Anda di halaman 1dari 28

PATOFISIOLOGI

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN

Oleh :

Putu Satria Indraprasta Mahotama

(49)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah gangguan
keseimbangan cairan ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Ns. I Wayan
Sukawana,S.Kep.,M.Pd pada mata kuliah Patofisiologi. Saya mengucapkan terima
kasih kepada Bapak I Wayan Sukawana, selaku dosen mata kuliah Patofisiologi
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Saya mengucapkan
terimakasih kepada Bapak I Wayan Sukawana yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk menyampaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 10 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow secara hirarkhis yang pertama


adalah kebutuhan fisiologis (fisiological needs), yang dipandang sebagai kebutuhan
paling dasar untuk manusia dalam mempertahankan kehidupannya (survive). Salah
satu kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan akan cairan dan elektrolit yang
merupakan cairan kedua setelah oksigen. Bila tidak terpenuhi akan menyebabkan
ketidakseimbangan cairan tubuh bahkan bisa menyebabkan kematian (Atoilah dan
Kusnadi, 2013).

Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam


memelihara fungsi tubuh dan proses homeostasis. Tubuh kita terdiri atas sekitar
60% air yang tersebar didalam maupun diluar sel. Namun demikian, besarnya
kandungan air tergantung dari usia, jenis kelamin, dan kandungan lemak (Tarwoto
dan Wartonah, 2011). Untuk mejaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
harus memiliki jumlah, haluaran air dan distribusi cairan dan elektrolit yang
mencukupi, serta pengaturan komponen-komponen tersebut.Sehingga tubuh
mampu untuk mempertahankan kesehatan dan kelangsungan hidupnya (Ernawati,
2012).

Ketidakseimbangan akan mempercepat proses metabolisme, memperlambat,


menghambat penggunaan sari-sari makanan dengan benar, memengaruhi kadar
oksigen dalam tubuh, atau menyebabkan tubuh kita menyimpan limbah beracun
(Bennita W. Vaughans, 2011).

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit hipovolume / dehidrasi dapat


terjadi pada pasien yang mengalami gangguan pada hipotalamus, klenjar gondok,
diare, dan muntah.Hipervolume/ overhidrasi, kelebihan cairan ekstrasel
dihubungkan dengan gagal jantung, srosis hepatis, dan kelainan ginjal (Agustina,
2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu fisiologi cairan tubuh manusia ?
2. Bagaimana proses edema beserta setiap jenis kasusnya ?
3. Apa saja gangguan elektrolit yang dapat terjadi beserta penyebab, gejala dan
tandanya?
4. Apa saja gangguan pengaturan asam-basa tubuh beserta mekanisme
terjadinya dan jenis-jenisnya ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami apa itu fisiologi cairan tubuh manusia
2. Untuk mengerti proses edema dan juga jenis kasusnya
3. Untuk memahami gangguan elektrolit apa saja yang dapat terjadi disertai
penyebab, gejala, dan tandanya
4. Untuk memahami gangguan pengaturan asam-basa apa saja yang dapat
terjadi di tubuh serta mekanisme dan jenis-jenisnya.

1.4 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan serta
pengetahuan baik bagi pembaca maupun penulis dimana dengan adanya makalah
ini dapat menjadi bahan acuan untuk dapat memahami materi mengenai fisiologi
cairan tubuh manusia, proses edema, gangguan elektrolit dan gangguan pengaturan
asam-basa tubuh.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fisiologi Cairan Tubuh Manusia

2.1.1 Pengertian Keseimbangan Cairan Tubuh

Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan


yang masuk dan keluar. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar
cairan di dalam tubuh setiap waktu selalu berada dalam jumlah yang kosntan.
Dalam keadaan normal, masukan cairan akan dipenuhi melalui minum atau
makanan yang masuk ke dalam tubuh secara peroral, serta air yang diperoleh
sebagai hasil metabolisme. Air yang keluar dari tubuh, termasuk yang dikeluarkan
sebagai urin, air didalam feses, isensibel dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan
paru-paru.

2.1.2 Kompartemen Cairan Tubuh

Lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari
cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah
umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.

Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh
yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara
proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibandingkan dengan wanita.
Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan
dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air. Cairan
tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu:

1. Ruang intra seluler (cairan dalam sel), kurang lebih 2/3 cairan tubuh berada
dalam kompartemen cairan intra sel, dan kebanyakan terdapat pada massa
otot skeletal. Secara spesifik, cairan intrasel mengandung sejumlah besar
ion kalium dan fosfat ditambah ion magnesium dan sulfat dalam jumlah
sedang, dan mengandung sejumlah kecil ion natrium dan klorida dan hampir
tidak ada kalsium. Sel juga mengandung sejumlah besar protein, hampir
empat kali jumlah protein dalam plasma.
2. Ruang ekstra seluler (cairan luar sel), kurang lebih 1/3 cairan tubuh berada
dalam kompartemen cairan ekstra sel. Cairan ekstra sel mengandung
sejumlah besar ion natrium dan klorida, serta ion bikarbonat dalam jumlah
yang cukup besar, namun cairan ekstra sel memiliki kandungan ion kalium,
magnesium, fosfat, dan asam organik dalam jumlah yang sedikit. Cairan
ekstra sel juga mengandung karbon dioksida yang diangkut dari sel ke paru
untuk diekskresi, ditambah berbagai produk sampah sel lainnya yang
diangkut ke ginjal untuk diekskresi.

2.1.3 Mekanisme Perpindahan Cairan Tubuh


1. Difusi

Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau


zat padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat
bercampur dalam sel membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan
zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses
difusi bervariasi, bergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan,
dan temperatur cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat
dibanding molekul kecil. Molekul akan lebih mudah berpindah dari larutan
dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan
dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul,
sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

2. Osmosis

Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeabel


biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan
dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah
larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis
penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra sel.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan
menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam
mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan
garam dengan kepekatan yang berbeda dan di daiamnya dimasukkan sel darah
merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan
berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonik karena larutan
NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskular.
Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan
larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah
dibanding larutan intrasel.

Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan


kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membran
semi permeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah
volumenya.

3. Transpor Aktif

Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor


aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis.

2.1.4 Pengaruh Sifat Lipid Bilayer Terhadap Keseimbangan Cairan


Tubuh
1. Lipida membran menghasilkan beberapa senyawa aktif yang dapat
berfungsi sebagai messenger yang dapat mempengaruhi fungsi sel
2. Kombinasi fatty acyl dan gugus hidrofil pada lipid membran menentukan
struktur dan fungsi sel
3. Fleksibilitas lipida membrane memungkinkan terjadinya perubahan pada
sel, misalnya pada saat pergerakan atau pembelahan sel
4. Lipida membran berperan untuk mempertahankan komposisi internal sel,
dengan cara membedakan muatan listrik di sepanjang membran (luar –
positif ; dalam – negatif).
2.1.5 Peran Atau Fungsi Pompa Natrium

Fungsi Pompa Natrium Pompa kalium natrium adalah mekanisme transpor


seluler aktif yang menggerakkan ion natrium (Na+) dari bagian dalam sel ke luar,
dan ion kalium (K+) di arah yang berlawanan. Pompa bertanggung jawab untuk
mempertahankan karakteristik gradien konsentrasi kedua ion. Pengangkutan ion ini
terjadi terhadap gradien konsentrasi normal, karena ketika ion sangat terkonsentrasi
di dalam sel, ia cenderung meninggalkannya untuk mencocokkan konsentrasi
dengan luar. Pompa kalium natrium mematahkan prinsip ini, dan untuk
melakukannya dibutuhkan energi dalam bentuk ATP. Faktanya, pompa ini adalah
contoh model transportasi seluler aktif. Pompa dibentuk oleh kompleks sifat
enzimatik yang melakukan pergerakan ion di dalam dan di luar sel. Ia hadir di
semua membran sel hewan, meskipun lebih banyak pada jenis tertentu, seperti
neuron dan sel otot.. Ion natrium dan kalium sangat penting untuk berbagai fungsi
biologis, seperti pemeliharaan dan pengaturan volume sel, transmisi impuls saraf,
pembentukan kontraksi otot, dan lain-lain..

