Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH PATOFISIOLOGI

OLEH :
MAHATHIY FAATIH FAIQ DZIKRI NURRAFIQULLAH
(24)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan pokok bahasan
fisiologi cairan tubuh manusia, proses edema, gangguan elektrolit dan gangguan
pengaturan asam basa tubuh ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Sukawana pada
mata kuliah Patofisiologi. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Sukawana, selaku dosen mata kuliah Patofisiologi yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Sukawana yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyampaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 11 Agustus 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3.Tujuan .......................................................................................................... 4
BAB II ISI ............................................................................................................ 6
2.1 Fisiologi Cairan Tubuh Manusia ................................................................. 6
2.2 Proses Edema ............................................................................................. 15
2.3 Gangguan Elektrolit ................................................................................... 19
2.4 Gangguan Pengaturan Asam-Basa Tubuh ................................................. 30
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 38
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 38
3.2 Saran........................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 40

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah


cairan yang masuk dan keluar. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh
berusaha agar cairan didalam tubuh setiap waktu selalu berada dalam
jumlah yang kosntan. Dalam keadaan normal, masukan cairan akan
dipenuhi melalui minum atau makanan yang masuk ke dalam tubuh secara
peroral, serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme. Air yang keluar
dari tubuh, termasuk yang dikeluarkan sebagai urin, air didalam feses,
isensibel dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru.
Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan
dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat
badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Proses edema pada
kasus retensi natrium dan air terjadi bila ekskresi natrium dalam kemih
lebih kecil dari pada yang masuk. Edema yang disebabkan oleh penurunan
konsentrasi protein plasma dapat terjadimelalui beberapa cara yaitu,
pengeluaran berlebihan protein plasma di urine akibat penyakit ginjal dan
penurunan sistesis protein plasma. Proses edema pada kasus obstruksi
limfatik disebabkan oleh adanya gangguan aliran limfe pada suatu daerah
(obstruksi/penyumbatan), cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan
hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe akan tertimbun.
Protein plasma yang keluar dari kapiler ke cairan interstium disekitarnya
lebih banyak disebabkan oleh peningkatan permeabilitas dinding kapiler.
Proses edema pada kasus tekanan darah kapiler terjadi karena adanya
peningkatan tekanan vena, misalnya darah terbendung di vena, akan
disertai peningkatan tekanan darah kapiler, karena kapiler mengalirkan
isinya ke dalam vena.

3
Jenis-jenis elektrolit di dalam tubuh antara lain natrium, kalsium,
fosfat, klorida, dan magnesium. Penyakit yang disebakan oleh kekurangan
elektrolit yaitu hiponatremia, hipokalemia, hipokalsemia, hipofosfatemia,
dan hipomagnesemia. Sedangkan untuk penyakit keleihan elektrolit yaitu
hipernatremia, hiperkalemia, hiperkalsemia, hiperfosfatemia, dan
hipermagnesemla.

Suatu asam adalah elektrolit yang berionisasi dalam air dan


membentuk ion hidrogen dan anion. Suatu asam adalah donor ion hidrogen
dan karenanya meningkatkan konsentrasi hidrogen bila ditambahkan.
Kekuatan asam ditentukan oleh derajat ionisasinya dalam air. Asam kuat
berionisasi lengkap dalam air dan melepaskan ion-ion hidrogen. Asam
hidroklorida (HCL) adalah asam kuat karena 99,9% molekul HCL
berionisasi dalam air murni. Asam lemah berionisasi sebagian dalam air
dan karenanya tidak menyebarkan ion hidrogen seperti asam kuat.
Keasaman suatu larutan bergantung pada seberapa banyak asam
berdisosiasi.
Suatu basa adalah substansi yang dapat mengikat ion hidrogen.
Hidroksida seperti natrium hidroksida (NaOH) mengandung ion hidroksil
(OH), suatu basa kuat. Asa lemah mengikat sedikit ion hidrogen. Natrium
bikarbonat adalah alkali lemah yang mengandung ion bikarbonat, suatu asa
lemah. Bila natrium bikarbonat ditambahkan air, maka akan berdisosiasi
lengkap. Ion bikarbonat mengikat ion hidrogen dan membantu asam
bikarbonat. Karena suatu basa adalah akseptor ion hidrogen, tambahan
basa pada larutan yang mengandung konsentrasi ion hidrogen, sebaliknya
terjadi ila suatu asam ditambahkan.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian keseimbangan cairan tubuh?
2. Bagaimana kompartemen cairan tubuh?
3. Bagaimana mekanisme perpindahan cairan tubuh?
4. Bagaimana pengaruh sifat lipid bilayer terhadap keseimbngan cairan
tubuh?
5. Apa peran atau fungsi pompa proton?
6. Apa pengertian edema?
7. Bagaimana proses edema pada kasus retensi natrium dan air?
8. Bagaimana proses edema pada kasus enurunan tekanan osmotik
plasma?
9. Bagaimana proses edema pada kasus bbstruksi limfatik?
10.Bagaimana proses edema pada kasus permeabilitas kapiler bertambah?
11.Bagaimana proses edema pada kasus tekanan daerah kapiler tinggi?
12.Apa saja jenis elektrolit tubuh?
13.Apa penyebab, tanda, gejala kelebihan masing-masing elektrolit?
14.Apa penyebab, tanda, gejala kekurangan masing-masing elektrolit?
15.Apa pengertian keseimbangan asam-basa?
16.Bagaimana proses produksi dan sekresi asm basa tubuh?
17.Bagaimana mekanisme tubuh dalam mempertahankan keseimbangan
asam basa?
18.Apa saja jenis gangguan kesembangan asam basa?

1.3 TUJUAN
- Untuk mengetahui fisiologi cairan tubuh manusia
- Untuk mengetahui proses edema
- Untuk mengetahui gangguan elektrolit
- Untuk mengetahui gangguan pengaturan asam basa tubuh

5
BAB II
ISI

2.1 FISIOLOGI CAIRAN TUBUH MANUSIA


A. Pengertian Keseimbangan Cairan Tubuh
Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah
cairan yang masuk dan keluar. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh
berusaha agar cairan didalam tubuh setiap waktu selalu berada dalam
jumlah yang kosntan. Dalam keadaan normal, masukan cairan akan
dipenuhi melalui minum atau makanan yang masuk ke dalam tubuh secara
peroral, serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme. Air yang keluar
dari tubuh, termasuk yang dikeluarkan sebagai urin, air didalam feses,
isensibel dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru.

B. Kompartemen Cairan Tubuh

Kebutuhan air setiap hari dapat ditentukan dengan dua cara,


ditentukan berdasarkan umur dan berat badan. Jika berdasarkan umur
ditentukan dari umur 0-1 tahun memerlukan air sekitar 120 ml/kg BB, 1-3
tahun memerlukan air sekitar 100 ml/kg BB, 3-6 tahun memerlukan air
sekitar 90 ml/kg BB, 7 tahun memerlukan air sekitar 70 ml/kg BB, dan
dewasa memerlukan sekitar 40-50 ml/kg BB. Sedangkan berdasarkan berat
badan ditentukan mulai dari 0-10 kg kebutuhan cairannya 100 ml/kg BB,
10-20 kg kebutuhan cairannya 1000 ml ditambah dengan 50 ml/kg BB (jika
diatas 10 kg), dan jika diatas 20kg kebutuhan cairannya sekitar 1500ml
ditambah 20 ml/kg BB (jika diatas 20 kg), dan jika dewasa memerlukan
cairan 40-50 ml/kg BB.
Pengeluaran cairan sebagai bagian dalam mengimbangi kebutuhan
cairan pada orang dewasa. Pengeluaran cairan ini dibagi menjadi empat
proses yaitu urin, IWL (Insensible Water Loss), keringat, dan feses.4
Dalam kondisi normal, output urin sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau
sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang sehat kemungkinan produksi urin
bervariasi dalam setiap harinya.

