“ Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Manusia ”
Dosen : Ns. Rahmita, M. Kep., Sp. An.
Disusun Oleh :
Kelompok 7
1.Amira Fuaida : 8884230012
2.Alfiani Rohmawati : 8884230017
3.Hikam Mahadin : 8884230030
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ 1
2.6 Contoh Diagnosis, Hasil, Dan Intervensi Keperawatan Untuk Klien Yang
Memiliki Diagnosis Gangguan Keseimbangan Cairan, Elektrolit Dan Asam Basa 21
2
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 30
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Eletrolit sangat dibutuhkan oleh sel-sel saraf untuk menghantarkan sinyal.
Makanan, minunman, serta suplemen dapat menjadi sumber untuk memenuhi
kebutuhan elektrolit. Elektrolit sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga
organ-organ bekerja secara optimal.
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar
(milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu exterior yang berupa
darah dan cairan tubuh lainnya. Kebutuhan cairan merupakan bagian dari
kebutuhan dasar manusia secara fisiologis kebutuhan ini memiliki proporsi besar
dalam bagian tubuh dengan hampir 90% dari total berat badan sementara itu
sisanya merupakan bagian padah dari tubuh. Secara keseluruhan persentase
cairan tubuh berbeda berdasarkan beberapa faktor.
5
8. Bagaimana tindakan untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa seperti pergantian per enteral atau parenteral ?
9. Bagaimana efek intervensi keperawatan dan kolaborasi pada keseimbangan
cairan, elektrolit dan asam basa?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui fungsi, distribusi, pergerakan dan pengaturan cairan,
elektrolit dan asam basa.
2. Untuk mengetahui pengaturan keseimbangan asam basa di dalam tubuh,
termasuk peran bufer, paru dan ginjal.
3. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa.
4. Untuk mengetahui faktor risiko dan penyebab serta efek ketidakseimbangan
cairan, elektrolit dan asam basa.
5. Untuk mengetahui pengkajian yang berhubungan dengan keseimbangan
cairan, elektrolit dan asam basa.
6. Untuk mengetahui contoh diagnosis, hasil dan intervensi keperawatan untuk
klien yang memiliki diagnosis gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan
asam basa.
7. Untuk mengetahui upaya untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
8. Untuk mengetahui tindakan untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa seperti pergantian per enteral dan parenteral.
9. Untuk mengetahui efek intervensi keperawatan dan kolaborasi pada
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Cairan terdiri dari zat terlarut dan zat pelarut. Tubuh manusia didominasi oleh
cairan. Rata-rata berat badan orang dewasa sekitar 46%-60% adalah air. Air
memiliki peran penting dalam tubuh yaitu sebagai pengangkut zat makanan dari
oksigen menuju sel dan pengangkut sisa metabolisme, pengangkut hormone dari
sumber sel ke sel sasaran, memudahkan proses metabolisme mempertahankan
suhu tubuh dan temperatur tubuh dan sebagai pembentuk tubuh.
Proporsi air terus menurun seiring bertambahnya usia. Proporsi air pada bayi
sekitar 70%-80% dari berat badannya. Pada lansia proporsi air menurun
mencapai 50%. Lemak tidak mengandung air, sementara jaringan tanpa air
memiliki air. Oleh karena itu pada orang kurus air memberikan presentase yang
lebih besar terhadap berat badannya daripada orang gemuk.
a) Distribusi Cairan
Cairan dalam tubuh dibagi menjadi dua, yaitu cairan intrasel (CIS) dan cairan
ekstrasel (CES). Cairan Intrasel ditemukan di dalam sel. Cairan ini Menyusun
sekitar 2/3 cairan tubuh. Cairan ekstrasel ditemukan di luar sel. Cairan ini
Menyusun sekitar 1/3 cairan tubuh. Cairan ekstrasel dibagi menjadi beberapa
bagian. Dua bagian utamanya yaitu cairan intravascular dan cairan
intersitisial. Cairan intravascular atau plasma ditemukan dalam system
vascular atau peredaran darah sedangkan cairan interstisial mengelilingi sel
dan termasuk cairan tubuh. Cairan ekstrasel yang lainnya yaitu cairan limfe
dan cairan transelular. Contoh cairan transelular yaitu serebsospinal,
7
pericardial, pleura, sendi synovial, intraocular, sekresi saluran pencernaan.