2.2 Proses Edema

2.2.1 Pengertian Edema

Edema adalah pembengkakan lokal yang disebabkan penimbunan cairan


secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui
dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Edema
adalah salah satu tanda adanya inflamasi.

Inflamasi merupakan reaksi pertahanan organisme dan jaringan terhadap


kerusakan, tujuannya adalah memperbaiki kerusakan atau paling tidak
membatasinya serta menghilangkan penyebab kerusakan, seperti bakteri atau benda
asing.

2.2.2 Proses Edema Pada Kasus Resistensi Natrium Dan Air


Kelebihan air tubuh dan natrium pada gagal jantung kongestif, curah
jantung menurun pada saat kekuatan kontraksi menurun. Untuk mengkompensasi,
peningkatan jumlah Aldosteron menyebabkan retensi natrium dan air. Volume
plasma meningkat, begitu juga tekanan kapiler intrasvaskuler vena. Jantung yg
gagal ini tidak mampu memompa peningkatan aliran balik vena ini, dan cairan
dipaksa masuk ke ruang interstisial.

Pada kondisi normal, kadar natrium dalam darah adalah 135–145 mEq/liter
(miliequivalen per liter). Seseorang dengan kadar natrium kurang dari 135
mEq/liter dianggap mengalami hiponatremia. Penurunan kadar natrium ini dapat
disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain:

1. Perubahan hormon

Kekurangan hormon adrenal, misalnya akibat menderita penyakit


Addison, dapat memengaruhi keseimbangan kadar air, natrium, dan kalium
dalam tubuh. Kadar hormon tiroid yang rendah juga dapat menyebabkan
hiponatremia.

2. Syndrome of inappropriate anti-diuretic hormone (SIADH)

Kondisi ini menghasilkan anti-diuretic hormone (ADH) dalam jumlah


besar, yang membuat tubuh menahan air yang seharusnya keluar melalui
urine. Air yang berlebih dalam tubuh akan melarutkan natrium dan
membuat kadarnya menurun.

3. Diare atau muntah parah dan kronis

Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh kehilangan natrium dan


memperbanyak produksi ADH.

4. Obat-obatan tertentu

Obat-obatan, seperti obat diuretik, antidepresan, dan obat pereda nyeri,


dapat mengganggu fungsi hormon atau ginjal dalam menjaga kadar natrium.

5. Kondisi kesehatan
Gagal jantung, penyakit ginjal, dan sirosis, dapat menyebabkan
penumpukan cairan dalam tubuh dan melarutkan natrium, sehingga kadar
natrium dalam darah menjadi rendah.

6. NAPZA

Obat golongan amfetamin, seperti ekstasi, dapat membuat seseorang


mengalami hiponatremia berat.

2.2.3 Proses Edema Pada Kasus Penurunan Tekanan Osmotik Plasma

Bila protein plasma didalam darah menipis, kekuatan ke dalam menurun


yang memungkinkan gerakan ke dalam jaringan. Ini menimbulkan akumulasi
cairan dalam jaringan dengan penurunan volume plasma sentral.

Ginjal berespons terhadap penurunan volume sirkulasi melalui aktivasi


sistem aldoteron Renin- angiotensin, yg mengakibatkan reabsorbsi tambahan
terhadap natrium dan air. Volume intravaskuler meningkat sementara. Namun
karena defisit protein plasma blm di perbaiki, penurunan tekanan osmotik koloid
tetap rendah dalam proporsi terhadap tekanan hidrostatik kapiler. Akibatnya cairan
intravaskuler bergerak ke dalam jaringan, memperburuk edema dan status sirkulasi.

2.2.4 Proses Edema Pada Kasus Obstruksi Limfatik

Pembuluh limfa merupakan sistem dengan tekanan yang rendah. Ukuran


pembuluh limfa bervariasi. Pada pembuluh limfa yang besar, terdapat otot polos
kontraktil untuk membantu aliran limfa. Aliran pada sistem limfatik
menghubungkan ruang interstisial dengan organ limfoid, menuju sirkulasi sentral.

