Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TENTANG KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Di Susun Oleh :

Nama : Andriawan Ramadhan Saputra

Kelas : Semester 2A

NIM : PO.71.20.3.19.004

Dosen pembimbing : H. Jhon Feri,S.Kep,Ns,M.kes

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PRODI KEPERAWATAN LUBUK LINGGAU

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepadat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Keperawatan Dasar ini dengan tepat waktu yang berjudul “Kebutuhan Cairan dan
Elektrolit”.Kepada Bapak H.Jhon feri .S.Kep,Ns.,M.kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Dasar yang telah memberikan tugas makalah dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.

Besar harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai informasi ataupun
pengetahuan bagi pembaca dan dapat menjadi literature guna membantu mahasiswa dalam belajar
mata kuliah Keperawatan Dasar.

Musi Rawas,03 April 2020

Penyusun

Andriawan Ramadhan Saputra

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan............................................................................................5
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Kebetuhan Cairan dan Elektrolit.......................................................6
B. Pemeriksaan Fisik Kebutuhan Cairan...........................................................7
C. Menghitung Keseimbangan Cairan................................................................8
D. Memonitor Terapi Cairan...............................................................................9
E. Memberikan Terapi Cairan............................................................................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................................14
B. Saran...............................................................................................................14
DAFTAR PUSAKA................................................................................15

BAB I

3
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang 
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. 
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis.  Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi
yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif  konstan tapi dinamis.  Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh.  Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Terapi cairan dan elektrolit adalah hal yang sangat sering terjadi dalam masa perioperatif
maupun intraoperatif.  Sejumlah besar cairan intravena sering dibutuhkan untuk mengkoreksi
kekurangan cairan dan elektrolit  serta mengkompensasi hilangnya darah selama operasi.  Oleh
karena itu, ahli anestesi harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang fisiologi normal cairan
dan elektrolit serta gangguannya.  Gangguan yang besar terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat secara cepat menimbulkan perubahan terhadap fungsi kardiovaskular, neurologis,
dan neuromuscular. 
Dengan alasan tersebut, maka dibuatlah refrat ini yang diharapkan dapat memberi informasi
mengenai fisiologi dan terapi cairan dan elektrolit.

B.     Rumusan Masalah 


1.      Apa yang dimaksud dengan Cairan Dan Elektrolit?
2.      Apa saja komponen-komponen cairan dan elektrolit?
3.      Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit? 
4. Bagaimana pemeriksaan fisik kebutuhan cairan?
5. Bagaimana cara menghitung keseimbangan cairan?
6. Bagaimana cara penghitungan kesimbangan cairan?
7. Bagaimana Proses memonitor terapi cairan?
8. Bagaimana cara memberikan terapi cairan?
C.    Tujuan Penulisan 
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan cairan dan elektrolit.
2.      Untuk mengetahui apa saja komponen cairan dan elektrolit.
3.      Untuk mengetahui apa saja kebutuhan cairan dan elektrolit. 
4. Untuk Mengetahui pemeriksaan fisik kebutuhan cairan

4
5. Untuk mengetahui kesimbangan cairan
6. Untuk mengetahui cara terapi cairan
7. Untuk mengetahui cara memberi terapi cairan
D.    Manfaat Penulisan 
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran yang lebih
jelas tentang cairan dan elektrolit, termasuk dalam pemenuhan kebutuhannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh
mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya
5
disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya NaCl akan dipecah
menjadi Na+ dan Cl–. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat mengahantarkan arus
litrik. Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Satuan
pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent (mEq). Satu milliequivalent adalah
aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.

Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan cairan


dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat diberbagai jaringan tubuh. Hal tersebut dapat
dicapai dengan serangkaian manufer fisika, kimia yang komplek. Air menempati proporsi yang
besar dalam tubuh. Kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air
tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :

1. Cairan intraseluler (CIS)

Cairan intraseluler adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan menyusun sekitar 70%
dari total cairan tubuh (total body water /TBW). Cairan intraseluler merupakan media tempat
terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor, 1989) pada individu dewasa, cairan intraseluler menyusun
sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 dari TBW. Sisanya, 1/3 TBW atau 20% berat tubuh, berada di luar
sel yang disebut sebagai cairan ekstraseluler (CES) (Price dan Wilson 1986).