CIS mengandung zat terlarut seperti oksigen, elektrolit, dan glukosa. CIS juga
sebagai tempat berlangsungnya metabolisme sel. CES merupakan system
transport yang mengirim zat gizi ke sel atau mengirim produk sisa dari sel.
Plasma mengandung oksigen dari paru-paru dan glukosa dari pencernaan ke
pembuluh kapiler. Dari pembuluh kapiler oksigen dan glukosa melintasi
membra kapiler dan kemudian melintasi membrane sel untuk masuk ke dalam
sel. Pada produk sisa, karbon dioksida. Zat sisa dibawa oleh cairan interstisial
melalui system limfe menuju plasma darah.
b) Komposisi Cairan
Elektrolit berdiasosiasi menjadi kation dan anion. Natrium (Na+), klorida (Cl-
), bikarbonat (HCO3) merupakan elektrolit utama dalam cairan ekstrasel.
Elektrolit yang lainnya tentu ada namun dalam jumlah yang jauh lebih sedikit.
Plasma dan cairan interstisial pada dasarnya mengandung elektrolit yang sama
kecuali protein. Pada plasma mengandung kaya akan protein sedangkan pada
cairan interstisial sedikit atau tidak mengandung protein. Komposisi cairan
intrasel berbeda dengan komposisi cairan ekstrasel. Pada cairan intrasel
kalium (K+) dan magnesium (Mg+) menjadi kation primer dengan fosfat
(PO43-) dan sulfat sebagai anion utama (SO42-).
8
cairan. Metode pergerakan cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui cara
osmosis, difusi, filtrasi, dan transport aktif.
1. Osmosis
Osmosis merupakan perpindahan zat dari yang berkonsentrasi rendah ke
zat yang berkonsentrasi tinggi untuk menyeimbangkan konsentrasi. Di
dalam tubuh, air merupakan zat pelarut. Zat terlarut dalam tubuh yaitu
elektrolit, oksigen, karbon dioksida, glukosa, urea, asam amino, dan
protein. Osmosis terjadi jika zat terlarut pada salah satu membrane, seperti
membrane kapiler memiliki konsentrasi yang lebih tinggi. Contohnya,
seorang pelari marathon mengeluarkan keringat yang meningkatkan
konsentrasi zat terlarut dalam plasma karena kehilangan air. Zat terlarut ini
menarik air dari ruang interstisial ke dalam kompartemen vascular untuk
menyeimbangkan konsentrasi zat terlarut. Jika perbedaan konsentrasi zat
terlarut dipisahkan dengan membrane semipermeable, konsentrasi yang
lebih tinggi akan menarik air untuk menyebrangi membrane dengan tujuan
menyeimbangkan konsentrasi larutan hal ini disebut dengan tekanan
osmotic. Tekanan osmotic yaitu kekuatan larutan untuk menarik air
menyebrangi membrane semiperable.
2. Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul dari area bertekanan tinggi ke area
bertekanan rendah. Difusi juga percampuran molekul di dalam cairan, gas,
atau zat padat karena adanya pergerakan molekul secara acak. Pada tubuh
difusi terjadi melalui pori-pori celan membrane kapiler, seperti difusi air,
elektrolit, dan zat lain. Kecepatan difusi disesuaikan dengan, ukuran
molekul, konsentrasi larutan, dan suhu larutan. Molekul yang besar
memerlukan energi besar sehingga bergerak sedikit lebih lambat.
