Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


SERTA ASAM BASA DALAM TUBUH MANUSIA

DISUSUN OLEH:
MARSELIA YULI PRATIWI (21311004)
RESTU REFINA (21311008)

DOSEN PEMBIMBING:
Veni Dayu Putri, M. Si.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI


PEKANBARU
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan karunia Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit, Serta Asam
Basa Dalam Tubuh Manusia” sebagai bagian dari tugas mata kuliah Biokimia.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa isi dari makalah ini jauh dari kata sempurna dan perlu
adanya perbaikan, untuk itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada teman-teman serta semua pihak yang
telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Pekanbaru, 10 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2
C. Manfaat Penulisan ........................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4
A. Kompartemen dan Komposisi cairan tubuh .................................................................... 4
B. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ............................................................................. 6
C. Derajat Keasaman Larutan (pH) ..................................................................................... 9
D. Teori Asam dan Basa .................................................................................................... 12
E. Macam – Macam Larutan ............................................................................................. 19
BAB III .................................................................................................................................... 24
PENUTUP................................................................................................................................ 24
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 24
B. Saran ............................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 26

ii
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Pada tubuh seorang dewasa, sekitar 60% terdiri atas air. Sementara pada bayi dan anak total
komposisi air dalam tubuh lebih tinggi daripada dewasa, yaitu 70-80%. Di dalam tubuh, sel-
sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-
organ pada rongga badan seperti paru-paru atau jantung sedangkan sel-sel yang mempunyai
konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan agar menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan
dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis yang
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut)
sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di
dalam tubuh sudah diatur sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat
dipertahankan. Untuk mempertahankan keseimbangannya, diperlukan masukan,
pendistribusian, dan keluaran yang memadai, yang diatur melalui mekanisme tersendiri
namun berkaitan satu sama lain.

Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis
tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler, termasuk
plasma darah dan cairan transeluler (Anonim 2010). Selain air, cairan tubuh mengandung
dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) yaitu elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah
substansi yang menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan
negative dan diukur dengan kapasitasnnya untuk saling berikatan satu sama lain. Elektrolit
terdiri dari kation dan anion.

Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya. Apabila
terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolitdalam tubuh dapat
mengakibatkan overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia,
1
hiperkalemia, dan hipokalsemia. Dengan demikian, keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan komponen atau unsur vital pada tubuh manusia.

Kation adalah ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraseluler
utama adalah natrium (Na+ ), sedangkan kation intrasesuler adalah kalium (K+ ). Sistem
pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium keluar dan kalium ke dalam
(Horne, 2001). Sedangkan anion adalah ion-ion yang membentuk muatan negative dalam
larutan. Selain elektrolit, cairan tubuh juga mengandung non-elektrolit. Nonelektrolit
merupakan substansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan
diukur berdasarkan berat.

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
(pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam
dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler
adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu:
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang
terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui mengenai kompartemen dan komposisi cairan.
2. Untuk mengetahui mengenai teori asam dan basa.
3. Untuk mengetahui mengenai derajat keasaman larutan (pH).
2
4. Untuk mengetahui mengenai larutan elektrolit dan non elektrolit.
5. Untuk mengetahui mengenai sistem buffer tubuh
6. Untuk mengetahui mengenai larutan isotonik, hipotonik, dan hipertonik.

C. Manfaat Penulisan
Makalah ini ditujukan kepada mahasiswa keperawatan agar mengetahui lebih lanjut
mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit, serta asam basa dalam tubuh manusia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kompartemen dan Komposisi cairan tubuh


Tubuh manusia terdiri dari cairan antara 50%-60% dari berat badan. Kebutuhan cairan tubuh
dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologi dan lingkungan. Cairan
dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan
tubuh ini bervariasi antara individu sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut.
Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dati total berat badan. Pada bayi dan anak-
anak, prosentase ini relative lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.

Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua pertiga bagian (67%) dari
cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan sepertiganya (33%) berada di luar
sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi
20% CES atau 15% dari total berat badan, dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES
atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompartmen tersebut, ada kompartmen lain
yang ditempati cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun, volumenya diabaikan karena
kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl-
terutama terdapat pada cairan ekstrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein
tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan
intrasel dan plasma.
1. Komposisi Cairan Tubuh
Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
a. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60%
dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat
badannya.
b. Solut (terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit
dan non-elektrolit.
c. Elektrolit: Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan
diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain(miliekuivalen/liter).

