Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KESEIMBANGAN CAIRAN DAN

ELEKTROLIT
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah : FISIOLOGI
Dosen Pengampu: dr. Yudhan Triyana , S.Ked.,MMRS

Penyusun :
Kelompok 2

Abdul Wahid Resti Antika


Annisa Pangestu Satria
Elsa Ahmad Mujahid Siti Al Qomah
Kartini Yuspi Samawati Islami
Mila Zakiyah Nurhaqi

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA


WIRAUTAMA
Jln. Raya Mekarmukti, Des. Cijayana Kec. Mekarmukti
Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat allah SWT yang telah
Melimpahkan rahmat dan karuniya nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Sholawat beserta salamnya semoga tercurah limpahkan kepada nabi muhammad
SAW yang telah membawa kita semua kejalan kebenaran yang diridhoi allah SWT.

Maksud kami membuat tugas ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
fisiologi Dosen Pengampu dr. Yudhan Triyana , S.Ked.,MMRS kami menyadari
bahwa dalam penyusunan tugas ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara
penulisan maupun dalam isi makalah ini .

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya buat kami yang


membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Untuk menambah
pengetahuan tentang fisiologi .

Garut, 30 mei 2023

penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II............................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
A. Pengertian Cairan dan Elektrolit ........................................................................... 3
B. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit ..................................................................... 3
C. Cairan dan Elektolit dalam Tubuh ......................................................................... 4
D. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia............................................ 5
E. Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh............................................................... 6
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit .......... 7
G. Gangguan Penyakit CINTA .................................................................................. 9
BAB II.......................................................................................................................... 15
PENUTUP.................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara


fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total
berat badan tubuh. Menurut World Health Organization (WHO)
diare adalah kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya,
dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam priode 24 jam. Diare merupakan penyakit
berbasis lingkungan yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasite, protozoa, dan penularannya secara
fekal oral. Diare dapat mengenai semua kelompok umur baik balita, anak-anak, dan
orang dewasa dengan berbagai golongan sosial (WHO Diarrhoeal disiase, 2017).
Kebutuhan cairan dan elektrolit menurut abraham maslow dalam hirarki
merupakan kebutuhan fisiologis yang memiliki prioritas tertinggi. Kekurangan
volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam
jumlah yang proporsional ( isotonik) secara umum, kekurangan cairan di sebabkan
oleh beberapa hal, yaitu kehilanagan caiaran abnormal melalui kulit, penurunan
asupan cairan, dan perdarahan. Kekuarangan volume cairan adalah penurunan cairan
intravaskuler, interstitial, dan atau intraseluler. Hal ini mengacu pada dehidrasi,
kehialangan cairan saja tanpa perubahan natrium ( herdman, 2009).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari cairan dan elektrolit?


2. Bagaimana cairan dan elektrolit dalam tubuh?
3. Apa fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian cairan dan elektrolit


2. Untuk mengetahui proses cairan dan elektrolit di dalam tubuh
3. Untuk mengetahui fungsi cairan dan elektrolit di dalam tubuh
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Cairan dan Elektrolit

Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price,
2006). Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia,
2006). Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian
tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari
air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.

B. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai


didalam cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pengaturan ini penting bagi kehidupan sel karena sel harus secara terus
menerus berada didalam cairan dengan komposisi yang benar, baik cairan
didalam maupun diluar sel.
1. Daya tarik elektrolit terhadap air
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan
tubuh. Sel-sel tubuh memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar terutama
natrium dan klorida dan didalam sel terutama kalium, magnesium,fosfat,
dan sulfat
2. Air mengikuti elektrolit

3
Air akan bergerak ke arah larutan elektrolit yang berkonsentrasi lebih
tinggi. Hal ini dilakukan melalui membran sel semipermeable yaitu yang
bersifat permeable untuk air tetapi tidak permeable untuk elektrolit
3. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit oleh protein
Membran sel mengandung alat transport berupa protein yang mengatur
penyeberangan ion positif dan bahan lain melalui membran sel tersebut.
4. Pemeliharaan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi
semua mineral berada dalam batas-batas normal. Pengaturan ini terutama
dilakukan oleh saluran cerna dan ginjal.

C. Cairan dan Elektolit dalam Tubuh

a. Cairan dalam Tubuh Manusia


Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia
membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di
berbagai jaringan tubuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver
fisika-kimia yang kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh.
Seseorang dengan berat 70 kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya.
Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh
pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak
(relative bebas-air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit
dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh,
yaitu :
Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di
seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia.
Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan.
Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak
adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl-
Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel
dan menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan
intravascular, cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat
dalam ruang antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan
rongga serosa dan sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan
4
dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan
elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan
mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan
adalah : kation dan anion.
b. Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit.Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan
tidak bermuatan listrik, seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan
asam-asam organik.Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium
(K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-),
fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
denganbagian yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian
berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif
harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.Komposisi dari elektrolit-
elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun padaplasma terinci dalam tabel di
bawah ini :

D. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia

1. Fungsi Cairan dalam Tubuh


a. Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi
utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan
mineral pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.
b. Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk
samping hasil metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses
metabolisme seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat
c. sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung,
pelumas dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh
d. katalisator reaksi biologik sel,
e. pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.
f. Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada
pada kondisi ideal yaitu ± 37C.
5
2. Fungsi Elektrolit dalam Tubuh
a. Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel
terutama denga adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES
meningkat maka sejumlah cairan akan berpindah menuju CES untuk
keseimbangan cairan.
b. Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya
sistem bufer.
c. Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan
terjadi perpindahan yang menghasilkan implus – implus saraf dan
mengakibatkan terjadinya kontraksi otot.

E. Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh

Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara


sejumlah komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian
cairan, ruang cairan, membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi
cairan dan elektolit terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di
seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua, cairan interstisial dan komponennya
bergerak di antara kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan dan substansi bergerak
dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme pergerakan cairan
tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu :
a. Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi
menuju area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel.
Pada proses ini, cairan dan elektrolit masuk melintasi membrane yang
memisahkan dua kompartemen sehingga konsentrasi di kedua kompartemen itu
seimbang. Kecepatan difusi dipenngaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul,
konsentrasi larutan dan temperature larutan.
b. Osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane
semipermiabel dari area berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi
tinggi. Pada proses ini, cairan melintasi membrane untuk mengencerkan kedua
sisi membrane. Perbedaan osmotic ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi
protein yang tidak merata. Karena ukuran molekulnya yang besar,
6
ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid (tekanan onkotik) sehingga cairan
tertarik ke dalam ruang intravaskular.
c. Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan
oleh molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient
konsentrasinya. Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari
konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan
energy dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP). ATP berguna untuk
mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium dalam ruang ekstrasel dan
intrasel melalui suatu proses yang disebut pompa “natrium-kalium”.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:


a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya,
jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-
anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal
mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan
dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan.
Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering
disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam
tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat.
Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,
kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami
peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.

7
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit
dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat
disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu
bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia.
Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah
deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan
cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di
lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima
litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di
lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat
berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di
lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein
dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan
konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan
retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan
produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
f. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan
kehilangan air melalui IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat
mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
8
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya,
terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan
kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan
kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
i. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah
selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami
kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena
selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-
obat anastesia.

G. Gangguan Penyakit CINTA

1. CONGENITAL
Megakolon kronis
Hircscprung
Sindrom Waardenbrug-Shah
2. INFECTION
Kolotis ulseratif
Tipoid
3. NEOPLASMA
Kanker Prostat
Gagal Jantung
Tumor vili
4. TRAUMA
Kejang Simtomatik Akut
Syok Hipovolemik
5. AGING
Hipernatremia
Hiponatremia

9
▪ Gangguan Keseimbangan Cairan
Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa
defisit volume cairan atau sebaliknya.
1. Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD])
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun
proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal.
Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan
hipovolemia, tekanan osmotik mengalami perubahan sehingga cairan
interstisial menjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang interstisial
sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara umum, kondisi defisit
volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :
a) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang
sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam
plasma 130-145 mEq/l.
b) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang
sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam
plasma 130-150 mEq/l.
c) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih
sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma
darah adalah 130 mEq/l.
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan
beberapa perubahan. Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel
(hipovolemia) dan perubahan hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa
disebabkan oleh banyak faktor, seperti kurangnya asupan cairan,
tingginya asupan pelarut (mis., protein dan klorida atau natrium) yang
dapat menyebabkan eksresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam
waktu yang lama, serta kelainan lain yang menyebabkan pengeluaran
urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan
menurut derajat keparahan menjadi :
a. Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5%
dari berat tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5%
pada anak yang lebih besar dan individu dewasa sudah dikategorikan
10
sebagai dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebih dapat
berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru,
atau pembuluh darah.
b. Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai
5-10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum
berkisar 152-158 mEq/l. Salah satu gejalanya adalah mata cekung.
c. Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai
4-6 liter. Kadar natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini
penderita dapat mengalami hipotensi.

2. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE])


Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan
yang ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang
ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi
umumnya disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang
kerap muncul terkait kondisi ini adalah peningkatan volume darah dan
edema. Edema terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik dan
penurunan tekanan osmotic. Edema sering muncul di daerah mata, jari, dan
pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang muncul di daerah
perifer. Jika area tersebut ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak
langsung hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini karena perpindahan cairan
ke jaringan melalui titik tekan edema pitting tidak menunjukkan kelebihan
cairan yang menyeluruh. Sebaliknya pada edema non-pitting, cairan di
dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area dengan penekanan jari. Ini
karena edema non-pitting tida menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel,
melainkan kondisi infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan
dan pembekuan cairan di permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular
meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan pada permukaan
interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh.
Manifestasi edema paru antara lain penumpukan sputum, dispnea, batuk,
dan bunyi nafas ronkhi basah.