9
Kecepatan difusi juga dipengaruhi oleh suhu tubuh. Jika suhu tubuh
meningkat kecepatan difusi juga meningkat.
3. Filtrasi
Filtrasi merupakan proses pergerakan cairan dan zat terlarut menyebrangi
membrane dari satu kompartemen ke kompartemen lain. Pergerakan
terjadi dari area bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah. Pergerakan
zat gizi dari kapiler arteriola ke cairan interstisial di sekitar sel merupakan
salah satu contoh dari filtrasi. Tekanan filtrasi yaitu yang menggerakan
cairan dan zat terlarut keluar dari kompartemen.
4. Transpor Aktif
Transpor aktif membantu zat untuk menyebrangi sebuah membrane dari
larutan dengan konsentrasi rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi.
Transpor aktif berbeda dengan osmosis dan difusi. Pada transport aktif
sebuah zat berikatan dengan pembawa di permukaan luar membrane dan
keduanya memasuki permukaan dalam membrane. Kemudian di dalam, zat
berpisah dengan pembawa. Zat dilepaskan didalam sel sedangkan
pembawa spesifik dibutuhkan untuk setiap zat, enzim dibutuhan untuk
transpor aktif, dan energi dilepaskan
d) Pengaturan Cairan
1. Asupan Air
Orang dewasa membutuhkan 2.500 ml/hari namun orang dewasa hanya
meminum 1.500ml/hari oleh karena itu dibutuhkan tambahan asupan cairan
dari makanan dan dari oksidasi makanan selama proses metabolic.
2. Haluaran Air
10
Mengeluarkan cairan juga menjadi salah satu cara untuk menyeimbangkan
cairan dalam tubuh. Terdapat empat rute haluaran cairan yaitu :
a) Urine.
b) Kehilangan cairan yang tidak dirasakan seperti melalui paru- paru saat
melakukan respirasi.
c) Kehilangann cairan yang terlihat jelas melalui kulit seperti berkeringat.
d) Kehilangan cairan melalui usus yaitu feses.
3. Mempertahankan Homeostatis
Volume dan komposisi cairan tubuh diatur melalui beberapa mekanisme
homeostatic beberapa system tubuh yang ikut berperan yaitu seperti ginjal,
system endoktrin, kardiovaskulas, paru, dan system pencernaan. Hormone
seperti ADH, system renin-angiostensin-aldosteron, dan factor
natriureticatrial juga dilibatkan untuk memantau volume vaskular.
ELEKTROLIT PENGATURAN
ginjal
11
ke dalam sel ; kerusakan jaringan dan
menuju CES
dan CES
natrium
ginjal.
ginjal.
12
Hubungan timbal balik dengan kalsium
13
termasuk bufer, sistem pernapasan dan sistem renal ( ginjal ) terlibat aktif dalam
mempertahankan kisaran pH yang sempit yang dibutuhkan untuk optimalan
fungsi. Bufer membantu mempertahankan keseimbangan asam basa dengan
menetralkan kelebihan asam atau basa, paru dan di ginjal mempertahan pH
normal baik dengan mengekskresikan atau mempertahankan asam dan basa.
1. Bufer
Bufer mencegah perubahan berlebihan pH dengan mengeluarkan atau
melepaskan ion hidrogen, jika kelebihan ion hidrogen terdapat dalam cairan
tubuh bufer berikatan dengan ion hidrogen meminimalkan perubahan pH,
saat cairan tubuh menjadi terlalu basa bufer dapat melepaskan ion hidrogen,
sekali lagi untuk meminimalkan perubahan pH. Kerja bufer bersifat cepat
tetapi kemampuannya terbatas dalam mempertahankan atau mengembalikan
keseimbangan asam basa normal.
