Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PATOFISIOLOGI

“Keseimbangan dan Proses Perubahan Keseimbangan Cairan”

DOSEN PEMBIMBINNG
Dr. Metri Lidya, SKp., M. Biomed

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:


1. Andhini Perintis Candr (233110424) 11. Nayla Duhani (233110449)
a
2. Anisa (233110426) 12. Nuramzah (233110450)
3. Ardila Apriyentino (233110427) 13. Putri Aisyah (233110451)
4. Andri Oktaberino (233110425) 14. Rahma Zaitun (233110452)
Nahara
5. Devalino Raihannanda (233110433) 15. Rezky Aulyya Nisa (233110454)
6. Farel Septa Rahabib (233110435) 16. Sabrina Dwi (233110455)
Cahyadi
7. Tri Rahmadani (233110460) 17. Shiva Patmela (233110457)
Rahim
8. Ghina Dwi Apriliyanti (233110438) 18. Sufy Aldiantika (233110459)
9. Gina Sonia (233110439) 19. Zhakiyatul Qolbi (23311046)
10. Mailani Salsabila (233110444) 20. Moriska Kurnia (233110446)
Putri

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

1
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2023/2024

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq serta hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Patofisiologi yang
berjudul “Keseimbangan dan Proses Perubahan Keseimbangan Cairan”. Selanjutnya
Sholawat serta salam saya haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW dan
semoga kita mendapatkan syafa’at beliau di Yaumil Qiyamah nanti. Amiin.

Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dr. Metri Lidya, SKp., M. Biomed
yang telah memberikan tugas makalah ini dengan tujuan agar dapat menambah wawasan
maupun pengetahuan mengenai materi tersebut. Kami mengakui bahwa makalah ini terdapat
banyak kekurangan karena pengetahuan kami yang terbatas. Oleh karenanya kami
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua demi kesempurnaan makalah ini.

Penghargaan kami sampaikan kepada Sufy Aldiantika yang telah dengan tekun
menyusun makalah ini, serta kepada semua pihak yang turut berkontribusi dalam membuat
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat dan pemahaman bagi
kita semua di masa mendatang.

Padang, 5 Februari 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2. 1 Pengertian Ketidakseimbangan Cairan...............................................................................6
2.2 Akibat Dari Ketidakseimbangan Cairan.............................................................................14
2.3 Apa Itu Adema...................................................................................................................21
2.4 Bagaimana Proses Terbentuknya Adema...........................................................................24
BAB III....................................................................................................................................27
PENUTUP...............................................................................................................................27
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................27
3.2 SARAN..............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................29

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh.
tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang Seluruh cairan tubuh.
tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular dan
ekstraselular. Cairan tubuh sendiri terdiri dari komposisi zat elektrolit dan elektrolit yang
masing-masing memegang peranannya.

Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak
membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis, dan transporaktif yang membutuhkan
energi ATP yaitu pompa Na-K. Dalam kondisi yang normal, tubuh mememiliki suatu sistem.
mekanisme pengaturan untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, baik melalui
kendali osmoler dan nonosmoler.

Perlu diketahui kebutuhan harian cairan tubuh untuk menilai apakah keseimbangan
cairan tubuh dalam kondisi yang balans atau tidak. Dalam kondisi yang tidak balans, perlu
diberikan terapi cairan.

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai


macam gangguan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi dalam
beberapa bentuk, seperti overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipernatremia, dan sebagainya.
Masing- masing gangguan keseimbangan tersebut menimbulkan berbagai gejala dan bahkan.
kegawatdaruratan medis. Oleh sebab itu, praktisi kesehatan seharusnya mengetahui tentang
pentingnya keseimbangan cairan dan elektrolit agar tidak terjadi kasus-kasus tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian ketidakseimbangan cairan?
2. Apa akibat dari ketidakseimbangan cairan?
4
3. Apa itu adema?
4. Bagaimana proses terbentuknya adema?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian ketidakseimbangan cairan.
2. Mengetahui apa akibat dari ketidakseimbangan cairan.
3. Mengetahui apa itu adema.
4. Mengetahui bagaimana proses terbentuknya adema.

5
BAB II

PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Ketidakseimbangan Cairan
A. Cairan Tubuh

1. Definisi cairan tubuh

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang
memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
(pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas
cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini
dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun
kira-kira 50%-60% cairan.

2. Prosentase cairan tubuh

a. Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung
beberapa hal antara lain:

1. Umur
Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.
2. Kondisi lemak tubuh
Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
3. Jenis Kelamin
Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pada
pria, kerena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak
dibandingkan dengan pria.
b. Jumlah normal air pada tubuh manusia

1. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan


2. Dewasa :
–Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 – 55% Berat Badan
–Pria dewasa (20-40 tahun): 55 – 60% Berat Badan
–Usia lanjut : 45-50% Berat Badan
3. Fungsi Cairan
a. Pelarut universal

1) Senyawa bergerak lebih cepat dan mudah

2) Berperan dalam reaksi kimia. Contoh: Glukosa larut dalam darah


dan masuk ke sel

6
3) Sebagai medium untuk reaksi metabolisme dalam sel

4) Transport nutrient, membersihkan produk metabolisme dan


substansi lain.

b. Pengaturan suhu tubuh

1) Mampu menyerap panas dalam jumlah besar

2) Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas. Contoh:


Otot-otot selama exercise

c. Pelicin

1) Mengurangi gesekkan (sebagai pelumas)

d. Reaksi-reaksi kimia

1) Pemecahan karbohidrat

2) Membentuk protein

e. Pelindung

1) Cairan Cerebro-spinal, cairan amniotic

4. Komposisi Cairan Tubuh

Cairan tubuh berisikan:

a. Oksigen yang berasal dari paru-paru

b. Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan

c. Produk metabolisme seperti karbondiokasida

d. Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang disebut juga elektrolit.
Seperti misalnya sodium klorida dipecah menjadi satu ion Natrium atau sodium (Na+) dan
satu ion klorida (Cl–). Ion yang bermuatan positif disebut kation, sedangkan yang bermuatan
negatif disebut anion

Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS)
dan Cairan Ektraselular (CES)

a. Cairan Intraselular

Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh.
Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3
dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah
K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein,
sedikit HCO3–, SO42-, Cl–

7
b. Cairan Ekstrasel

Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar
1/3 dari total cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan
dalam transport nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil
metabolisme untuk kemudian dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai
pelumas pada persendian dan membran mukosa, penghancuran makanan dalam proses
pencernaan.

Cairan ekstrasel terdiri dari:

1) Cairan interstisial

Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan
limfe, jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran
tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang
dewasa.

2) Cairan intavaskuler

Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah


misalnya plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum
ada alat yang tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah
tersebut dapat diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia, komposisi darah
terdiri dari kurang lebih 55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari komponen darah
seperti sel darah merah, sel darah putih dan platelet.

3) Cairan transelular

Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti
cairan serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi
lambung, jumlahnya sekitar 1%-3%.

Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+, sedikit K+,
Ca2+, Mg2+ serta elektrolit anion terbanyak Cl– , HCO3–, protein pada plasma,
sedikit HPO42-SO42-.

5. Tekanan Cairan

Perbedaan lokasi antara di interstisial dan pada ruang vaskuler menimbulkan


tekanan cairan yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik atau osmotik koloid.

a. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang disebabkan karena volume cairan dalam
pembuluh darah akibat kerja dari organ tubuh.

b. Tekanan onkotik merupakan tekanan yang disebabkan karena plasma protein.

Perbedaan tekanan kedua tersebut mengakibatkan pergerakan cairan. Misalnya


terjadinya filtrasi pada ujung arteri, tekanan hidrostatik lebih besar dari tekanan

8
onkotik sehingga cairan dalam vaskuler akan keluar menuju interstisial. Sedangkan
pada ujung vena pada kapiler, tekanan onkotik lebih besar sehingga cairan dapat
masuk dari ruang interstisial ke vaskuler. Pada keadaan tertentu, dimana serum
protein rendah, tekanan onkotik menjadi rendah atau kurang maka cairan akan di
absorpsi ke ruang vaskuler.

6. Keseimbangan Cairan

a. Intake cairan dan output cairan

Keseimbangan cairan terjadi apabila kebutuhan cairan atau pemasukan cairan


sama dengan cairan yang dikeluarkan.

1) Intake cairan

Pada keadaan suhu dan aktivitas yang normal rata-rata pada orang dewasa
minum antara 1300-1500 ml perhari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh sekitar
2600ml, sehingga kekuarangan 1100-1300 ml. kekurangan cairan tersebut diperoleh
dari pencernaan makanan sayur-sayuran mengandung 90% air, buah-buahan 85% dan
daging 60% air. Kekurangan cairan dapt diperoleh dari makanan dan oksidasi selama
proses pencernaan makan.

Intake cairan meliputi:

Minum: 1300 ml

Pencernaan makanan: 1000 ml

Oksidasi metabolik: 300 ml

Jumlah: 2600 ml

2) Output Cairan

Kehilangan cairan dapat melalui 4 (empat) rute yaitu:

a) Urine

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus


urinariusmerupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi
normaloutput urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per
jam.Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi
urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat
maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.

b) Keringat

Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui

9
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis
padakulit.besarnya tergantung dari aktivitas, jumlahnya 0-500 ml

c) Insensible water loss (IWL)

IWL merupakan pengeluaran cairan yang sulit diukur, pengeluaran ini melalui
kulit dan paru-paru/pernapasan. Jumlahnya sekitar 1000-1300ml. keadaan demam dan
aktivitas meningkatkan metabolisme dan produksi panas, sehingga meningkatkan
produksi cairan pada kulit dan pernapasan.

d) Feses

Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

Pengeluaran cairan meliputi:

Ginjal: 1500 ml

Melalui keringat: 0-500 ml

Insensible water loss (IWL):

Kulit: 600-900 ml

Paru-paru: 400 ml

Feses: 100 ml

Jumlah: 2600-2900 ml

B. Pengaturan Keseimbangan Cairan

Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh, ada beberapa mekanisme tubuh


diantaranya:

1) Rasa Haus

Pusat rasa haus berada pada hypotalamus dan diaktifkan oleh peningkatan osmolaritas
cairan ekstarsel. Dapat juga disebabkan karena hipotensi, poliuri atau penurun volume cairan.
Rasa haus merupakan manifestasi klinik dari ketidakseimbangan cairan, sehingga
merangsang individu untuk minum.

