Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT DAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI

Untuk Memenuhi Nilai Kelompok Mata Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia

Dosen Pengampu: Ns. Nanang Saprudin, S.Kep., M.Kep

DiSusun Oleh:
Kelompok 1
Dini Martiani
Entin Niasari
Fanny Fanuridz Haz
Karta Atmanagara
Nani Casniyah
Try Gina Budiarti
Vera Fazriah N.
Yani Meliyani

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

(KAMPUS 2 RS CIREMAI)

Jln.Pangeran Drajat No.40A, Drajat, Kec.Kesambi, Kota Cirebon 45133

(2020/2021)
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Kebutuhan Cairan Elektrolit dan Kebutuhan Oksigenasi.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi nilai kelompok mata kuliah
Kebutuhan Dasar Manusia pendidikan Program S1 Keperawatan Non Reguler di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (Kampus 2 RS. Ciremai).
Dalam penyelesaian makalah ini, kami dapat menyelesaikan bimbingan
dan dorongan dari berbagai pihak sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami membuka diri untuk menerima saran dan kritikan
yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan maupun penyusunan makalah
pada masa mendatang.
Kami berharap, semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
khususnya bagi kami dan bagi pembaca, Aamiin.

Cirebon, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit..........................................................4
2.2. Sistem Tubuh Yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan dan Elektrolit..............5
2.3. Cara Perpindahan Cairan Tubuh........................................................................7
2.4. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia.........................................................10
2.5. Pengaturan Volume Cairan Tubuh...................................................................10
2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.......................12
2.7. Kebutuhan Oksigenasi.....................................................................................13
2.8. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan.......................................................14
2.9. Fisiologi Sistem Pernafasan............................................................................18
2.10. Faktor Yang Memepengaruhi Kebutuhan Oksigen........................................19
2.11. Masalah Keperawatan Berkaitan Dengan Kebutuhan Oksigen.....................20

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan......................................................................................................22
3.2. Saran.................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di


sekelilingnya termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan
minum lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri
dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan
tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh. Cairan
dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan
elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam kehidupan


manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme
sel. Kekurangan oksigen akan berdampak yang bermakna bagi tubuh, salah
satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Untuk itu setiap
perawat harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada
pasien serta mampu mengatasi berbagai masalah terkait dengan pemenuhan
kebutuhan

1
tersebut. Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh
secara fungsional serta kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling
utama dan sangat vital bagi tubuh. Oksigen diperlukan sel untuk mengubah
glukosa menjadi energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas,
seperti aktivitas fisik, penyerapan makanan, membangun kekebalan tubuh,
pemulihan kondisi tubuh, juga penghancuran beberapa racun sisa metabolism.
Pemeliharaan oksigenasi jaringan tergantung pada 3 sistem organ yaitu sistem
kardiovaskuler, hematologi, dan respirasi. Jika aliran oksigen ke jaringan
berkurang, atau jika penggunaan berlebihan di jaringan maka metabolisme
akan berubah dari aerobik ke metabolisme anaerobik untuk menyediakan
energi yang cukup untuk metabolisme.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit
1.2.2. Sistem tubuh yang berperan pada kebutuhan cairan dan elektrolit
1.2.3. Cara perpindahan cairan tubuh
1.2.4. Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia
1.2.5. Pengaturan volume cairan tubuh
1.2.6. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
1.2.7. Kebutuhan oksigenasi
1.2.8. Anantomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
1.2.9. Fisiologi system pernafasan
1.2.10. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen
1.2.11. Masalah keperawatan berkaitan dengan kebutuhan oksigen

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Untuk mengetahui definisi kebutuhan cairan dan elektrolit
1.3.2. Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan pada kebutuhan cairan
dan elektrolit
1.3.3. Untuk mengetahui cara perpindahan cairan tubuh