6
Bila aktivitas kelenjar keringat meningkat, maka produksi urin akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.2 IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui mekanisme difusi.
Pada orang dewasa normal, kehilangan cairan tubuh melalui IWL berkisar
200-400 ml perhari. Tetapi, IWL akan meningkat jika ada proses
peningkatan suhu tubuh dan proses respirasi meningkat.
Pengeluaran cairan dari proses berkeringat terjadi sebagai respon
terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior
hypothalamus, lalu impulsnya akan ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan saraf simpatis pada kulit. Pada 11
pengeluaran air melalu feses, berkisar antara 1500 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon). Cairan
tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler.

 Cairan intraseluler
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh
tubuh, yang mengandung sejumlah besar ion kalium dan fosfat ditambah
ion magnesium dan sulfat dalam jumlah sedang dan mengandung sejumlah
kecil ion natrium dan klorida dan hampir tidak ada kalsium.

 Cairan Akstraseluler
Cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri
dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial
dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler, yang mengandung sejumlah besar ion natrium dan
klorida, serta ion bikarbonat dalam jumlah yang cukup besar, namun cairan
ekstrasel memiliki kandungan ion kalium, magnesium, fosfat, dan asam
organik dalam jumlah yang sedikit. Cairan ekstrasel juga mengandung
karbon dioksida yang diangkut dari sel ke paru untuk diekskresi, ditambah
berbagai produk sampah sel lainnya yang diangkut ke ginjal untuk
diekskresi cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

7
Kompartemen cairan ekstra sel lebih jelas dibagi menjadi ruang:
- Cairan Interstitial berjumlah lebih dari 3/4 bagian cairan ekstrasel.
- Cairan Intravaskuler atau plasma darah berjumlah hampir 1/4 cairan
ekstrasel atau sekitar 3 liter.
- Cairan Transelular yang termasuk cairan gastrointestinal (GI), cairan
empedu, urin, cairan serebrospinal, aqueous humour, cairan sendi,
cairan pleura, cairan peritoneum, dan cairan perikardial.

C. Mekanisme Perpindahan Cairan Tubuh


Cairan di dalam tubuh tidak statis, tetapi mengalami pergerakan. Cairan
dan elektrolit bergerak dari satu kompartemen ke kompartemen lain
untuk memfasilitasi proses-proses yang terjadi di dalam tubuh, seperti
oksigenasi jaringan, respon terhadap penyakit, keseimbangan asam
basa, dan respon terhadap terapi obat.
Pergerakan cairan dan elektrolit melalui tiga fase. Pada fase pertama
plasma darah bergerak dalam tubuh melalui sistem sirkulasi, nutrisi dan
cairan diambil dari paru dan traktus gastrointestinal. Pada fase kedua,
cairan interstisiel dan komponennya bergerak diantara kapiler darah dan
sel. Pada fase ketiga cairan akan bergerak dari interstisiel ke sel. Pada arah
sebaliknya, cairan dan komponennya akan bergerak balik dari sel ke
ruang interstisiel dan kemudian ke kompartemen intravaskuler.
Cairan intravaskuler kemudian akan membawa cairan ke ginjal,
dimana produk metabolik akan diekskresikan. Kapiler dan membran
seluler dalam tubuh dikenal sebagai selectively permeable, karena tidak
semua substansi bisa melewati membran ini dengan mudah. Bahan
seperti glikogen dan protein tidak bisa dengan mudah melewati kapiler dan
membran seluler. Bahan organik seperti asam amino dan glukosa dapat
dengan bebas melewati membran seluler, meskipun terkadang
membutuhkan bantuan traspor aktif.
Membran semipermiabel tubuh meliputi:
a) Membran sel : memisahkan CIS dari CIT dan terdiri atas lipid dan
protein
b) Membran kapiler : memisahkan CIV dari CIT
c) Membran epithelial : memisahkan CIT dan CIV dari CTS.

8
Contoh membran ini adalah epithelium mukosal dari lambung dan usus,
membran sinovial, dan tubulus ginjal. Cairan tubuh dan elektrolit
berpindah melalui difusi, osmosis, transportasi aktif, atau filtrasi.
Perpindahan tersebut tergantung pada permeabilitas membran sel atau
kemampuan membran untuk ditembus cairan dan elektrolit.

a. Difusi
Difusi didefinisikan sebagai kecenderungan alami dari suatu substansi
untuk bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke area
dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi terjadi melalui perpindahan
tidak teratur (random) dari ion dan molekul. Suatu contoh difusi adalah
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara kapiler dan alveoli.
Difusi dapat terjadi jika memenuhi syarat sebagai berikut:
(a) Bila partikel tersebut cukup kecil untuk melewati pori-pori protein
(misal air dan urea), maka akan terjadi difusi sederhana
(b) Bila partikel tersebut larut dalam lemak (misal oksigen dan
karbondioksida), maka akan terjadi difusi sederhana
(c) Partikel tidak larut lemak seperti glukosa harus berdifusi ke dalam
sel melalui substansi pembawa, maka akan terjadi difusi dipermudah.
Faktor yang meningkatkan difusi:
(a) Peningkatan suhu
(b) Peningkatan konsentrasi partikel
(c) Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel
(d) Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi
(e) Penurunan jarak lintas di mana massa partikel harus berdifusi

b. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan pelarut murni, seperti air,
melalui membran semipermeabel yang berpindah dari larutan yang
memiliki konsentrasi solut rendah ke larutan yang memiliki
konsentrasi solut tinggi. Membran tersebut permeable terhadap zat
pelarut, tetapi tidak permeable terhadap solut (zat terlarut), yang
berupa materi partikel. Kecepatan osmosis tergantung pada konsentrasi
solut di dalam larutan, suhu larutan, muatan listrik solut, dan
perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh larutan.
Konsentrasi larutan diukur dalam osmol, yang mencerminkan jumlah
substansi dalam larutan yang berbentuk molekul, ion atau keduanya.

9
Dalam osmosis ada tiga istilah penting, yaitu:
Tekanan osmotik : Tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan
kekuatan ini bergantung pada jumlah molekul di dalam larutan.
Tekanan ini diberikan melalui membran semipermiabel dan tekanan
ini tergantung kepada aktivitas solut yang dipisahkan oleh membran.
Tekanan onkotik : Tekanan osmotik yang dihasilkan oleh protein
(misal albumin), tekanan onkotik akan menjaga cairan tetap berada
di dalam kompartemen intravaskuler.
Diuretik osmotik : Terjadi ketika terdapat peningkatan keluaran urine
yang diakibatkan oleh ekskresi substansi seperti glukosa, manitol, atau
agen kontras dalam urin.