4
Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama.
mol/L) atau dengan berat molekul dalam garam (milimol/liter, mEq/L).

Kation adalah ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraselular utama adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular utama adalah
kalium (K˖). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke
luar dan kalium ke dalam. Anion adalah ion-ion yang membentuk muatan negatif
dalam larutan. Anion ekstraselular utama adalah klorida (Clˉ), sedangkan anion
intraselular utama adalah ion fosfat (PO4ɜ).

Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial secara esensial sama,
nilai elektrolit plasma menunjukkan komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri atas
cairan intraselular dan interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit plasma tidak
selalu menunjukkan komposisi elektrolit dari cairan intraselular. Pemahaman
perbedaan antara dua kompartemen ini penting dalam mengantisipasi gangguan
seperti trauma jaringan atau ketidakseimbangan asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit
dapat dilepaskan dari atau bergerak kedalam atau keluar sel, secara bermakna
mengubah nilai elektrolit palsma.
d. Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam
larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit
lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.

Cairan tubuh terbagi atas 2 kompartemen :


a. Cairan Intraseluler ( CIS ) Cairan Intraseluler adalah cairan di dalam membrn sel yang
berisi substansi terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit
serta untuk metabolisme.
b. Caian Ekstraseluler ( CES ) Cairan ekstraseluler terdiri dari 20% dari badan badan orang
dewasa atau 30% dari total cairan tubuh. Cairan ekstraseluler terdiri dari cairan
1. Intravaskuler
2. Interstisial
3. Transeluler

5
2. Pergerakan cairan tubuh
a. Difusi : proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah.
b. Osmosis : bergeraknya pelarut bersih seperti air melalui membran semipermeabel dari
larutan yang berkonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
c. Filtrasi : perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai
respon terhadap adanya tekanan cairan.
d. Transpor aktif : bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena daya aktif
tubuh seperti pompa jantung.

B. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit


Larutan elektrolit dan non elektrolit merupakan dua jenis bahan yang terkandung di dalam
cairan tubuh. Larutan elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang
terdapat pada cairan ekstrasel dan merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan. Larutan
elektrolit dibedakan menjadi yaitu ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Kation utama
dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan kation utama dalam cairan
intraselular adalah potasium (K+). Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida
(Cl-) dan bikarbonat (HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion
fosfat (PO43- ). Kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial kurang lebih sama,
sehingga nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler.
Sementara, larutan non elektrolit adalah substansi (zat-zat) seperti glokusa, urea, kreatinin,
dan bilirubin yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram
per 100 ml-mg/dl).
1. Pengaturan elektrolit
a. Sodium adalah elektrolit yang paling banyak terdapat pada cairan ekstrasel. Nilai
normal 135 - 145 mEq/L
b. Potasium adalah kation yang paling banyak pada intaseluler . Nilai normal 3,5 – 5
mEq/L
c. Calsium berfungsi transmisi impuls syaraf dan pembekuan darah, katalisator kontraksi
otot dan kekuatan konstraksi otot . Nilai normal 1,3 – 2,1 mEq/L
d. Magnesium merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Nilai normal 1,3
– 2,1 mEq/L
e. Clorida merupakan cairan anion ekstraseluler ditemukan di darah , cairan intensial dan
limpa . Nilai normal 95 – 105 mEq/L
6
f. Bikarbonat merupakan molekul anion, berfungsi pada keseimbangan asam basa dan
diatur oleh ginjal. Nilai normal 25 – 29 mEq/L
g. Fosfat merupakan anion dalam sel tubuh, berfungsi sebangai keseimbangan asam
basa. Nilai normal 2,4 – 4,5 mwq/L ( mmol/L ).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat
badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih
besar dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan
jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya
kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang
tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orangdewasa.
Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan
pernapasan. Pada lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan
oleh masalah jantung atau gangguan ginjal.
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal
ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian,
jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang
tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan
dan aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak disadari (insensible
water loss/IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang
bersuhu tinggi atau didaerah deangan kelembaban yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja
berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak
lima litersehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan
7
panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang
panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat
kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan
terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan
penurunan kadar albumin.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress,
tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler, peningkatan konsentrasi glukosa
darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormon
antidiuritik yang dapat mengurangi produksi urin.
f. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar
sel atau jaringan yang rusak (mis. luka robek, atau luka bakar). Pasien yang
menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat
kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal
juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran
darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan
melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan
kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi ini dapat menyebabkan
edema paru. Normalnya, urin akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk
menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh.

Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan
menahan ADH sehingga produksi urin akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan
kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi urin dengan berbagi cara.
Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin.
Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi
akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis. gagal ginjal) individu
dapat mengalami oliguria (produksi urin kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria
(produksi urin kurang dari 200 ml/ 24 jam).
8
g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi
defisit cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretik menyebabkan kehilangan natrium
sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula
menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
i. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan
cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama periode operasi,
sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat
asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon
ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.

C. Derajat Keasaman Larutan (pH)


Derajat keasaman pH atau digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau basa yang
dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai
pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan
keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan
derajat kebasaan tertinggi. Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas
lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya
rendah. Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH
meter yang berkerja berdasarkan prinsip elektrolit/ konduktivitas suatu larutan. Sistem
pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi
dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH berdasarkan dari “p”, lambing metematika
dari negatif logaritma, dan “H”, lambang kimia dari unsur Hidrogen.

Dasar pengukuran Derajat Keasaman Asam dan basa adalah besaran yang sering digunakan
untuk pengolahan sesuatu zat, baik di industry maupun kehidupan sehari-hari, pada industry
kimia, keasaman merupakan variabel yang menentukan mulai dari pengolahan bahan baku,
menentukan kualitas produksi yang diharapkan sampai pengendalian limbah industry agar
9
dapat mencegah pencemaran pada lingkungan. Pada bidang pertanian, keasaman pada
waktu mengelola tanah pertanian perlu diketahui. Untuk mengetahui dasar pengukuran
derajat keasaman akan diuraikan dahulu pengertian derajat keasaman itu sendiri. Pada
prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang terjadi
antaar larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membran gelas) yang telah diketahui
dengan larutan yang terdapat diluar elektroda 4 gelas yang tidak diketahui. Hal ini
dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang
ukurannya relative kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektro
kimia dari ion hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan elektroda
pembanding. Sebagai catatan alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur
tegangan.
1. Spesifikasi Sensor pH
Pada perencanaan sensor derajat kesamaan (pH), sensor pH yang akan digunakan adalah
jenis Electroda (Sku: Sen0161) dari DF Robot dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Module Power : 5V
b. Module Size : 43mmx32mm
c. Measuring Range : 0-14.0 pH
d. Measuring Temperature : 0-60 oC
e. Accuracy : ± 0.1 pH (25 oC)
f. Response Time : < 1min
g. pH Sensor with BNC Connector
h. pH 2.0 Interface ( 3 foot patch )
i. Gain Adjustment Potentiometer
j. Power Indicator LED

2. Indikator
Indikator adalah zat yang mengalami perubahan warna karena keberadaan asam
atau basa. Para kimiawan memiliki banyak indikator yang akan berubah pada perubahan
kecil pH.
a. Kertas Lakmus
Sifat asam atau basa suatu larutan dapat juga diidentifikasi menggunakan
kertaslakmus. Ada dua jenis kertas lakmus yaitu:

