Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. ADINDA DWI ELSA M.


2. HAFIDH KUMARA AKBAR
3. HEVY NUR FEBRIANI
4. NI LUH NONI ANDAYANI
5. NUR INDAH PUSPITASARI
6. UMI MALIKAH
7. WAHYU TRI AJI
8. YUMNA NUR AFIFAH

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2017
i
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

OLEH :
KELOMPOK 4

DISAHKAN
DI : SEMARANG,
PADA TANGGAL : 2017

Ketua Kelompok 8, Dosen Pembimbing,

Wahyu Tri Aji Rodhi Hartono, S.Kep., Ns., MKep

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT”.

Dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang kebutuhan akan cairan dan elektrolit
pada manusia. Penulis masih awam dalam pembuatan makalah ini, dan sangat menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang guna membuat makalah ini menjadi lebih baik dari
sebelumnya.

Semarang, 5 oktober 2017

Penulis,

Mahasiswa DIV Keperawatan

iii
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................................. .......i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................... II
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. III
DAFTAR ISI............................................................................................................................ IV
Bab I PENDAHULUAN............................................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 6
1.4 Manfaat ................................................................................................................... 6
Bab II KAJIAN TEORI ............................................................................................................. 8
2.1 Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh Manusia ........................................................ 8
2.2 Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan Elektrolit ...... 8
2.3 Konsentrasi Cairan Tubuh ...................................................................................... 9
Bab III PEMBAHASAN.......................................................................................................... 11
3.1 Pengaturan Keseimbangan Cairan ...........................................................................
3.2 Asuhan Keperawatan Klien Dgn Gangguan Keseimbangan Cairan .................. 19
3.3 Gangguan Dalam Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit .................................... 19
Bab IV PENUTUP ................................................................................................................... 19
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 19
4.2 Saran ................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkatan usia
seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia dewasa. Bayi
mempunyai tingkat metabolisme air yang tinggi mengingat permukaan tubuh yang relative luas
dan persentasi air lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Kebutuhan cairan sangat diperlukan
tubuh dalam mengangkut zat makanan kedalam sel, sisa metabolisme, sebagai pelarut elektrolit
dan nonelektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu
pencernaan. Disamping kebutuhan cairan, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida dan
fosfat) sangat penting untuk menjaga keseimbangan asam basa, konduksi saraf, kontraksi
muscular dan osmolalitasktrolit dapat mempengaruhi sistem organ terutama ginjal. Untuk
mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang maka pemasukan harus
cukup sesuai dengan kebutuhan. Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang
mengandung konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan
fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan
(homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan volume,
komposisi dan keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau
saat terjadi abnormalisasi seperti penyakit atau trauma.

Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisi elektrolit di
dalamnya tetap stabil adalah penting bagi homeostatis. Beberapa masalah klinis timbul akibat
adanya abnormalitas dalam hal tersebut. Untuk bertahan, kita harus menjaga volume dan
komposisi cairan tubuh, baik ekstraseluler (CES) maupun cairan intraseluler (CIS) dalam batas
normal. Gangguan cairan dan elektrolit dapat membawa penderita dalam kegawatan yang
kalau tidak dikelola secara cepat dan tepat dapat menimbulkan kematian. Hal tersebut
terlihat misalnya pada diare, peritonitis, ileus obstruktif, terbakar, atau pada pendarahan
yang banyak.

Elektrolit merupakan molekul terionisasi yang terdapat di dalam darah, jaringan, dan sel
tubuh. Molekul tersebut, baik yang positif (kation) maupun yang negatif (anion)

5
menghantarkan arus listrik dan membantu mempertahankan pH dan level asam basa dalam
tubuh. Elektrolit juga memfasilitasi pergerakan cairan antar dan dalam sel melalui suatu
proses yang dikenal sebagai osmosis dan memegang peraran dalam pengaturan fungsi
neuromuskular, endokrin, dan sistem ekskresi.

Jumlah asupan air dan elektrolit melalui makan dan minum akan dikeluarkan dalam jumlah
relatif sama. Ketika terjadi gangguan homeostasis dimana jumlah yang masuk dan keluar tidak
seimbang, harus segera diberikan terapi untuk mengembalikan keseimbangan tersebut.

Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan
orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi
jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh. Secara
umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibanding
dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan
tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih
sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat kami tarik dari makalah ini antara lain:
1. Bagaimana Pengaturan Keseimbangan Cairan dalam tubuh ?
2. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Keseimbangan Cairan Elektrolit
Pengkajian?
3. Apa sajakah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit ?

1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :
1. Tujuan Umum
Dengan selelsai makalah ini dapat membuka wawasan begitu pentingnya cairan
dan elektrolit bagi tubuh kita dan sangat berperan daalah proses homeostatis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh .
b. Menegtahui manfaat dan tujuan cairan dalam tubuh .
c. Menegtahui proses keseimabnagan cairan dan elektrolit dalam tubuh.

6
d. Menegtahui masalah-masalah yang di timbulkan dari ke abnormalan cairan dan
elektrolit dalam tubuh.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini antara lain :
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan cairan dan elektrolit.

7
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh Manusia

2.1.1 pengertian cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena


metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi
kesehatan. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini
dinamakan “homeostasis”. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka
menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan tubuh memiliki komposisi antara lain :

1. Oksigen yang berasal dari paru-paru


2. Nutrisi yang berasal dari saluran penvernaan
3. Produk metabolismeseperti karbondioksida.

Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi keseluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan
terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan
cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler,
cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan ekstraseluler

8
adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi
saluran cerna. Distribusi Cairan Tubuh. Didistribusikan dalam dua kompartemen yang
berbeda-beda antara lain:

1. Cairan Ekstrasel, tediri dari cairan intraseluler (CIS) dan Cairan Intravaaskular.
Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel
tubuh dan menyusun sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh
merupakan cairan tubuh interstisial. Cairan intravascular terdiri dari plasma,
bagian cairan limfe yang mengandung air tidak berwarna, dan darah
mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5%
berat tubuh.
2. Cairan Intraseluler adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi
terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta
untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen
cairan intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan cairan yang berada
diruang ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi tersebut berbeda. Misalnya,
proporsi kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada dalam cairan
ekstasel.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan
sebagai berikut : Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran
tubuh itu sendiri misalnya pada orang dewasa 60%, Anak-anak 60 – 77%, Infant
77%, Embrio 97%, Manula 40 – 50 %

2.1.2 Fungsi Cairan Tubuh

Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh, air mempunyai 2 fungsi
utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral serta
juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.Selain itu,air
didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil
metabolisme seperti karbon dioksida (CO ) dan juga senyawa nitrat. Selain berperan dalam
proses metabolisme,air yang terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi
penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut dan
hidung, katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan
membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar
fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal,air di dalam tubuh juga akan berfungsi

9
sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal
yaitu ± 37 C.
2.1.3 Pergerakan Cairan Tubuh

Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui enam proses, yaitu :

a) Difusi
Perpindahan partikel melewati membran permeabel dan sehingga kedua
kompartemen larutan atau gas menjadi setimbang. Partikel listrik juga dapat
berdifusi karena ion yang berbeda muatan dapat tarik menarik. Kecepatan difusi
(perpindahan yang terus menerus dari molekul dalam suatu larutan atau gas)
dipengaruhi oleh :
1) Ukuran molekul ( molekul kecil lebih cepat berdifusi dari molekul besar).
2) Konsentrasi molekul (molekul berpindah dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah).
3) Temperatur larutan (temperatur tinggi meningkatkan kecepatan difusi).
b) Osmosis
Pelarut bergerak melewati membran menuju larutan yang berkonsentrasi
lebih tinggi. Tekanan osmotik terbentuk ketika dua larutan berbeda yang dibatasi
suatu membran permeabel yang selektif. Proses osmosis (perpindahan pelarut dari
dari yang konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi), dipengaruhi oleh :
1) Pergerakan air
2) Semipermeabilitas membran.
c) Transfor aktif
Merupakan proses pemindahan molekul atau ion yang memiliki gradien
elektrokimia dari area berkonsentrasi rendah menuju konsentrasi yang lebih tinggi.
Pada proses ini memerlukan molekul ATP untuk melintasi membran sel.
d) Filtrasi
Filtrasi dipengaruhi oleh adanya tekanan hidrostatik arteri dan kapiler yang
lebih tinggi dari ruang intertisial. Perpindahan cairan melewati membran
permeabel dari tempat yang tinggi tekanan hidrostatiknya ke tempat yang lebih
rendah tekanan hidrostatiknya.
2.1.4 Keseimbangan Cairan tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara
jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.