2) Pengaruh Hormonal

Ada 2 jenis hormon yang berperan dalam keseimbangan cairan yaitu Antidiuretik
Hormon (ADH) dan Aldosteron.

a) Hormon ADH

10
ADH dihasilkan Ihipotalamus yang kemudian disimpan pada hipofisis posterior. ADH
disekresi ketika terjadi peningkatan serum protein, peningkatan osmolaritas, menurunnya
volume CES, latihan/aktivitas yang lama, stress emosional, trauma. Meningkatkan ADH
berpengaruh pada peningkatan reabsorpsi cairan pada tubulus ginjal. Reaksi mekanisme haus
dan hormonal merupakan reaksi cepat jika terjadi deficit cairan. Faktor yang menghambat
produksi ADH adalah hipoosmolaritas, meningkatnya volume darah, terpapar dingin, inhalasi
CO2dan pemberian antidiuretik.

b) Hormon aldosteron

Hormon ini dihasilkan oleh korteks adrenal dengan fungsinya meningkatkan


reabsorpsi sodium dan meningkatkan sekresi dari ginjal. Sekresi aldosteron distimulasi yang
utama oleh sistem renin-angotensin I. angiotensin I selanjutnya akan diubah menjadi
angiotensin II. Sekresi aldosteron juga distimulasi oleh peningkatan potasium dan penurunan
konsentrasi sodium dalam cairan interstisial dan adrenocortikotropik hormon (ACTH) yang
diproduksi oleh pituitary anterior. Ketika menjadi hipovolemia, maka terjadi tekanan darah
arteri menurun, tekanan darah arteri pada ginjal juga menurun, keadaan ini menyebabkan
tegangan otot arteri afferent ginjal menurun dan memicu sekresi renin. Renin menstimulasi
aldostreon yang berefek pada retensi sodium, sehingga cairan tidak banyak keluar melaui
ginjal.

3) Sistem Limpatik

Plasma protein an cairan dari jaringan tidak secara langsung direaksorpsi kedalam pembuluh
darah. Sistem limpatik berperan penting dalam kelebihan cairan dan protein sebelum masuk
dalam darah.

4) Ginjal

Ginjal mempertahankan volume dan konsentrasi cairan dengan filtrasi CES di glomerulus,
sedangkan sekresi dan reabsorpsi cairan terjadi di tubulus ginjal.

5) Persarafan

Mekanisme persarafan juga berkontribusi dalam keseimbangan cairan dan sodium. Ketika
terjadi peningkatan volume cairan CES, mekanoreseptor merespon pada dinding atrium kiri
untuk distensi atrial dengan meningkatkan stroke volume dan memicu respons simpatetik
pada ginjal untuk pelepasan aldosteron oleh korteks adrenal.

7. Konsentrasi Cairan Tubuh

a. Osmolaritas

Osmolaritas adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut per liter larutan,diukur dalam
miliosmol. Osmolaritas ditentukan oleh jumlah partikel terlarut per kilogram air. Dengan
demikian osmlaritas menciptakan tekanan osmotik sehingga mempengaruhi pergerakan
cairan. Jika terjadi penurunan osmolaritas CES maka terjadi pergerakan air dari CES ke

11
CIS,sebaliknya jika terjadi penurunan osmolaritas CES maka terjadi pergerakan dari CIS ke
CES. Partikel yang berperan dalam osmolaritas adalah sodium atau natrium,urea,dan glukosa.

b. Tonisitas

Tonisitas merupakan osmolaritas yang menyebabkan pergerakan air dari kompartemen ke


kompartemen yang lain. Ada beberapa istilah yang tekait dengan tonisitas yaitu:

1) Larutan isotonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas sama efektifnya dengan
cairan tubuh.

2) Larutan hipertonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas efektif lebih besar dari
cairan tubuh.

3) Larutan hipotonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas efektiflebih kecil dari
cairan tubuh,mengandung lebih sedikit natrium dan klorida daripada di plasma.

8. Pertukaran Cairan Tubuh

Pertukaran cairan tubuh terjadi karena danya pergerakan cairan antara kompartemen. Hal ini
terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi cairan. Pertukaran cairan tubuh terjadi melalui
proses difusi,osmosis,dan filtrasi dan transport aktif.

a. Difusi

Gerakan partikel dari larutan maupun gas secara acak dari area dengan konsentrasi tinggi ke
area dengan konsentrasi rendah. Proses difusi terjadi ketika partikel melewati lapisan yang
tipis. Kecepatan difusi ditentukan oleh ukuran molekul,konsentrasi larutan dan suhu larutan.
Semakin besar molekul kecepatannya berkurang. Meningkatnya temperature akan
meningkatkan pergerakan molekul dan mempercepat difusi.

b. Osmosis

Gerakan air yang melewati membran semipermeabel dari area yang berkonsentrasi rendah ke
area dengan berkonsentrasi tinggi. Pergerakan cairan dalam proses osmosis tidak terlepas
adanya tekanan osmotik dan tekanan onkotik. Proses osmotic tidak terlepas dari adanya
osmolaritas cairan dan tonisitas.

c. Filtrasi

Gerakan cairan dari area yang mepunyai tekanan hidrostatik tinggi ke area yang bertekanan
hidrostatik rendah

d. Transport Aktif

Perpindahan partikel terlarut melalui membran sel dari konsentrasi rendah ke daerah dengan
konsentrasi tinggi dengan menggunakan energi. Proses ini sangat penting dalam
keseimbangan cairan intrasel dan ekstrasel terutama dalam perbedaan kadar sodium dan

12
potassium. Untuk mempertahankan porposi ion tersebut diperlukan mekanisme pompa
sodium-potasium, dimana potassium akan masuk dalam sel dan sodium keluar sel.

9. Gangguan atau Masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan

a. Hipovolume atau dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan
cairan vaskular. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan
mengalirkan cairan keluar sel. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau
dehidrasi, yaitu:

1) Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang
seimbang.

2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada
elektrolitnya.

3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada
air.

Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume ekstrasel berkurang
(hipovolume). Pada keadaan ini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah entrasel ke
permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu
yang lama, maka kadar urea, nitrogen, serta kreatinin akan meningkat dan menyebabkan
terjadinya perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Macam dehidrasi (kurang volume
cairan) berdasarkan derajatnya:

1) Dehidrasi berat

a) Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L

b) Serum natrium 159-166 mEq/Lt

c) Hipotensi

d) Turgor kulit buruk

e) Oliguria

f) Nadi dan pernapasan meningkat

g) Kehilangan cairan mencapai > 10%BB

2) Dehidrasi sedang

a) Kehilangan cairan 2-4 L atau antara 5-10%BB

b) Serum natrium 152-158mEq/Lt

13
c) Mata cekung

d) Dehidrasi ringan

e) Kehilangan cairan mencapai 5%BB

f) Pengeluaran cairan tersebut sekitar 1,5-2 Lt

b. Hipervolume atau overhidrasi

Terdapat dua menifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume
(peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya cairan
interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat di antar jaringan.
Keadaan hiperolume dapat menyebabkan pitting edema, merupakan edema yang berada di
daerah perifer atau akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak. Hal ini
disebabkan karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam
jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting
edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan
trauma yang menyebabkan engumpulan membekunya cairan ke permukaan jaringan.
Kelebihan cairan vaskular dapat meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan
kepermukaan interstisial, sehingga menyebabkan edema anasarka (edema yang terdapat di
seluruh tubuh).

Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah cairan hingga ke
membran kapiler paru-paru, sehingga menyebabkan edema paru-paru dan dapat
mengakibatkan kematian. Manifestasi edema pru-paru adalah penumpukan sputum, dispnea,
batuk dan suara ronkhi. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantungyang
mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan
ke jaringan paru-paru

2.2 Akibat Dari Ketidakseimbangan Cairan


Penyebab Gangguan Elektrolit

Penyebab gangguan elektrolit berbeda-beda, tergantung dari jenis elektrolit di dalam


tubuh yang mengalami ketidakseimbangan. Misalnya, penyebab kekurangan fosfat akan
berbeda dengan penyebab kekurangan magnesium.

Kendati demikian, gangguan elektrolit umumnya terjadi akibat hilangnya cairan tubuh
secara berlebihan, seperti akibat memiliki luka bakar luas, berkeringat berlebih, diare,
maupun muntah secara terus menerus. Efek samping beberapa obat juga dapat menyebabkan
terjadinya gangguan elektrolit.

Berikut ini adalah berbagai jenis elektrolit serta faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kadarnya di dalam tubuh terganggu:

1. Fosfat

14
Fosfat berfungsi untuk menguatkan tulang dan gigi, menghasilkan energi, serta
membentuk lapisan sel. Jika kadar fosfat di dalam tubuh berlebihan (hiperfosfatemia), maka
bisa menimbulkan masalah pada otot dan tulang, serta meningkatkan risiko terkena serangan
jantung dan stroke.

Hiperfosfatemia dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

 Mengonsumsi obat pencahar (laksatif) yang mengandung fosfat secara berlebihan

 Mengalami komplikasi akibat pengobatan kanker (sindrom tumor lisis)

 Memiliki kelenjar paratiroid yang kurang aktif

 Memiliki kadar kalsium yang rendah

 Menderita gagal ginjal kronis

 Mengalami sesak napas

 Mengalami cedera otot

Sedangkan, kekurangan fosfat atau hipofosfatemia dapat terjadi karena beberapa


faktor berikut ini:

 Menderita malnutrisi berat akibat anoreksia atau kelaparan

 Mengonsumsi alkohol berlebihan

 Mengalami luka bakar yang parah

 Mengalami komplikasi diabetes (ketoasidosis diabetik)

 Menderita sindrom Fanconi, yaitu gangguan pada ginjal yang menyebabkan penyerapan
dan pelepasan zat-zat tertentu di dalam tubuh menjadi tidak normal

 Menderita kekurangan vitamin D

 Memiliki kelenjar paratiroid yang terlalu aktif

 Menderita diare kronis

Hipofosfatemia juga dapat terjadi karena konsumsi obat tertentu, seperti zat besi,
niacin (vitamin B3), obat maag jenis antasida, diuretik, kortikosteroid,
bisfosfonat, acyclovir, paracetamol, atau obat asma.

2. Klorida

Klorida adalah jenis elektrolit yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pH dalam
darah dan meneruskan impuls saraf. Kadar klorida diatur oleh ginjal, sehingga jika terdapat
ketidakseimbangan klorida, hal tersebut mungkin terjadi karena adanya kerusakan pada
ginjal.

15
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan kelebihan klorida
(hiperkloremia) di dalam tubuh:

 Mengalami gangguan pH darah (asidosis metabolik atau alkalosis respiratorik)

 Mengonsumsi acetazolamide dalam jangka panjang

 Sedangkan, kekurangan klorida (hipokloremia) dapat terjadi karena beberapa faktor,


seperti:

 Menderita diare atau muntah berkepanjangan

 Menderita penyakit paru-paru kronis, seperti emfisema

 Menderita gagal jantung

 Mengalami gangguan pH darah (alkalosis metabolik)

 Mengonsumsi obat pencahar, diuretik, atau kortikosteroid

3. Sodium/Natrium

Natrium berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh serta mengatur fungsi
saraf dan kontraksi otot. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami kelebihan natrium (hipernatremia):

 Menderita dehidrasi berat

 Mengalami hilangnya cairan tubuh karena demam

 Menderita diare

 Mengalami muntah-muntah

 Menderita penyakit pernapasan kronis, seperti bronkitis

 Mengonsumsi obat kortikosteroid

 Terlalu banyak berkeringat karena olahraga berlebih

 Sementara itu, seseorang dapat mengalami kekurangan sodium/natrium (hiponatremia)


akibat beberapa faktor berikut ini:

 Menderita malnutrisi

 Mengalami gangguan kelenjar tiroid, adrenal, atau hipotalamus

 Menderita gagal ginjal

 Menderita gagal jantung

 Mengalami kecanduan alkohol

16
 Mengonsumsi obat diuretik atau antikonvulsan

4. Kalsium

Kalsium adalah mineral yang penting untuk fungsi organ, saraf, otot, dan sel tubuh.
Kalsium juga berguna untuk pembekuan darah dan kesehatan tulang. Namun demikian,
kelebihan kadar kalsium dalam darah (hiperkalsemia) bisa menimbulkan berbagai gejala, di
antaranya sakit kepala, tubuh lemas, mual, muntah, dan nyeri tulang.

Seseorang berisiko mengalami hiperkalsemia jika memiliki kondisi di bawah ini:

 Menderita penyakit ginjal

 Menderita gangguan tiroid, misalnya hiperparatiroidisme

 Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti lithium, teofilin, atau diuretik

 Menderita penyakit paru-paru, seperti tuberkulosis (TBC) atau sarkoidosis

 Menderita jenis kanker tertentu, seperti kanker paru-paru dan kanker payudara

 Mengonsumsi antasida atau suplemen vitamin D secara berlebihan

 Kekurangan kadar kalsium dalam darah (hipokalsemia) juga tidak baik bagi kesehatan,
karena dapat meningkatkan risiko terserang osteoporosis. Kondisi ini dapat terjadi karena
beberapa faktor, yaitu:

 Menderita pankreatitis

 Menderita gagal ginjal

 Menderita kanker prostat

 Mangalami kekurangan vitamin D

 Mengonsumsi obat heparin atau antikonvulsan

5. Kalium/Potasium

Kalium berperan penting dalam mengatur fungsi jantung, serta menjaga fungsi saraf
dan otot. Kadar kalium di dalam tubuh dapat melebihi normalnya (hiperkalemia) jika
seseorang memiliki faktor seperti di bawah ini:

 Menderita gagal ginjal

 Menderita dehidrasi berat

 Mengonsumsi obat diuretik atau obat penurun tekanan darah

 Menderita komplikasi diabetes, seperti ketoasidosis diabetik

17
Sedangkan, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
kekurangan kadar kalium (hipokalemia) adalah:

 Menderita gangguan makan

 Mengalami dehidrasi

 Menderita muntah dan diare

 Mengonsumsi obat pencahar, diuretik, atau insulin

6. Magnesium

Magnesium adalah mineral penting yang berfungsi untuk mengatur fungsi saraf,
tekanan darah, dan kadar gula darah. Magnesium juga berperan dalam menjaga kesehatan
jantung, menghasilkan energi bagi tubuh, serta menjaga kesehatan tulang.

Kelebihan kadar magnesium (hipermagnesemia) dapat menyebabkan otot menjadi


lemah, refleks lambat, mudah mengantuk, pusing, sakit kepala, mual, muntah, denyut jantung
lambat atau tidak teratur, napas lebih lambat dari biasanya, bahkan pingsan.

Seseorang berisiko mengalami hipermagnesemia jika memiliki faktor seperti berikut:

 Mengalami overdosis suplemen magnesium

 Menderita gagal ginjal

 Menderita penyakit tertentu, misal Hipotiroidisme dan Penyakit Addison

 Mengalami luka bakar luas

 Mengonsumsi obatan-obatan tertentu, seperti lithium, antasida, atau obat pencahar


(laksatif)

Tak hanya kelebihan, kekurangan magnesium (hipomagnesemia) juga dapat


menimbulkan beragam gangguan kesehatan, di antaranya tremor, kedutan otot, insomnia,
kesemutan, mati rasa, jantung berdebar (takikardia), bingung, dan kejang.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalami hipomagnesemia:

 Menderita gagal jantung

 Menderita malnutrisi

 Mengonsumsi diuretik, insulin, atau obat kemoterapi

 Menderita diare kronis

 Mengalami kecanduan alkohol

18
 Terlalu banyak berkeringat, misalnya akibat berolahraga secara berlebihan

Faktor Risiko Gangguan Elektrolit

Gangguan elektrolit bisa terjadi pada siapa saja, tetapi orang dengan kondisi di bawah
ini lebih rentan untuk mengalaminya:

 Menderita gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia

 Mengalami gangguan pada kelenjar tiroid, paratiroid, atau adrenal

 Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid, insulin, obat pencahar, atau


diuretik

 Menderita gagal jantung

 Mengalami kecanduan alkohol

 Mengalami luka bakar luas

 Menderita penyakit ginjal

 Mengalami patah tulang

 Menderita sirosis

Gejala Gangguan Elektrolit

Gangguan elektrolit ringan umumnya tidak menunjukkan gejala. Gejala biasanya mulai
muncul ketika kondisi sudah semakin berat. Berikut ini adalah gejala-gejala yang dapat
timbul akibat ketidakseimbangan kadar elektrolit di dalam tubuh:

 Sakit kepala
 Lemas
 Mual
 Muntah
 Diare
 Sembelit
 Detak jantung cepat
 Kram otot
 Sering buang air kecil
 Kejang
 Kesemutan
 Mati rasa
 Kram perut
 Kebingungan
 Mudah marah
Kapan harus ke dokter

19
Segera ke dokter jika Anda merasakan gejala gangguan elektrolit. Pasalnya, jika tidak
secepatnya ditangani, gangguan elektrolit dapat menimbulkan masalah kesehatan serius yang
bahkan dapat menyebabkan kematian.