2. Cairan ekstraseluler (CES)

Cairan ekstraseluler merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun sekitar 30%
dari total cairan tubuh. Cairan ekstraseluler meliputi cairan intravaskuler, cairan interstisial, dan
cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar sel, plasma darah, cairan
serebrospina, limfe, serta cairan rongga serosa, dan sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit
untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan keseimbanngan kimia dan
elektrolit tubuh serta mempertahankan Ph yang normal, tubuh melakukan mekanisme perputaran
dua arah antara cairan intraseluler dengan cairan ekstraseluler. Elektrolit yang berperan adalah
Anion dan Kation.

Pergerakan cairan dan elektrolit tubuh.

Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah komponen,
termasuk air dalam tubuh dan cairannyam, bagian-bagian cairan, membrane, sistem transport,
enzim, dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektrolit terjadi dalam tiga tahap.

Pertama, plasma darah bergerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua cairan
interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel. Ketiga cairan dan substansi
bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme pergerakan cairan tubuh
berlangsung dalam tiga proses yaitu:

1. Difusi.

Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Kecepatan difusi dipengaruhi
oleh tiga hal yakni.

- Ukuran molekul.
6
Molekul yang ukurannya lebih besar cenderung bergerak lebih lambat dibandingkan molekul
dengan ukuran kecil.

- Kosentrasi larutan

Larutan berkonsentrasi tinggi bergerak lebih cepat dibandingkan larutan berkonsentrasi


rendah.

Temperature larutan.

Semakin tinggi temperature larutan semakin besar kecepatan difusinya.

2. Osmosis.

Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel dari area


berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini, cairan melintasi
membrane untuk mengencerkan larutan yang berkonsentrasi tinggisampai diperoleh keseimbangan
pada kedua sisi membrane. Perbedaan osmotic ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein
yang tidak merata. Karena ukuran molekulnya besar, protein tidak dapat bebas melintasi membrane
plasma. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid. Sehingga cairan tertarik ke
dalam ruang intravascular.

3. Transport aktif.

Adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah melintasi
membrane sel melawan gradien konsentrasinya. Transport aktif adalah gerakan partikel dari
konsentrasi satu ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan
energy ATP yang berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium dalam ruang
ekstrasel dan intrasel melalui suatu proses yang disebut pompa natrium kalium.

Sumber : http://ilmupastipastiilmu.blogspot.com/2018/05/konsep-dasar-cairan-dan-elektrolit.html?
m=1

B. PEMERIKSAAN FISIK KEBUTUHAN CAIRAN

Pemeriksaan fisik difokuskan pada:


a. Integument: Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler: Distensi vana jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi jantung.
c. Mata: Cekung, air mata kering.
d. Neurology: reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrolitestinal: Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah dan bising usus.

C. MENGHITUNG KESEIMBANGAN CAIRAN

Fungsi air di dalam tubuh ini seperti halnya sebagai pelarut berbagai zat gizi dan bahan-
bahan lain yang dibutuhkan tubuh seperti oksigen serta hormon-hormon. Selain itu, air juga
berfungsi untuk mengangkut sisa metabolisme tubuh untuk dikeluarkan dari tubuh. Air berfungsi
7
sebagai pengatur suhu tubuh. Hal itulah yang mengakibatkan kita berkeringat ketika udara panas
serta sering buang air kecil saat udara dingin. Dalam metabolisme pencernaan, air sangat membantu
untuk mencerna zat gizi yang kompleks sehingga menjadi bentuk yang sederhana.

Rumus Balance Cairan

Balance cairan menunjukkan keseimbangan antara intake serta output cairan, khususnya
untuk pasien yang membutuhkan pengawasan terhadap kelebihan atau kekurangan cairan.
Contohnya, pasien kelebihan volume cairan : CKD, perdarahan (hemoragik), pasien kekurangan
volume cairan : pasien diare. Tanda positif menunjukkan bahwa cairan masuk (input) lebih banyak
jika dibandingkan dengan cairan yang keluar (output)

Mengenai cara menghitung balance cairan, perlu anda ketahui terlebih dahulu bahwa
balance cairan (BC) ialah intake cairan atau cairan masuk (CM) yang dikurangi dengan output atau
cairan keluar (CK).

BC = CM – CK

Beberapa faktor yang mempengaruhi balance cairan diantaranya yaitu umur, iklim, diet,
stress, kondisi sakit, tindakan medis, dan pengobatan. Gangguan balance cairan menyebabkan
dehidrasi dan juga syok hipovolemik.