10
1) Kertas lakmus warna biru. Di dalam larutan
asam, warna kertas berubah menjadi merah, sedangkan di dalam larutan netral atau
basa, warna kertas tidak berubah (tetap biru).
2) Kertas lakmus warna merah. Di dalam larutan basa, warna kertas berubah menjadi
biru,sedangkan di dalam larutan netral atau asam, warna kertas tidak berubah (tetap
merah)
b. Fenolftalein
Fenolftalein merupakan indikator lain yang biasa digunakan. Hingga beberapa
tahunyang lalu, fenolftalein digunakan sebagai zat aktif pada obat pencahar.
Fenolftalein jernih dantidak berwarna di dalam larutan asam dan akan berwarna merah
muda di dalam larutan basa.Indikator ini biasanya digunakan dalam proses titrasi,
yaitu proses penentuan konsentrasiasam atau basa yang tidak diketahui berdasarkan
reaksi dengan basa atau asam yang telahdiketahui konsentrasinya.Indikator Phenol
phtalein dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein (asamftalat) dengan fenol.
Trayek pH 8,2–10,0 dengan warna asam yang tidak berwarna dan berwarna merah
muda dalam larutan basa.
c. Metil merah
Metil Merah (Methyl Red ) adalah senyawa organik yang memiliki rumus
kimiaC15H15N3O2, senyawa ini banyak dipakai untuk indikator titrasi asam basa.
Indikator ini berwarna merah pada pH dibawah 4.4 dan berwarna kuning diatas 6.2.
Warna transisinya menghasilkan warna orange.
d. Methyl Orange (MO)
Indikator MO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam
suasanaasam dan berwarna jingga dalam suasana basa, dengan trayek pH 3,1
– 4,4.Pada kasus jinggametil, pada setengah tingkat dimana campuran merah dan
kuning menghasilkan warna jinggaterjadi pada pH 3.7 – mendekati netral.
e. Brom Timol Blue (BTB)
Indikator BTB atau brom timol biru dalam larutan asam berwarna kuning dan
dalamlarutan basa berwarna biru. Warna dalam keadaan asam disebut warna asam dan
warna dalamkeadaan basa disebut warna basa. Trayek pH pada 6,0 – 7,6.
f. Trayek perubahan warna dari beberapa indikator
Lakmus 5,5 - 8,0 Merah – Biru
MM 4,2 - 6,3 Merah – Kuning
MO 2,9 - 4,0 Merah – Kuning
11
BTB 6,0 - 7,6 Kuning – Biru
PP 8,3 - 10,0 Tak berwarana – Merah

3. Cara menghitung derajat keasaman


a. Asam/Basa Kuat:
Elektrolit kuat (mengion hampir sempurna dalam air) pH dapat ditentukan
langsung dari nilai konsentrasi (C) asam dan basa tersebut.
[H+]= C asam x valensi asam
[O-]= C basa x valensi basa

Valensi asam/ basa adalah jumlah H/OH pada asam/basa


contoh :
NaOH --> valensi basa = 1
H2SO4 --> valensi asam = 2

b. Asam/Basa Lemah:
Konsentrasi H+ dari asam dan OH- dari basa bergantung pada derajat ionisasi (α) dan
tetapan ionisasi (Ka (asam) atau Kb (basa).
[H+] = √ Ka x C asam
[OH-]= √ Kb x C basa
pH = - log [H+]
pH + pOH = 14
pOH = - log [OH-]

Ket: C = konsentrasi (Molaritas)

D. Teori Asam dan Basa


Istilah asam berasal dari bahasa latin Acetum” yang berarti cuka, karena diketahuizat utama
dalam cuka adalah asam asetat. Yaitu zat yang berasa masam. Basa (alkali) berasal dari
bahasa arab yang berarti abu. Secara umum basa yaitu zat yang berasa pahit dan bersifat
kaustik. Definisi umum dari basa senyawa kimia yang menyerap ionhydronium ketika
dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/ senyawa
kimia yang memeliki Ph lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan untuk ba
kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat tergantung
12
pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan
basa tersebut.
1. Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam
cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35.
Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis.
Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan
kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
a. Pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat
b. Katabolisme zat organik
c. Disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme
lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi
melepaskan ion H.

Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara
lain:
a. Perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf
pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
b. Mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.
c. Mempengaruhi konsentrasi ion K.

Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H
seperti nilai semula dengan cara:
a. Mengaktifkan sistem dapar kimia
b. Mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan
c. Mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan

Beberapa sifat asam yang dapat diamati di sekeliling kita, antara lain:
a. Berasa masam
b. Terasa sangat pedih bila terkena kulit (korosif)
c. Bereaksi dengan logam-logam, menghasilkan gas hidrogen
d. Bereaksi dengan kertas lakmus dan mengubah lakmus biru menjadi merah

13
Beberapa sifat basa yang dapat diamati di sekeliling kita, antara lain :
a. Berasa
b. Terasa licin di kulit
c. Bereaksi dengan kertas lakmus dan mengubah lakmus merah menjadi biru
d. Bereaksi dengan asam menghasilkan garam dan air

Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:


a. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
b. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.
c. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat.
d. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera. Jika


dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan
pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat terhadap perubahan
kadar ion H dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernapasan,
kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan
tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan
mensekresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki
dapar fosfat dan ammonia.
Nilai normal
a. PH : 7,35 – 7,45
b. PCO2 : 34 – 35
c. HCO3 : 22 – 26

2. Ketidakseimbangan Asam Basa


Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis atau alkalosis.
a. Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (
atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH
darah.
14
b. Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (
atau terlalu sedikit mengandung asam ) dan kadang menyebabkan meningkatkan pH
darah.