10
1. Asupan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ±
2500cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari
makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan
mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur
keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan
volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan, maka
curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya penurunan tekanan darah.
2. Pengeluaran
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan
pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang paling
banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500 cc per
hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubugkan dengan banyaknya asupan air
melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah
diukur, dan sering dilakukakan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran
pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan sebagai
pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka
bakar atau luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan)
meningkat sehingga sulit untuk diukur. Pada kasus seperti ini, bila volume urine
yang dikeluarkan kurang dari 500 cc per hari, diperlukan adanya perhatian khusus.
Setiap 1 derajat celcius akan berpengaruh pada output cairan.
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan
asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan
pernapasan, deman, keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan
secara berlebihan adalah muntah secara terus menerus. Hasil-hasil pengeluaran
cairan adalah:
1. Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika
urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakanproses pengeluaran cairan
tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus dan dalam
tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil
ekskresi terakhir proses ini adalah urine. Jika terjadi penurunan volume
dalam sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan kanan akan

11
mengirimkan impuls kembali ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga
mempengaruhi pengeluaran urine.
2. Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang
panas. Keringat banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion
kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan memengaruhi kadar
natrium dalam plasma.
3. Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.
Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling
sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya
berlebihan,maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-
rata pengeluaran cairan melalui feses adalah 100 ml/hari.

2.1.5 Keseimbangan Elektrolit


1. Natrium (Na+)
Merupakankation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi
keseimbanagan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di dapat
dari saluran pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel
melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran
pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion di lakukan oleh ginjal.
Normalnyasekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (K+)
Merupakankationutamacairanintrasel.Berfungsi sebagai excitability
neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen,
sintesa protein, pengaturan keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat diubah
menjadi ion hidrogen (H+). Kalium dapat diperoleh melalui makanan seperti
daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat dikeluarkan melalui ginjal,
keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium dipengaruhi oleh
perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel.Nilainormalnyasekitar 3,5-5,5
mEq/lt.
3. Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk
integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta

12
pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstra sel diatur oleh kelenjar
paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum melalui
gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat
penyerapan Ca+ tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi tulang
dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam tulang.
Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.
4. Magnesium (Mg2+)
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk
aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Sumber magnesium didapat
dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan.Nilainormalnyasekita 1,5-2,5
mEq/lt.
5. Klorida (Cl ˉ )
Terdapat pada cairan ekstra sel dan intrasel, berperan dalam pengaturan
osmolaritas serum dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer
pertukaran oksigen, dan karbon dioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi
dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan pengaturan klorida oleh hormin
aldosteron.Normalnyasekitar 95-105 mEq/lt.
6. Bikarbonat (HCO3ˉ )
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstra
sel dan intrasel dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa.
Biknat diatu roleh ginjal.
7. Fosfat

Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk
meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan asam
basa. Pengaturan oleh hormon paratiroid.

13
2.2 Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan Elektrolit
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik,
serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh
yang lebih besar dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang
diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang
dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh
laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan
ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang
besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal

14
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal
ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian,
jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang
tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan
aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya, Individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari
(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang
rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula
pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat
kehilangan cairan sebanyak lima liter sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang
biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam
saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di
lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan
terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan
penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti
deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit
dasar sel atau jaringan yang rusak (Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang

15
menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat
kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga
dapat menyebabkan ketidak seimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke
ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan melakukan
penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban
cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi ini dapat menyebabkan edema paru.
Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk
menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh.
Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan
menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan
kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara.
Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin.
Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi
akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu
dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria
(produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi
defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium
sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula
menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban
cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau
sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia.

