OLEH :
MAHATHIY FAATIH FAIQ DZIKRI NURRAFIQULLAH
(24)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan pokok bahasan
fisiologi cairan tubuh manusia, proses edema, gangguan elektrolit dan gangguan
pengaturan asam basa tubuh ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Sukawana pada
mata kuliah Patofisiologi. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Sukawana, selaku dosen mata kuliah Patofisiologi yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Sukawana yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyampaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Jenis-jenis elektrolit di dalam tubuh antara lain natrium, kalsium,
fosfat, klorida, dan magnesium. Penyakit yang disebakan oleh kekurangan
elektrolit yaitu hiponatremia, hipokalemia, hipokalsemia, hipofosfatemia,
dan hipomagnesemia. Sedangkan untuk penyakit keleihan elektrolit yaitu
hipernatremia, hiperkalemia, hiperkalsemia, hiperfosfatemia, dan
hipermagnesemla.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian keseimbangan cairan tubuh?
2. Bagaimana kompartemen cairan tubuh?
3. Bagaimana mekanisme perpindahan cairan tubuh?
4. Bagaimana pengaruh sifat lipid bilayer terhadap keseimbngan cairan
tubuh?
5. Apa peran atau fungsi pompa proton?
6. Apa pengertian edema?
7. Bagaimana proses edema pada kasus retensi natrium dan air?
8. Bagaimana proses edema pada kasus enurunan tekanan osmotik
plasma?
9. Bagaimana proses edema pada kasus bbstruksi limfatik?
10.Bagaimana proses edema pada kasus permeabilitas kapiler bertambah?
11.Bagaimana proses edema pada kasus tekanan daerah kapiler tinggi?
12.Apa saja jenis elektrolit tubuh?
13.Apa penyebab, tanda, gejala kelebihan masing-masing elektrolit?
14.Apa penyebab, tanda, gejala kekurangan masing-masing elektrolit?
15.Apa pengertian keseimbangan asam-basa?
16.Bagaimana proses produksi dan sekresi asm basa tubuh?
17.Bagaimana mekanisme tubuh dalam mempertahankan keseimbangan
asam basa?
18.Apa saja jenis gangguan kesembangan asam basa?
1.3 TUJUAN
- Untuk mengetahui fisiologi cairan tubuh manusia
- Untuk mengetahui proses edema
- Untuk mengetahui gangguan elektrolit
- Untuk mengetahui gangguan pengaturan asam basa tubuh
5
BAB II
ISI
6
Bila aktivitas kelenjar keringat meningkat, maka produksi urin akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.2 IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui mekanisme difusi.
Pada orang dewasa normal, kehilangan cairan tubuh melalui IWL berkisar
200-400 ml perhari. Tetapi, IWL akan meningkat jika ada proses
peningkatan suhu tubuh dan proses respirasi meningkat.
Pengeluaran cairan dari proses berkeringat terjadi sebagai respon
terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior
hypothalamus, lalu impulsnya akan ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan saraf simpatis pada kulit. Pada 11
pengeluaran air melalu feses, berkisar antara 1500 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon). Cairan
tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh
tubuh, yang mengandung sejumlah besar ion kalium dan fosfat ditambah
ion magnesium dan sulfat dalam jumlah sedang dan mengandung sejumlah
kecil ion natrium dan klorida dan hampir tidak ada kalsium.
Cairan Akstraseluler
Cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri
dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial
dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler, yang mengandung sejumlah besar ion natrium dan
klorida, serta ion bikarbonat dalam jumlah yang cukup besar, namun cairan
ekstrasel memiliki kandungan ion kalium, magnesium, fosfat, dan asam
organik dalam jumlah yang sedikit. Cairan ekstrasel juga mengandung
karbon dioksida yang diangkut dari sel ke paru untuk diekskresi, ditambah
berbagai produk sampah sel lainnya yang diangkut ke ginjal untuk
diekskresi cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
7
Kompartemen cairan ekstra sel lebih jelas dibagi menjadi ruang:
- Cairan Interstitial berjumlah lebih dari 3/4 bagian cairan ekstrasel.
- Cairan Intravaskuler atau plasma darah berjumlah hampir 1/4 cairan
ekstrasel atau sekitar 3 liter.