Ketidakseimbangan antara produksi limfa dan pengeluarannya menjadi


proses yang sangat penting pada patogenesis dan patofisiologi lymphedema.
Lymphedema muncul akibat kegagalan pengeluaran limfa akibat gagalnya transpor
limfatik. Hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan kongenital, destruksi anatomi
akibat tumor, operasi, dan radioterapi, serta defisiensi fungsional. Edema muncul
sebagai manifestasi klinis dari kegagalan transpor tersebut. Edema pitting
disebabkan oleh terkumpulnya cairan di ruang interstisial.

Kerusakan jaringan pada lymphedema disebabkan oleh inflamasi kronis


yang dimediasi monosit, makrofag, limfosit, dan sel dendritik, kurangnya tekanan
oksigen akibat cairan yang penuh protein, serta proliferasi jaringan stroma dan
parenkim dengan peningkatan penyimpanan substansi pada matriks ekstraseluler.
Selain itu, kerusakan yang terus menerus dapat menyebabkan kegagalan kapasitas
transport limfatik. Hal ini lama-kelamaan akan menyebabkan penebalan jaringan
kutan serta hiperselularitas, fibrosis, dan peningkatan jaringan adiposa subfascial
dan jaringan subkutan yang patologis.

Hal ini menyebabkan limfangitis serta kerusakan kulit pada pasien


lymphedema. Edema yang terjadi juga berubah dari edema pitting menjadi non-
pitting. Hal ini menandakan bahwa lymphedema sudah berada di stadium akhir.

2.2.5 Proses Edema Pada Kasus Permebialitas Kapiler Bertambah

Peningkatan permebialitas kapiler menimbulkan kerusakan langsung pada


pembuluh darah dan dapat menyebabkan peningkatan permebialitas hubungan
endotelium. Edema lokal dapat terjadi pada respon terhadap alergen. Pada individu
tertentu alergen jni dapat mencetuskan respons anfilaktik dengan edema luas yg
ditimbulkan oleh reaksi tipe histamin. Inflamasi menyebabkan hipernim dan
vasodilatasi yang menyebabkan akumulasi cairan protein dan sel pada area yang
sakit. Ini menyebabkan pembengkakan edema area yang terkait.

Edema paru terjadi bila cairan yang difiltrasi oleh dinding mikrovaskuler
lebih banyak daripada yang bisa dikeluarkan yang berakibat alveoli penuh terisi
cairan, sehingga tidak memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Yang berperan
disini yaitu perbedaan tekanan hidorstatikdan oktonik dalam lumen kapiler dan
intertisial, serta permeabilitas sel endotel terhadap air, larutan, dan molekul besar
seperti protein plasma. Adanya ketidakseimbangan dari satu atau lebih dari faktor -
faktor diatas akan menimbulkan terjadinya edema paru.
2.2.6 Proses Edema Pada Kasus Tekanan Darah Kapiler Tinggi

Peningkatan tekanan kapiler adalah gagal jantung kongestif dimana


peningkatan tekanan vena sistem di kombinasi dengan peningkatan volume darah.
Gagal jantung kiri dapat menimbulkan peningkatan tekanan kapiler paru. Bila
tekanan ini melebihi 30mm Hg, maka terjadi edema paru.

Secara anatomis, kapiler paru dan gas alveoli dipisahkan oleh membrane
kapiler-alveoli yang terdiri dari 3 lapisan yang berbeda, yaitu endotel kapiler,
jaringan interstitial, epitel alveoli.

EPA kardiak disebabkan oleh bocornya cairan dari kapiler paru yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik kapiler. Ketika tekanan
hidrostatik kapiler paru melebih tekanan jaringan interstitial paru, cairan akan
berpindah ke dalam alveoli dan interstitial paru.

Peningkatan tekanan hidrostatik di kapiler paru ini biasanya disebabkan


peningkatan tekanan vena yang berasal dari peningkatan left ventricular end-
diastolic pressure (LVEDP) dan tekanan atrium kiri. Peningkatan tekanan atrium
kiri sekitar 18 hingga 20mmHg akan menyebabkan edema di jaringan interstitial
peri-mikrovaskular dan peri-bronkovaskular. Jika terjadi peningkatan tekanan lebih
lanjut (>25mmHg), cairan edema jaringan akan melewati epitel alveoli dan
memenuhi alveoli. Oleh karena permeabilitas kapiler dalam keadaan normal, maka
cairan yang melewati kapiler rendah kandungan protein.