Apabila konsentrasi solut pada salah satu sisi membran


semipermiabel lebih besar, maka laju osmosis akan lebih cepat
sehingga terjadi percepatan transfer zat pelarut menembus membran
semipermiabel. Hal ini akan terus berlanjut sampai tercapai
keseimbangan.
Osmolalitas merupakan pengukuran kemampuan larutan untuk
menciptakan tekanan osmotik dan dengan demikian akan
mempengaruhi gerakan cairan. Osmolalitas juga menggambarkan
konsentrasi larutan, menunjukkan jumlah partikel dalam satu liter
larutan dan diukur dengan miliosmol per liter (mOsm/L). Suatu larutan
yang osmolalitasnya sama dengan plasma disebut isotonik. Pemberian
larutan isotonik melalui IV akan mencegah perpindahan cairan dan
elektrolit dari kompartemen intrasel.
Larutan hipotonik IV memiliki osmolalitas lebih rendah daripada
plasma, larutan ini akan mengakibatkan air berpindah ke dalam sel.
Larutan hipertonik memiliki osmolalitas lebih tinggi dari plasma,
sehingga membuat air keluar dari sel. Perubahan osmolalitas
ekstraseluler dapat mengakibatkan perubahan pada volume cairan
ekstraseluler dan intraseluler

a. Penurunan osmolalitas CES ------gerakan air dari CES ke CIS

b. Peningkaan osmolalitas CES-----gerakan air dari CIS ke CES


Air akan terus bergerak sampai osmolalitas dari kedua
kompartemen mencapai ekuilbrium.

10
c. Transpor aktif
Transport aktif memerlukan aktivitas metabolik dan
pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna
menembus membran sel.
Hal ini memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari sel
tersebut, selain itu sel dapat menerima atau memindahkan molekul dari
daerah berkonsentrasi tinggi.
Pada transport aktif, substansi dapat berpindah dari larutan dengan
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Transport aktif ditingkatkan
oleh molekul pembawa (carrier molecule) yang berada di antara sel,
yang akan mengikat diri mereka sendiri dengan molekul yang masuk
ke dalam sel. Transport aktif merupakan mekanisme sel-sel yang
mengabsorbsi glukosa dan substansi-substansi lain untuk melakukan
aktivitas metabolik. Contoh transport aktif adalah pompa natrium dan
kalium. Natrium dipompa keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke
dalam sel, melawan gradien konsentrasi.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam3 fase yaitu :

1) Fase I
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi,
dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus
gastrointestinal.
2) Fase II
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler
dan sel
3) Fase III
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel pembuluh darah kapiler dan
membran sel yang merupakan membrane semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut
berpindah.

11
d. Filtrasi
Filtrasi merupakan suatu proses pemindahan air dari substansi yang
dapat larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan
cairan. Proses ini berlangsung aktif di bantalan kapiler, tempat
perbedaan tekanan hidrostatik atau gradien yang menentukan
perpindahan air, elektrolit, dan substansi terlarut lain yang berada di
antara cairan kapiler dan cairan interstisiel.
Perpindahan terjadi dari area dengan tekanan tinggi ke area
dengan tekanan rendah.Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang
dihasilkan oleh suatu liquid di dalam sebuah ruangan. Darah dan cairan
arteri akan memasuki ruang kapiler jika tekanan hidrostatik lebih tinggi
dari tekanan interstisiel, sehingga cairan dan solut berpindah dari
kapiler menuju sel. Pada ujung bantalan vena kapiler, cairan dan
produk-produk sisa metabolisme berpindah dari sel menuju kapiler ,
karena tekanan hidrostatiknya lebih kecil dari tekanan interstisiel.

D. Pengaruh Sifat Lipid Bilayer Terhadap Keseimbangan Cairan


Tubuh

Membran terdiri dari lipid bilayer diantaranya terselip protein


integral yang tertanam dalam lipid bilayer. Beberapa protein memanjang
sepanjang penampang membran sehingga disebut protein transmembran.
Terdapat pula protein peripheral yaitu protein yang menempel pada bagian
permukaan sebelah luar (mengarah ke ekstraseluler) atau permukaan
sebelah dalam (intraseluler).
Struktur lipid bilayer dapat memenuhi persyaratan termodinamika
dari molekul amfifatik dalam lingkungan air. Struktur yang membentuk
membran biologis dan bukan struktur misel disebut dengan struktur
bilayer. Bilayer terlihat seperti lembaran dimana sisi hidrofobik dari
fosfolipid terlindungi dari lingkungan air, dan sisi hidrofilik berinteraksi
dengan air. Hanya bagian sisi terminal (ujung) dari lipid bilayer yang
bersentuhan dengan sisi lingkungan yang tidak disukai. Namun bahkan sisi
ini pun dapat dihindari dengan jalan menekuk dirinya sehingga menutup.

12
Dengan demikian, tidak sisi yangbersentuhan dengan lingkungan
yang tidak disukai. Bilayer yang tertutup ini merupakan salah satu sifat
penting dari membran. Membran tertutup bersifattidak permeabel terhadap
molekul-molekul yang tidak larut dalam air, karena mereka tidak larut
dalam inti hodrofobik pada bilayer.
Salah satu fungsi membran sel yaitu sebagai lalu lintas molekul dan
ion secara dua arah. Molekul yang mampu melewati membran sel
ditengahnya ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang
sangat kecil seperti air dan etanol. Sementara itu, molekul pautannya
seperti molekul polar dengan ukuran akbar (glukosa), ion, dan substansi
hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar mampu masuk ke dalam
sel. Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran mengakibatkan
terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi
dua cara, yaitu dengan transpor pasif sebagai molekul-molekul yang dapat
melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif sebagai
molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Lalu lintas membran akan menciptakan perbedaan konsentrasi ion
sebagai dampak dari dua proses yang berbeda yaitu difusi dan transpor
aktif, yang dikenal sebagai gradien ion.
Gradien ion menciptakan sel memiliki tegangan listrik seluler.
Dalam kondisi istirahat, sitoplasma sel memiliki tegangan selang 30
sampai 100 Mv lebih rendah daripada interstitium.

• Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul
menuruni gradien konsentrasinya dan bersifat spontan. Contoh
dari transpor pasif yaitu, difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi.
Cairan dan glukosa merupakan contoh molekul yang berpindah
dengan transpor pasif. Transpor pasif cairan dilakukan lipid
bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion
polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.

13
• Tranpor aktif
Kebalikan dari transpor pasif, transpor aktif bersifat tidak
spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien
konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan bantuan dari
beberapa protein. Channel protein dan carrier protein
merupakan contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif.

E. Peran Atau Fungsi Pompa Natrium


Pompa natrium kalium yaitu suatu proses transport yang memompa
ion natrium keluar melalui membrane sel pada saat bersamaan memompa
ion kalium ke dalam sel. Pompa natrium kalium bertanggung jawab untuk
mempertahankan volume sel yang optimal. Pompa natrium-kalium banyak
ditemukan di membran sel (plasma). Dalam satu siklus pompa, tiga ion
natrium dikeluarkan dari dua ion kalium diimpor ke dalam sel. Proses
emulsifikasi lipid terjadi dalam usus halus dan dilakukan oleh garam
empedu. Absorbsi lipid dapat terjadi dengan cara difusi pasif yang terjadi
dalam usus halus (duodenum terbanyak/jejenum) dalam bentuk
monogliserida dan FFA dan membentuk misel.