- Cairan Transelular yang termasuk cairan gastrointestinal (GI), cairan
empedu, urin, cairan serebrospinal, aqueous humour, cairan sendi,
cairan pleura, cairan peritoneum, dan cairan perikardial.
8
Contoh membran ini adalah epithelium mukosal dari lambung dan usus,
membran sinovial, dan tubulus ginjal. Cairan tubuh dan elektrolit
berpindah melalui difusi, osmosis, transportasi aktif, atau filtrasi.
Perpindahan tersebut tergantung pada permeabilitas membran sel atau
kemampuan membran untuk ditembus cairan dan elektrolit.
a. Difusi
Difusi didefinisikan sebagai kecenderungan alami dari suatu substansi
untuk bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke area
dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi terjadi melalui perpindahan
tidak teratur (random) dari ion dan molekul. Suatu contoh difusi adalah
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara kapiler dan alveoli.
Difusi dapat terjadi jika memenuhi syarat sebagai berikut:
(a) Bila partikel tersebut cukup kecil untuk melewati pori-pori protein
(misal air dan urea), maka akan terjadi difusi sederhana
(b) Bila partikel tersebut larut dalam lemak (misal oksigen dan
karbondioksida), maka akan terjadi difusi sederhana
(c) Partikel tidak larut lemak seperti glukosa harus berdifusi ke dalam
sel melalui substansi pembawa, maka akan terjadi difusi dipermudah.
Faktor yang meningkatkan difusi:
(a) Peningkatan suhu
(b) Peningkatan konsentrasi partikel
(c) Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel
(d) Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi
(e) Penurunan jarak lintas di mana massa partikel harus berdifusi
b. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan pelarut murni, seperti air,
melalui membran semipermeabel yang berpindah dari larutan yang
memiliki konsentrasi solut rendah ke larutan yang memiliki
konsentrasi solut tinggi. Membran tersebut permeable terhadap zat
pelarut, tetapi tidak permeable terhadap solut (zat terlarut), yang
berupa materi partikel. Kecepatan osmosis tergantung pada konsentrasi
solut di dalam larutan, suhu larutan, muatan listrik solut, dan
perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh larutan.
Konsentrasi larutan diukur dalam osmol, yang mencerminkan jumlah
substansi dalam larutan yang berbentuk molekul, ion atau keduanya.
9
Dalam osmosis ada tiga istilah penting, yaitu:
Tekanan osmotik : Tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan
kekuatan ini bergantung pada jumlah molekul di dalam larutan.
Tekanan ini diberikan melalui membran semipermiabel dan tekanan
ini tergantung kepada aktivitas solut yang dipisahkan oleh membran.
Tekanan onkotik : Tekanan osmotik yang dihasilkan oleh protein
(misal albumin), tekanan onkotik akan menjaga cairan tetap berada
di dalam kompartemen intravaskuler.
Diuretik osmotik : Terjadi ketika terdapat peningkatan keluaran urine
yang diakibatkan oleh ekskresi substansi seperti glukosa, manitol, atau
agen kontras dalam urin.
10
c. Transpor aktif
Transport aktif memerlukan aktivitas metabolik dan
pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna
menembus membran sel.
Hal ini memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari sel
tersebut, selain itu sel dapat menerima atau memindahkan molekul dari
daerah berkonsentrasi tinggi.
Pada transport aktif, substansi dapat berpindah dari larutan dengan
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Transport aktif ditingkatkan
oleh molekul pembawa (carrier molecule) yang berada di antara sel,
yang akan mengikat diri mereka sendiri dengan molekul yang masuk
ke dalam sel. Transport aktif merupakan mekanisme sel-sel yang
mengabsorbsi glukosa dan substansi-substansi lain untuk melakukan
aktivitas metabolik. Contoh transport aktif adalah pompa natrium dan
kalium. Natrium dipompa keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke
dalam sel, melawan gradien konsentrasi.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam3 fase yaitu :
1) Fase I
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi,
dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus
gastrointestinal.
2) Fase II
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler
dan sel
3) Fase III
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel pembuluh darah kapiler dan
membran sel yang merupakan membrane semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut
berpindah.