2
1.3.4. Untuk mengetahui kebutuhan cairan tubuh bagi manusia
1.3.5. Untuk mengetahuipengaturan volume cairan tubuh
1.3.6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan
elektrolit
1.3.7. Untuk mengetahui kebutuhan oksigenasi
1.3.8. Untuk mengetahui anantomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
1.3.9. Untuk mengetahui fisiologi system pernafasan
1.3.10. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen
1.3.11. Untuk mengetahui masalah keperawatan berkaitan dengan kebutuhan
oksigen

3
BAB II

PEMBAHASA

2.1. Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektorlit

Kebutuhan cairan adalah suatu proses dinamika karena metabolisme tubuh


membutuhkan perubahan yang tetap berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan.Cairan tubuh adalah semua bahan menu yang merupakan zat cair
yang terdiri dari air dan semua yang ada di dalamnya.Elektrolit adalah
senyawa dalam tubuh yang mengurai dan ion-ion yang bermuatan listrik yang
berfungsi mengatur keseimbangan asam dan basa membantu memindahkan
cairan dan memungkinkan terjadinya impuls terhadap sel otot dan sel saraf.
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam
bentuk kelebihan atau kekurangan. Dalam proses metabolisme yang terjadi
didalam tubuh, air mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat
nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral serta juga akan berfungsi
sebagai pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh. Selain itu,air didalam tubuh
juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolisme
seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat. Selain berperan dalam
proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki
berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh
seperti mata,mulut dan hidung, pelumas dalam cairan sendi 02 Sports Science
Brief tubuh,katalisator reaksi biologik sel,pelindung organ dan jaringan tubuh
serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat
terlarut. Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal,
air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk
menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37 C.

4
2.2. Sistem Tubuh yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan dan

Elektrolit 2.2.1.Ginjal

Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur


kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai
pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini
diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam
menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc
plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar.
Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui
tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang
dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi
oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

2.2.2. Kulit

Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan


proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas
yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan
arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah
keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir
melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya
dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar,
konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi
(pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).Keringat
merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian
saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan

5
jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari.
Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui
aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.

2.2.3. Paru

Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan


insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan
bernapas.

2.2.4. Gastrointestinal

Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam


mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini sekitar 100-200
ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin,
seperti: system hormonal contohnya:

2.2.4.1. ADH

Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat


mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini
dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang
mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan
menurunkan cairan ekstrasel.

2.2.4.2. Aldosteron

Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar


adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosterone ini
diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan
system angiotensin rennin.

2.2.4.3. Prostaglandin

6
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang
berfunsi merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan
konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul.
Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi
ginjal.

2.2.4.4. Glukokortikoid

Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air


yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi
retensinatrium.

2.2.4.5. Mekanisme Rasa Haus

Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan


cara merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan
produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus
untuk rasa haus.

2.3. Cara Perpindahan Cairan Tubuh

2.3.1.Difusi

Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau


zat padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua
zat bercampur dalam sel membrane. Dalam tubuh, proses difusi air,
elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang
permeable.Kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor
ukuran molekul, konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan
molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding molekul kecil.
Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan
konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan

7
dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan
molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

2.3.2. Osmosis

Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane


semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang
kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solute adalah
zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven,
sedang garam adalah solute. Proses osmosis penting dalam
mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.Osmolaritas adalah cara
untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan nol.
Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan
dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam dengan
kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah merah, maka
larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan
berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena
larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam
system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang mempunyai
kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik
mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada
proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan
kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi
melalui membrane semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi
rendah volumenya akan berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi
lebih tinggi akan bertambah volumenya.

2.3.3. Transport Aktif

Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini
terutama penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan
ekstrasel.