Cairan Masuk

Cairan masuk ini terdiri dari 2 komponen, yakni cairan masuk yang bisa dilihat dan juga
cairan masuk yang tidak bisa dilihat. Jenis cairan masuk yang bisa dilihat diantaranya yaitu oral
(minuman dan makanan), enteral (NGT, obat oral), parenteral (IV line atau infus 20 tetes per menit,
sebanyak 500 cc habis dalam 8 jam 10 menit), dan injeksi (cefotaxime dengan pelarut aquabides 5
cc, Farmadol 100 cc).

Lain halnya untuk cairan masuk yang tidak bisa dilihat, dimana meliputi air metabolisme.
Dijelaskan oleh Iwasa M, Kogoshi S pada Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka
Indonesia yakni:

usia balita (1-3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari

usia 5-7 tahun : 8-8,5 cc/kgBB/hari

umur 7-11 tahun : 6-7 cc/kgBB/hari

usia 12-14 tahun : 5-6 cc/kgBB/hari

Dengan begitu, total intake cairan (cairan masuk) ialah penjumlahan dari cairan masuk yang bisa
dilihat dan yang tidak bisa dilihat.

CM = oral + enteral + parenteral + air metabolisme

Cairan Keluar

8
Jenis cairan keluar yang bisa dilihat meliputi BAB : feses ± 100 ml/hari, muntah, drain,
NGT (residu, gastric cooling), urin ( > 0,5-1 ml/kgBB/jam). Perkiraan produksi urin neonatus
sebanyak 10-90 ml/kgBB/hari, bayi sebanyak 80-90 ml/kgBB/hari, anak sebanyak 50
ml/kgBB/hari, remaja sebanyak 40 ml/kgBB/hari, dan dewasa sebanyak 30 ml/kgBB/hari.

Sementara untuk jenis cairan keluar yang tidak bisa dilihat meliputi kehilangan cairan
normal IWL (paru ± 400 ml/hari dan kulit ± 600 ml/hari) dan juga standar kehilangan IWL. Untuk
standar kehilangan IWL ini meliputi neonatus sebanyak 30 ml/kgBB/hari, bayi sebanyak 50-60
ml/kgBB/hari, anak (1-13 th) sebanyak (30 ml-umur) dikali BB/hari, remaja sebanyak 20
ml/kgBB/hari, dan dewasa sebanyak 10 ml/kgBB/hari untuk pasien bedrest, 15 ml/kgBB/hari untuk
pasien aktif dalam aktivitas.

Rumus balance cairan untuk total cairan keluar = BAB + urin + NGT + muntah + drain + IWL.

D. MEMONITOR TERAPI CAIRAN

Perhatikan dengan seksama untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat pada anak yang
sakit berat, yang mungkin belum bisa menerima cairan oral selama beberapa waktu. Pemberian
cairan sebaiknya diberikan per oral (melalui mulut atau NGT).

Jika cairan perlu diberikan secara IV, pemantauan yang ketat penting sekali karena adanya
risiko kelebihan cairan yang dapat menyebabkan gagal jantung atau edema otak. Jika pemantauan
ketat ini tidak mungkin dilakukan, pemberian cairan secara IV harus dilakukan hanya pada
tatalaksana anak dengan dehidrasi berat, syok septik dan pemberian antibiotik secara IV, serta pada
anak yang mempunyai kontraindikasi bila diberikan cairan oral (misalnya perforasi usus atau
masalah yang memerlukan pembedahan). Cairan rumatan secara IV yang dapat diberikan adalah
half-normal saline + glukosa 5%. Jangan berikan glukosa 5% saja selama beberapa waktu karena
dapat menyebabkan hiponatremia.

E. MEMBERI TERAPI CAIRAN (Pemasangan infus)

Infus adalah perawatan medis di rumah sakit yang dilakukan dengan memberikan cairan dan
obat langsung melalui pembuluh darah. Cairan infus dapat diberikan sebagai cairan pemeliharaan
ataupun cairan resusitasi saat pasien sedang mengalami kondisi kritis.

Terdapat beberapa kondisi yang terkadang membutuhkan seseorang mendapatkan cairan


infus di rumah sakit. Namun, perlu diingat, sama seperti prosedur medis pada umumnya,
pemasangan infus juga dapat menimbulkan efek samping. Dokter akan mempertimbangkan manfaat
pemasangan infus yang lebih besar dibandingkan risikonya.

Kapan penggunaan infus diperlukan?

Umumnya, pemasangan infus dilakukan oleh petugas rumah sakit kepada pasien yang
kehilangan cairan dan zat-zat makanan dalam tubuh.

9
Biasanya dokter merekomendasikan pemasangan infus ketika seorang pasien mengalami
kondisi darurat medis sehingga membutuhkan cairan atau obat masuk ke dalam tubuhnya secara
cepat.