Asidosis dan alkalosis di kelompokkan menjadi 2, yaitu metabolic dan respiratorik.


a. Asidosis respiratorik, adalah kesamaan darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau
pernafasan yang lambat. Penyebab: asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak
dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.
b. Asidosis metabolik, adalah kesamaan darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Penyebabnya: jumlah asam dalah tubuh
dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah
menjadi asam.
c. Alkalosis respiratorik, adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadr karbondioksida dalam
darah menjadi rendah. Penyebab: pernafasan yang cepat dan dalam disebut
hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang
dikeluarkan dari alran darah.
d. Alkalosis metabolik, adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat. Penyebabnya: kehilangan asam karena muntah atau
pengosongan lambung, penggunaan diuretik.

Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan


dan ginjal sangat penting.

3. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Asam dan Basa


Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari 3 sistem:
a. Sistem Buffer
Buffer adalah suatu substansi atau sekelompok substansi yang dapat mengabsorps,
atau melepaskan ion-ion hidrogen untuk memperbaiki adanya ketidakseimbangan
asam-basa. Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan
segera bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion
hidrogen yang berlebihan. Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen,
bersifat temporer dan tidak melakukan eliminasi. Fungsi utama sistem buffer adalah
15
mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan asam organic
pada cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, sistem ini memiliki keterbatasan yaitu4 :
1) Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan
karena peningkatan CO2.
2) Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem
pernafasan bekerja normal
3) Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada tersedianya ion
bikarbonat.

Ada 4 sistem buffer, yaitu:


a. Buffer asam karbonat dan bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel
terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
1) Terdiri atas asam karbonat (H2CO3 ) yang bersifat asam lemah dan bikarbonat
(HCO3-) yang bersifat basa lemah
2) CO2 + H2O ↔H2CO3 ↔ H+ + HCO3 - NaHCO3 ↔ Na+ + HCO3- → H2CO3
→ CO2 + H2O
3) Merupakan sistem buffer terbanyak di cairan ekstra sel
4) Kadar HCO3 dan CO2 diatur oleh ginjal dan paru-paru

b. Buffer protein dan Hemoglobin merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan
intrasel. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk
perubahan asam karbonat.
1) Merupakan Buffer yang baik, protein mengandung gugus asam: karboksil ( -
COOH) dan basa: Amino (- NH2)
2) Sangat penting di dalam intrasel H2CO3 ← H2O + CO2 HCO-3 + H+ + HbO2
↔ H.Hb + O2
3) Pada eritrosit, Hb sangat penting karena dapat berikatan dengan ion hidrogen
menjadi deoxyhemoglobin (H-Hb)
4) 60 – 70% total buffering kimiawi pada cairan intrasel dan Interseluler
dilaksanakan oleh protein
5) Hb menjadi buffer ion H+ yang dihasilkan oleh H2CO3
6) Protein merupakan buffer yang terbanyak di sel dan darah
7) Histidine dan Cystein merupakan dua asam amino yang paling berperan sebagai
protein buffer.
16
c. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
1) Terdiri atas monohydrogen phospat (HPO4 2- ) yang bersifat basa lemah dan
dihydrogen phospat (H2PO4 - ) yang bersifat asam lemah
2) Merupakan sistem buffer terpenting di dalam sitosol
3) Hanya 8% dari konsentrasi sistem buffer HCO3
4) Memegang peranan penting di intrasel dan tubulus ginjal

Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika


dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka
pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap
perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat
pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan
ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H
secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke
dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.

Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam
menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan
absorpsi ion hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat,
ammonia). Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui
ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH
dengan sistem buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan
pH darah antara 7,35- 7,45.

b. Sistem Paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan karena
itu juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-paru
melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah
karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam
darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi. Tentu saja,
tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi
respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2.

