Anda di halaman 1dari 16

Tugas Mata Kuliah Fisiologi

Cairan Tubuh dan Elektrolit


Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh:
Rezma Latifah Hanum (P27824117012)
Riska Maulidya Nugroho (P27824117025)
Esti Maulidya Suryaningrum (P27824117029)
Satirah Tussa’diyah Burhanuddin (P27824117034)
Reginna Vaya Pramesti (P27824117037)

KELAS DIII KEBIDANAN SUTOMO REG-A


PRODI DIII KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
POLTEKNIK KESEHATAN SURABAYA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, atas berkahan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kebutuhan Cairan dan
Elektrolit ini dengan sebaik-baiknya.
Tak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu selaku dosen mata
kuliah Kebutuhan Dasar Manusia yang telah memberikan banyak bantuan dan bimbingannya,
dan juga terima kasih kepada teman teman serta pihak pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini atas dasar tugas Kebutuhan Dasar Manusia. Dengan adanya
makalah ini kami berharap, pembaca mampu mengerti dan memahami isi yang berkaitan
dengan cairan dan elektrolit. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk referensi dan
menambah wawasan bagi para pembaca.
Penulis menyadari dalam proses pembuatan makalah masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami harapkan adanya masukan dan saran yang besifat membangun untuk
memperbaiki kekurangan dalam makalah ini.

Surabaya, 10 September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………………………………………......i
Daftar Isi……………………………………………………………………………………..ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………1
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………………..1
1.3 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………1
1.4 Manfaat……………………………………………………………………………………2
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Cairan dan Elektrolit………………………………………………………….3
2.2 Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia………….………………………………………3
2.3 Cara Perpindahan Cairan………………………………………………………………….3
2.4 Faktor yang Berpengaruh Dalam Pengaturan Cairan…………………..…………………4
2.5 Gangguan/Masalah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit………………. 4
2.6 Kebutuhan Elektrolit……………………………………………………………………....5
2.7 Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektrolit…………………………………………………7
2.8 Keseimbangan Asam Basa ………………………………………………………..………8
2.9 Gangguan/ Masalah dalam Asam Basa……………………………………………………8
2.10 Tindakan Mengatasi Masalah/Gangguan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan
Elektrolit…………………………………………………………………………………….…9
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….....12
3.2 Saran……………………………………………………………………………………...12
3.3 Daftar Pustaka………............……………………………………………........…………1

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh
manusia. Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan
tingkat usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda
dengan usia dewasa. Bayi mempunyai tingkat metabolism air lebih tinggi mengingat
permukaan tubuh yang relative luas dan presentase air tubuh lebih tinggi
dibandingkan dengan orang dewasa.
Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat makanan ke
dalam sel, sisa metabolisme, sebagai pelarut elektrolit dan nonelekrolit, memelihara
suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan. Di samping
kebutuhan cairan, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida, dan fosfat) sangat
penting untuk menjaga keseimbangan asam-basa, konduksi saraf, kontraksi muscular
dan osmolalitas. Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat
memengaruhi system organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi
cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang maka pemasukan harus cukup sesuai
dengan kebutuhan.

1.2 Tujuan
Menambah wawasan tentang kebutuhan cairan dan elektrolit guna
mempertahankan fungsi tubuh.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari cairan dan elektrolit?
2. Apa saja komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh ?
3. Bagaimana proses perpindahan cairan ?
4. Apa saja factor yg berpengaruh dalam pengaturan cairan ?
5. Apa saja gangguan/masalah dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit ?
6. Apa saja kebutuhan dalam elektrolit ?
7. Apa saja gangguan / masalah dalam kebutuhan cairan dan elektrolit ?
8. Bagaimana cara mengetahui keseimbangan asam basa ?
9. Apakah gangguan keseimbangan asam basa ?
10. Bagaimana tindakan untuk mengatahui tindakan mengatasi masalah / gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan

1.4 Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui cairan tubuh bagi manusia
3. Untuk mengetahui cara perpindahan cairan

1
4. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dalam pengaturan cairan
5. Untuk mengetahui gangguan/masalah dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit
6. Untuk mengetahui komposisi elektrolit
7. Untuk mengetahui gangguan/masalah kebutuhan cairan dan elektrolit
8. Untuk mengetahui keseimbangan asam basa
9. Untuk mengetahui Gangguan/masalah keseimbangan asam basa
10. Untuk mengetahui tindakan mengatasi masalah/gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Cairan dan elektrolit sangat di perlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh terdiri dari air
(pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman dan cairan intravena dan di distribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.