Diagnosis Gangguan Elektrolit

Untuk mendiagnosis gangguan elektrolit, dokter akan melakukan tanya jawab


mengenai gejala yang dialami, riwayat kesehatan, dan obat yang sedang dikonsumsi pasien.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, terutama
pemeriksaan untuk mengetahui refleks tubuh pasien.

Agar hasil diagnosis lebih akurat, dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan
penunjang, seperti:

 Tes darah, untuk mengukur kadar elektrolit dan memeriksa fungsi ginjal

 Tes urine, untuk mengukur kadar pada beberapa jenis elektrolit (terbatas), seperti
kalsium, klorida, potassium, dan sodium

 Elektrokardiogram (EKG), untuk mengukur irama jantung pada kasus gangguan


elektrolit berat

Pemeriksaan penunjang lain mungkin juga dilakukan, tergantung pada kondisi


kesehatan pasien. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mencari tahu penyebab yang
mendasari terjadinya gangguan elektrolit.

Pengobatan Gangguan Elektrolit

Pengobatan pada pasien gangguan elektrolit tergantung pada jenis elektrolit di dalam
tubuh yang mengalami ketidakseimbangan dan penyebab yang mendasarinya. Namun, pada
intinya, tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan keseimbangan kadar elektrolit di
dalam tubuh.

Beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengembalikan keseimbangan


kadar elektrolit di dalam tubuh adalah:

 Pemberian cairan infus yang mengandung natrium klorida, untuk mengembalikan cairan
tubuh dan kadar elektrolit yang menurun akibat diare atau muntah

 Pemberian obat-obatan melalui pembuluh darah vena (suntik), untuk meningkatkan


kadar elektrolit dalam darah, seperti kalsium atau kalium

 Pemberian obat-obatan atau suplemen (obat minum), untuk mengatasi gangguan


elektrolit yang bersifat kronis

Jika kondisi pasien tidak juga membaik dengan penanganan di atas, beberapa kondisi
gangguan elektrolit membutuhkan tindakan khusus, seperti hemodialisis (cuci darah) untuk
mengatasi kelebihan kalium dalam darah.

20
Komplikasi Gangguan Elektrolit

Gangguan elektrolit dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang serius jika tidak
segera ditangani. Beberapa komplikasi tersebut adalah:

 Demam tinggi

 Pembengkakan otak atau edema serebri

 Kejang

 Koma

Pencegahan Gangguan Elektrolit

Gangguan elektrolit tidak selalu dapat dicegah. Namun, Anda dapat mengurangi
risiko terjadinya gangguan elektrolit dengan cara:

 Mengonsumsi minuman elektrolit atau oralit ketika mengalami diare atau muntah

 Menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan minum air putih yang cukup setiap hari

2.3 Apa Itu Adema


A. Definisi

Edema didefinisikan sebagai terdapatnya cairan dalam jumlah banyak yang abnormal
di dalam ruang jaringan ekstraseluler tubuh. Istilah ini biasanya digunakan untuk
mengambarkan akumulasi cairan yang berlebihan di dalam ruang interstisial. (Schwartz,
M.William. 2005)

Edema kaki merupakan kelebihan cairan yang dapat terjadi di berbagai tempat dalam
tubuh kita khususnya kaki, dan edema kaki bisa juga dikenal sebagai pembengkakan yang
biasanya terjadi di kaki. (Nurchasanah, 2009)

B. Patofisiologi

Edema kaki yang timbul pada wanita hamil timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan
peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Gangguan sirkulasi ini disebabkan
oleh tekanan uterus yang membesar pada vena-vena panggul saat wanita tersebut duduk atau
berdiri pada vena kava inferior saat ia berada dalam posisi terlentang ini bisa jadi merupakan
petanda anemia, gagal jantung atau pre eklamsi. (asrinah, dkk. 2010)

C. Etiologi atau Penyebab Terjadinya Edema kaki

21
1. Edema terjadi jika kita duduk atau berdiri terlalu lama di satu tempat. Salah satu
penyebabnya adalah gravitasi yang menarik cairan tubuh kita ke bagian kaki.

2. Kehamilan disebabkan oleh tekanan kepala bayi dari rahim yang membesar pada vena-
vena panggul.

3. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak natrium atau garam.

4. Bisa juga merupakan tanda dari penyakit ginjal atau liver. (Nurchasanah. 2009)

D. Tanda-tanda edema kaki

Tanda pertama biasanya bertambahnya berat badan lebih dari 0,9 kg dalam satu
minggu. Bengkak seluruh tubuh (edema) timbul kemudian. Bengkak di kaki dan pergelangan
kaki adalah normal, tapi tidak normal bila wajah dan tangan ikut bengkak. Perhatikan bila
cincin anda sudah dilepas, dan wajah anda kelihatan lebih bulat dari biasanya
(Marshall,connie.2000)

E. Resiko edema kaki pada kehamilan.

1. kram pada sebagian tubuh bumil di bagian kakitangan

2. pembesaran pada kaki tangan sampai ke muka

3. pola aktifitas terganggu

4. pre eklamsi (aszinah, dkk. 2010)

F. Resiko edema kaki pada persalinan.

Kondisi ibu disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan dengan
tanda-tanda oedema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah
tinggi dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urin dan laboratorium.
(Rochjati, 2003)