16
2.3 Konsentrasi Cairan Tubuh
a. Osmolaritas
Osmolaritas adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut perliter larutan,
diukur dalam miliosmol. Osmolaritas ditentukan oleh jumlah partikel terlarut per
kilogram air. Dengan demikian osmolaritas menciptakan tekanan osmotik sehingga
mempengaruhi pergerakan cairan. Jika terjadi penurunan osmolaritas CES , maka
terjadi pergerakan air dan CES ke CIS , sebaliknya jika terjadi penurunan osmolaritas
CES, maka akan terjadi pergerakan dari CIS ke CES, Partikel yang berperan adalah
sodium atau natrium , urea dan glukosa.
b. Tonisitas
Tonisitas merupakan osmolaritas yang menyebabkan pergerakan air dari
kompartemen ke kompartemen yang lain. Beberapa istilah yang terkait dengan
tonisitas adalah sebagai berikut:
1. Larutan isotonik, adalah larutan yang mempunyai osmolaritas sama efektifnya
dengan cairan tubuh misalnya NaCl 0,9%. Ringer laktat dan larutan 5%dextrose
dalam air.
2. Larutan hipertonik adalah larutan ya ng memiliki osmolaritas efektif lebih besar
dari cairan tubuh , misal larutan 0,45% NaCl dan larutan 0,33% Na Cl
3. Larutan Hipotomik adalah larutan yang mempunyai osmolaritas efektif lebih
kecil dari cairan tubuh.

17
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengaturan Keseimbangan Cairan


Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone
antidiuretik (ADH), hormone aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
1. Rasa haus
Rasa haus adalah keinginan yang disadari erhadap kebutuhan akan cairan. Rasa
haus biasanya muncul apabila osmolaritas plsma mencapai 295 mOsm/kg.
Osmoreseptor yang terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitif terhadap
perubahann osmolaritas pada cairan ekstrasel. Bila osmolaritas meningkat, sel
akan mengerut dan sensai rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi.
Mekanismenya adalah sebagai berikut.

a. Penurunan perfusi ginjal merangasang pelepasan rennin, yang akan


menghasilkan angiotensin II. Angiotensin II merangsang hipotalamus untuk
melaksanakan substrat neuron yang bertanggung jawab meneruskan sensasi
haus.
b. Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tejanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.
c. Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status
hiperosmolar. Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk menghilangkan
sensasi kering yang tidak nyaman akibat penurunan saliva.
2. Pengaruh hormonal
a. Hormon ADH.
Hormon ini di bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis
pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Selain itu, sekresi juga dapat
terjadi pada kondisi stress, trauma, pembedahan, nyeri, dan pada penggunaan
beberapa jenis anestesi dan obat-obatan. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi
air pada duktus pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahankan
volume cairan ekstrasel. ADH juga disebut sebagai vasopressin karena

18
mempunyai efek vasokonstriksi minor pada arteriol yang dapat meningkatkan
tekanan darah.
b. Hormon aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubuh ginjal
untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi
air. Pelepasan adosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasikalium, kadar
natrium serum, dan sistem rennin-angiotensin I. Angiotensin I selanjutnya
akan diubah menjadi angiontensin II. Sekresi aldosteron juga distimulasikan
oleh peningkatan potassium dan penurunan konsentrasi sodium dalam cairan
interstisial dan adrenocorticotropic hormone (ACTH) yang diproduksi oleh
pituitari anterior. Ketika menjadi hipovolemia, maka terjadi tekanan darah
arteri menurun, tekanan darah arteripada ginjal juga menurun, keadaan ini
menyebabkan tegangan otot arteri aferen ginjal menurun dan memicu sekresi
renin. Renin menstimulasi aldosteron yng berefek pada retensi sodium,
sehingga cairan tidak banyak keluar melalui ginjal.
3. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapt di banyak jaringan
dan berperan dalam respon radang, pengontrolan tekanan darah, kontraksi uterus,
dan motilitas gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi
ginjal, resorpsi natrium.
4. Glukokortikoid
Glukokortikoid meningkatkan resorpsi natrium dan airnsehingga memperbesar
volume darah dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan
kadar glukokortikoid mengakibatkan perubahan pada keseimbangan volume darah.
5. Sistem limpatik. Plasma protein dan cairan dari jaringan tidak secara langsung
direabsorpsi ke dalam pembuluh darah. Sistem limpatik berperan penting dalam
kelebihan cairan dan protein sebelum masuk dalam darah.
6. Ginjal. Ginjal mempertahankan volume dan konsentrasi cairan dengan filtrasi CES
di glumerulus, sedangkan sekresi dan reabsorpsi cairan terjadi di tubulus ginjal.
7. Persarafan. Mekanisme persarafan juga berkontribusi dalam keseimbangan cairan
dan sodium. Ketika terjadi peningkatan volume cairan CES, mekanoreseptor
merespon pada dinding atrium kiri untuk distensi atrial dengan meningkatkan
stroke volume dan memicu respon simpatetik pada ginjal untuk pelepasan
aldosteron oleh korteks adrenal.