11
d. Filtrasi
Filtrasi merupakan suatu proses pemindahan air dari substansi yang
dapat larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan
cairan. Proses ini berlangsung aktif di bantalan kapiler, tempat
perbedaan tekanan hidrostatik atau gradien yang menentukan
perpindahan air, elektrolit, dan substansi terlarut lain yang berada di
antara cairan kapiler dan cairan interstisiel.
Perpindahan terjadi dari area dengan tekanan tinggi ke area
dengan tekanan rendah.Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang
dihasilkan oleh suatu liquid di dalam sebuah ruangan. Darah dan cairan
arteri akan memasuki ruang kapiler jika tekanan hidrostatik lebih tinggi
dari tekanan interstisiel, sehingga cairan dan solut berpindah dari
kapiler menuju sel. Pada ujung bantalan vena kapiler, cairan dan
produk-produk sisa metabolisme berpindah dari sel menuju kapiler ,
karena tekanan hidrostatiknya lebih kecil dari tekanan interstisiel.
12
Dengan demikian, tidak sisi yangbersentuhan dengan lingkungan
yang tidak disukai. Bilayer yang tertutup ini merupakan salah satu sifat
penting dari membran. Membran tertutup bersifattidak permeabel terhadap
molekul-molekul yang tidak larut dalam air, karena mereka tidak larut
dalam inti hodrofobik pada bilayer.
Salah satu fungsi membran sel yaitu sebagai lalu lintas molekul dan
ion secara dua arah. Molekul yang mampu melewati membran sel
ditengahnya ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang
sangat kecil seperti air dan etanol. Sementara itu, molekul pautannya
seperti molekul polar dengan ukuran akbar (glukosa), ion, dan substansi
hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar mampu masuk ke dalam
sel. Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran mengakibatkan
terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi
dua cara, yaitu dengan transpor pasif sebagai molekul-molekul yang dapat
melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif sebagai
molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Lalu lintas membran akan menciptakan perbedaan konsentrasi ion
sebagai dampak dari dua proses yang berbeda yaitu difusi dan transpor
aktif, yang dikenal sebagai gradien ion.
Gradien ion menciptakan sel memiliki tegangan listrik seluler.
Dalam kondisi istirahat, sitoplasma sel memiliki tegangan selang 30
sampai 100 Mv lebih rendah daripada interstitium.
• Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul
menuruni gradien konsentrasinya dan bersifat spontan. Contoh
dari transpor pasif yaitu, difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi.
Cairan dan glukosa merupakan contoh molekul yang berpindah
dengan transpor pasif. Transpor pasif cairan dilakukan lipid
bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion
polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
13
• Tranpor aktif
Kebalikan dari transpor pasif, transpor aktif bersifat tidak
spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien
konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan bantuan dari
beberapa protein. Channel protein dan carrier protein
merupakan contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif.
14
2.2 PROSES EDEMA
A. Pengertian Edema
Edema adalah pembengkakan lokal yang disebabkan penimbunan
cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya
dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari
tangan, dan muka. Edema adalah salah satu tanda adanya inflamasi.
Inflamasi merupakan reaksi pertahanan organisme dan jaringan
terhadap kerusakan, tujuannya adalah memperbaiki kerusakan atau paling
tidak membatasinya serta menghilangkan penyebab kerusakan, seperti
bakteri atau benda asing.
Perubahan hormon
15
Syndrome of inappropriate anti-diuretic hormone (SIADH)
Obat-obatan tertentu
Kondisi kesehatan
NAPZA
16
Ginjal berespons thd penurunan volume sirkulasi melalui aktivasi
sistem aldoteron Renin- angiotensin, yg mengakibatkan reabsorbsi
tambahan thd natrium dan air. Volume intravaskuler meningkat sementara.
Namun karena defisit protein plasma blm di perbaiki, penurunan tekanan
osmotik koloid tetap rendah dlm proporsi thd tekanan hidrostatik kapiler.
Akibatnya cairan intravaskuler bergerak ke dalam jaringan, memperburuk
edema dan status sirkulasi.