Sistem bufer utama dalam cairan ekstrasel adalah sistem bikarbonat
(HCO³) dan asam karbonat (H²CO³). Saat asam yang kuat seperti asam
hidroklorida (HCl) ditambahkan, asam ini akan berkombinasi dengan
bikarbonat dan pH turun hanya sedikit. Sebuah basa yang kuat seperti
natrium hidroksida berkombinasi dengan asam karbonat, asam yang lemah
dalam pasangan bufer, dan pH tetap berada dalam rentang normal yang
sempit. Jumlah bikarbonat dan asam karbonat dalam tubuh bervariasi,
namun selama rasio 20 bagian bikarbonat berbanding 1 bagian asam
karbonat dipertahankan, pH tetap berada dalam rentang normal 7,35 sampai
7,45. Menambahkan asam yang kuat ke CES dapat mengubah rasa ini
dengan bikarbonat berkurang dalam menetralkan asam. Apabila ini terjadi
pH menurun terjadi sebuah kondisi yang disebut asidosis. Rasio dapat juga
diganggu dengan menambahkan basa yang kuat ke CES mengurangi asam
karbonat saat berkombinasi dengan basa. Dalam kasus ini pH meningkatkan
dan klien mengalami alkalosis.
14
Selain sistem bufer bikarbonat - asam karbonat, protein plasma
hemoglobin dan fosfat juga berfungsi sebagai buffer dalam cairan tubuh.
2. Pengaturan Pernapasan
Paru membantu mengatur keseimbangan asam basa dengan
membuang atau mempertahankan karbon dioksida (CO²), sebuah asam
potensial. Jika bergabung dengan air karbon dioksida berbentuk asam
karbonat. Reaksi kimia ini bersifat reversible asam karbonat diurai menjadi
karbon dioksida dan air. Bekerja sama dengan sistem bufer bikarbonat, asam
karbonat perlu mengatur keseimbangan asam basa dan pH dengan mengubah
kecepatan dan kedalaman pernapasan. Respon sistem pernapasan terhadap
perubahan pH berlangsung cepat terjadi dalam hitungan menit.
Karbon dioksida merupakan stimulator kuat pusat pernapasan apabila
kadar asam karbonat dan karbon dioksida dalam darah meningkat, pusat
pernapasan distimulasi dan kecepatan serta kedalaman pernapasan
meningkat. Karbon dioksida dikeluarkan dan kadar asam karbonat menurun.
Sebaliknya apabila kadar bikarbonat berlebihan kecepatan dan kedalaman
pernapasan berkurang. Ini menyebabkan karbon dioksida ditahan pada masa
karbonat meningkat dan kelebihan bikarbonat dinetralkan.
Kadar karbon dioksida dalam darah diukur sebagai PCO², atau tekanan
parsial gas terlarut dalam darah. PCO² adalah tekanan karbon dioksida dalam
darah vena. PaCO² adalah tekanan karbon dioksida dalam darah arteri.
PaCO² normal adalah 35 sampai 45 mm Hg.
3. Pengaturan Ginjal
Walaupun bufer dan sistem pernapasan dapat mengompensasi
perubahan pH, ginjal merupakan pengatur akhir jangka panjang dalam
keseimbangan asam basa. Ia lebih lambat merespon terhadap perubahan,
memerlukan beberapa jam, sampai beberapa hari untuk memperbaiki
15
ketidakseimbangan, tetapi responnya lebih permanen dan selektif dibanding
sistem lain.
Ginjal mempertahankan keseimbangan asam basa dengan secara
selektif mengeksresikan atau mempertahankan ion bikarbonat dan ion
hidrogen apabila terhadap kelebihan ion hidrogen dan pH turun ginjal
menyerap kembali dan meregenerasikan bikarbonat dan mengekskresikan
ion hidrogen, dalam kasus alkalosis dan pH tinggi, kelebihan bikarbonat
diekskresikan dan ion hidrogen dipertahankan. Kadar normal bikarbonat
serum adalah 22 sampai 26 mEq/L.
a) Usia
Bayi dan anak yang sedang tumbuh memiliki perpindahan cairan yang jauh
lebih besar dibandingkan orang dewasa karena laju metabolisme mereka
yang lebih tinggi meningkatkan kehilangan cairan. Pada usia lanjut, proses
penuaan normal dapat memengaruhi keseimbangan cairan. Respon haus
seringkali kurang dirasakan. Ada hormon antidiuretik tetap normal atau
mungkin bahkan dapat meningkat, tetapi nefron menjadi kurang mampu
menyimpan air sebagai respon terhadap ADH.