2.3 Gangguan Elektrolit

2.3.1 Jenis Elektrolit Tubuh

1. Natrium

Natrium dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan elektrolit,


mengendalikan cairan dalam tubuh, dan mengatur kontraksi otot serta
fungsi saraf. Normalnya, kadar natrium di dalam darah berkisar antara 135–
145 milimol/liter (mmol/L). Masalah kesehatan tertentu bisa menyebabkan
tubuh kelebihan atau kekurangan natrium. Kelebihan natrium
(hipernatremia) biasanya terjadi akibat dehidrasi berat, misalnya kurang
minum air, diet ekstrem, atau diare kronis. Sementara itu, kekurangan
sodium (hiponatremia) bisa disebabkan oleh konsumsi air yang terlalu
banyak, gangguan fungsi ginjal atau hati, gagal jantung, atau kelainan pada
hormon antidiuretik yang bertugas untuk mengatur jumlah cairan tubuh.

2. Kalium

Elektrolit yang satu ini berfungsi untuk mengatur irama dan pompa
jantung, menjaga tekanan darah tetap stabil, mendukung aktivitas listrik
saraf, mengatur kontraksi otot dan metabolisme sel, serta menjaga kesehatan
tulang dan keseimbangan elektrolit. Dalam darah, jumlah kalium normal
berada di kisaran 3,5-5 milimol/liter (mmol/L). Kekurangan kalium
(hipokalemia) dapat disebabkan oleh diare, dehidrasi, dan efek samping
obat diuretik. Sementara itu, kelebihan kalium (hiperkalemia) biasanya
disebabkan oleh dehidrasi parah, gagal ginjal, asidosis, atau rendahnya
jumlah hormon kortisol dalam tubuh, misalnya karena penyakit Addison.

3. Klorida

Klorida dalam tubuh berfungsi untuk menjaga pH atau tingkat


keasaman darah, jumlah cairan tubuh, dan aktivitas saluran pencernaan.
Normalnya, kadar klorida dalam tubuh adalah 96–106 mmol/L. Kekurangan
klorida (hipokloremia) dapat terjadi karena gagal ginjal akut, keringat
berlebih, gangguan makan, gangguan fungsi kelenjar adrenal, dan fibrosis
kistik. Sementara itu, kelebihan klorida (hiperkloremia) terjadi akibat
dehidrasi parah, gangguan kelenjar paratiroid, gagal ginjal, atau efek
samping cuci darah.

4. Kalsium

Kalsium merupakan mineral dan elektrolit penting yang berperan


untuk menstabilkan tekanan darah, mengendalikan kontraksi otot dan
aktivitas listrik saraf, menguatkan tulang dan gigi, serta menunjang proses
pembekuan darah. Kelebihan kalsium (hiperkalsemia) dapat disebabkan
oleh hiperparatiroidisme, penyakit ginjal, gangguan paru-paru, kanker, atau
kelebihan asupan vitamin D dan kalsium. Sebaliknya, kekurangan kalsium
dapat disebabkan oleh gagal ginjal, hipoparatiroidisme, kekurangan vitamin
D, pankreatitis, kekurangan albumin, dan kanker prostat.

5. Magnesium

Magnesium berperan penting dalam proses pembentukan sel dan


jaringan tubuh, menjaga irama jantung, serta mendukung fungsi saraf dan
kontraksi otot. Mencukupi kebutuhan magnesium juga bermanfaat untu
memperbaiki kualitas tidur pada penderita insomnia. Normalnya, kadar
magnesium dalam tubuh ialah 1,4–2,6 mg/dL. Kelebihan magnesium
(hipermagnesemia) bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti penyakit
Addison atau gagal ginjal berat. Sementara itu, kekurangan magnesium
(hipomagnesemia) bisa disebabkan oleh gagal jantung, diare kronis,
kecanduan alkohol, atau efek samping obat-obatan, misalnya diuretik dan
antibiotik.