17
Hal ini menyebabkan limfangitis serta kerusakan kulit pada pasien
lymphedema. Edema yang terjadi juga berubah dari edema pitting menjadi
non-pitting. Hal ini menandakan bahwa lymphedema sudah berada di
stadium akhir.
18
EPA kardiak disebabkan oleh bocornya cairan dari kapiler paru yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik kapiler. Ketika tekanan
hidrostatik kapiler paru melebih tekanan jaringan interstitial paru, cairan
akan berpindah ke dalam alveoli dan interstitial paru.
Peningkatan tekanan hidrostatik di kapiler paru ini biasanya
disebabkan peningkatan tekanan vena yang berasal dari peningkatan left
ventricular end-diastolic pressure (LVEDP) dan tekanan atrium kiri.
Peningkatan tekanan atrium kiri sekitar 18 hingga 20mmHg akan
menyebabkan edema di jaringan interstitial peri-mikrovaskular dan peri-
bronkovaskular. Jika terjadi peningkatan tekanan lebih lanjut (>25mmHg),
cairan edema jaringan akan melewati epitel alveoli dan memenuhi alveoli.
Oleh karena permeabilitas kapiler dalam keadaan normal, maka cairan
yang melewati kapiler rendah kandungan protein.
19
Natrium diatur oleh asupan garam, aldosteron dan keluaran urine. Sumber
utama natrium adalah garam dapur, daging yang telah diolah, makanan ringan
dan makanan kaleng. Rata-rata masukan natrium setiap hari jauh melebihi dari
kebutuhan tubuh setiap hari. Ginjal bertanggung jawab untuk mengekskresikan
kelebihan dan dapat menyimpan natrium selama periode pembatasan natrium
ekstrem. Individu yang memiliki fungsi ginjal normal akan dapat
mempertahanakan kadar natrium serum dalam batas normal melalui ekskresi
natrium dala urine.
2) Kalium
Kalium adalah kation utama intraseluler. Kalium memegang peranan
penting dalam metabolisme sel, mengatur eksitabilitas (rangsangan)
neuromuskuler, kontraksi otot, mempertahankan keseimbangan osmotik dan
potensial listrik membran sel dan untuk memindahkan glukosa ke dalam sel.
Kalium dalam jumlah banyak terletak dalam sel, dan dalam jumlah relatif kecil
(kira-kira 2% ) terletak dalam cairan ekstraseluler. Rasio kalium dalam CES dan
CIS membantu menentukan potensial istirahat membran sel otot dan syaraf, maka
perubahan pada kadar kalium plasma dapat mempengaruhi fungsi neuromuskuler
dan jantung.Distribusi kalium antara CES dan CIS dipengaruhi oleh pH darah,
masukan diet, hormon (aldosteron, insulin dan efinefrin), dan terapi diuretik.
20
Tubuh menambah kalium dari makanan (gandum utuh, daging, polong-
polongan, buah-buahan dan sayur mayur) dan obat-obatan. Selain itu, CES
manambah kalium kapan saja ketika ada kerusakan sel-sel (katabolisme
jaringan) atau gerakan kalium ke luar sel. Biasanya gangguan kalium tidak terjadi
kecuali terdapat penurunan yang bersamaan dengan fungsi ginjal. Kalium hilang
dari tubuh melalui ginjal, saluran gastrointestinal (GI) dan kulit. Kalium dapat
hilang dari CES karena perpindahan intraseluler dan anabolisme
jaringan.Pengatur kadar kalium adalah ginjal, dengan cara mengatur jumlah
kalium yang diekskresikan melalui urine. Suatu kondisi yang menurunkan
pengeluaran urine akan menurunkan pengeluaran kalium.
Mekanisme pengaturan lain adalah dengan pertukaran ion kalium dengan
ion natrium di tubulus ginjal, apabila natrium dipertahankan, kalium
diekskresikan. Hormon aldosteron juga meningkatkan ekskresi kalium, jadi
kondisi yang meningkatkan kadar aldosteron (seperti pemberian kortikosteroid
atau stress pasca bedah) akan meningkatkan ekskresi kalium dalam urine.
Kemampuan ginjal untuk menyimpan kalium tidak sekuat dalam menyimpan
natrium, sehingga masih ada kemungkina kalium hilang dalam urine pada
kondisi kekurangan kalium.
