MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar pada Semester Satu di
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Galuh
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS GALUH
Tahun 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya penulis masih diberikan kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyusun
makalah sebagai tugas pada salah satu mata kuliah yaitu Ilmu Biomedik Dasar.
Selain itu, diharapkan dengan adanya makalah ini mampu memudahkan para pembaca
dalam memperluas pengetahuan dalam ruang lingkup kebutuhan cairan tubuh yang sangat
relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat dikatakan jauh dari kata sempurna dan
besar harapan pula pembaca mampu memberikan kritik serta saran yang membangun
sehingga dapat dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan makalah selanjutnya supaya
menjadi lebih baik lagi baik dari segi isi ataupun yang lainnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
D. Metode Penelitian............................................................................................................4
E. Manfaat Penelitian..........................................................................................................5
F. Sistematika Penulisan......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Fisiologi Cairan Tubuh...................................................................................................6
B. Gangguan Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa......................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai proses
fisikokimia yang menunjang kehidupan sehari – hari. Tubuh selalu berusaha agar segala
sesuatu yang ada didalamnya berada dalam rentang konstan agar tercapai keadaan
homeostasis. Seluruh sistem metabolisme bekerja sama dengan harmonis satu sama lain
dalam menjalankan fungsinya masing – masing.
Kebutuhan cairan merupan bagian dari kebutuhan dasa secara fisiologis, yang
memiliki proporsi besar dalam bagia tubuh, hampir 90% dar total BB. Secara
keseluruhan kategori presentasi cairan tubuh berdasarkan umur diantaraya: bayi baru
lahir 75% dari BB, pria dewasa 57% dari BB, wanita dewasa 55% dari BB, dewasa tua
45% dari BB. Presentasi cairan tubuh sangat bervariasi tergantung pada faktor usia,
lemak tubuh, dan jenis kelmin.
Elektrolit dan cairan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menjaga
keseimbangan ini. Secara kimiawi, elektrolit adalah unsur – unsur yang berperan sebagai
ion dalam larutan dan memiliki kapasitas untuk konduksi listrik. Dan keseimbangan
elektrolit merupakan suatu hal yang penting agar sel dan organ dapat berfungsi secara
normal. Elektrolit terdiri atas kation dan anion. Di dalam tubuh ada beberapa kation yang
penting yaitu, natrium, kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan anion yang penting
adalah klorida, bikarbonat, dan fosfat.
Gangguan keseimbangan elektrolit diartikan sebagai suatu keadaan dimana kadar
elektrolit di dalam darah berada dalam rentang nilai yang tidak normal. Bisa melebihi
nilai normal atau dibawah nilai normal. Implikasi dari keadaan ini berpengaruh dalam
hal keseimbangan cairan dan fungsi – fungsi organ tubuh lainnya. Berbagai macam hal
dapat menyebabkan ketidakseimbangan ini. Ketidakseimbangan antara kebutuhan
dengan asupan serta ekskresi adalah penyebab utamanya. Adanya gangguan dari sistem
regulasi yang berperan, juga memberikan dampak dalam keseimbangan elektrolit.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Metode Penelitian
1
2
deskriptif tidak bertujuan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan
“apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Memang ada kalanya dalam
peneitian deskriptif ingin juga membuktikan dugaan, tetapi hal ini tidak terlalu lazim
terjadi. Secara umum penelitian tipe deskriptip tidak dimaksudkan untuk menguji
hpotetis (Arikunto, 2005).
Penelitian ini juga termasuk kedalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang diamksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh sujek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-
lain secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai (Moleong, 2007:6).
Cara memperoleh data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah
studi pustaka. Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan
penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan
dengan masalah yang ingin dipecahkan (Nazir:1988).
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
pengetahuan mengenai keseimbangan cairan tubuh dalam tubuh. Serta
mengetahu definisi dari keseimbangan cairan elektrolit dalm tubuh dan gangguan-
gangguan dari keseimbangan cairan elektrolit dalam tubuh.
2. Manfaat praktis
Penelitian mengenai keseimbangan cairan elektrolit dalam tubuh diharapkan
dapat memberikan pegetahuan yang menjadi sumber informasi, sekaligus menambah
wawasan para pembaca.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Dalam bab ini nmembahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Dalam bab ini membahas mengenai fisiologi cairan tubuh dan
gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.
BAB III : Dalam bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran.
BAB II PEMBAHASAN
2. Jumlah Cairan
3
4
3. Komposisi Cairan
Komposisi Cairan tubuh, cairan yang bersirkulasi diseluruh tubuh didalam
ruang cairan intrasel dan ekstrasel mengandung :
a. Elektolit
Elektrolit merupakan sebuah unsur atau senyawa yang jika melebur
atau larut didalam air atau pelarut lain, akan pecah menjadi ion dan mampu
membawa muatan listrik. Elektrolit yang memiliki muatan positif disebut
kation, sedangkan yang bermuatan negatif adalah anion. Namun jumlah total
anion dan kation didalam kompartemen cairan harus sama.
b. Mineral yang dicerna sebagai senyawa
Biasanya dikenal dengan nama logam, non logam, radikal atau fosfat,
bukan dengan nama senyawa yang mana mineral tersebut manjadi bagian
didalamnya. Mineral merupakan unsur semua jaringan dan cairan tubuh serta
penting dalam mempertahankan proses fisiologis. Mineral juga bekerja
sebagai katalis dan respon saraf, kontrasi otot, dan metabolisme zat gizi yang
terdapat dalam makanan. Mineral juga mengatur keseimbangan elektrolit dan
produksi hormon serta menguatkan struktur tulang. Contoh mineral zat besi
dan zink.
c. Sel
Sel merupakan unit fungsional dasar dari semua jaringan hidup.