11
b. Gangguan keseimbangan elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi :
1. Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel
yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini
mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel
sehingga sel menjadi bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan
oleh penyakit ginjal, penyakit Addison, kehilangan natrium melalui
pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta asidosis
metabolic. Penyebab lain yang berkaitan dengan kelebihan cairan
adalah sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome of
inappropriate antidiuretic hormon [SIADH]), peningkatan asupan
cairan, hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes, oliguria, dan
polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala hiponatremia meliputi cemas,
hipotensi postural, postural dizziness, mual, muntah, diare, takikardi,
kejang dan koma. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah kadar
natrium serum <136 mEq/l dan berat jenis urine <1,010.
Hipernatremia adalah kelabihan kadar natrium di cairan ekstrasel
yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini
mengakibatkan berpindahnya cairan intrasel keluar sel. Penyebab
hipernatremia meliputi asupan natrium yang berlebihan, kerusakan
sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari paru-paru,
poliuria karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya meliputi kulit
kering, mukosa bibir kering, pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau
anuria. Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar natrium serum
>144 Meq/l, berat jenis urine >11,30.
2. Hipokalemia dan hiperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen
dan kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau
perubahan pH plasma. Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat
pada otot, distensi usus, penurunan bising usus, serta denyut nadi yang
tidak teratur. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium
serum <3,0 mEq/l. hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di
12
cairan ekstrasel. Kasus ini jarang sekali terjadi, kalaupun ada, tentu
akan sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat
trasmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung. Saat
terjadi hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
memberikan insulin sebab insulin dapat membantu mendorong kalium
masuk ke dalam sel. Tanda dan gejala hiperkalemia sendiri meliputi
cemas, iritabilitas, irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia, dan
kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium
serum >5 mEq/l, sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat
gelombang T memuncak, QRS melebar, dan PR memanjang.
3. Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel.
Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia
sebab tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan
mengambilnya dari tulang. Tanda dan gejala hipokalsemia meliputi
spasme dan tetani, peningkatan motilitas gastrointestinal, gangguan
kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan laboratorium untuk kondisi
ini meliputi kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta
memanjangnya interval Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji
dari tanda Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia adalah
kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini
menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada
akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala hiperkalsemia
meliputi penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah,
kelemahan dan letargi, nyeri punggung, dan serangan
jantung. Temuan laboratorium meliputi kadar kalsium serum >5,8
mEq/l atau 10 mg/100 ml dan peningkatan BUN akibat kekurangan
cairan. Hasil rontgen menunjukkan osteoporosis generalisata serta
pembentukan kavitas tulang yang menyebar.
4. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia
Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum urang dari
1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alohol
yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus
yang buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor, refleks tendon
13
profunda yang hiperaktif, konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang,
takikardi, dan hipertensi. Temuan laboratorium untuk kondisi ini
meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l. Hipermagnesemia
adalah kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam serum. Meski
jarang ditemui, namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal
ginjal., terutama yang mengkonsumsi antasida yang mengandung
magnesium. Tanda dan gejala hipermagnesemia meliputi aritmia
jantung, depresi refleks tendon profunda, depresi pernapasan. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum >3,4
mEq/l.
5. Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Secara
khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal
yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan
nasogastrik. Tanda dan gejala yang muncul menyerupai alkalosis
metabolic, yaitu apatis, kelemahan, kekacauan mental, kram, dan
pusing. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion
klorida >95 mEq/l. Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion
klorida serum. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia,
khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi
hiperkloremia menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga
menimbulkan ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini
bisa menyebabkan kelemahan, letargi, dan pernapasan Kussmaul.
Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105 mEq/l.
6. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi
ini dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan
ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang.
Hipofosfatemia dapat terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi,
ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya
meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala
neurologis yang tersamar. Temuan laboratorium untuk kondisi ini
adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl. Hiperfosfatemia adalah
peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul
14
pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun.
Selain itu, hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat
berlebih atau penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat.
Karena kadar kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda
dan gejala hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu
peningkatan eksibilitas sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan
tetani, peningkatan motilitas usus, masalah kardiovaskular seperti
penurunan kontraktilitas jantung/gejala gagal jantung, dan
osteoporosis. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4
mg/dl atau 3,0 mEq/l.

15
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi
dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total
jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan
pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan
lemak badan dan usia.
Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu
difusi, osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua
kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira
2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran
cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.
Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari
keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan
keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh dan
elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka cairan yang dikeluarkan juga lebih
banyak.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan
faktor yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan,
dan pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sunita Almatsier. 2009. “Prinsip Dasar Ilmu Gizi” Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
A, Aziz Alimul H.2009:”Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.”Jakarta:
Salemba Medika.
Potter, Perry.2009:”Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku.” Jakarta: Salemba
Medika.
dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan
Elizabeth J. Corwin Buku Saku Patofisiologi
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan
Cairan & Elektrolit” . Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4.
Jakarta: EGC

17

Anda mungkin juga menyukai