19
3.2 Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Keseimbangan Cairan Elektrolit
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
meliputi pengkajian riwayat kesehatan (keperawatan), pengukuran klinis (berat
badan harian, tanda vital, serta asupan dan haluaran cairan), pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dalam pengkajian meliputi asupan makanan dan cairan,
haluaran cairan, tanda–tanda kehilangan atau kelebihan cairan, tanda-tanda
gangguan keseimbangan elektrolit, penyakit yang diderita, obat atau tindakan yang
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan.
3. Pengukuran klinis
Tiga jenis pengukuran klinis yang dapat dilakukan oleh perawat adalah
pengukuran berat badan harian, tanda-tanda vital, serta asupan dan haluaran cairan.
4. Pengukuran berat badan
Pengukuran berat badan harian menyediakan informasi yang relatif akurat
tentang status cairan sebab perubahan berat badan menunjukkan adanya perubahan
cairan akut. Setiap penurunan berat badan satu kilogram menunjukkan tubuh
kekurangan cairan sebanyak satu liter. Perubahan berat badan menunjukkan
terjadinya perubahan cairan pada seluruh kompartemen tubuh. Apabila
kehilangan/kelebihan berta badan mencapai 5%-8% dari total berat badan, ini
mengindikasikan terjadinya kelebihan/kehilangan cairan sedang hingga berat.
Untuk memperoleh hasil pengukuran berat badan yang akurat, diperlukan
standardisasi alat ukur yang digunakan sebelun dan sesudah penimbangan. Selain
itu, penimbangan berat badan sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama (mis.,
sebelum sarapan atau setelah buang air besar) dan dengan mengenakan pakaian
yang sama. Secara umum, jumlah cairan yang hilang dapat dihitung dengan rumus
berikut.

Kehilangan air = berat badan normal – berat badan sekarang

Jika berat badan turun lebih dari 500 g/hari, ini mungkin menunjukkan telah terjadi
kehilangan cairan dari tubuh. Akan tetapi, jika penurunan kurang dari 300 g/hari,
ini mungkin disebabkan oleh penyebab lain. Begitu juga bila ada penambahan berat
bdan, mungkn ini menunjukkan retensi cairan.