Fungsi dari pompa natrium yaitu:


1. untuk membantu mempertahankan potensi istirahat.
2. Mempengaruhi transportasi.
3. Mengatur folume sel.
4. Sebagai transduser/integrator sinyal untuk mengatur jalur MAPK.
5. Spesies oksigen reaktif (ROS) dan kalsium intraseluler.

14
2.2 PROSES EDEMA
A. Pengertian Edema
Edema adalah pembengkakan lokal yang disebabkan penimbunan
cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya
dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari
tangan, dan muka. Edema adalah salah satu tanda adanya inflamasi.
Inflamasi merupakan reaksi pertahanan organisme dan jaringan
terhadap kerusakan, tujuannya adalah memperbaiki kerusakan atau paling
tidak membatasinya serta menghilangkan penyebab kerusakan, seperti
bakteri atau benda asing.

B. Proses Edema Pada Kasus Resistensi Natrium Dan Air


Kelebihan air tubuh dan natrium pada gagal jantung kongestif,
curah jantung menurun pada saat kekuatan kontraksi menurun. Untuk
mengkompensasi, peningkatan jumlah Aldosteron menyebabkan retensi
natrium dan air. Volume plasma meningkat, begitu juga tekanan kapiler
intrasvaskuler vena. Jantung yg gagal ini tdk mampu memompa
peningkatan aliran balik vena ini, dan cairan dipaksa masuk ke ruang
interstisial.

Pada kondisi normal, kadar natrium dalam darah adalah 135–145


mEq/liter (miliequivalen per liter). Seseorang dengan kadar natrium
kurang dari 135 mEq/liter dianggap mengalami hiponatremia.

Penurunan kadar natrium ini dapat disebabkan oleh berbagai macam


faktor, antara lain:

 Perubahan hormon

Kekurangan hormon adrenal, misalnya akibat menderita penyakit Addison,


dapat memengaruhi keseimbangan kadar air, natrium, dan kalium dalam
tubuh. Kadar hormon tiroid yang rendah juga dapat menyebabkan
hiponatremia.

15
 Syndrome of inappropriate anti-diuretic hormone (SIADH)

Kondisi ini menghasilkan anti-diuretic hormone (ADH) dalam jumlah


besar, yang membuat tubuh menahan air yang seharusnya keluar melalui
urine. Air yang berlebih dalam tubuh akan melarutkan natrium dan
membuat kadarnya menurun.

 Diare atau muntah parah dan kronis

Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh kehilangan natrium dan


memperbanyak produksi ADH.

 Obat-obatan tertentu

Obat-obatan, seperti obat diuretik, antidepresan, dan obat pereda nyeri,


dapat mengganggu fungsi hormon atau ginjal dalam menjaga kadar
natrium.

 Kondisi kesehatan

Gagal jantung, penyakit ginjal, dan sirosis, dapat menyebabkan


penumpukan cairan dalam tubuh dan melarutkan natrium, sehingga kadar
natrium dalam darah menjadi rendah.

 NAPZA

Obat golongan amfetamin, seperti ekstasi, dapat membuat seseorang


mengalami hiponatremia berat.

C. Proses Edema Pada Kasus Penurunan Tekanan Osmotik Plasma

Bila protein plasma didalam darah menipis, kekuatan ke dalam


menurun yang memungkinkan gerakan ke dalam jaringan. Ini
menimbulkan akumulasi cairan dalam jaringan dengan penurunan volume
plasma sentral.

16
Ginjal berespons thd penurunan volume sirkulasi melalui aktivasi
sistem aldoteron Renin- angiotensin, yg mengakibatkan reabsorbsi
tambahan thd natrium dan air. Volume intravaskuler meningkat sementara.
Namun karena defisit protein plasma blm di perbaiki, penurunan tekanan
osmotik koloid tetap rendah dlm proporsi thd tekanan hidrostatik kapiler.
Akibatnya cairan intravaskuler bergerak ke dalam jaringan, memperburuk
edema dan status sirkulasi.

D. Proses Edema Pada Kasus Obstruksi Limfatik


Pembuluh limfa merupakan sistem dengan tekanan yang rendah.
Ukuran pembuluh limfa bervariasi. Pada pembuluh limfa yang besar,
terdapat otot polos kontraktil untuk membantu aliran limfa. Aliran pada
sistem limfatik menghubungkan ruang interstisial dengan organ limfoid,
menuju sirkulasi sentral.
Ketidakseimbangan antara produksi limfa dan pengeluarannya
menjadi proses yang sangat penting pada patogenesis dan patofisiologi
lymphedema. Lymphedema muncul akibat kegagalan pengeluaran limfa
akibat gagalnya transpor limfatik. Hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan
kongenital, destruksi anatomi akibat tumor, operasi, dan radioterapi, serta
defisiensi fungsional. Edema muncul sebagai manifestasi klinis dari
kegagalan transpor tersebut. Edema pitting disebabkan oleh terkumpulnya
cairan di ruang interstisial.
Kerusakan jaringan pada lymphedema disebabkan oleh inflamasi
kronis yang dimediasi monosit, makrofag, limfosit, dan sel dendritik,
kurangnya tekanan oksigen akibat cairan yang penuh protein, serta
proliferasi jaringan stroma dan parenkim dengan peningkatan
penyimpanan substansi pada matriks ekstraseluler. Selain itu, kerusakan
yang terus menerus dapat menyebabkan kegagalan kapasitas transport
limfatik. Hal ini lama-kelamaan akan menyebabkan penebalan jaringan
kutan serta hiperselularitas, fibrosis, dan peningkatan jaringan adiposa
subfascial dan jaringan subkutan yang patologis.

17
Hal ini menyebabkan limfangitis serta kerusakan kulit pada pasien
lymphedema. Edema yang terjadi juga berubah dari edema pitting menjadi
non-pitting. Hal ini menandakan bahwa lymphedema sudah berada di
stadium akhir.

E. Proses Edema Pada Kasus Permebialitas Kapiler Bertambah


Peningkatan permebialitas kapiler menimbulkan kerusakan
langsung pada pembuluh darah dan dapat menyebabkan peningkatan
permebialitas hubungan endotelium. Edema lokal dapat terjadi pada respon
thd alergen. Pada individu tertentu alergen jni dapat mencetuskan respons
anfilaktik dengan edema luas yg ditimbulkan oleh reaksi tipe histamin.
Inflamasi menyebabkan hipernim dan vasodilatasi yang menyebabkan
akumulasi cairan protein dan sel pada area yang sakit. Ini menyebabkan
pembengkakan edema area yg terkait.
Edema paru terjadi bila cairan yang difiltrasi oleh dinding
mikrovaskuler lebih banyak daripada yang bisa dikeluarkan yang berakibat
alveoli penuh terisi cairan, sehingga tidak memungkinkan terjadinya
pertukaran gas. Yang berperan disini yaitu perbedaan tekanan
hidorstatikdan oktonik dalam lumen kapiler dan intertisial, serta
permeabilitas sel endotel terhadap air, larutan, dan molekul besar seperti
protein plasma. Adanya ketidakseimbangan dari satu atau lebih dari faktor-
faktor diatas akan menimbulkan terjadinya edema paru.