Kadar kalium normal adalah 3,5 sampai 5,3 mEq/L. Kadar kalium yang
rendah (hipokalemia) bisa terjadi karena kondisi alkalosis (alkalosis mendorong
kalium masuk ke dalam sel), sedangkan kalium tinggi (hiperkalemia) terjadi
pada asidosis (asidosis mendorong kalium keluar sel).
3) Kalsium
Kalsium merupakan elektrolit paling banyak di dalam tubuh, terutama
terdapat dalam tulang. Kalsium dijumpai dalam darah dalam dua bentuk yaitu
kalsium bebas terionisasi yang terdapat dalam sirkulasi dan kalsium yang
berikatan dengan protein. Bentuk yang berikatan ini berikatan dengan priotein
plasma (albumin) dan zat-zat kompleks lainnya seperti fosfat. Kurang dari 1%
dari kalsium tubuh dikandung dalam cairan ekstraseluler, konsentrasi ini diatur
oleh hormon paratiroid dan parathyroid.
21
Berikut adalah bentuk-bentuk kalsium yang terdapat di dalam cairan
tubuh:a) Terionisasi (4,5 mg/100 ml)b) Tidak dapat berdifusi, yang merupakan
kalsium kompleks terhadap anion protein (5 mg/100 ml)c) Garam kalsium,
seperti kalsium sitrat dan kalsium fosfat (1 mg/100ml). Kadar kalsium
mempunyai efek pada fungsi neuromuskuler, status jantung, dan
pembentukan tulang, integritas dan struktur membran sel, koagulasi darah dan
relaksasi otot. Kalsium di dalam cairan ekstrasel diatur oleh hormon paratiroid
dan kalsitonin.
Hormon parathyroid (PTH) mengontrol keseimbangan kalsium, absorpsi
kalsium di gastrointestinal, dan ekskresi kalsium di ginjal. Hormon
parathyroid (PTH) dilepaskan oleh kelenjar parathyroid dalam respon
terhadap kadar kalsium serum rendah. Ia meningkatkan resorpsi tulang (gerakan
kalsium dan fosfor keluar tulang) mengaktivasi vitamin D, meningkatkan
absorpsi kalsium dari saluran gastrointestinal, dan merangsang ginjal menyimpan
kalsium dan mengekskresi fosfor. Kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tyroid bila
kadar kalsium serum meningkat, ini akan menghambat resopsi tulang.
4) Klorida
Klorida merupakan elektrolit utama CES. Kadar klorida dalam darah
secara pasif berhubungan dengan kadar natrium, sehingga bila natrium serum
meningkat, klorida juga meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penurunan atau penambahan klorida seringkali mempengaruhi kadar
natrium. Keseimbangann klorida dipertahankan melalui asupan makanan dan
ekskresi serta reabsorpsi renal. Kadar klorida yang meningkat disebabkan
oleh dehidrasi, gagal ginjal, atau asidosis. Kadar klorida yang menurun
disebabkan oleh hilangnya cairan dalam saluran gastrointestinal (mual, muntah,
diare, atau pengisapan lambung).
22
Klorida diatur melalui ginjal, jumlah yang diekskresikan berhubungan
dengan asupan makanan. Seseorang yang memiliki ginjal normal yang
mengkonsumsi klorida dalam jumlah besar, akan mengekskresikan klorida
yang lebih tinggi dalam urine.Nilai laboratorium normal untuk klorida serum
adalah 100-106 mEq/L.
5) Magnesium
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua di dalam cairan
intrasel setelah kalium. Magnesium diperoleh secara normal dari asupan diet.
Magnesium tubuh, kira-kira 50-60% terletak dalam tulang dan kira-kira 1%
terletak di CES. Kira-kira seperempat sampai sepertiga dari magnesium plasma
terikat pada protein, sebagian kecil berikatan dengan substansi lain (kompleks),
dan bagian sisanya terionisasi atau bebas.