8
2.3.4. Tekanan Cairan

Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses


osmotic juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan
kemampuan pastikel pelarut untuk menarik larutan melalui
membrane.Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan
larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak
dapat bergabung (larutan disebut koloid). Sedangkan larutan yang
mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut kristaloid).
Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi
koloid apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal,
perpindahan cairanmenembus membrane sel permeable tidak terjadi.
Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian
cairan intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam
pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena mempunyai
konsentrasi samadengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah
perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena
bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang pekat
dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan
lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial
karena konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih
besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan
koloid dan sulit menembus membrane semipermeabel. Tekanan
hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak
dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan
cairan ekstra dan intrasel.

2.3.5. Membran Semipermeable

Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak


tergabung. Membran semipermeable terdapat pada dinding kapiler
pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau
zat lain tidak berpindah ke jaringan.

9
2.4. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia


secarafisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir
90% dari total berat badan tubuh. Sisanya merupakan bagian padat dari
tubuh. Secara keseluruhan, kategori persentase cairan tubuh berdasarkan
umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari
total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa
tua 45% dari total berat badan. Persentase cairan tubuh bervariasi,
bergantung pada factor usia, lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Wanita
dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria karena
pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pada
pria.

2.5. Pengaturan Volume Cairan Tubuh

Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia
dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman.
Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh
yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh
maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan
ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.

2.5.1. Asupan Cairan

Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa


adalah ± 2500 cc/hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan
atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan mekanisme
keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat
pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan
adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan
tubuh dimana asupan cairan kurang atau adanya pendarahan, maka

1
curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan
darah.

2.5.2. Output Cairan

Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

2.5.2.1. Urine

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus


urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama.
Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per
24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa.
Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi
dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat
maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.

2.5.2.2. IWL (Insesible Water Loss)

IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan


mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan
tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari,
tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka
IWL dapat meningkat.

2.5.2.3. Keringat

Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang


panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan
impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.

1
2.5.2.4. Feces

Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per


hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa
usus besar (kolon).

2.6. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit


diantaranya adalah:

2.6.1. Usia

Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme


yang diperlukan dan berat badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh
menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan disajikan dalam tabel
perubahan pada air tubuh total sesuai usia.

2.6.2. Jenis kelamin

Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional,


karena lebih banyak mengandung lemak tubuh.

2.6.3. Sel-Sel Lemak

Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan


peningkatan lemak tubuh.

2.6.4. Stress

Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,


konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat
menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine.

2.6.5. Sakit

Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses

1
pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan
ketidakseimbangan system dalam tubuh, seperti ketidakseimbangan
hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.

2.6.6. Temperatur Lingkungan

Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat


kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.

2.6.7. Diet

Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan


energi, proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial
ke intraselular.

2.7. Kebutuhan Oksigenasi

2.7.1. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang


digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya dan untuk aktifitas sebagai organ atau sel.
Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tersebut diatur oleh
sistem tubuh, diantaranya saluran pernapasan bagian atas, bawah dan
paru.

2.7.2. Proses Oksigenasi

2.7.2.1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Dalam
proses ventilasi ini terdapat beberapa halyang
memepengaruhinya diantaranya perbedaan tekanan atmosfer
paru,kemampuan thorak dan paru, jalan nafas, relek batuk dan
muntah, peran mucus ciliaris.

1
2.7.2.2. Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru
dan CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini
terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi diantaranya,
pertama luasnya permukaan paru, kedua tebal membran respirasi
/ permeabilitas yang terdiri dari epitel alveoli dan interstitial
keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan,ketiga perbedaan tekanan dan konsentrasi O2,
keempat afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan
saling mengikat Hb.
2.7.2.3. Transportasi Gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi O 2 akan
berikatan dengan Hb membentuk Oxyhemoglobin (97%) dan
larut dalam plasma (3%). Kemudian pada transportasi CO 2 akan
berikatan dengan Hb membentuk carbominohemoglobin (30%),
dan larut dalam plasma (5%), kemudian menjadi HCO 3 berada
pada darah (65%).