F. Proses Edema Pada Kasus Tekanan Darah Kapiler Tinggi


Peningkatan tekanan kapiler adalah gagal jantung kongestif dimana
peningkatan tekanan vena sistemku di kombinasi dengan peningkatan
volume darah. Gagal jantung kiri dapat menimbulkan peningkatan tekanan
kapiler paru. Bila tekanan ini melebihi 30mm Hg, maka terjadi edema paru.
Secara anatomis, kapiler paru dan gas alveoli dipisahkan oleh
membrane kapiler-alveoli yang terdiri dari 3 lapisan yang berbeda, yaitu
endotel kapiler, jaringan interstitial, epitel alveoli.

18
EPA kardiak disebabkan oleh bocornya cairan dari kapiler paru yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik kapiler. Ketika tekanan
hidrostatik kapiler paru melebih tekanan jaringan interstitial paru, cairan
akan berpindah ke dalam alveoli dan interstitial paru.
Peningkatan tekanan hidrostatik di kapiler paru ini biasanya
disebabkan peningkatan tekanan vena yang berasal dari peningkatan left
ventricular end-diastolic pressure (LVEDP) dan tekanan atrium kiri.
Peningkatan tekanan atrium kiri sekitar 18 hingga 20mmHg akan
menyebabkan edema di jaringan interstitial peri-mikrovaskular dan peri-
bronkovaskular. Jika terjadi peningkatan tekanan lebih lanjut (>25mmHg),
cairan edema jaringan akan melewati epitel alveoli dan memenuhi alveoli.
Oleh karena permeabilitas kapiler dalam keadaan normal, maka cairan
yang melewati kapiler rendah kandungan protein.

2.3 GANGGUAN ELEKTROLIT


A. Jenis Elektrolit Dalam Tubuh
1) Natrium
Natrium mempengaruhi distribusi air tubuh lebih kuat daripada elektrolit
lain. Natrium mampu menarik air, sehinggga natrium merupakan faktor utama
yang menentukan volume ekstraseluler. Gangguan pada natrium dianggap
sebagai gangguan volume ekstraseluler. Natrium terlibat dalam mempertahankan
keseimbangan air, mentransmisi impuls syaraf, dan melakukan kontraksi otot. Air
mengikuti natrium dalam dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Apabila
ginjal menahan natrium, maka cairan juga ditahan, sebaliknya jika ginjal
mengekskresikan natrium, maka air juga akan diekskresikan.

19
Natrium diatur oleh asupan garam, aldosteron dan keluaran urine. Sumber
utama natrium adalah garam dapur, daging yang telah diolah, makanan ringan
dan makanan kaleng. Rata-rata masukan natrium setiap hari jauh melebihi dari
kebutuhan tubuh setiap hari. Ginjal bertanggung jawab untuk mengekskresikan
kelebihan dan dapat menyimpan natrium selama periode pembatasan natrium
ekstrem. Individu yang memiliki fungsi ginjal normal akan dapat
mempertahanakan kadar natrium serum dalam batas normal melalui ekskresi
natrium dala urine.

Konsentrasi natrium dipertahankan melalui pengaturan masukan dan


ekskresi natrium.Nilai laboratorium normal untuk natrium serum adalah 135
sampai 145 mEq/L. Konsentrasi natrium yang tinggi (hipernatremia),
osmolalitas serum meningkat, merangsang pusat haus dan menyebabkan
peningkatan hormon antidiuretik (ADH) oleh kelenjar hipofisis posterior.
Peningkatan natrium dapat ditemui pada kondisi hiperventilasi, cidera kepala,
demam, diabetes insipidus, penurunan sekresi ADH, dan ketidakmampuan ginjal
berespon terhadap ADH. Konsentrasi natrium yang rendah (hiponatremia),
membuat ginjal mengeluarkan air. Kondisi hiponatremia bisa dijumpai pada
kondisi adanya gangguan mekanisme sekresi ADH (misal pada cidera kepala,
stess fisiologis dan psikologis yang berat).

2) Kalium
Kalium adalah kation utama intraseluler. Kalium memegang peranan
penting dalam metabolisme sel, mengatur eksitabilitas (rangsangan)
neuromuskuler, kontraksi otot, mempertahankan keseimbangan osmotik dan
potensial listrik membran sel dan untuk memindahkan glukosa ke dalam sel.
Kalium dalam jumlah banyak terletak dalam sel, dan dalam jumlah relatif kecil
(kira-kira 2% ) terletak dalam cairan ekstraseluler. Rasio kalium dalam CES dan
CIS membantu menentukan potensial istirahat membran sel otot dan syaraf, maka
perubahan pada kadar kalium plasma dapat mempengaruhi fungsi neuromuskuler
dan jantung.Distribusi kalium antara CES dan CIS dipengaruhi oleh pH darah,
masukan diet, hormon (aldosteron, insulin dan efinefrin), dan terapi diuretik.

20
Tubuh menambah kalium dari makanan (gandum utuh, daging, polong-
polongan, buah-buahan dan sayur mayur) dan obat-obatan. Selain itu, CES
manambah kalium kapan saja ketika ada kerusakan sel-sel (katabolisme
jaringan) atau gerakan kalium ke luar sel. Biasanya gangguan kalium tidak terjadi
kecuali terdapat penurunan yang bersamaan dengan fungsi ginjal. Kalium hilang
dari tubuh melalui ginjal, saluran gastrointestinal (GI) dan kulit. Kalium dapat
hilang dari CES karena perpindahan intraseluler dan anabolisme
jaringan.Pengatur kadar kalium adalah ginjal, dengan cara mengatur jumlah
kalium yang diekskresikan melalui urine. Suatu kondisi yang menurunkan
pengeluaran urine akan menurunkan pengeluaran kalium.
Mekanisme pengaturan lain adalah dengan pertukaran ion kalium dengan
ion natrium di tubulus ginjal, apabila natrium dipertahankan, kalium
diekskresikan. Hormon aldosteron juga meningkatkan ekskresi kalium, jadi
kondisi yang meningkatkan kadar aldosteron (seperti pemberian kortikosteroid
atau stress pasca bedah) akan meningkatkan ekskresi kalium dalam urine.
Kemampuan ginjal untuk menyimpan kalium tidak sekuat dalam menyimpan
natrium, sehingga masih ada kemungkina kalium hilang dalam urine pada
kondisi kekurangan kalium.
Kadar kalium normal adalah 3,5 sampai 5,3 mEq/L. Kadar kalium yang
rendah (hipokalemia) bisa terjadi karena kondisi alkalosis (alkalosis mendorong
kalium masuk ke dalam sel), sedangkan kalium tinggi (hiperkalemia) terjadi
pada asidosis (asidosis mendorong kalium keluar sel).

3) Kalsium
Kalsium merupakan elektrolit paling banyak di dalam tubuh, terutama
terdapat dalam tulang. Kalsium dijumpai dalam darah dalam dua bentuk yaitu
kalsium bebas terionisasi yang terdapat dalam sirkulasi dan kalsium yang
berikatan dengan protein. Bentuk yang berikatan ini berikatan dengan priotein
plasma (albumin) dan zat-zat kompleks lainnya seperti fosfat. Kurang dari 1%
dari kalsium tubuh dikandung dalam cairan ekstraseluler, konsentrasi ini diatur
oleh hormon paratiroid dan parathyroid.