16
Air tubuh total dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ukuran tubuh. Karena sel
lemak mengandung lebih sedikit atau sama sekali tidak mengandung air dan
jaringan tanpa lemak memiliki kandungan air yang tinggi. Air menyusun
sekitar 60% berat badan pria dewasa, tetapi hanya 52% untuk wanita
dewasa.
c) Suhu Lingkungan
Individu yang sakit dan mereka yang berpartisipasi dalam aktivitas berat
berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit apabila suhu
lingkungan tinggi, garam dan air tubuh hilang melalui keringat. Apabila
hanya air yang digantikan, terjadi risiko deplesi garam.
d) Gaya Hidup
Faktor lain seperti diet, latihan, dan stres memengaruhi keseimbangan
cairan, elektrolit, dan asam-basa. Asupan cairan dan elektrolit dipengaruhi
oleh diet. Orang yang menderita anoreksia nervosa atau bulimia berisiko
mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat, karena asupan
tidak adekuat atau karena mereka melakukan upaya pembuangan. Olahraga
yang menyokong beban secara teratur seperti berjalan, berlari, atau
bersepeda memiliki efek menguntungkan pada keseimbangan kalsium. Stres
dapat meningkatkan metabolisme selular, kadar konsentrasi glukosa darah,
dan kadar katekolamin. Faktor gaya hidup yang lain juga dapat mengurangi
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Konsumsi alkohol yang
berlebihan memengaruhi keseimbangan elektrolit, meningkatkan risiko
penurunan kadar kalsium, magnesium, dan fosfat.
17
2.4 Faktor Risiko Dan Penyebab Serta Efek Ketidakseimbangan Cairan,
Elektrolit Dan Asam Basa
18
2. Alkalosis respiratorik
3. Asidosis metabolik
4. Alkalosis metabolik
a) Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan terutama sangat penting untuk mengidentifikasi klien
yang berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan asam
basa. Riwayat medis saat ini dan masa lalu mengungkapkan kondisi seperti
penyakit paru kronis atau diabetes melitus yang dapat mengganggu
keseimbangan normal pengobatan yang diresapkan untuk menangani kondisi
akut atau kronis juga dapat menempatkan klien pada risiko perubahan
homeostatis. Faktor fungsional, perkembangan dan sosioekonomi juga harus
dipertimbangkan dalam mengkaji risiko klien. Klien lansia dan anak yang
sangat kecil yang harus bergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan asupan makanan dan cairan mereka, dan orang yang tidak mampu
atau tidak memiliki cara untuk memasak makanan demi diet yang seimbang
memiliki risiko besar mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Saat mengkaji riwayat keperawatan perawat tidak hanya perlu mengenali
faktor risiko untuk mampu memperoleh data mengenai asupan makanan dan
cairan klien, haluaran cairan dan adanya tanda dan gejala yang menunjukkan
adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
19
b) Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik untuk mengevaluasi status cairan elektrolit dan asam basa
klien berfokus pada kulit, rongga mulut dan membran mukosa, mata, sistem
kardiovaskular dan pernapasan dan status neurologi dan muskular. Data dari
pengkajian fisik ini digunakan untuk memperluas dan memverifikasi
informasi yang didapat dalam riwayat keperawatan.