17
Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga
menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi
kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis metabolik, frekuensi pernapasan 7
diturunkan, dan menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk meningkatkan beban
asam).

c. Sistem Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan anion
asam non volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal mengatur keseimbangan asam basa
dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme
pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan
pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen
tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di
basolateral tubulus. Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali
ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama
reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.

Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative
pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hidrogen
mempunyai efek yang besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan
berbagai molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi
enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hidrogen sangat penting pada fungsi normal
tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif
yang menghasilkan ATP.

Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus menerus di dalam tubuh.
Perolehan dan pengeluaran ion hidrogen sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas
dan status kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh berasal dari makanan, minuman,
dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil
metabolism karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.

18
E. Macam – Macam Larutan
Suatu larutan adalah campuran cairan homogen dari dua atau lebih komponen. Suatu larutan
di buat dengan melarutkan zat terlarut dalam pelarut. Ada tiga jenis larutan yang di
kelompokkan berdasarkan konsentrasi mereka yaitu larutan larutan isotonik, hipotonik dan
hipertonik. Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut yang ada dalam satuan volume
larutan.

Konsentrasi larutan menentukan tekanan osmotik-nya, yaitu tekanan minimum yang di


perlukan untuk menghindari larutan mengalir melalui membran semipermeabel. Perbedaan
utama antara larutan hipotonik, isotonik dan hipertonik adalah bahwa larutan isotonik adalah
larutan yang memiliki tekanan osmotik yang sama, dan larutan hipotonik adalah larutan
yang memiliki tekanan osmotik lebih rendah, sedangkan larutan hipertonik adalah larutan
dengan tekanan osmotik tinggi. Kondisi hipertonik adalah ketika konsentrasi zat terlarut
yang berada di luar membran semipermeabel. Kebalikan dari hipotonik, dalam kondisi ini
air mengalir keluar dari entitas yang tertutup membran semipermeabel (misalnya sel) untuk
menyeimbangkan tekanan osmosis.
1. Larutan Isotonik
Isotonik terdiri dari dua kata, yaitu Iso yang artinya sama, dan Tonik artinya tekanan.
Tekanan yang sama artinya cairan di dalam minuman isotonik harus mempunyai tekanan
yang sama yang terdapat dalam sel tubuh, dalam satuan osmolaritas. Larutan isotonik
adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama
(tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air.

Isotonik adalah suatu larutan yang osmolalitasnya sama dengan plasma darah. Pemberian
larutan isotonik melalui intravena akan mencegah perpindahan cairan dan elektrolit dari
kompartemen intrasel. Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak melibatkan
pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis tidak sempurna. Larutan-
larutan yang tersisa dalam keseimbangan osmotik yang berhubungan dengan membran
biologis tertentu di sebut isotonik. Ini berbeda dengan larutan-larutan iso-osmotik yang
tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul ketika di pisahkan oleh
membran semipermeabel.

Cairan isotonik osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair
dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada

19
pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah
terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada
penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya: cairan Ringer-Laktat (RL),
dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%). Larutan isotonik dengan larutan
pada sel tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis
tidak sempurna. Larutan-larutan yang tersisa dalam keseimbangan osmotik yang
berhubungan dengan membran biologis tertentu di sebut isotonik. Minuman isotonik
dapat di minum untuk menggantikan fluida dan mineral yang di gunakan tubuh selama
aktivitas fisik.

Jadi dapat di simpulkan bahwa isotonik sebenarnya adalah minuman yang aman karena
kandungannya harus tepat dan terukur dan sudah pasti bermanfaat bagi tubuh. Untuk
dapat di serap ke dalam tubuh harus mempunyai tekanan yang sama dengan sel tubuh
tersebut.
Fungsi Larutan Isotonik:
a. Membantu kelancaran sistem metabolisme.
b. Menggantikan cairan tubuh yang hilang.
c. Membentuk nutrisi sel.
d. Membuang residu-residu dalam tubuh.
e. Menambah tenaga.
f. Menyembuhkan penyakit (diare, tifus, sariawan, dsb).

2. Larutan Hipotonik
Hipotonik adalah suatu larutan yang memiliki konsentrasi solut lebih rendah dari plasma,
sehingga akan membuat air berpindah ke dalam sel. Larutan hipotonik merupakan larutan
yang mengandung lebih sedikit partikel terlarut (seperti garam dan elektrolit lain)
daripada yang ditemukan dalam sel normal dan darah. Larutan hipotonik biasanya
digunakan untuk memberikan cairan secara intravena kepada pasien yang dirawat di
rumah sakit untuk mengobati atau menghindari dehidrasi.