2.8. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan


2.8.1.Saluran Pernafasan Atas
Menurut Somantri, 2012, saluran pernafasan atas terdiri dari :
2.8.1.1. Hidung
Hidung dibentuk oleh tulang kartilago. Bagian kecil dibentuk
oleh tulang, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat.
Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan
menjadi lubang kiri dan kanan oleh septum. Rongga hidung
mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai filter/
penyaring kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada mukosa
hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet
dimana sel tersebut

1
mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap benda asing yang
masuk ke saluran pernafasan.
2.8.1.2. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari tengkorak sampai
bersambungnya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring),
dibelakang mulut (orofaring), dan dibelakang laring (faring–
laryngeal).
2.8.1.3. Laring
Laring terletak di depan bagian terendah faring yang
memisahkannya dari klumna vertebra, berjalan dari faring
sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea
dibawahnya. Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat
epiglotis yang berupa katup tulang rawan dan membantu
menutup laring sewaktu menelan. Laring dilapisi jenis selaput
lendir yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan
bagian epiglotis yang dilapisi sel epitalium berlapis. Pita suara
terletak disebelah dalam laring, berjalan dari tulang rawan tiroid
di sebelah depan sampai di kedua tulang rawan arytenoid.
Dengan gerakan dari tulang rawan arytenoid yang ditimbulkan
oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan atau
dikendurkan. Dengan demikian lebar sela-sela antara pita-pita
atau irama glotidis berubah sewaktu bernapas dan bebicara.
Suara dihasilkan karena getaran pita yang di sebabkan udara
yang melalui glotis.

2.8.2. Saluran Pernafasan Bawah


Menurut Somantri, 2012, saluran pernafasan bawah terdiri dari:
2.8.2.1. Trakea
Batang tenggorok kira-kira sembilan sentimeter panjangnya.
Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra
torakalis kelima dan ditempat ini bercabang menjadi dua
bronkus.
1
Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tak
lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh
jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di sebelah
belakang trakea, selain itu juga memuat beberapa jaringan otot.
Trakea dilapisis selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia
dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju ke atas ke arah laring,
maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang
turut masuk bersama dengan pernapasan dapat dikeluarkan.
Kedua bronkus terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian
kira- kira vertebra toraklis kelima mempuyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan kebawah dan ke samping ke arah tampak
paru-paru .
2.8.2.2. Bronkus dan Bronkiolus
Cabang kanan bronkus lebih pendek dan lebih lebar serta
cenderung lebih vertical dari pada cabang yang kiri. Oleh karena
itu, benda asing lebih mudah masuk kedalam cabang sebelah
kanan dari pada cabang bronkus sebelah kiri. Segmen dan
subsegmental bronkus bercabang lagi dan membentuk seperti
ranting yang masuk ke setiap paru-paru. Bronkus ini disusun oleh
jaringan kartilago. Struktur ini berbeda dengan bronkiolus, yang
berakhir di alveoli. Bronkus respiratorius merupakan bagian awal
dari pertukaran gas.
2.8.2.3. Alveoli
Alveoli merupakan kantong udara pada akhir bronkiolus
respiratorius yang memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen
dan karbon dioksida. Fungsi utama alveolar adalah pertukaran
oksigen dan karbon dioksida di antara kapiler pulmoner alveoli.
2.8.2.4. Paru-Paru
Paru-paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru
mengisi rongga dada. Terletak disebelah kiri dan kanan dan
ditengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah

1
besarnya dan struktur lainnya terletak didalam mediastinum.
Paru- paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks
(puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi dari pada
klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas
landau rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai
permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang
memuat tampuk paru- paru, sisi belakang yang menyentuh tulang
belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan
jantung.
Lobus paru-paru (belahan paru-paru). Paru-paru dibagi menjadi
beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus
tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkial kecil masuk ke dalam
setiap lobula dan semakin bercabang, semakin menjadi tipis,
berpori, dan seperti spons. Didalam air, paru-paru mengapung
karena udara yang ada didalamnya.
2.8.2.5. Torak, Diafragma, dan Pleura
Rongga torak berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan
pembuluh darah besar. diafragma terletak dibawah rongga torak
pada keadaan relaksasi, diafragma berbentuk kubah pengaturan
saraf diafragma ( nervus frenikus) terdapat pada tulang belakang
(spinal cord) diservikal ke 3 ( C-3)
Pleura merupakan membrane serosa yang menyelimuti paru.
Terdapat dua macam pleura yaitu pleura parietal yang melapisi
rongga tirak dan pleura visceral yan menutupi setiap paru-paru,
diantara kedua pleura tersebut terdapat cairan pleura seperti
selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut
bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah
pemisahan torak dan paru-paru.

1
2.9. Fisiologi Sistem Pernafasan

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut
melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea
dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah
didalam kapiler pulmonalis. Hanya satu lapis membran, yaitu membran
alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus
membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke
jantung. Dari sini di pompa didalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah
meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat
ini hemoglobin 95% jenuh oksigen. Didalam paru-paru, karbon dioksida, salah
satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveolar-kapiler dari
kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea,
dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut. (Pearce, 2018)

Menurut Pearce, (2018) empat proses yang berhubungan dengan


pernapasan pulmoner atau pernapasan eksterna yaitu:

2.9.1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
2.9.2. Arus darah melalui paru-paru
2.9.3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah
tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.
2.9.4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2
lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam darah
mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat dalam otak untuk
memperbesar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi pengambilan O2
dan pengeluaran CO2 lebih banyak. (Marni, 2014).
Total rata-rata kapasitas paru pria manusia dewasa adalah sekitar 6 liter
udara. Rata-rata laju pernafasan manusia adalah 30 hingga 60 napas per menit
saat lahir, turun menjadi 12-20 napas permenit ketika dewasa. Pernafasan tidal

1
adalah pernafasan normal. Volume tidal adalah volume udara yang dihirup
atau dihembuskan hanya dengan satu napas, volume tidal 9-12 ml/kg BB.
Volume cadangan inspirasi adalah volume udara di luar volume tidal yang
dapat dihirup seseorang ketika diminta untuk bernafas pada kapasitas
maksimumnya, volume normal berkisar antara 2000 hingga 3000 ml. volume
cadangan ekspirasi merupakan volume udara di luar volume tidal yang dapat
dikeluarkan seseorang secara paksa setelah diminta untuk bernapas norma,
normalnya sekitar 1000 sampai 1100 ml. Volume paru dipengaruhi oleh
beberapa faktor, sebagian dapat dikontrol dan lainnya tidak dapat dikendalikan
(Fina, 2019).
Pengendalian pernapasan dikendalikan oleh saraf dan secara kimiawi.
Pengendalian oleh saraf, pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik didalam
medula oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan.
Melalui beberapa radiks saraf servikalis impuls ini diantarkan ke diafragma
oleh saraf frenikus. Dibagian yang lebih rendah pada sumsum belakang,
impulsnya berjalan dari daerah toraks melalui saraf interkostalis. Impuls ini
menimbulkan kontraksi ritmik pada otot difragma dan intercostal yang
berkecepatan kira-kira lima belas setiap menit. Impuls aferen yang dirangsang
pemekaran gelembung udara diantarkan saraf vagus ke pusat pernapasan
didalam medula. Pengendalian secara kimia. Factor kimiawi ini adalah faktor
utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuensi, kecepatan, dan
kedalaman gerakan pernapasan. Pusat pernapasan didalam sumsum sangat
peka pada reaksi, kadar alkali darah harus dipertahankan. (Pearce, 2018).

2.10. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigen

2.10.1.Faktor Fisiologi

2.10.1.1. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.

2.10.1.2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada


obstruksi saluran napas bagian atas.

1
2.10.1.3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu.

2.10.1.4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam,


ibu hamil, luka, dan lain-lain.