c) Pemeriksaan Klinis
Tiga pemeriksaan klinis sederhana yang dapat dilakukan oleh perawat tanpa
instruksi dokter adalah:
1. Berat badan harian
2. Pemeriksaan tanda tanda vital
3. Pengukuran asupan dan haluaran cairan
d) Pemeriksaan Lab
Banyak pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menentukan status
cairan, elektrolit dan asam basa klien, beberapa pemeriksaan yang paling
sering dilakukan adalah :
1. Elektrolit serum
2. Darah periksa lengkap
3. PH urine
4. Osmolalitas
5. Berat jenis urine
6. Gas darah arteri
20
2.6 Contoh Diagnosis, Hasil, Dan Intervensi Keperawatan Untuk Klien Yang
Memiliki Diagnosis Gangguan Keseimbangan Cairan, Elektrolit Dan Asam
Basa
a) Diagnosis
Diagnosis berikut yang berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan
asam-basa.
1. Kekurangan volume cairan: penurunan cairan intravaskular, interstisial,
dan cairan intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan air tanpa
disertai dengan perubahan natrium.
2. Kelebihan volume cairan: peningkatan retensi cairan isotonik.
3. Risiko ketidakseimbangan volume cairan: berisiko mengalami
penurunan, peningkatan, atau perpindahan cairan secara cepat dari satu
cairan intravaskular, interstisial, dan intraselular ke cairan intravaskular,
interstesial, dan intraselular lain. Ini mengacu pada kehilangan,
perolehan, atau kehilangan dan perolehan cairan tubuh.
4. Risiko kekurangan volume cairan: berisiko mengalami dehidrasi
vaskular, selular, atau intraselular.
5. Gangguan pertukaran gas: kelebihan atau defisit dalam oksigenasi dan
eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiler.
b) Hasil
Berikut ini adalah hasil jika tubuh mengalami gangguan keseimbangan
cairan, elektrolit, dan asam-basa.
1. Kerusakan membran mukosa oral yang berhubungan dengan
kekurangan volume cairan.
2. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan dehidrasi dan
edema.
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan hipervolemia.
21
4. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovolemia dan
distritmia jantung sekunder akibat ketidakseimbangan elektrolit.
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan
curah jantung sekunder akibat kekurangan volume cairan atau edema.
6. Risiko cedera yang berhubungan dengan perpindahan kalsium keluar
dari tulang menuju cairan ekstraselular.
7. Konfusi akut yang berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit.
c) Intervensi Keperawatan
Berikut ini adalah intervensi keperawatan untuk klien yang memiliki
diagnosis gangguan keseimbangan cairan elektrolit atau asam-basa.
1. Memelihara atau memulihkan keseimbangan cairan normal.
2. Memelihara atau memulihkan keseimbangan elektrolit normal
dikompartemen intraselular dan ekstraselular.
3. Memelihara atau memulihkan ventilasi paru dan oksigenasi.
4. Mencegah risiko penyerta (kerusakan jaringan, penurunan curah
jantung, konfusi, tanda neurologis lain.
22
g) Pelajari dan pantau efek samping obat yang memengaruhi keseimbangan
cairan dan elektrolit dan cara menangani efek samping.
h) Kenali kemungkinan faktor risiko untuk ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit karena muntah berkepanjangan atau muntah berulang, sering buang
air dengan konsistensi encer, atau ketidakmampuan untuk minum cairan
karena sakit.
i) Mencari bantuan tenaga kesehatan jika ada tanda-tanda ketidakseimbangan
cairan seperti peningkatan atau penurunan berat badan secara mendadak,
penurunan volume urine, pembengkakan pergelangan kaki, sesak napas dan
pusing.
23
yang tidak mampu mengonsumsi makanan padat mungkin bisa
mengonsumsi cairan.
2. Perubahan diet
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang spesifik mungkin
memerlukan perubahan diet yang sederhana misalnya klien yang
mendapatkan diuretik pembuang kalium perlu diinformasikan mengenai
makanan yang mengandung tinggi kalium
24
mengajarkan kepada klien dan orang terdekat tentang cara melanjutkan
terapi di rumah jika dibutuhkan.