Magnesium merupakan ion utama intrasel, ia memainkan perana vital
fungsi seluler normal. Secara khusus, magnesium berperan dalam mengaktifkan
enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan protein, dan
mencetuskan pompa kalium-natrium. Magnesium juga berperan dalam transmisi
aktivasi neuromuskular, transmisi dalam sistem saraf pusat dan fungsi
miokard.Magnesium diatur oleh beberapa faktor, yaitu absorpsi gastrointestinal,
vitamin D dan ekskresi ginjal.
23
6) Bikarbonat
Bikarbonat merupakan buffer dasar kimia yang utama di dalam tubuh. Ion
bikarbonat ditemukan dalam CES dan CIS. Bikarbonat diatur oleh ginjal, apabila
tubuh memerlukan lebih banyak basa, ginjal akan mereabsorpsi bikarbonat dalam
jumlah yang lebih besar dan bikarbonat tersebut akan dikembalikan ke dalam
cairan ekstrasel.
Bikarbonat merupakan ion penting dalam sistem buffer asam karbonat-
bikarbonat yang berperan dalam kesimbangan asam-basa. Nilai normal
bikarbonat adalah 22-26 mEq/L. Dalam darah vena, bikarbonat diukur melalui
karbondioksida dan nilai bikarbonat normal pada dewasa adalah 24-30 mEq/L.
7) Fosfat
Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat
dan kalsium membantu mengembangkan dan memelihara tulang dan gigi.
Fosfat juga meningkatkan kerja neuromuskuler normal, berpartisipasi dalam
metabolisme karbohidrat, dan membantu pengaturan asam-basa. Fosfat secara
normal diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal. Konsentrtasi fosfat serum
diatur oleh ginjal, hormon parathyroid dan vitamin D teraktivasi. Nilai normal
fosfat serum adalah 2,5-4,5 mg/100 ml.
1. Hipovolemia
Hipovolemia merupakan penipisan volume cairan ekstraseluler.
Hipovolemia dapat terjadi karena kekurangan pemasukan air (anoreksia, mual,
muntah, tidak mampu menelan, depresi) atau pengeluaran yang berlebihan
(kehilangan melalui kulit, GI, ginjal, perdarahan). Kekurangan cairan dapat
terjadi sendiri atau kombinasi dengan ketidakseimbangan elektrolit.
Mekanisme kompensasi hipovolemia termasuk peningkatan rangsang sistem
saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung dan tahanan vaskuler), rasa haus,
pelepasan hormon antidiuretik (ADH), dan pelepasan aldosteron.
24
(a) Etiologi hipovolemia adalah sebagai berikut:
(1) Kehilangan cairan melalui saluran pencernaan
(2) Poliuria
(3) Demam (meningkatkan suhu tubuh, dapat meningkatkan metabolisme,
demam juga menyebabkan air keluar lewat paru-paru.)
(4) Keringat yang berlebihan
(5) Kurang pemasukan air (anoreksia, mual, depresi, sakit di daerah mulut dan
faring)
25
2. Hipervolemia
Hipervolemia merupakan penambahan volume CES. Kondisi ini bisa
terjadi bila tubuh menahan air dan natrium dalam proporsi yang sama, tanpa
disertai perubahan kadar elektrolit.
(a) Etiologi hipervolemia:
(1) Penyakit karena gangguan pada mekanisme regulasi (gagal jantung,
cushing syndrome, gagal ginjal, serosis hati)
(2) Intake natrium klorida yang berlebihan
(3) Pemberian infus yang mengandung natrium dalam jumlah berlebihan
(4) Banyak makan makanan yang mengandung natrium
26
Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler akibat penambahan volume atau
obstruksi vena, peningkatan permeabilitas kapiler karena luka bakar, alergi,
atau infeksi akan menyebabkan peningkatan volume cairan interstisial.
Penurunan pembuangan cairan interstisial terjadi bila terdapat obstruksi
pada aliran keluar limfatik atau penurunan tekanan onkotik (protein bisa
membantu untuk menahan volume vaskuler pada ruang vaskuler).
Retensi air dan natrium oleh ginjal yang meningkat akan mempertahankan
edema umum.Edema umum biasanya merupakan bukti paling nyata pada area
tergantung. Pada pasien ambulasi akan menunjukkan edema pretibia atau
pergelangan kaki, sedangkan pasien yang terbatas di tempat tidur akan
menunjukkan edema sacral. Edema umum bisa juga terjadi di sekitar mata
(periorbital) atau pada kantong skrotal karena tekanan jaringan rendah pada area
ini.