Jika sel dengan konsentrasi NaCl ditempatkan dalam larutan air suling, yang merupakan
air murni tanpa zat terlarut, larutan di luar sel adalah 100% air dan 0% NaCl. Di dalam
sel, larutannya adalah 99,1% air dan 0,9% NaCl. Air, sekali lagi, bergerak dari
konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah untuk melarutkan

20
konsentrasi zat terlarut untuk mencapai kesetimbangan. Jadi air mengalir dari larutan air
suling ke bagian dalam sel untuk mengencerkan konsentrasi zat terlarut di dalam sel.
Akibatnya, sel membengkak dan kemungkinan meledak. Oleh karena itu, menempatkan
sel dengan zat terlarut dalam larutan air suling akan menyebabkan pembengkakan dan
kemungkinan pecahnya sel.

3. Larutan Hipertonik
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi
(tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke luar sel
(kental). Hipertonik adalah suatu larutan yang memiliki konsentrasi solut lebih lebih
besar dari plasma, sehingga akan membuat air keluar dari dalam sel. Dalam lingkungan
hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan air mengalir keluar sel. Jika cukup air di
pindahkan dengan cara ini, sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit
sehingga sel tidak berfungsi lagi.

Turunan larutan hipertonik memiliki konsentrasi larutan yang lebih tinggi dari larutan
yang lainnya. Suatu larutan mengandung kadar garam yang lebih tinggi di bandingkan
dengan larutan yang lainnya. Jika larutan hipertonik ini di campurkan dengan larutan
lainnya (atau di pisahkan dengan membran semipermeabel) maka akan terjadi
perpindahan cairan menuju larutan hipertonis sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
larutan.

Sebagai contoh, larutan dekstrosa 5% dalam normal saline memiliki sifat hipertonik
karena konsentrasi larutan tersebut lebih tinggi di bandingkan konsentrasi larutan dalam
darah pasien. Titik beku besar, yaitu tekanan osmosisnya yang lebih tinggi dari serum
darah, sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi membran
semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya penciutan sel-sel darah merah. Peristiwa
demikian disebut plasmolisa. Bahan pembantu mengatur tonisitas adalah: NaCl,
Glukosa, Sukrosa, KNO3, dan NaNO3.

Cairan hipertonik osmolaritas-nya lebih tinggi di bandingkan serum, sehingga “menarik”


cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik.

21
Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-
Lactate, Dextrose 5% + NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

Contoh Larutan Hipertonik


a. Infus, dalam pemberian nutrisi bagi pasien melalui infus.
b. Larutan NaCl dengan kadar 7,5%. Kombinasi Dekstran 70, yang
merupakan koloid hiperonkotik, dengan NaCl 7,5% akan mempertahankan volume
vaskuler.
c. Larutan saline di gunakan untuk memberikan cairan intravena serta untuk perawatan
lensa kontak.
d. Larutan sirup jagung dan glukosa juga hipertonik, karena mengandung lebih banyak
gula daripada apa yang ada di sel kita.

Larutan Hipertonik pada Infus


Cairan infus yang memiliki tekanan osmotik lebih tinggi dari plasma darah di sebut
hipertonik. Contohnya adalah cairan manitol. Berdasarkan besar molekul yang
terkandung dalam suatu larutan, cairan infus dapat di bedakan menjadi:
a. Cairan Koloid. Mempunyai ukuran molekul yang besar, sehingga tidak akan keluar
dari membrane kapiler. Contohnya adalah larutan albumin dan steroid.
b. Cairan Kristaloid. Ukuran molekulnya lebih kecil di banding cairan koloid. Cairan ini
berfungsi untuk mengisi sejumlah volume cairan ke dalam plasma (volume expander).
Misalnya cairan NaCl 0,9% dan Ringer-Lactate.

Sedangkan berdasarkan komposisi yang terkandung dalam suatu cairan infus, dapat di
bedakan menjadi:
a. Cairan Elektrolit. Cairan ini di berikan untuk memenuhi kebutuhan akan beberapa
elektolit tubuh yang mengalami kekurangan, misalnya: NaCl, Ringer-Lactate, Ringer-
Asetat.
b. Cairan Nutrisi. Untuk cairan ini komposisi yang ada dalam larutan di berikan untuk
memberikan dukungan nutrisi (PT. Otsuka Indonesia, 2009).