G. Resiko edema kaki pada nifas

Penambahan cairan di mata kaki atau kaki dinamakan sebagai peripheral edema yang biasa
terjadi pada ibu sesudah melahirkan bayi. Jika Anda mengalami kaki bengkak pasca
melahirkan, tidak ada banyak cara untuk mengurangi kondisi itu keculi menunggu kondisi
kaki bengkak pasca melahirkan ini berangsur pulih dengan sendirinya (asrinah, dkk. 2010)

22
H. Diagnosa edema kaki

a. Edema fisiologis merupakan edema dependen

1. Biasanya terlihat di kaki dan pergelangan kaki setelah berdiri, dan berkurang
dengan meninggikan kaki atau tirah baring

2. Mungkin terlihat pada sacrum saat tirah baring

3. Jarang terlihat pada wajah atau tangan.

b. Sangat umum terjadi pada kehamilan dan mungkin sutau tanda kondisi sehat karena
menunjukkan volume darah yang meningkat (morgan.geri dkk.2009)

I. Cara Mengatasi Edema Kaki

 Tidur dengan kaki lebih tinggi. (Candranita, Ida Ayu. 2009)

 Berbaring pada sisi kiri saat beristirahat atau saat malam untuk mengurangi tekanan pada
pembuluh darah besar.

 Hindari mengenakan pakaian atau asesoris yang ketat, misalnya arloji, cincin, atau kaos
kaki yang terlalu ketat.

 Olahraga ringan secara teratur (berjalan kaki). (Puspitorini, Ira. 2011)

23
2.4 Bagaimana Proses Terbentuknya Adema

Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai edema.


Penyebab edema berkaitan dengan mekanisme pembentukan edema itu sendiri yang dapat
dikelompokan menjadi empat kategori umum yaitu sebagai berikut:

Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan osmotic


plasma.penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih tinggi,
sementara jumlah cairan yang direabsorpsi kurang dari normal; dengan demikian terdapat
cairan tambahan yang tertinggal diruang -ruang interstisium. Edema yang disebabkan oleh
penurunan konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui beberapa cara: pengeluaran
berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit ginjal; penurunan sintesis protein plasma
akibat penyakit hati (hati mensintesis hampir semua protein plasma ); makanan yang kurang
mengandung protein; atau pengeluaran protein akibat luka bakar yang luas.

Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma yang keluar


dari kapiler ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak. Sebagai contoh, melalui
pelebaran pori-pori kapiler yang dicetuskan oleh histamin pada cedera jaringan atau reaksi
alergi. Terjadi penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan kearah dalam
sementara peningkatan tekanan osmotik koloid cairan interstisium yang diseabkan oleh
kelebihan protein dicairan interstisium meningkatkan tekanan kearah luar.
ketidakseimbangan ini ikut berperan menimbulkan edema lokal yang berkaitan dengan cedera
(misalnya, lepuh) dan respon alergi (misalnya, biduran).

Peningkatan tekanan vena, misalnya darah terbendung di vena, akan disertai


peningkatan tekanan darah kapiler, kerena kapiler mengalirkan isinya kedalam vena.
peningkatan tekanan kearah dinding kapiler ini terutama berperan pada edema yang terjadi
pada gagal jantung kongestif. Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi lokal aliran
balik vena. Salah satu contoh adalah adalah pembengkakan di tungkai dan kaki yang sering
terjadi pada masa kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena -vena besar yang

24
mengalirkan darah dari ekstremitas bawah pada saat vena-vena tersebut masuk ke rongga
abdomen. Pembendungan darah di vena ini menyebabkan kaki yang mendorong terjadinya
edema regional di ekstremitas bawah.

Penyumbatan pembuluh limfe menimbulkan edema, karena kelebihan cairan yang


difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melalui
sistem limfe. Akumulasi protein di cairan interstisium memperberat masalah melalui efek
osmotiknya. Penyumbatan limfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan wanita yang saluran-
saluran drainase limfenya dari lengan yang tersumbat akibat pengangkatan kelenjar limfe
selama pembedahan untuk kanker payudara. Penyumbatan limfe yang lebih meluas terjadi
pada filariasis, suatu penyakit parasitic yang ditularkan melalui nyamuk yang terutama
dijumpai di daerah-daerah tropis. Pada penyakit ini, cacing-cacing filaria kecil mirip benang
menginfeksi pembuluh limfe sehingga terjadi gangguan aliran limfe. Bagian tubuh yang
terkena, terutama skrotum dan ekstremitas, mengalami edema hebat. Kelainan ini sering
disebut sebagai elephantiasis, karena ekstremitas yang membengkak seperti kaki gajah.

PATOFISIOLOGI EDEMA

Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai edema.


Penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:

1. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan osmotic


plasma.penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih tinggi,
sementara jumlah cairan yang direabsorpsi kurang dari normal; dengan demikian terdapat
cairan tambahan yang tertinggal diruang ruang interstisium. Edema yang disebabkan oleh
penurunan konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui beberapa cara pengeluaran
berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit ginjal; penurunan sintesis protein plasma
akibat penyakit hati (hati mensintesis hampir semua protein plasma ); makanan yang kurang
mengandung protein; atau pengeluaran protein akibat luka bakar yang luas.

2. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma yang keluar dari
kapiler ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak. Sebagai contoh, melalui pelebaran
pori-pori kapiler yang dicetuskan oleh histamin pada cedera jaringan atau reaksi alergi.
Terjadi penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan kearah dalam sementara
peningkatan tekanan osmotik koloid cairan interstisium yang disebabkan oleh kelebihan
protein dicairan interstisium meningkatkan tekanan kearah luar. ketidakseimbangan ini ikut
berperan menimbulkan edema lokal yang berkaitan dengan cedera (misalnya, lepuh) dan
respon alergi (misalnya, biduran)

3. Peningkatan tekanan vena, misalnya darah terbendung di vena, akan disertai peningkatan
tekanan darah kapiler, kerena kapiler mengalirkan isinya kedalam vena. peningkatan tekanan
kearah dinding kapiler ini terutama berperan pada edema yang terjadi pada gagal jantung
kongestif. Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi lokal aliran balik vena. Salah
satu contoh adalah adalah pembengkakan di tungkai dan kaki yang sering terjadi pada masa

25
kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena vena besar yang mengalirkan darah dari
ekstremitas bawah pada saat vena-vena tersebut masuk ke rongga abdomen. Pembendungan
darah di vena ini menyebabkan kaki yang mendorong terjadinya edema regional di
ekstremitas bawah.

4. Penyumbatan pembuluh limfe menimbulkan edema, karena kelebihan cairan yang difiltrasi
keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melalui sistem
limfe. Akumulasi protein di cairan interstisium memperberat masalah melalui efek
osmotiknya. Penyumbatan limfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan wanita yang saluran-
saluran drainase limfenya dari lengan yang tersumbat akibat pengangkatan kelenjar limfe
selama pembedahan untuk kanker payudara. Penyumbatan limfe yang lebih meluas terjadi
pada filariasis, suatu penyakit parasitic yang ditularkan melalui nyamuk yang terutama
dijumpai di daerah-daerah tropis. Pada penyakit ini, cacing-cacing filaria kecil mirip benang
menginfeksi pembuluh limfe sehingga terjadi gangguan aliran limfe. Bagian tubuh yang
terkena, terutama skrotum dan ekstremitas, mengalami edema hebat. Kelainan ini sering
disebut sebagai elephantiasis, karena ekstremitas yang membengkak seperti kaki gajah.

Apapun penyebab edema, konsenkuensi pentingnya adalah penurunan pertukaran


bahan-bahan antara darah dan sel. Sering dengan akumulasi cairan interstisium, jarak antara
sel dan darah yang harus ditempuh oleh nutrient, O2, dan zat-zat sisa melebar sehingga
kecepatan difusi berkurang. Dengan demikian, sel-sel di dalam jaringan yang edematosa
mungkin kurang mendapat pasokan darah.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh.
tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang Seluruh cairan tubuh.
tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular dan
ekstraselular. Cairan tubuh sendiri terdiri dari komposisi zat elektrolit dan elektrolit yang
masing-masing memegang peranannya.

Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak
membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis, dan transporaktif yang membutuhkan
energi ATP yaitu pompa Na-K. Dalam kondisi yang normal, tubuh mememiliki suatu sistem.
mekanisme pengaturan untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, baik melalui
kendali osmoler dan nonosmoler.

Perlu diketahui kebutuhan harian cairan tubuh untuk menilai apakah keseimbangan
cairan tubuh dalam kondisi yang balans atau tidak. Dalam kondisi yang tidak balans, perlu
diberikan terapi cairan.

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai


macam gangguan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi dalam
beberapa bentuk, seperti overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipernatremia, dan sebagainya.
Masing- masing gangguan keseimbangan tersebut menimbulkan berbagai gejala dan bahkan.
kegawatdaruratan medis. Oleh sebab itu, praktisi kesehatan seharusnya mengetahui tentang
pentingnya keseimbangan cairan dan elektrolit agar tidak terjadi kasus-kasus tersebut.

3.2 SARAN
Dalam konteks keseimbangan cairan, penelitian ini menyarankan adanya peningkatan
kesadaran terhadap pola makan yang sehat dan konsumsi air yang cukup sebagai upaya
pencegahan gangguan keseimbangan cairan. Penyuluhan kepada masyarakat mengenai
pentingnya menjaga asupan elektrolit, terutama natrium dan kalium, perlu ditingkatkan.
Selain itu, kolaborasi antara sektor kesehatan dan pemerintah dapat menghasilkan kebijakan

27
publik yang mendukung promosi gaya hidup seimbang untuk mencegah ketidakseimbangan
cairan yang dapat berujung pada masalah kesehatan serius.

Selain upaya pencegahan, penelitian ini merekomendasikan lebih banyak penelitian


mendalam mengenai mekanisme perubahan keseimbangan cairan pada tingkat molekuler dan
seluler. Pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang memengaruhi proses ini dapat
membuka pintu untuk pengembangan terapi yang lebih efektif. Kolaborasi lintas-disiplin
antara ahli biokimia, ahli kedokteran, dan peneliti nutrisi dapat mempercepat kemajuan dalam
memahami kompleksitas perubahan keseimbangan cairan, membantu menciptakan
pendekatan holistik untuk pengelolaan keseimbangan cairan yang lebih efektif secara klinis.

28
DAFTAR PUSTAKA

https://www.farmaku.com/artikel/edema/

https://www.academia.edu/32928273/
KETIDAKSEIMBANGAN_CAIRAN_ELEKTROLIT_DAN_ELIMINASI

Jung, et al. 2016. Electrolyte and Mineral Disturbances In Septic Acute Kidney Injury
Patients Undergoing Continuous Renal Replacement Therapy. Medicine (Baltimore), 95 (36), Pp.
E4542.

National Institute of Health. 2020. U.S. National Library of Medicine. Medline Plus.
Fluid and Electrolyte Balance.

Healthline. 2018. Hypercalcemia : What Happens If You Have Too Much Calcium?

Healthline. 2018. Hypochloremia : What Is It and How Is It Treated?

29

Anda mungkin juga menyukai