21
Berikut adalah bentuk-bentuk kalsium yang terdapat di dalam cairan
tubuh:a) Terionisasi (4,5 mg/100 ml)b) Tidak dapat berdifusi, yang merupakan
kalsium kompleks terhadap anion protein (5 mg/100 ml)c) Garam kalsium,
seperti kalsium sitrat dan kalsium fosfat (1 mg/100ml). Kadar kalsium
mempunyai efek pada fungsi neuromuskuler, status jantung, dan
pembentukan tulang, integritas dan struktur membran sel, koagulasi darah dan
relaksasi otot. Kalsium di dalam cairan ekstrasel diatur oleh hormon paratiroid
dan kalsitonin.
Hormon parathyroid (PTH) mengontrol keseimbangan kalsium, absorpsi
kalsium di gastrointestinal, dan ekskresi kalsium di ginjal. Hormon
parathyroid (PTH) dilepaskan oleh kelenjar parathyroid dalam respon
terhadap kadar kalsium serum rendah. Ia meningkatkan resorpsi tulang (gerakan
kalsium dan fosfor keluar tulang) mengaktivasi vitamin D, meningkatkan
absorpsi kalsium dari saluran gastrointestinal, dan merangsang ginjal menyimpan
kalsium dan mengekskresi fosfor. Kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tyroid bila
kadar kalsium serum meningkat, ini akan menghambat resopsi tulang.

Gangguan dalam keseimbangan kalsium akibat perubahan pada


metabolisme tulang, sekresi hormon parathyroid, disfungsi ginjal, dan masukan
diet berkurang.

4) Klorida
Klorida merupakan elektrolit utama CES. Kadar klorida dalam darah
secara pasif berhubungan dengan kadar natrium, sehingga bila natrium serum
meningkat, klorida juga meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penurunan atau penambahan klorida seringkali mempengaruhi kadar
natrium. Keseimbangann klorida dipertahankan melalui asupan makanan dan
ekskresi serta reabsorpsi renal. Kadar klorida yang meningkat disebabkan
oleh dehidrasi, gagal ginjal, atau asidosis. Kadar klorida yang menurun
disebabkan oleh hilangnya cairan dalam saluran gastrointestinal (mual, muntah,
diare, atau pengisapan lambung).

22
Klorida diatur melalui ginjal, jumlah yang diekskresikan berhubungan
dengan asupan makanan. Seseorang yang memiliki ginjal normal yang
mengkonsumsi klorida dalam jumlah besar, akan mengekskresikan klorida
yang lebih tinggi dalam urine.Nilai laboratorium normal untuk klorida serum
adalah 100-106 mEq/L.
5) Magnesium
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua di dalam cairan
intrasel setelah kalium. Magnesium diperoleh secara normal dari asupan diet.
Magnesium tubuh, kira-kira 50-60% terletak dalam tulang dan kira-kira 1%
terletak di CES. Kira-kira seperempat sampai sepertiga dari magnesium plasma
terikat pada protein, sebagian kecil berikatan dengan substansi lain (kompleks),
dan bagian sisanya terionisasi atau bebas.
Magnesium merupakan ion utama intrasel, ia memainkan perana vital
fungsi seluler normal. Secara khusus, magnesium berperan dalam mengaktifkan
enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan protein, dan
mencetuskan pompa kalium-natrium. Magnesium juga berperan dalam transmisi
aktivasi neuromuskular, transmisi dalam sistem saraf pusat dan fungsi
miokard.Magnesium diatur oleh beberapa faktor, yaitu absorpsi gastrointestinal,
vitamin D dan ekskresi ginjal.

Secara normal, hanya sekitar 30-40% diet magnesium diabsorpsi. Ekskresi


ginjal terhadap perubahan kadar magnesium untuk mempertahankan
keseimbangan magnesium, dipengaruhi oleh ekskresi natrium dan kalium,
volume CES, serta adanya hormon parathyroid (PTH). Ekskresi menurun dengan
peningkatan PTH, penurunan ekskresi kalsium-natrium, dan kekurangan volume
cairan. Nilai normal magnesium serum adalah 1,5-2,5 mEq/L.
Kondisi defisit magnesium (hipomagnesemia), dijumpai pada
malnutrisi, alkoholisme, dan terapi IV jangka panjang tanpa pemberian
suplemen magnesium. Sedangkan kondisi kelebihan magnesium
(hipermagnesemia) paling sering dijumpai pada pasien yang menderita gagal
ginjal, mereka yang menderita ketoasidosis diabetik, dan mereka yang
menggunakan antasid dan laksatif dalam jumlah berlebihan.

23
6) Bikarbonat
Bikarbonat merupakan buffer dasar kimia yang utama di dalam tubuh. Ion
bikarbonat ditemukan dalam CES dan CIS. Bikarbonat diatur oleh ginjal, apabila
tubuh memerlukan lebih banyak basa, ginjal akan mereabsorpsi bikarbonat dalam
jumlah yang lebih besar dan bikarbonat tersebut akan dikembalikan ke dalam
cairan ekstrasel.
Bikarbonat merupakan ion penting dalam sistem buffer asam karbonat-
bikarbonat yang berperan dalam kesimbangan asam-basa. Nilai normal
bikarbonat adalah 22-26 mEq/L. Dalam darah vena, bikarbonat diukur melalui
karbondioksida dan nilai bikarbonat normal pada dewasa adalah 24-30 mEq/L.

7) Fosfat
Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat
dan kalsium membantu mengembangkan dan memelihara tulang dan gigi.
Fosfat juga meningkatkan kerja neuromuskuler normal, berpartisipasi dalam
metabolisme karbohidrat, dan membantu pengaturan asam-basa. Fosfat secara
normal diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal. Konsentrtasi fosfat serum
diatur oleh ginjal, hormon parathyroid dan vitamin D teraktivasi. Nilai normal
fosfat serum adalah 2,5-4,5 mg/100 ml.

B/C. Penyebab, Tanda, Gejala, Kelebihan dan Kekurangan Elektrolit

1. Hipovolemia
Hipovolemia merupakan penipisan volume cairan ekstraseluler.
Hipovolemia dapat terjadi karena kekurangan pemasukan air (anoreksia, mual,
muntah, tidak mampu menelan, depresi) atau pengeluaran yang berlebihan
(kehilangan melalui kulit, GI, ginjal, perdarahan). Kekurangan cairan dapat
terjadi sendiri atau kombinasi dengan ketidakseimbangan elektrolit.
Mekanisme kompensasi hipovolemia termasuk peningkatan rangsang sistem
saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung dan tahanan vaskuler), rasa haus,
pelepasan hormon antidiuretik (ADH), dan pelepasan aldosteron.