Misalnya, ketika seseorang terkena serangan jantung, stroke, atau keracunan. Saat kondisi
tersebut terjadi, minum obat secara oral tidak dapat efektif membantu meringankan kondisi pasien.

Obat minum membutuhkan waktu lebih lama untuk diserap aliran darah dan bekerja karena
harus dicerna oleh tubuh terlebih dahulu. Sementara, pasien sedang membutuhkan penanganan yang
cepat karena bila tidak, kondisinya bisa saja semakin memburuk.

Maka dari itu, obat-obatan akan jauh lebih efektif apabila dimasukkan langsung ke aliran
darah melalui pemasangan infus.

Infus juga penting diberikan apabila seseorang tidak memungkinkan untuk minum obat. Hal
tersebut dapat terjadi ketika seseorang mengalami muntah hebat sehingga semua makanan dan
minuman yang masuk ke mulut segera dimuntahkan.

Secara umum, beberapa kondisi yang membuat seseorang membutuhkan cairan infus, termasuk:

 Kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi. Baik karena sakit, diare, setelah melakukan
aktivitas secara berlebihan, atau mengalami perdarahan.
 Stroke
 Serangan jantung
 Keracunan makanan
 Mengalami infeksi yang membuat seseorang tidak responsif terhadap antibiotik oral
 Memperbaiki ketidakseimbangan sistem metabolisme, seperti memiliki terlalu banyak
kalium di dalam tubuh
 Mengendalikan rasa nyeri dengan penggunaan jenis obat-obatan tertentu
 Menggunakan obat-obatan kemoterapi untuk mengobati kanker

Pemberian cairan infus tidak hanya terbatas pada kondisi yang telah disebutkan di atas.
Mungkin saja ada beberapa kondisi lain yang membutuhkan pemasangan infus. Oleh sebab itu,
berkonsultasilah dengan dokter guna memastikan perlu tidaknya Anda mendapatkan cairan infus.

Kenali metode pemasangan infus ini

10
Metode pengaliran cairan dan obat infus dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Manual

Metode pemasangan infus satu ini umum digunakan oleh banyak orang di rumah sakit.
Pemasangan infus manual menggunakan gravitasi agar jumlah obat tetap sama selama periode
waktu tertentu.Perawat dapat mengatur kecepatan tetesan cairan infus dengan cara mengurangi atau
menambah tekanan penjepit pada tabung infus yang terpasang di selang.

Selain itu, perawat juga dapat menghitung jumlah tetesan cairan infus untuk memastikan
laju cairan benar dan sesuai dengan kebutuhan dan cara kerja obat.

2. Pompa

Metode pemasangan infus juga dapat diatur dengan pompa listrik. Perawat akan
menggunakan pompa agar cairan infus dapat menetes dengan kecepatan dan jumlah yang
dibutuhkan pasien. Pemasangan infus dengan pompa hanya dapat digunakan apabila takaran dosis
obat sudah tepat dan terkontrol.

Apa pun jenis metode pemasangan infus yang digunakan, perawat atau tenaga medis harus
tetap memantau cairan infus Anda secara berkala. Hal ini dilakukan agar laju cairan yang menetes
dari kantong infus dapat terkontrol dengan baik.

Bagaimana proses pemasangan infus dilakukan?


Sebelum Anda diberi infus, baik dokter, perawat, atau petugas medis lainnya akan
menentukan jenis cairan infus atau obat yang akan digunakan oleh pasien.Setelah berhasil
menentukan metode pemasangan infus yang tepat, barulah infus dapat disuntikkan ke dalam kulit
Anda. Biasanya, pemasangan infus dilakukan pada lipatan lengan, punggung pergelangan tangan,
atau area tubuh lainnya.

Namun, sebelum memasukkan jarum ke pembuluh darah, perawat atau petugas medis
biasanya akan membersihkan area yang disuntik dengan alkohol. Ini dilakukan agar area kulit
tersebut bersih dari paparan kuman. Area kulit yang tidak dibersihkan dapat menyebabkan
terjadinya infeksi kulit maupun pembuluh darah.

11
Selanjutnya, dokter atau perawat akan menyuntikkan infus ke dalam pembuluh darah.

Anda mungkin akan merasa nyeri atau muncul rasa tidak nyaman saat selang kateter
dimasukkan ke pembuluh vena. Tapi, tak perlu cemas, rasa nyeri atau tidak nyaman tersebut
merupakan reaksi normal dan umumnya akan segera membaik setelah pemasangan infus selesai
dilakukan.