1. Larutan intravena
Larutan intravena dapat diklasifikasikan sebagai larutan isotonik
hipotonik atau hipertonik. Sebagian besar cairan intravena bersifat
isotonik memiliki konsentrasi zat terlarut yang sama dengan plasma
darah. Larutan elektrolit mengandung berbagai jumlah Kation dan anion
larutan yang umumnya digunakan adalah larutan natrium klorida 0,9%,
larutan ringer dan larutan ringer laktat
2. Ekspander volume
Ekspander volume digunakan untuk meningkatkan volume darah setelah
kehilangan darah yang berat dan kehilangan plasma.
25
besar dipilih untuk infus yang perlu diberikan secara. Vena metacarpal,
basichila dan sefalika umumnya digunakan untuk infus berkala atau
berkelanjutan.
4. Perlengkapan intravena
Perlengkapan intravena wadah
larutan tersedia dalam beragam
ukuran 50 100 250 500 atau 1000
ml. Beberapa wadah memiliki
sebuah slang di dalam botol yang
berfungsi sebagai lubang udara
pada set pemberian larutan. Set
infus biasanya terdiri atas penusuk
insersi bilik tetes katup beroda
atau klem penjepit, slang dengan
pot sekunder dan tutup pelindung
pada adapter jarum. Sebagian besar set infus terdiri atas satu atau lebih
port injeksi untuk memasukkan obat intravena atau untuk infusi
sekunder.
26
menghitung aliran kecepatan infus yang benar, mengatur infus dan
memantau respon klien. Jumlah tetes yang dialirkan per ml larutan
beragam sesuai dengan merek dan jenis zat infus kecepatan ini disebut
faktor tetes, untuk menghitung kecepatan aliran, perawat harus
mengetahui volume cairan yang akan diinfus dan waktu infus yang
spesifik.
27
Namun semua kantong intravena harus diganti setiap 24 jam, tanpa
memedulikan sebanyak cairan infus yang masih ada di dalamnya untuk
meminimalkan risiko kontaminasi. Slang intravena diganti setiap 48
sampai 96 jam bergantung pada protokol lembaga, begitu juga balutan
tempat punksi vena.
28
c) Penatalaksanaan cairan
1. Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya.
2. Pertahankan catatan asupan dan pengeluaran cairan yang akurat.
3. Pantau tanda-tanda vital dengan tepat.
4. Berikan cairan dengan tepat.
5. Berikan terapi Intravena sesuai program.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa adalah konsep penting dalam
tubuh manusia. Ini mengacu pada pemeliharaan kondisi yang tepat dari cairan,
elektrolit, dan tingkat pH (asam-basa) dalam tubuh untuk menjaga kesehatan dan
fungsi normal. Tubuh manusia terdiri sebagian besar dari air, dan cairan tubuh
yang cukup adalah kunci untuk berbagai proses biologis, seperti pencernaan,
transportasi zat-zat penting, dan regulasi suhu tubuh. Elektrolit adalah ion-ion
bermuatan yang terdapat dalam cairan tubuh, seperti natrium, kalium, klorida,
kalsium, dan magnesium. Keseimbangan elektrolit yang tepat sangat penting
karena ion-ion ini memengaruhi fungsi sel, kontraksi otot, dan berbagai proses
biokimia. Tubuh juga harus mempertahankan tingkat pH yang tepat untuk fungsi
optimal. Sistem asam-basa tubuh mengatur keseimbangan antara asam dan basa
untuk menjaga tingkat pH darah yang normal.
3.2 Saran
Saat ini kita sudah mengetahui betapa pentingnya keseimbangan cairan elektrolit
dan asam basa bagi tubuh kita. Maka dari itu kita harusmenjaga tubuh kita
dengan meminum cairan secukupnya, memilih minuman dan makanan yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit dan asam basa dalam
tubuh.
30
DAFTAR PUSTAKA
Esty Wahyuningsih, Devi Yulianti, dkk. 2010 Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, Dan Pratikum. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
31