2.2 KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH BAGI MANUSIA


Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis, kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir
90% dari total berat badan, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara
keseluruhan, presentase cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat
badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat
badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Selain itu, presentase jumlah cairan
tubuh yang bervariasi juga bergantung pada lemak dalam tubuh dan jenis kelamin.
Jika lemak dalam tubuh sedikit, maka cairan dalam tubuh pun lebih besar. Wanita
dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria, karena jumlah
lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan lemak tubuh
pria dewasa.

2.3 CARA PERPINDAHAN CAIRAN


1. Difusi
Difusi merupakan berkumpulnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat
padat secara bebas atau acak. Proses difusi sapat terjadi apabila dua zat bercampur
dalam sel membran. Kecepatan proses difusi bervariasi bergantung pada factor ukuran
molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.

2. Osmosis
Osmosis adalah proses pemindahan pelarut murni (seperti air) melalui
membran semipermeable, biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang
kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat, sehingga larutan yang
berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedagkan larutan yang
berkonsentrasi tinggi akan bertambah volumenya.

3
3. Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transport
aktif. Transport aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis yang
memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakkan
berbagai materi guna menembus membran sel. Proses ini dapat
menerima/memindahkan molekul dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.

2.4 FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PENGATURAN CAIRAN


1. Tekanan Cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Dalam proses
osmosis tekanan osmotik merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik
larutan melalui membran. Larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus
intravena bersifat isotonik karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma
darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam
intrasel.

2. Membran Semipermabel
Membrane semipermabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul
besar tidak bergabung. Membran semipermabel ini terdapat pada dinding kapiler
pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak
berpindah ke jaringan.

2.5 GANGGUAN/MASALAH DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN

1. Hipovolume atau Dehidrasi


Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan
kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon kekurangan cairan tubuh dengan
mengosongkan cairan vascular. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan
muntah. Ada 3 macam kekurangan cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:
a. Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang
seimbang.
b. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak
daripada elektrolitnya.
c. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya
daripada air.
Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume
ekstrasel berkurang (hipovolume). Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi
secara cepat atau lambat dan tidak selalu cepat diketahui.

Macam dehidrasi berdasarkan derajatnya:


a. Dehidrasi berat

4
1. Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L.
2. Serum natrium 159-166 mEq/L.
3. Hipotensi
4. Turgor kulit bur
5. Oliguria
6. Nadi dan pernapasan meningkat
7. Kehilangan cairan mencapai >10% BB
b. Dehidrasi sedang
1. Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10%
2. Serum natrium 152-158 mEq/L
3. Mata cekung
c. Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-
2 L.

2. Hipervolume atau overdehidrasi


Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu
hipervolume dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Keadaan hipervolume
dapat menyebabkan pitting edema, merupakan edema yang berada pada darah perifer
atau akan mencekung setelah diletakkan pada daerah yang bengkak. Peningakatan
tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah cairan hingga ke membrane
kapiler paru-paru, sehingga menyebabkan edema paru paru dan dapat menyebabkan
kematian. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung yang mengakibatkan
peningkatan penekanan pada kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan ke
jaringan paru-paru.