24
(a) Etiologi hipovolemia adalah sebagai berikut:
(1) Kehilangan cairan melalui saluran pencernaan
(2) Poliuria
(3) Demam (meningkatkan suhu tubuh, dapat meningkatkan metabolisme,
demam juga menyebabkan air keluar lewat paru-paru.)
(4) Keringat yang berlebihan
(5) Kurang pemasukan air (anoreksia, mual, depresi, sakit di daerah mulut dan
faring)

(b) Gejala hipovolemia:


(1) Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia, mual, muntah haus, kekacauan
mental, konstipasi, oliguria.
(2) Menurunnya turgor kulit dan lidah
(3) Menurunnya kelembaban di mulut/keringnya mukosa mulut
(4) Menurunnya produksi urine (kurang dari 30 ml/jam untuk orang dewasa)
(5) Nadi cepat dan lemah
(6) Menurunnya temperatur tubuh
(7) Ektremitas dingin
(8) Hipotensi, frekuensi nafas cepat
(9) Kehilangan berat badan yang cepat

25
2. Hipervolemia
Hipervolemia merupakan penambahan volume CES. Kondisi ini bisa
terjadi bila tubuh menahan air dan natrium dalam proporsi yang sama, tanpa
disertai perubahan kadar elektrolit.
(a) Etiologi hipervolemia:
(1) Penyakit karena gangguan pada mekanisme regulasi (gagal jantung,
cushing syndrome, gagal ginjal, serosis hati)
(2) Intake natrium klorida yang berlebihan
(3) Pemberian infus yang mengandung natrium dalam jumlah berlebihan
(4) Banyak makan makanan yang mengandung natrium

(b) Gejala hipervolemia:


(1) Sesak nafas, ortopnea
(2) Edema perifer, kenaikan berat badan sementara (2% hipervolemia ringan, 5%
hipervolemia sedang dan 8% hipervolemia berat)
(3) Nadi kuat, takikardia
(4) Asites, efusi pleura, bila sudah berat bisa menimbulkan edema pulmo
(5) Kulit lembab
(6) Irama gallop

Kelebihan air dan natrium pada kompartemen ekstraseluler dapat


meningkatkan tekanan osmotik. Cairan akan ditarik keluar sel, sehingga
mengakibatkan edema (cairan yang berlebihan dalam ruang interstisial). Edema
terjadi sebagai akibat dari pertambahan volume cairan interstisial dan diartikan
sebagai bengkak yang dapat teraba dari ruang interstisial. Edema bisa bersifat
terlokalisasi (contoh tromboflebitis pada obstruksi vena) dan umum (contoh
gagal jantung).

26
Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler akibat penambahan volume atau
obstruksi vena, peningkatan permeabilitas kapiler karena luka bakar, alergi,
atau infeksi akan menyebabkan peningkatan volume cairan interstisial.
Penurunan pembuangan cairan interstisial terjadi bila terdapat obstruksi
pada aliran keluar limfatik atau penurunan tekanan onkotik (protein bisa
membantu untuk menahan volume vaskuler pada ruang vaskuler).
Retensi air dan natrium oleh ginjal yang meningkat akan mempertahankan
edema umum.Edema umum biasanya merupakan bukti paling nyata pada area
tergantung. Pada pasien ambulasi akan menunjukkan edema pretibia atau
pergelangan kaki, sedangkan pasien yang terbatas di tempat tidur akan
menunjukkan edema sacral. Edema umum bisa juga terjadi di sekitar mata
(periorbital) atau pada kantong skrotal karena tekanan jaringan rendah pada area
ini.

Edema bisa terjadi karena hal-hal berikut ini:


1) Peningkatan permeabilitas kapiler (pada luka bakar dan alergi),
perpindahan air dari kapiler ke ruang interstisial meningkat
2) Peningkatan tekanan hidrostatik di kapiler (obstruksi pada vena)3)
Perpindahan cairan dari ruang interstisial menurun
3) Sindrom ruang ketigaSindrom ini terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah ke
dalam suatu ruangan tubuh (pleura, peritoneal, pericardial), sehingga cairan
tersebut terjebak di dalamnya, akibatnya kompartemen ekstrasel kekurangan
cairan. Obstruksi usus yang kecil atau luka bakar dapat menyebabkan
perpindahan cairan sebanyak 5-10 liter.
4) Ketidakseimbangan osmolarDehidrasi (ketidakseimbangan hiperosmolar)
terjadi bila ada kehilangan air tanpa disertai kehilangan elektrolit yang
proporsional, terutama natrium. Faktor risiko terjadinya dehidrasi meliputi
kondisi yang mengganggu asupan oral (perubahan fungsi neurologis), lansia
yang lemah (penurunan fungsi tubuh, peningkatan lemak tubuh), penurunan
sekresi ADH (pada diabetes insipidus), Ketidakseimbangan hiperosmolar
disebabkan oleh setiap kondisi yang berhubungan dengan diuresis osmotik dan
pemberian larutan hipertonik melalui intravena. Ketidakseimbangan
hipoosmolar terjadi ketika asupan cairan berlebihan (polidipsi psikogenik) atau
sekresi ADH berlebihan
27
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
1) Natrium
Natrium mempengaruhi distribusiair tubuh lebih kuat daripada elektrolit lainnya.

2) Kalium
Kalium diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan osmotik dan potensial
listrik membran sel dan untuk memindahkan glukosa ke dalam sel.

28
3) Klorida
Kadar klorida dalam darah secara pasif berhubungan dengan kadar natrium,
sehingga bila natrium serum meningkat, klorida juga meningkat

5) Magnesium
Magnesium diperoleh dari masukan diet. Ekskresi magnesium melalui ginjal

29
2.4 GANGGUAN ASAM BASA TUBUH
A. Pengertian Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen
yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh
sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya
berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat
konsentrasi ion H+ atau ion O yang sangat rendah. Keseimbangan asam basa
adalah keseimbangan ion hidrogen.
Walaupun produksi akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah
sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hidrogen dipertahankan pada kadar
rendah pH 7,4. Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara
7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan
basa agar proses metabolism dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ
yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal
berperan dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah :
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH
> 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai
komponen asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya
adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya
jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya
jumlah komponen asam.

30
B. Proses Produksi Dan Sekresi Asam Basa Tubuh
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan
ginjal dalam menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi,
ekskresi, dan absorpsi ion hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer
tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa
dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh
dilindungi dari perubahan Ph dengan sistem buffer. Mekanisme buffer tersebut
bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.
Sekresi ion hidrogen berlangsung di sel-sel epitel tubulus proksimal,
segmen tebal asenden ansa henle dan tubulus distal ke dalam cairan tubulus.
Proses sekresi dimulai ketika CO2 berdifusi ke dalam sel tubulus atau dibentuk
melalui metabolisme sel dalam epitel tubulus. H2O akan berikatan dengan CO2
membentuk H2CO3 melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim karbonik
anhidrase. H2CO3 segera berdisosiasi membentuk H+ dan ion bikarbonat
(HCO3). HCO3 mengikuti gradien konsentrasi melalui membran basolateral
akan pergi ke cairan intertisial ginjal dan ke aliran darah kapiler peritubular.
Bersama dengan itu H+ akan disekresikan ke lumen tubular, tergantung
daerah lumen, proses ini berlangsung melalui transport aktif primer pompa H, K-
ATPPase, di tubulus distal dan kolligens, serta transport-imbangan Na/H di
tubulus proksimal.
Sekresi ion hidrogen melalui transport-imbangan Na/H terjadi ketika
natrium bergerak dari lumen tubulus ke bagian dalam sel, natrium mula-mula
bergabung dengan protein pembawa di batas luminal membrane sel.

C.Mekanisme tubuh dalam mempertahankan keseimbangan asam


basa
Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi
dari 3 sistem :
1. Sistem Buffer Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh,
yang dengan segera bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah
perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan. Sistem buffer ini
menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan tidak melakukan
eliminasi. Fungsi utama sistem buffer adalah mencegah perubahan pH yang
disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler.
31
Sebagai buffer, sistem ini memiliki keterbatasan yaitu :
a. Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan
karena peningkatan CO2.
b. Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem
pernafasan bekerja normal
c. Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada tersedianya ion
bikarbonat.
Ada 4 sistem buffer :
a. Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
b. Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
c. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan
asam karbonat 6
d. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa
sementara. Jika dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki
ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang
berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat
rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan
kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut.
Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan
menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena
memiliki dapar fosfat dan amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan
ginjal dalam menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi,
ekskresi, dan absorpsi ion hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer
tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa
dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh
dilindungi dari perubahan pH dengan sistem buffer.