2) Kalium
Kalium diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan osmotik dan potensial
listrik membran sel dan untuk memindahkan glukosa ke dalam sel.
28
3) Klorida
Kadar klorida dalam darah secara pasif berhubungan dengan kadar natrium,
sehingga bila natrium serum meningkat, klorida juga meningkat
5) Magnesium
Magnesium diperoleh dari masukan diet. Ekskresi magnesium melalui ginjal
29
2.4 GANGGUAN ASAM BASA TUBUH
A. Pengertian Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen
yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh
sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya
berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat
konsentrasi ion H+ atau ion O yang sangat rendah. Keseimbangan asam basa
adalah keseimbangan ion hidrogen.
Walaupun produksi akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah
sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hidrogen dipertahankan pada kadar
rendah pH 7,4. Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara
7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan
basa agar proses metabolism dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ
yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal
berperan dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah :
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH
> 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai
komponen asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya
adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya
jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya
jumlah komponen asam.
30
B. Proses Produksi Dan Sekresi Asam Basa Tubuh
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan
ginjal dalam menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi,
ekskresi, dan absorpsi ion hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer
tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa
dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh
dilindungi dari perubahan Ph dengan sistem buffer. Mekanisme buffer tersebut
bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.
Sekresi ion hidrogen berlangsung di sel-sel epitel tubulus proksimal,
segmen tebal asenden ansa henle dan tubulus distal ke dalam cairan tubulus.
Proses sekresi dimulai ketika CO2 berdifusi ke dalam sel tubulus atau dibentuk
melalui metabolisme sel dalam epitel tubulus. H2O akan berikatan dengan CO2
membentuk H2CO3 melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim karbonik
anhidrase. H2CO3 segera berdisosiasi membentuk H+ dan ion bikarbonat
(HCO3). HCO3 mengikuti gradien konsentrasi melalui membran basolateral
akan pergi ke cairan intertisial ginjal dan ke aliran darah kapiler peritubular.
Bersama dengan itu H+ akan disekresikan ke lumen tubular, tergantung
daerah lumen, proses ini berlangsung melalui transport aktif primer pompa H, K-
ATPPase, di tubulus distal dan kolligens, serta transport-imbangan Na/H di
tubulus proksimal.
Sekresi ion hidrogen melalui transport-imbangan Na/H terjadi ketika
natrium bergerak dari lumen tubulus ke bagian dalam sel, natrium mula-mula
bergabung dengan protein pembawa di batas luminal membrane sel.
32
Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah
antara 7,35- 7,45.4 2. Sistem Paru Paru-paru, dibawah kendali medula otak,
mengendalikan karbondioksida, dan karena itu juga mengendalikan kandungan
asam karbonik dari cairan ekstraseluler.
Paru-paru melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai
respons terhadap jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan
parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan yang
kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida dalam darah
arteri (PaCO2) juga mempengaruhi respirasi.
Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh
PaCO2. Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat
sehingga menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk
mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis metabolik, frekuensi
pernapasan 7 diturunkan, dan menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk
meningkatkan beban asam).
Sistem Ginjal Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal
harus mengeluarkan anion asam non volatile dan mengganti HCO3 - . Ginjal
mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen
dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem
buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia. Ion hidrogen,
CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang
dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus.3 Pada proses
tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat
berfungsi kembali.
Tubulus proksimal adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan
pengeluaran asam. Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion
bermuatan negative pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat
rendahpun, ion hidrogen mempunyai efek yang besar pada sistem biologi. Ion
hidrogen berinteraksi dengan berbagai molekul biologis sehingga dapat
mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion
hidrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa
proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.
33
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus meneru1s di
dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hidrogen sangat bervariasi
tergantung diet, aktivitas dan status kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh
berasal dari makanan, minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh
ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak,
glikolisis anaerobik atau ketogenesis.
D. Jenis Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Asidosis Respiratorik Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang
berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari
fungsi paru-paru 8 yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan
kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan
turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah
merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih
cepat dan lebih dalam.
