu CH3COOH, H2CO3, HClO4
Contoh senyawa basa lemah yaitu NH3, Al(OH)3, Fe(OH)2, NH4OH
3. Senyawa Amfoter
Amfoter adalah suatu zat yang dapat bersifat sebagai asam maupun basa tergantung dari
kondisinya. Ketika kita menempatkan zat tersebut dengan senyawa asam, maka zat tersebut akan
berperan sebagai basa dan sebaliknya ketika kita menempatkan zat tersebut dengan basa, maka
zat tersebut akan bersifat sebagai asam.
Contohnya yaitu air yang dapat bertindak sebagai amfoter karena ketika bereaksi dengan
HCl air bertindak sebagai basa. Sedangkan ketika bereaksi dengan amonia, air berperan sebagai
zat yang bersifat asam.
IWL = (15 x BB )
24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C (suhu normal)
IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam
24 jam
*kalau dalam 24 jam —-> 37,5 x 24 = 900cc/24 jam
*Rumus IWL Kenaikan Suhu
[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal
24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg, suhu= 39⁰C, CM= 200cc
IWL = [(10%x200)x(39⁰C-37⁰C)] + 37,5cc
24 jam= (20×2) + 37,5cc
24
= 1,7 + 37,5 = 39cc/jam
*CM : Cairan Masuk
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat
Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake
cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid
Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift.
PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN UNTUK DEWASA
Input cairan: Air (makan+Minum) = ……cc
Cairan Infus = ……cc
Therapi injeksi = ……cc
Air Metabolisme = ……cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Tranfusi WB = 300 cc
AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) +
———————————————
2700 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
———————————————-
2900 cc
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan – output cairan
2700 cc – 2900 cc
– 200 cc.
Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan
rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?
Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air Metabolisme,
menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka Indonesia
yaitu:
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut ibunya:
“rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi malam berdarah”
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran
composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24
jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus
Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah balance cairan
anak ini!
Input cairan: Minum : 1000 cc
Infus : 1000 cc
AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg)
————————-
2112 cc
Urin : 1000 cc
1478 cc
2112 cc – 1478 cc
+ 634 cc
Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !
yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus:
IWL + 200 ( Suhu Tinggi – 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta.
IWL An X = 378 + 200 (39,8 °C – 36,8 °C)
378 + 600
978 cc
Urin : 1000 cc
IWL : 978 cc +
————————-
2078 cc
+ 34 cc.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh tergantung
pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang.Seluruh cairan tubuh tersebut secara
garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular dan ekstraselular.Cairan tubuh
sendiri terdiri dari komposisi zat elektrolit dan elektrolit yang masing-masing memegang
peranannya.Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak
membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang membutuhkan energy
ATP yaitu pompa Na-K. Dalam kondisi yang normal, tubuh mememiliki suatu sistem
mekanisme pengaturan untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, baik melalui kendali
osmoler dan nonosmoler.Perlu diketahui kebutuhan harian cairan tubuh untuk menilai apakah
keseimbangan cairan tubuh dalam kondisi yang balans atau tidak. Dalam kondisi yang tidak
balans, perlu diberikan terapi cairan.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai
macam gangguan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi dalam beberapa
bentuk, seperti overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipernatremia, dan sebagainya.
Masingmasing gangguan keseimbangan tersebut menimbulkan berbagai gejala dan bahkan
kegawatdaruratan medis. Oleh sebab itu, praktisi kesehatan seharusnya mengetahui tentang
pentingnya keseimbangan cairan dan elektrolit agar tidak terjadi kasus-kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD.Management of Patients with Fluid and
Electrolyte Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology 5th ed. New
York: Mc-Graw Hill. 2013
2. Agro FE, Fries D, Vennari M. Body Fluid Management From Physiology to Therapy.
Verlag Italia: Springer.
3. Waterhouse BR, Famery AD. The Organization and Composition of Body Fluids.
Anaesthesia & Intensive Care Medicine. 2012
4. Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar
Ilmu
Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2010.
5. Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base Disorders. Dalam
Handbook
for Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease 4th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.
6. Miller RD. 2015. Miller’s Anesthesia. 8th Edition. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders.
7. Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and Electrolytes.
Dalam
Handbook of Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia:
Wolters Kluwer Health. 2015
8. Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.