2.6 KEBUTUHAN ELEKTROLIT


Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung
oksigen, nutrient, dan sisa metabolism (seperti karbondioksida), yang semuanya
disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion
elektrolit. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus
listrik.
Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut:
Natrium : 135-145 m Eq/L
Kalium : 3,5-5,3 m Eq/L
Klorida : 100-106 m Eq/L
Bikarbonat arteri : 22-26 m Eq/L
Bikarbonat vena : 24-30 m Eq/L
Kalsium : 4-5 m Eq/L
Magnesium : 1,5-2,5 m Eq/L

5
Fosfat : 2,5-4,5 mg/100ml
Pengaturan elektrolit dalam satuan mili ekuivale per liter cairan tubuh atau
milligram per 100 ml (mg/100ml. ekuivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan
zat kimia atau kation dan anion dalam molekul.
1. Pengaturan keseimbangan natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan
osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium ini paling banyak pada cairan
ekstrasel. Ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. ADH mengatur sejumlah air
yang diserap kembali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron mengatur
keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah.

2. Pengaturan keseimbangan kalium


Keseimbangan katium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion
natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosterone. Aldosteron juga berfungsi
mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (csiran ekstrasel). Sistem
pengaturannya melalui tiga langkah, yaitu:
a. Penigkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan produksi aldosterone
b. Peningkatan jumlah aldosterone akan memengaruhi jumlah kalium yang di
keluarkan melalui ginjal
c. Peningkatan pengeluaran kalium: konsentrasi kalium dalam cairan ekstra sel
menurun.

3. Pengaturan keseimbangan kalsium


Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung ole hormone paratiroid
melalui proses reabsorbsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar
paratiroid akan merangsang pembentukan hormone paratiroid yang langsung
meningkatkan jumlah kalsium dalam darah
4. Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium diabsorbsi dari saluran pencernaan, magnesium dalam tubuh di
pengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipomagnesemia terjadi bila konsentrasi serum
turun kurang dari 1,5 mEq/L. sedangkan hipermagnesia terjadi bila kadar
magnesiumnya lebih dari 2,5 mEq/L.

5. Pengairan keseimbangan klorida


Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan
keseimbangan tekanan osmotic dalam darah. Hipokloremia merupakan suatu keadaan
kekurangan kadar klorida darah. Sedangkan hiperkloremia adalah kelebihan kadar
klorida dalam darah. Kadar klorida normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108
mEq/L.
6. Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga)
dalam tubuh.

6
7. Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan
tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan mlalui urin.

2.7 GANGGUAN/MASALAH KEBUTUHAN ELEKTROLIT


1. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadan kekurangan kadar natrium dalam
plasma darah yang di tandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari
135 mEq/L, mual, muntah, dan diare. Hal tersebut menimbulkan rasa haus yang
berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi, dan membrane mukosa kering.

2. Hipernatremia
Hypernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma
tinggi yang ditandai adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan
permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan,
konvulsi, suhu badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145m Eq/L.

3. Hypokalemia
Hypokalemia adalah suatu keadaan kekurangan kadar kalium darah.
Hypokalemia sering terjadi ada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.

4. Hyperkalemia
Hyperkalemia merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah
tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, adosis
metabolic, pemberian kalium berlebihan melalui intravena.

5. Hipokalsemia
Hipokalsemia merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.
Hipokalsemia ditandai dengan adanya kam otot dank ram perut, kejang, bingung,
kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/L, serta kesemutan pada jari dan
sekitar mulut.

6. Hiperkalsemia
Hierkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah.
Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan
vitamin D secara berlebihan.

7. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.
Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan,
takikardi, hipertensi, disorientasi dan konvulsi, serta kadar magnesium dalam darah
kurang dari 1,3 m Eq/L.

7
8. Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kondisi berlebihan kadar magnesium dalam darah.
Hal ini di tandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium
lebih dari 2,5 mEq/L.

2.8 KESEIMBANGAN ASAM BASA


Aktivitas sel tubuh memerlukan keseimbangan asam basa yang dapat diukur
dengan pH (derajat kesamaan). Keseimbangan asam basa dapat dipertahankan melalui
proses metabolisme dengan system buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui
pernapasan dengan system regulasi (pengaturan di ginjal). Pengaturan asam basa
dilakukan oleh paru-paru hingga nilai pH menjadi standar melalui pengangkutab
kelebihan CO2 dan kelebihan H2CO3 dari darah yang dapat meningkatkan pH.