Kemudian, perawat akan menyesuaikan laju cairan infus agar terkendali. Nantinya, perawat
atau petugas medis akan kembali memantau infus Anda secara intensif guna memastikan Anda
baik-baik saja dan cairan infus berjalan dengan benar.

Efek samping pemasangan infus

Efek samping akibat pemasangan infus


adalah tangan yang bengkak

Pemasangan infus di rumah sakit sebenarnya tergolong aman apabila berada di bawah
pengawasan petugas medis terlatih. Kendati demikian, penggunaan infus bisa saja menimbulkan
sejumlah risiko efek samping.

Ya, obat yang diberikan melalui infus bekerja dengan sangat cepat dalam tubuh sehingga
sangat mungkin menimbulkan efek samping atau reaksi tertentu. Beberapa efek samping akibat
pemasangan infus, di antaranya:

1. Infeksi

Infeksi bisa terjadi pada area kulit di mana jarum infus disuntikkan. Infeksi pada bekas infus
juga dapat mengalir ke seluruh tubuh melalui tumpangan aliran darah. Biasanya, infeksi akibat
penggunaan infus dapat terjadi akibat proses pemasangan jarum dan kateter yang tidak tepat, atau
penggunaan alat-alat medis yang tidak steril.

Gejala infeksi pemasangan infus, antara lain kemerahan, nyeri, dan bengkak yang disertai
dengan demam tinggi hingga menggigil. Segera hubungi perawat apabila Anda merasakan sejumlah
gejala infeksi akibat penggunaan infus.

2. Emboli udara

Efek samping pemasangan infus selanjutnya adalah emboli udara. Emboli udara bisa terjadi
akibat penggunaan jarum suntik atau kantong obat infus.

12
Ketika saluran kantong obat infus mengering, gelembung udara dapat masuk ke pembuluh
darah Anda. Gelembung-gelembung udara tersebut kemudian dapat berjalan ke arah jantung atau
paru-paru Anda sehingga aliran darah bisa terhambat.

Emboli udara bisa menyebabkan kondisi medis serius, seperti serangan jantung atau stroke.

3. Penggumpalan darah

infus dapat menyebabkan pembentukan gumpalan darah. Gumpalan ini bisa terlepas dan
menyumbat pembuluh darah penting dalam tubuh sehingga mengakibatkan kondisi serius, seperti
kerusakan jaringan tubuh, hingga yang paling parah adalah kematian.

Salah satu jenis gumpalan darah berbahaya yang disebabkan oleh penggunaan infus adalah
trombosis vena dalam (DVT).

4. Kerusakan jaringan (infiltrasi)

Pembuluh darah bisa saja rusak akibat pemasangan infus. Kondisi ini dapat menyebabkan
kerusakan jaringan atau dikenal dengan istilah infiltrasi.Saat infiltrasi terjadi, obat dari infus yang
seharusnya masuk ke aliran darah justru bocor ke jaringan di sekitarnya. Hal tersebut dapat
menimbulkan gejala, seperti tangan terasa hangat dan nyeri, serta pembengkakan di area kulit yang
diinfus.

Jika tidak ditangani dengan segera, infiltrasi bisa menyebabkan kerusakan jaringan parah.

5. Phlebitis

Penggunaan infus juga bisa menyebabkan kondisi phlebitis atau radang vena. Sama seperti
infiltrasi, phlebitis bisa menimbulkan gejala berupa tangan terasa hangat dan nyeri, serta
pembengkakan pada area kulit yang diinfus.

Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter.

BAB III

13
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan.Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur
keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan
kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan
keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine
sesuai kebutuhan.Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-
paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan
tubuh.

B. SARAN
Guna peyempurnaan makalah ini, Saya sangat mengharapkan kritik serta saran dari Dosen
Pembimbing beserta teman-teman saya.

DAFTAR PUSTAKA

http://nendapurnama.blogspot.co.id/2013/05/materi-cairan-dan-elektrolit.html
14
http://nurseviliansyah.blogspot.co.id/2015/01/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html

http://www.kompasiana.com/amaliahtuti/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-cairan-dan-
elektrolit_54f94f0ca3331135028b4e81

http://www.ichrc.org/102-tatalaksana-pemberian-cairan

https://rumusrumus.com/rumus-balance-cairan/

http://ilmupastipastiilmu.blogspot.com/2018/05/konsep-dasar-cairan-dan-elektrolit.html?m=1

15

Anda mungkin juga menyukai