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat
yang mempengaruhi paru-paru. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila
penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap
mekanisme pernafasan. Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk.
Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor
(penurunan kesadaran) dan koma.
Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan
terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika
pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi
asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu
beberapa jam bahkan beberapa hari. Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-
paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada
penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang
mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan
buatan dengan bantuan ventilator mekanik.
34
Asidosis Metabolik Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang
berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila
peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar
menjadi asam.7 Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih
dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam
dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut
dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua
mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan
terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan
koma.
Penyebab asidosis metabolik dapat adalah :
1. Kelebihan produksi asam.
Pada asidosis diabetik atau asidosis laktak, produksi asam dapat melebihi
kemampuan ginjal untuk absorbsi dan ekskresi H+
2. Kurangnya cadangan dapar Kehilangan ion HCO3 yang terbuang
percuma melalui ginjal atau usus menyebabkan hipokarbonatremia dana asidosis
metabolik.
3. Kurangnya ekskresi asam.
Dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik dimana ginjal gagal
mengekskresikan asam yang diproduksi secara normal. Asidosis metabolik
ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita merasakan
mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih
cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan
memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa,
rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis
semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan
kematian.
35
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH
darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah
arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur
pH darah. Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon
dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan
tambahan untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah
yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes
yang tak terkendali.
Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik
yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang
dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air
kemih. Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai
contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan
membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu
dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat. Asidosis
metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang
diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya.
Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena,
tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat
membahayakan. Alkalosis Respiratorik Alkalosis Respiratorik adalah suatu
keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam,
sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari
aliran darah. Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan
dapat menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Preparat farmakologi
digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan
spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan.
Tindakan hygiene pulmonari dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan
saluran pernapasan dari mukus dan drainase pluren. Hidrasi yang adekurat di
indikasikan untuk menjaga membran mukosa tetap lembab dan karenanya
memfasilitasi pembuangan sekresi. Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan.
36
Ventilasi mekanik, yang digunakan secara waspada dapat memperbaiki
ventilasi pulmonari. Penggunaan ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat
menyebabkan eksresi karbondioksida yang demikian cepat sehingga ginjal tidak
mampu untuk mengeliminasi kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untuk
mencegah alkalosis dan kejang. Untuk alasan ini, kenaikan PaCO2 harus
diturunkan secara lambat. Membaringkan pasien dalam posisi semifowler
memfasilitasi ekspansi dinding dada. Alkalosis Metabolik Alkalosis Metabolik
adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar
bikarbonat.
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode
muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang
lambung.
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium
dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam
mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
37
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan
tubuh tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi
seseorang.Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2
kompartemen, yaitu intraselular dan ekstraselular. Cairan tubuh sendiri terdiri
dari komposisi zat elektrolit dan elektrolit yang masing-masing memegang
peranannya
Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam
jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Proses edema pada kasus retensi
natrium dan air terjadi bila ekskresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada
yang masuk. Edema yang disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma
dapat terjadimelalui beberapa cara yaitu, pengeluaran berlebihan protein plasma
di urine akibat penyakit ginjal dan penurunan sistesis protein plasma.
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion
hidrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang
dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat
molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu
pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OHyang sangat rendah.
Elektrolit berperan penting dalam tubuh manusia yang dapat
mempengaruhi metabolisme. Elektrolit darah pada setiap zat yang mengandung
ion bebas yang membuat subtansi elektrolit konduktif. Elektrolit merupakan ion
yang berada didalam cairan tubuh yang berupa kation misalnya : Na+ , K+ , Ca2+,
Mg2+ , anion misalnya : Cl- , HCO3- , HPO-2 , SO4 -2 , dan berupa laktat. Dalam
keadaan normal, nilai kadar anion dan kation seimbang, sehingga serum bersifat
netral. Cairan ektrasel kation utama Na+ dan anion utama Cldan HCO3 -
sedangkan pada cairan intrasel kation utama K
38
3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih
banyakkekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap
pengetahuan tentangPatofisiologi dapat terus dikembangkan dan diterapkan
dalam bidang keperawatan.
39
DAFTAR PUSTAKA
40