20
5. Tanda vital
Perubahantanda vital mungkin mengindikasikan adanya
ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asma basa, atau sebagai upaya
kompensasi dalam mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. Peningkatan
suhu tubuh mungkin menunjukkan kondisi dehidrasi, sedangkan takikardia
merupakan tanda pertama yang menunjukkan adanya hipovolemia akibat
kekurangan cairan. Denyut nadi cenderung menguat pada kondisi kelebihan cairan
dan melemah pada kekurangan cairan. Perubahan laju dan kedalaman pernapasan
mungkin menunjukkan adanya gangguan keseimbangan asam-basa. Tekanan darah
cenderung meningkat pada kelebihan cairan dan menurun pada kekurangan cairan.
6. Asupan dan haluaran
Pengukuran klinis ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah besarnya
asupan dan haluaran cairan. Pengukuran dan pencatatan asupan dan haluaran cairan
dalam 24 jam diperlukan sebagai data dalam menentukan keseimbangan cairan
tubuh. Perawat harus memberikan informasi pada klien, keluarga, dan seluruh
tenaga kesehatan tentang perlunya penghitungan asupan dan haluaran cairan yang
akurat. Penghitungan asupan cairan meliputi asupan minum per oral, makanan,
makanan cair, cairan parenteral, obat-obat intravena, serta irigasi kateter atau
selang. Adapun penghitungan haluaran cairan meliputi haluaran urine, feses encer,
muntahan, keringat, drainase (lambung atau usus), drainase luka/fistula, serta dari
pernapasan yang cepat dan dalam.
Untuk menentukan apakah asupan dan haluaran cairan proporsional, kita
dapat melakukan beberapa teknik, seperti membandingkan total asupan cairan per
24 jam dengan total haluaran dalam 24 jam atau dengan membandingkan hasil
pengukuran saat ini dengan sebelumnya. Langkah ini terutama dilakukan untuk
mengukur jumlah cairan yang besar, seperti urine. Normalnya, orang dewasa
memproduksi urine 40-80 ml/jam. Jika volume urine melebihi kisaran tersebut,
kemungkinan tubuh mengalami kelebihan cairan. Sebaliknya, jika volume urine
kurang dari 30ml/jam, kemungkinan terjadi dehidrasi.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mengkaji kebutuhan cairan dan
elektrolit difokuskan pada kulit, rongga mulut, mata, vena jugularis,vena-vena
tangan, dan sistem neurologis.

21
8. Turgor kulit
Turgor kulit menggambarkan cairan intertisial dan elastisitas kulit.
Penurunan turgor terkait dengan elastisitas kulit. Normalnya, jika dicubit, kulit
akan kembali ke posisi normal setelah dilepaskan. Pada klien dengan defisit
volume cairan, kulit akan kembali datar dalam jangka waktu yang lebih
lama(hingga beberapa detik). Pada orang dewasa, pengukuran turgor kulit paling
baik dilakukan di atas sternum, kening, dan paha sebelah dalam. Pada anak,
pengukuran turgor sebaiknya dilakukan di area abdomen atau paha bagian tengah.
Pada orang tua, turgor kulit mengalami penurunan sehingga perlu dilakukan
penimbangan berat badan untuk mengukur status hidrasi disamping dengan
pengukuran turgor kulit.
9. Iritabilitas neuromuskular
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkaji ketidakseimbangan kalsium dan
magnesium. Pemerikaan fisik meliputi pemeriksaan tanda chovstek dan tanda
trousseau. Pemeriksaan tanda chovstek dilakukan dengan mengetuk saraf wajah
(sekitar 2cm di depan liang telinga). Jika pada saat diketuk terjadi refleks meringis
pada otot wajah, termasuk bibir, berarti tanda chovstek positif (mungkin terjadi
hipomagnesemia atau hipokalsemia). Untuk melakukan test trousseau, pasang
manset tekanan darah pada lengan, pompa dengan tekanan di bawah sistole selama
2-3 menit. Apabila timbul spasme karpal dan tetani, mengindikasikan terjadinya
hipokalsemia dan hipomagnesemia.
10. Pemeriksaan laboratorium
Elektrolit serum pemeriksaan kadar elektrolit serum sering dilakukan untuk
mengkaji adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan yang
paling sering adalah natrium, kaliium , klorida, dan ion bikarbonat. Penghitungan
kebutuhan cairan dengan menggunakan nilai Na+adalah:

Air yang hilang = 0,6 x BB x(Na+ serum terukur – 142)

Na+ serum terukur

11. Hitung darah


Hematokrit (Ht) menggambarkan persentase total darah dengan sel darah
merah. Karena hematokrit adalah pengukuran volume sel dalam plasma, nilainya
akan dipengaruhi oleh jumlah cairan plasma. Dengan demikian, nilai Ht pada klien

22
yang mengalami dehidrasi atau hipovolemia cenderung meningkat, sedangkan nilai
Ht pada pasien yang mengalami overdehidrasi dapat menurun. Normalnya, nilai Ht
pada laki-laki adalah 40%-54% dan perempuan 37%-47%. Biasanya, peningkatan
kadar hemoglobin diikuti dengan peningkatan kadar hematokrit.