6. Fosfat

Fosfat berfungsi untuk memperkuat tulang dan gigi, menghasilkan


energi, serta mendukung pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh.
Kekurangan fosfat (hipofosfatemia) biasanya disebabkan oleh kelenjar
paratiroid yang terlalu aktif, kekurangan vitamin D, luka bakar parah, dan
kecanduan alkohol. Sementara itu, kelebihan fosfat (hiperfosfatemia)
biasanya disebabkan oleh cedera parah, kelenjar paratiroid kurang aktif,
gagal napas, penyakit ginjal kronis, kadar kalsium rendah, atau efek
samping obat-obatan, misalnya kemoterapi dan obat pencahar yang
mengandung fosfat.

7. Bikarbonat

Jenis elektrolit ini berfungsi untuk menjaga pH darah tetap normal,


menyeimbangkan kadar cairan tubuh, dan mengatur fungsi jantung.
Normalnya, kadar bikarbonat dalam tubuh berkisar antara 22–30 mmol/L.
Jumlah bikarbonat dalam darah yang tidak normal dapat disebabkan oleh
gangguan pernapasan, gagal ginjal, asidosis dan alkalosis, serta penyakit
metabolik.

2.3.2 Penyebab, Tanda, Gejala Kelebihan Masing-Masing Elektrolit

1. Fosfat

Hiperfosfatemia dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

 Mengonsumsi obat pencahar (laksatif) yang mengandung fosfat secara

berlebihan

 Mengalami komplikasi akibat pengobatan kanker (sindrom tumor lisis)

 Memiliki kelenjar paratiroid yang kurang aktif

 Memiliki kadar kalsium yang rendah

 Menderita gagal ginjal kronis

 Mengalami sesak napas

 Mengalami cedera otot

2. Klorida

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan


kelebihan klorida (hiperkloremia) di dalam tubuh:

 Mengalami gangguan pH darah (asidosis metabolik atau alkalosis

respiratorik)

 Mengonsumsi acetazolamide dalam jangka panjang

3. Natrium

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan


seseorang mengalami kelebihan natrium (hipernatremia):

 Menderita dehidrasi berat


 Mengalami hilangnya cairan tubuh karena demam

 Menderita diare

 Mengalami muntah-muntah

 Menderita penyakit pernapasan kronis, seperti bronkitis

 Mengonsumsi obat kortikosteroid

 Terlalu banyak berkeringat karena olahraga berlebih

4. Kalsium

Hiperfosfatemia dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

 Mengonsumsi obat pencahar (laksatif) yang mengandung fosfat secara

berlebihan

 Mengalami komplikasi akibat pengobatan kanker (sindrom tumor lisis)

 Memiliki kelenjar paratiroid yang kurang aktif

 Memiliki kadar kalsium yang rendah

 Menderita gagal ginjal kronis

 Mengalami sesak napas

 Mengalami cedera otot

5. Kalium

Kadar kalium di dalam tubuh dapat melebihi normalnya


(hiperkalemia) jika seseorang memiliki faktor seperti di bawah ini:

 Menderita gagal ginjal

 Menderita dehidrasi berat

 Mengonsumsi obat diuretik atau obat penurun tekanan darah

 Menderita komplikasi diabetes, seperti ketoasidosis diabetik

6. Magnesium
Seseorang berisiko mengalami hipermagnesemia jika memiliki
faktor seperti berikut:

 Mengalami overdosis suplemen magnesium.

 Menderita gagal ginjal.

 Menderita penyakit tertentu, misal Hipotiroidisme dan Penyakit Addison.

 Mengalami luka bakar luas.

 Mengonsumsi obatan-obatan tertentu, seperti lithium, antasida, atau

obat pencahar (laksatif).

c) Penyebab, Tanda, Gejala Kekurangan Masing-Masing Elektrolit

1) Fosfat

kekurangan fosfat atau hipofosfatemia dapat terjadi karena beberapa faktor

berikut ini:

 Menderita malnutrisi berat akibat anoreksia atau kelaparan

 Mengonsumsi alkohol berlebihan

 Mengalami luka bakar yang parah

 Mengalami komplikasi diabetes (ketoasidosis diabetik)

 Menderita sindrom Fanconi, yaitu gangguan pada ginjal yang

menyebabkan penyerapan dan pelepasan zat-zat tertentu di dalam

tubuh menjadi tidak normal


2) Klorida

Kekurangan klorida (hipokloremia) dapat terjadi karena beberapa faktor,

seperti:

 Menderita diare atau muntah berkepanjangan

 Menderita penyakit paru-paru kronis, seperti emfisema

 Menderita gagal jantung

 Mengalami gangguan pH darah (alkalosis metabolik)

 Mengonsumsi obat pencahar, diuretik, atau kortikosteroid

3) Natrium

Seseorang dapat mengalami kekurangan sodium/natrium (hiponatremia) akibat

beberapa faktor berikut ini:

 Menderita malnutrisi

 Mengalami gangguan kelenjar tiroid, adrenal, atau hipotalamus

 Menderita gagal ginjal

 Menderita gagal jantung

 Mengalami kecanduan alkohol

 Mengonsumsi obat diuretik atau antikonvulsan

4) Kalsium

Kekurangan kadar kalsium dalam darah (hipokalsemia) juga tidak baik bagi
kesehatan, karena dapat meningkatkan risiko terserang osteoporosis. Kondisi ini

dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

 Menderita pankreatitis

 Menderita gagal ginjal

 Menderita kanker prostat

 Mangalami kekurangan vitamin D

 Mengonsumsi obat heparin atau antikonvulsan

5) Kalium

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami

kekurangan kadar kalium (hipokalemia) adalah:

 Menderita gangguan makan

 Mengalami dehidrasi

 Menderita muntah dan diare

 Mengonsumsi obat pencahar, diuretik, atau insulin

6) Magnesium

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang

mengalami hipomagnesemia:

 Menderita gagal jantung

 Menderita malnutrisi

 Mengonsumsi diuretik, insulin, atau obat kemoterapi


 Menderita diare kronis

 Mengalami kecanduan alkohol

 Terlalu banyak berkeringat, misalnya akibat berolahraga secara

berlebihan

4. PENGATURAN ASAM BASA TUBUH

a. Pengertian Keseimbangan Asam Basa

Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion

hidrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan

oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular
umumnya

berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat
konsentrasi

ion H+ atau ion OHyang sangat rendah. Keseimbangan asam basa adalah

keseimbangan ion hidrogen.

Walaupun produksi akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat

banyak, ternyata konsentrasi ion hidrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.

Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.

Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses

metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.

b. Proses Produksi Dan Sekresi Asam Basa Tubuh

Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam
menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan

absorpsi ion hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat,

ammonia). Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui

ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan
pH

dengan sistem buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan

pH darah antara 7,35- 7,45.

c. Mekanisme Tubuh Dalam Mempertahankan Keseimbangan Asam Basa

Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari 3

sistem:

a. Sistem Buffer

Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan

segera bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan

konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan.4 Sistem buffer ini menetralisir

kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan tidak melakukan eliminasi.

Fungsi utama sistem buffer adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan

oleh pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler.

Sebagai buffer, sistem ini memiliki keterbatasan yaitu:

 Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang

disebabkan karena peningkatan CO2.

 Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat

pengendali sistem pernafasan bekerja normal

 Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada


tersedianya ion bikarbonat.

b. Sistem Paru - Paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan

karbondioksida, dan karena itu juga mengendalikan kandungan asam

karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-paru melakukan hal ini dengan

menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon dioksida

dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri

(PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan

parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi

respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh

PaCO2. Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat

sehingga menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk

mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis metabolik, frekuensi

pernapasan 7 diturunkan, dan menyebabkan penahanan karbondioksida

(untuk meningkatkan beban asam).

c. Sistem Ginjal Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal

harus mengeluarkan anion asam non volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal

mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion

hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini

berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan

ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus
dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di

basolateral tubulus.3 Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas

kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal

adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.

d. Jenis Gangguan Keseimbangan Asam Basa

1. Asidosis Respiratorik

Asidosis respiratorik adalah keadaan yang disebabkan karena meningkatnya

pCO2 dan penurunnya pH plasma secara cepat. Keadaan ini biasanya bukan karena

penyakit saluran cerna, tetapi bisa terjadi jika ada penyakit penyerta seperti
obstruksi

jalan nafas. Pengelolaan asidosis respiratorik banyak ditujukan ke penyakit

penyebabnya tidak diperlukan pemberian alkali.