Contoh sel yang berada didalam cairan tubuh adalah sel darah marah dan sel
darah putih.
4. Pergerakan Cairan
Perpindahan air dan zat terlarut dianatara bagian bagian tubuh melibatkan
mekanisme transpor aktif dan pasif. Mekanisme transpor pasif tidak
membutuhkan energi sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi.
Difusi dan osmosis adalah mekanisme transpor pasif. Sedangkan mekanisme
transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP.
Proses pergerakan cairan tubuh antara kompartemen dapat berlangsung
secara :
a. Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul(zat terlarut)melalui membran
semiperemabel (permeabel seletif dari larutan berkadar lebih rendah menuju
larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Membran semipermeabel
ialah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat
terlarut misalnya protein.
Tekanan osmotik plasma darah ialah 285 ± 5 mOsm/L. Larutan
dengan tekanan osmotik kira kira sama disebut isotonik (NaCI 0,96%,
Dekstrosa 5%, Ringer-laktat), lebih rendah disebut hipotonik (Akuades) dan
lebih tinggi disebut hipertonik.
5
b. Difusi
Difusi adalah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan
akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah.
Tekanan hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi
melawati pori-pori tersebut. Jadi difusi tergantung kepada perbedaan
konsentrasi dan tekanan hidrostatik.
c. Pompa Natrium Kalium
Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transport yang
memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan
memompaion kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium
adalah untuk mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel.
d. Transpor Aktif
Transpor aktif adalah partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke
tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung (Tarwoto
dan Warrtonah, 2010).
Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit atau
diperlukan proses khusus supaya dalam melintasinya, karena itu komposisi
elektrolit di dalam dan di luar sel berbeda. Cairan intraseluler banyak
mengandung ion K, ion Mg, dan ion fosfat, sedangkan ekstraseluler banyak
mengandung ion Na dan ion CI.
Tekanan osmotik suatu larutan dinyatakan dengan osmol atau
miliosomol/liter. Tekankan osmotik suatu larutan ditentukan oleh banyaknya
partikel yang larut dan suatu larutan. Dengan kata lain, makin banyak partikel
yang larut maka makin tinggi tekanan osmotik yang ditimbulkannya. Jadi,
tekanan osmotik ditentukan oleh banyaknya partikel yang larut bukan
tergantung pada besar molekul yang terlarut. Perbedaan komposisi ion antara
cairan intraseluler dan ekstraseluler dipertahankan oleh dinding yang bersifat
semipermeabel.
5. Fungsi Cairan
a. Mengatur suhu tubuh
Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik.
b. Melancarkan peredaran darah
Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini
disebabkan cairan dalam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses
tersebut akan berpengaruh pada kinerja otak dan jantung.
c. Membuang racun dan sisa makanan
Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan
racun dalam tubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air
seni, dan pernafasan.
d. Kulit
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit.
Kecukupan air dalam tubuh berguna untuk menjaga kelembapan, kelembutan,
elastisitas kulit akibat pengaruh suhu udara dari luar tubuh.
e. Pencernaan
6
d. Diet
Diet seseroang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit.
Jiga asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memecah simpanan
protein dengan terlebih memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler, peningkatan
peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini
mengakibatkan retensi air dan natrium. Disamping itu, stress juga
menyebabkan peningkatan produksi hormon antidiuritik yang dapat
mengurangi produksi urine.
f. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit dasar sel atau jaringan yang rusak (mis, luka robek, atau luka bakar).
Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan
cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal. Gangguan
jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidak seimbangan cairan dan
elektrolit. Saat alitan darah ke ginjal menurun karna kemampuan pompa
jantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium
sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan ( hipervelomia ).
Lebih lanjut, kondisi ini dapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine
akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk menyeimbangkan cairan
dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh
Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan menfiltrasi cairan lebih
banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat.
Sebaliknya, dalam keadan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan
produksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi
tubulus, refensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami
kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun.
Karnaya, saat terjadi gangguan ginjal (mis, gagal ginja) individu dapat
mengalami oliguria (produksi kurang dari 40ml per 24jam) sehingga anuria
(produksi urin kurang dari 200 ml/ 24jam).
g. Tindakan medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung
dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatip secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.
Akibatnya cairan terjadi defisit cairan tubuh. Selain itu penggunaan diuretik
menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
8
haus yang dikontrol oleh sistem endokrin (hormonal), yakni anti diuretik
hormon (ADH) sistem aldosteron, prostaglandim, dan glukokortikoid.