22
Perbedaan Hipertonik dan Hipotonik
a. Larutan (air) memiliki konsentrasi yang tinggi dalam larutan hipotonik, sedangkan
konsentrasi larutan lebih rendah dalam larutan hipertonik.
b. Konsentrasi zat terlarut dari larutan hipertonik tinggi, sedangkan larutan hipotonik
rendah.
c. Molekul air bergerak ke dalam sel saat sel di rendam dalam larutan hipotonik.
Sebaliknya, molekul air meninggalkan keluar sel (air di dalam sel itu sendiri) ketika
di rendam dalam larutan hipertonik.
d. Ketika sebuah sel dengan sitoplasma yang di rendam dalam larutan
hipotonik, endosmosis berlangsung. Di sisi lain, sel yang direndam dalam larutan
hipertonik, eksosmosis berlangsung.
e. Larutan hipertonik menyebabkan sel menyusut sementara larutan hipotonik
menyebabkan sel membengkak.
f. Sitolisis dapat terjadi pada sel-sel karena larutan hipotonik
sedangkan plasmolisis dapat terjadi pada sel-sel tumbuhan karena larutan hipertonik.
g. Saat dehidrasi, larutan hipotonik dapat di gunakan dan saat hemoragi larutan
hipertonik dapat di gunakan.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tubuh manusia terdiri dari cairan antara 50%-60% dari berat badan. Kebutuhan cairan tubuh
dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologi dan lingkungan. Semua
cairan tubuh adalah air, elektrolit (larutan pelarut), substansi terlarut (solut). Cairan tubuh
terbagi atas 2 kompartemen, yaitu cairan intraseluler (CIS) dan cairan ekstraseluler (CES).

Derajat keasaman pH atau digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau basa yang
dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai
pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan
keasaman. Indikator adalah zat yang mengalami perubahan warna karena keberadaan asam
atau basa. Para kimiawan memiliki banyak indikator yang akan berubah pada perubahan
kecil pH. Indikator yang digunakan yaitu kertas lakmus, fenolftalein, metil merah, methyl
orange (mo), brom timol blue (btb).

Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan
tubuh. Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis (pH darah < 7,35) atau alkalosis (pH darah > 7,45). Pengaturan keseimbangan asam
basa diselenggarakan melalui koordinasi dari 3 sistem, yaitu sistem buffer, sistem paru, dan
sistem ginjal.

Ada tiga jenis larutan yang di kelompokkan berdasarkan konsentrasi mereka, yaitu larutan
larutan isotonik, hipotonik dan hipertonik. Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut
yang ada dalam satuan volume larutan. Konsentrasi larutan menentukan tekanan osmotik-
nya, yaitu tekanan minimum yang di perlukan untuk menghindari larutan mengalir melalui
membran semipermeabel.

B. Saran
Dengan adanya makalah tentang keseimbangan cairan dan elektrolit, serta asam basa dalam
tubuh manusia ini diharapkan seluruh mahasiswa terutama keperawatan, dapat
memahaminya. Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan di dalam makalah ini,
24
sehingga diharapkan bagi pembaca untuk memberikan kritik atau saran yang mendukung
demi kesempurnaan pembuatan makalah.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Indikator pH. Diambil 09 Desember 2021.


http://jejaringkimia.blogspot.com/indikator-asam-basa.html

Churcil Levingston (1989). Aids to fluid and Electrolite Behavior. Alih bahasa: Wili Japaris
(keseimbangan cairan dan Elektrolit). Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Communication Limited, Cambridge. 1996. Anatomi dan Fisiologi Modul Swa-instruksional.


Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

Hartawan, Utara dan I Nyoman Endi. 2017. Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit. Denpasar
Bali: Universitas Udayana.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/4631b9b8c3f8152608a46238e
4a719dc.pdf diakses pada 09 Desember 2021

Horne, M. M & Swearingen,P. L. (2000). Keseimbangan cairan, elektrolit, & Asam Basa. (ed.
2). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pearce, Evelyn. 1993. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.

Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta:EGC

26

Anda mungkin juga menyukai