2.10.1.5. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti


pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal,
penyalit kronik seperti TBC paru.

2.10.2. Faktor Perkembangan

2.10.2.1. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan


surfaktan.

2.10.2.2. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.

2.10.2.3. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran


pernapasan dan merokok.

2.10.2.4. Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan
paru-paru.

2.10.2.5. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan


kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi
paru menurun.

2.11. Masalah Keperawatan Berkaitan Dengan Kebutuhan Oksigen

Masalah keperawatan yang umum terjadi terkait dengan kebutuhan oksigen


ini, antara lain :

2.11.1. Tidak Efektifnya Jalan Napas Masalah keperawatan ini


menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak bersih, misalnya karna
adanya sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan jalan napas oleh
karena spasme bronkus, dan lain lain.

2
2.11.2. Tidak efektifnya Pola Napas Tidak efektifnya pola napas ini
merupakan suatu kondisi dimana pola napas, yaitu inspirasi dan
ekspirasi, menunjukkan tidak normal. Penyebab biasanya karena
kelemahan neuromuskular, adanya sumbatan ditrakeobronkhinal,
kecemasan dan lain lain.
2.11.3. Gangguan pertukaran gas Gangguan pertukaran gas merupakan suatu
keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara oksigen yang
dihirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran gas
antara alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa karena perubahan
membran alveoli, kondisi anemia, proses penyakit, dan lain- lain
2.11.4. Penurunan perfusi jaringan Penurunan perfusi jaringan adalah suatu
keadaan dimana sel kekurangan suplai nutrisi dan oksigen.
Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi hipovelemia, hipervolemia,
retensi karbon diogsida.
2.11.5. Intoleransi aktivitas Intoleransi aktivitas adalah keadaan dimana
seseorang mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivirtasnya. Penyebabnya antara lain karena ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen, produksi yang dihasilkan
menurun, dan lain-lain.
2.11.6. Perubahan pola tidur Gangguan kebutuhan oksigen dapat
mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan bernafas (sesak nafas)
menyebabkan seseorang tidak bisa tidur. Perubahan pola tidur juga
dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit yang dideritanya.

2
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kebutuhan cairan adalah suatu proses dinamika karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap berespon terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan. Cairan tubuh merupakan zat cair yang terdiri dari
air dan semua yang ada di dalamnya. Elektrolit adalah senyawa dalam tubuh
yang mengurai dan ion-ion yang bermuatan listrik yang berfungsi mengatur
keseimbangan asam dan basa membantu memindahkan cairan dan
memungkinkan terjadinya impuls terhadap sel otot dan sel saraf.
Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam
tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai
pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut dan hidung, pelumas
dalam cairan sendi, katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ dan
jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah
dan konsentrasi zat terlarut.
Sistem Tubuh yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
yaitu ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit.
Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan
kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui
membran semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah
volumenya akan berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi
akan bertambah volumenya. Proses osmotic juga menggunakan tekanan
osmotic, yang merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik
larutan melalui membran. Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi
dan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak
dapat bergabung (larutan disebut koloid).
Pengaturan volume cairan tubuh di dalam tubuh seseorang yang sehat
volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada

2
dalam kondisi dan batas yang nyaman. Faktor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan dan elektrolit terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah usia dan berat badan.

3.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini penyusun menyadari sepenuhnya masih
terdapat banyak kekeliruan dan kesalahan yang terdapat didalamnya. Oleh
karenanya, kritik dan saran dari berbagai pihak yangsifatnya membangun sangat
diharapkan dalam rangka perbaikan makalah ini.

2
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/fhyterdrifachydrimetana/type-the-document-title-
repaired

Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Pearce C, Evelyn. (2018). Anatomi dan Fisiologi unuk Paramedis. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

https://studylibid.com/doc/536245/makalah-kebutuhan-cairan-dan-elektrolit

Anda mungkin juga menyukai