1) ADH
ADH memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. ADH dibentuk oleh
hipotalamus yang ada dihiposisis posterior yang mengsekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurukan cairan ekstrasel.
2) Aldosteron
Aldosteron disekresi oleh kelenjar adrenal ditubulus ginjal dan
berfungsi pada absorpsi natrium. Proses pengeluaran aldosteros diatur.
Oleh adanya perubahan konsentrasi kalium dan natrium, dan sistem
angiotensin renin. Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat
dalam jaringan yang berfungsi merespon radang, pengendalian tekanan
darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada
ginjal asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
3) Glukokortikoid
Glukokortikoid berfungsi mengatur peningkatan reabrospsi natrium
dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga retensi
natrium.
8. Pengaturan Cairan tubuh
a. Asupan Cairan
Asupan cairan diatur melalui mekanisme rasa haus yang berpusat di
hipotalamus. Air dapat diperoleh dari asupan makanan (buah, sayuran, dan
daging, serta oksidasi bahan makanan selama proses pencernaan). Sekitar
220ml air diproduksi setiap hari selama metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak berlangsung.
b. Haluaran Cairan
Cairan terutuama dikeluarkan melalui ginjal dan saluran
gastrointestinal. Pada orang dewasa, ginjal setiap menit menerima 125ml
plasma untuk disaring dan diiproduksi urine. Jumalah urin yang diproduksi
ginjal dipengaruhi oleh hormon antdiureutik (ADH) dan aldosteron.
Kehilangan air melalui kulit diatur oleh syaraf simpatis, yang mengaktifkan
kelenjar keringat.
c. Hormon
Hormon utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit adalah ADH dan aldosteron. ADH menurunkan produksi urin
dengan cara meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal dan air akan
dikembalian ke dalam volume darah sirkulasi. Aldosteron mengatur
keseimbangan natrium dan kaliun, menyebabkan tubulus ginjal mengekskresi
kalium dan megabsorpsi natrium, akiibatnya air akan direabsorpsi dan
dikembaliklan ke volume darah. Glukokortikoid mempengaruhi keseimbangan
cairan dan elektrolit.
10
c. Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik disebabkan oleh peningkatan konsentrasi O2 dalam cairan
ekstrasel, disebabkan oleh peningkatan kadar hidrogen atau penurunan kadar
bikarbonat.
d. Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik ditandai dengan kehilangan asam dari tubuh atau
meningkatnya kadar bikarbonat, disebabkan oleh muntah, gangguan asam
lambung, menelan natrium bikarbonat.
4. Hipovolumi/Dehidrasi
Dehidrasi merupakan kekurangan ncairan eksternal yang teradi karena penurunan
asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan.
a. Dehidrasi Isotonik: kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang
seimbang.
b. Dehidrasi hipertonik: kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada
elektrolitnya.
c. Dehidrasi hipotonik: tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada air.
Macam-Macam Dehidrasi
1) Dehidrasi berat
a) Kehilangan cairan 4-6 L
b) Serum natrium 159-166 mEq/L
c) Hipotensi
d) Turgor kulit buruk
e) Oliguria
f) Nadi dan pernafasan meningkat
g) Kehilangan cairan mencapai >10 % BB
2) Dehidrasi sedang
a) Kehilangan cairan 2-4 L atau antara 5-10 % BB
b) Serum natrium 152-158 mEq/L
c) Mata cekung
3) Dehidrasi Ringan
a) Kehilangan cairan 5% BB atau 1,5-2 L
5. Hipervolumi atau Overhidrasi
a) Hipervolume: peningkatan volume darah, menyebabkan fitting edema (edema
yang berada pada daerah perifer)
b) Edema: kelebihan cairan pada interstisial pada non fitting edema, yang
menyebabkan pengumpulan membekunya cairan pada permukaan jaringan
sehingga dapat menyebabkan edema anasarka.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Presentasi cairan tubuh
tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang. Seluruh cairan
tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam dua kompartemen, yaitu intraseluler
dan ekstraseluler. Cairan tubuh sendiri terdiri dari komponen zat elektrolit dan
elektrolit yang masing-masing memegang perannya.
Pergerakan zat dan air dibagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang
tidak membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis, dan transpor aktif yang
membutuhka energi ATP yaitu pompa Na-K. Dalam kondisi yang normal tubuh
memiliki suatu sistem mekanisme pengaturan untuk menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh, baik melalui kendali osmoler dan nonosmoler.
Perlu diketahui kebutuhan harian cairan tubuh untuk menilai apakah keseimbangan
cairan tubuh dalam kondisi yang balance atau tidak. Dalam kondisi yang tidak
balance perlu diberikan terapi cairan.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat menyebabkan
berbagai macam gangguan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
terjadi dalam bebrapa bentuk, seperti overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia,
hipernatremia, dan sebagainya. Masing-masing gangguan keseimbangan tersebut
menimbulkan berbagai gejala dan bahkan kegawatdaruratan medis. Oleh sebab itu,
praktisi kesehatan seharusnya mengetahui tentang pentingnya keseimangan cairan dan
elektrolit agar tidak terjadi kasus-kasus tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
13