32
Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah
antara 7,35- 7,45.4 2. Sistem Paru Paru-paru, dibawah kendali medula otak,
mengendalikan karbondioksida, dan karena itu juga mengendalikan kandungan
asam karbonik dari cairan ekstraseluler.
Paru-paru melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai
respons terhadap jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan
parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan yang
kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida dalam darah
arteri (PaCO2) juga mempengaruhi respirasi.
Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh
PaCO2. Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat
sehingga menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk
mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis metabolik, frekuensi
pernapasan 7 diturunkan, dan menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk
meningkatkan beban asam).
Sistem Ginjal Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal
harus mengeluarkan anion asam non volatile dan mengganti HCO3 - . Ginjal
mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen
dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem
buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia. Ion hidrogen,
CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang
dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus.3 Pada proses
tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat
berfungsi kembali.
Tubulus proksimal adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan
pengeluaran asam. Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion
bermuatan negative pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat
rendahpun, ion hidrogen mempunyai efek yang besar pada sistem biologi. Ion
hidrogen berinteraksi dengan berbagai molekul biologis sehingga dapat
mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion
hidrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa
proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.

33
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus meneru1s di
dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hidrogen sangat bervariasi
tergantung diet, aktivitas dan status kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh
berasal dari makanan, minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh
ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak,
glikolisis anaerobik atau ketogenesis.
D. Jenis Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Asidosis Respiratorik Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang
berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari
fungsi paru-paru 8 yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan
kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan
turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah
merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih
cepat dan lebih dalam.
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat
yang mempengaruhi paru-paru. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila
penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap
mekanisme pernafasan. Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk.
Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor
(penurunan kesadaran) dan koma.
Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan
terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika
pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi
asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu
beberapa jam bahkan beberapa hari. Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-
paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada
penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang
mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan
buatan dengan bantuan ventilator mekanik.

34
Asidosis Metabolik Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang
berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila
peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar
menjadi asam.7 Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih
dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam
dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut
dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua
mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan
terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan
koma.
Penyebab asidosis metabolik dapat adalah :
1. Kelebihan produksi asam.
Pada asidosis diabetik atau asidosis laktak, produksi asam dapat melebihi
kemampuan ginjal untuk absorbsi dan ekskresi H+
2. Kurangnya cadangan dapar Kehilangan ion HCO3 yang terbuang
percuma melalui ginjal atau usus menyebabkan hipokarbonatremia dana asidosis
metabolik.
3. Kurangnya ekskresi asam.
Dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik dimana ginjal gagal
mengekskresikan asam yang diproduksi secara normal. Asidosis metabolik
ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita merasakan
mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih
cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan
memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa,
rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis
semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan
kematian.

35
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH
darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah
arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur
pH darah. Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon
dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan
tambahan untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah
yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes
yang tak terkendali.
Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik
yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang
dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air
kemih. Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai
contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan
membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu
dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat. Asidosis
metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang
diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya.
Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena,
tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat
membahayakan. Alkalosis Respiratorik Alkalosis Respiratorik adalah suatu
keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam,
sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari
aliran darah. Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan
dapat menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Preparat farmakologi
digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan
spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan.
Tindakan hygiene pulmonari dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan
saluran pernapasan dari mukus dan drainase pluren. Hidrasi yang adekurat di
indikasikan untuk menjaga membran mukosa tetap lembab dan karenanya
memfasilitasi pembuangan sekresi. Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan.

36
Ventilasi mekanik, yang digunakan secara waspada dapat memperbaiki
ventilasi pulmonari. Penggunaan ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat
menyebabkan eksresi karbondioksida yang demikian cepat sehingga ginjal tidak
mampu untuk mengeliminasi kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untuk
mencegah alkalosis dan kejang. Untuk alasan ini, kenaikan PaCO2 harus
diturunkan secara lambat. Membaringkan pasien dalam posisi semifowler
memfasilitasi ekspansi dinding dada. Alkalosis Metabolik Alkalosis Metabolik
adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar
bikarbonat.
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode
muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang
lambung.
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium
dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam
mengendalikan keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama akalosis metabolik :


a. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
b. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
c. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat
penggunaan kortikosteroid).
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung),
otot berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis
yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani). Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian
cairan dan elektrolit (natrium dan kalium). Pada kasus yang berat, diberikan
amonium klorida secara intravena.

37
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan
tubuh tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi
seseorang.Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2
kompartemen, yaitu intraselular dan ekstraselular. Cairan tubuh sendiri terdiri
dari komposisi zat elektrolit dan elektrolit yang masing-masing memegang
peranannya
Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam
jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Proses edema pada kasus retensi
natrium dan air terjadi bila ekskresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada
yang masuk. Edema yang disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma
dapat terjadimelalui beberapa cara yaitu, pengeluaran berlebihan protein plasma
di urine akibat penyakit ginjal dan penurunan sistesis protein plasma.
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion
hidrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang
dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat
molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu
pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OHyang sangat rendah.
Elektrolit berperan penting dalam tubuh manusia yang dapat
mempengaruhi metabolisme. Elektrolit darah pada setiap zat yang mengandung
ion bebas yang membuat subtansi elektrolit konduktif. Elektrolit merupakan ion
yang berada didalam cairan tubuh yang berupa kation misalnya : Na+ , K+ , Ca2+,
Mg2+ , anion misalnya : Cl- , HCO3- , HPO-2 , SO4 -2 , dan berupa laktat. Dalam
keadaan normal, nilai kadar anion dan kation seimbang, sehingga serum bersifat
netral. Cairan ektrasel kation utama Na+ dan anion utama Cldan HCO3 -
sedangkan pada cairan intrasel kation utama K

38
3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih
banyakkekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap
pengetahuan tentangPatofisiologi dapat terus dikembangkan dan diterapkan
dalam bidang keperawatan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Meihartati, T. (2016, Desember 13). 1000 Hari Pertama Kehidupan.


https://www.google.co.id/books/edition/1000_Hari_Pertama_Kehidupan/
Raisha, P. (2017, April). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/13947/1/0808d85bbffd7846e8103a10877
033aa.pdf
Setia, A. (2016, Januari). Ilmu Keperawatan Dasar.
https://www.researchgate.net/publication/311455903_Ilmu_Keperawatan
_Dasar
Negara, I. (2020). Konsep Dasar Hipervolemia pada Gagal Ginjal Kronis.
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/4653/3/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf
Mindriyah, H. (2017). Asuhan Keperawatan Ny. M Dengan keleihan Volume
Cairan pada Gagal Jantung Kongestifdi RSUD Tidar Magelang. Jakarta Pusat :
Kementrian Kesehatan RI.
http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/55863
Tambayong, J. Patofisiologi.
https://www.google.co.id/books/edition/Patofisiologi/KdJfk2qazVIC?hl=
en&gbpv=1&dq=PROSES+OBSTRUKSI+LIMFATIK+MENYEBABK
AN+EDEMA&pg=PA20&printsec=frontcover

40

Anda mungkin juga menyukai