Air yang hilang= PAT x BB x [1- (Ht normal/Ht terukur)

Keterangan

Perbandingan air tubuh(PAT)

a) nilai 0,2 untuk dehidrasi akut

b) nilai 0,6 untuk dehidrasi kroni

12. Osmolalitas
Osmolalitas merupakan indikator konsentrasi sejumlah partikel yang
terlarut dalam serum dan urine. Biasanya dinyatakan dalam mOsm/kg.
13. Ph urine
pH urine menunjukkan tingkat keasaman urine yang dapat digunakan untuk
menggambarkan ketidakseimbangan asam-basa. pH urine normal adalah 4,6-8
pada kondisi asidosis metabolik.
14. Berat jenis urine
Berat jenis urine dapat digunakan sebagai indikator gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, walaupun hasilnya kurang reliabel. Akan
tetapi, pengukuran BJ urine merupakan cara paling mudah dan cepat untuk
menentukan konsentrasi urine. Berat jenis urine dapat meningkat saat terjadi
pemekatan akibat kekurangan cairan dan menurun saat tubuh kelebihan cairan.
Nilai BJ urine normal adalah 1,005-1,030 (biasanya 1,010-1,025). Selain itu, BJ
urine juga meningkat saat terdapat glukosa dalam urine, juga pada pemberian
dekstran, obat kontras radiografi, dan beberapa jenis obat lainnya.

3.3 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


1. Ketidak seimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan
keseimbangan isotonis dan osmolar. Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika
sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang.

23
Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak
diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga
menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal
tersebut, terdapat empat kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :

a. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik

b. Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)

c. Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan

d. Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)

2. Defisit Volume Cairan


Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut
juga hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volumecairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan
cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi
saluran pencernaan.
3. Defisit Cairan
Faktor Resiko antara lain :
1) kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung) tanda klinis :
kehilangan berat badan
2) ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan
depresi konfusi) tanda klinis : penurunan tekanan darah
4. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat
kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah

24
proporsional, terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan
kadarnatrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari
sel dan kompartemen interstitial menuju ruang vascular. Kondisi ini menybabkan
gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi
salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami penurunan respons haus atau
pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar
sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam
tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering
mengalami kehilangan cairan tipe hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga
meningkatkan jumlah solute dalam aliran darah.

5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)


Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan
elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena
adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal.
Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah
natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya
gangguan mekanisme homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan.
Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
1) Asupan natrium yang berlebihan
2) Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien
dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
3) Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal
ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing
4) Kelebihan steroid.
5) Kelebihan Volume Cairan

Factor resiko :

1) Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena Tanda klinis :
penambahan berat badan.
2) Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan Tanda klinis
: edema perifer dan nadi kuat
6. Edema

25
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar
dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema).
Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local
atau menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi
ketika adapeningkatan produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan
interstisial. Hal ini dapat terjadi ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang
menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi
vena) yang menyebabkan cairan dalam pembuluh darahterdorong ke ruang
interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade
limfatik)

Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan
setelah dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu terjadiakibat
pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi
tekanan). Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan
natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan
edema non pitting.

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung cairan
intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan berada
di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula.

Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan
tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan cairan tubuh
adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut).

Air menyusun ± 50 – 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan total dan total
air dalam tubuh relatif konstan pada tiapindividu dan merupakan refleksi dari lemak tubuh.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya
adalah :

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Sel-sel lemak

4. Stres

5. Sakit

6. Temperatur lingkungan

7. Diet

27
4.2 Saran

Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para
pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

28
DAFTAR PUSTAKA

Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &
Elektrolit” . Jakarta: ECG

Kozier,Erb,Berman,Snyder,2011.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2.


EGC: Jakarta

Mubarok,Chayatin,2008.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.EGC: Jakarta

https://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/17/konsep-dasar-cairan-dan-elektrolit/

29

Anda mungkin juga menyukai