2.9 GANGGUAN/MASALAH KESIMBANGAN ASAM BASA


1. Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena
kegagalan system pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi, trauma kepala,
perdarahan, dan lain lain.

2. Asidosis metabolic
Asidosis metabolic merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi
penumpukan asam. Keadaan ini ditandai dengan adanya penurunan pH kurang dari
7,35 dan HCO3 kurang dari 22 mEq/L.

3. Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru-paru yang
dapat menimbulkan terjadinya paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, pH lebih dari 7,45.
Keadaan ini disebabkan oleh adanya hiperventilasi, kecemasan, emboli paru-paru, da
lain-lain.

4. Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolic suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau penambahan
basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26
mEq/L dan pH arteri lebih dari 7,45.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit :
1. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ, sehingga
dapat memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Temperature yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat
cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.

8
3. Diet. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan
makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergerakan cairan dari
interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan
kebutuhan cairan.
4. Stress dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui
proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan
metabolism sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat
menimbulkan retensi natrium dan air.
5. Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan keutuhan cairan yang
cukup.

2.10 TINDAKAN UNTUK MENGATASI MASALAH/GANGGUAN DALAM


PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Pemberian cairan melalui infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan
melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus.
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.

Persiapan alat dan bahan:


1. Standar infus
2. Perangkat infus
3. Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien
4. Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai ukuran
5. Pengalas
6. Tourniquet/pembendung
7. Kapas alcohol 70%
8. Plester
9. Gunting
10. Kasa steril
11. Betadine
12. Sarung tangan
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Hubungkan cairan dan perangkat infus dengan menusukkan ke dalam botol
infus(cairan).
4. Isi cairan ke dalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan
terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar
udaranya.
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7. Gunakan sarung tangan
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk

9
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
10. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum. Apabila saat penusukan terjadi
pengeluaran darah melalui jarum maka Tarik keluar bagian dalam (jarum)
sambil meneruskan tusukan ke dalam vena.
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
12. Buka tetesan
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
15. Catat respon yang terjadi
16. Cuci tangan
2. Transfusi Darah
Tranfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan
menggunakan seperangkat alat tranfusi pada pasien yang membutuhkan darah.
Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Persiapan alat dan bahan:
1. Standar infus
2. Perangkat transfusi
3. NaCl 0,9%
4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Jarum infus/ abocath sesuai ukuran
6. Pengalas
7. Tourniquet/pembendung
8. Kapas alcohol 70%
9. Plester
10. Gunting
11. Kasa steril
12. Betadin
13. Sarung tangan
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah transfuse
darah
4. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% terlebih dahulu sebelum pemberian
transfuse darah
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7. Gunakan sarung tangan
8. Desinfeksi darah yang akan ditusuk
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
10. Periksa apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum
infus/abocath
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang transfuse
12. Buka tetesan

10
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
15. Setelah NaCl 0,9% masuk sektar kuang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang
sudah disiapkan
16. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfuse
17. Catat respon terjadi
18. Cuci tangan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cairan elekrolit merupakan cairan yang diperlukan tubuh untuk keseimbangan


system metabolisme karena kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses
dinamik karena metabolism tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
merespon terhadap fisik dan lingkungan .

3.2 Saran

Meskipun ada banyak cairan elektrolit pengganti air putih , tapi kita harus
tetap menjadikan air putih sebagai kebutuhan cairan yang utama bagi tubuh . Karena
air putih adalah cairan elektrolit yg alami dan tentunya tidak tercampur oleh bahan-
bahan kimia apapun . Tetapi jika keadaan mendesak , alangkah baiknya diberi cairan
elektrolit yg lebih tinggi seperti infus , untuk memenuhi kebutuhan cairan di dalam
tubuh .

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/chuliecsztstefanerszt/konsep-kebutuhan-cairan-dan-
elektrolit

Uliyah,Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat, (2015), Keterampilan Dasar Praktik


Klinik untuk Kebidanan, Jakarta, Salemba Medika

Uliyah,Musrifatul dan A.Aziz Alimul Hidayat, (2004), Buku Saku Praktikum


Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta, EGC

13

Anda mungkin juga menyukai