2. Asidosis Metabolik

Asidosis merupakan akibat dari bertambahnya asam atau berkurangnya /

hilangnya basa dari cairan tubuh. Asidosis akan memacu respon kompensasi berupa

meningkatnya ventilasi alveolar (alkalosis respiratorik) dan turunnya pCO2.

Adaptasi ini, hiperpnea ( nafas dalam dan tak teratur ), biasanya tidak diikuti dengan

pH menjadi kembali normal, dan terjadi sangat cepat dalam beberapa menit.

Manifestasi klinis dari asidosis adalah penekanan pada kontraktil miokardium,

aritmia, dilatasi arteri, hipotensi, dan bahkan udem paru.


3. Alkalosis Respiratorik

Alkalosis respiratorik adalah keadaan yang disebabkan oleh menurunnya pCO2

karena hiperventilasi. Penyakit saluran cerna tidak menyebabkan keadaan ini

kecuali disertai keadaan hiperventilasi.

4. Alkalosis Metabolik

Alkalosis adalah keadaan sebagai akibat dari meningkatnya basa atau hilangnya

asam. Keadaan ini akan mengakibatkan hipoksia, perubahan sistim syaraf pusat,

iritabel otot2 dan bisa melanjut ke kejang dan aritmia. Gejala klinis yang sering

terjadi adalah letargi, bingung, iritabel dan kejang. Kadang beberapa pasien

menderita nafas tersengal sebagai usaha mengurangi CO2. Pada penyakit saluran

cerna alkalosis metabolik biasanya terjadi karena kehilangan khlorida dan asam

yaitu pada kasus muntah dan aspirasi nasogastrik dimana pada anak berhubungan

dengan keadaan hipokalemia. Pada pasien demikian kadar khlorida urin dibawah

20 mEq/L
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan


tubuh tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang. Seluruh
cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu intra
selular dan ekstraselular. Cairan tubuh sendiri terdiri dari komposisi zat elektrolit
dan elektrolit yang masing-masing memegang peranannya.

Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam


jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Proses edema pada kasus retensi
natrium dan air terjadi bila ekskresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang
masuk. Edema yang disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma dapat
terjadimelalui beberapa cara yaitu, pengeluaran berlebihan protein plasma di urine
akibat penyakit ginjal dan penurunan sistesis protein plasma.

Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion


hidrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan
oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular
umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada
tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH yang sangat rendah. Elektrolit berperan
penting dalam tubuh manusia yang dapat mempengaruhi metabolisme. Elektrolit
darah pada setiap zat yang mengandung ion bebas yang membuat subtansi elektrolit
konduktif. Elektrolit merupakan ion yang berada didalam cairan tubuh yang berupa
kation misalnya : Na+ , K+ , Ca2+, Mg2+ , anion misalnya : Cl- , HCO3- , HPO-2
, SO4 -2 , dan berupa laktat. Dalam keadaan normal, nilai kadar anion dan kation
seimbang, sehingga serum bersifat netral. Cairan ektrasel kation utama Na+ dan
anion utama Cldan HCO3 sedangkan pada cairan intrasel kation utama K.
Saran

Dari pokok bahasan fisiologi cairan tubuh manusia, proses edema,


gangguan elektrolit dan gangguan pengaturan asam-basa tubuh memberitau kita
bahwa tubuh manusia mengalami banyak pengaruh sifat, proses, mekanisme
perpindahan cairan tubuh dan mekanisme tubuh dalam mempertahankan
keseimbangan asam-basa dari itu kita harus tau gangguan gangguan apa saja yang
ada di pokok bahasan ini agar bisa mengetahui di dalam tubuh manusia ada
gangguan sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA

http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/NURFRIYATNA_UTAMI_143110180_3A%281%29.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/4631b9b8c3f8152608a46
238e4a719dc.pdf

http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/13947/1/0808d85bbffd7846e8103a10877033aa.p
df

http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/13947/1/0808d85bbffd7846e8103a10877033aa.p
df

https://idoc.pub/documents/makalah-elektrolit-analyzer-vnd159710rnx

Anda mungkin juga menyukai