DOSEN PEMBIMBINNG
Dr. Metri Lidya, SKp., M. Biomed
1
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq serta hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Patofisiologi yang
berjudul “Keseimbangan dan Proses Perubahan Keseimbangan Cairan”. Selanjutnya
Sholawat serta salam saya haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW dan
semoga kita mendapatkan syafa’at beliau di Yaumil Qiyamah nanti. Amiin.
Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dr. Metri Lidya, SKp., M. Biomed
yang telah memberikan tugas makalah ini dengan tujuan agar dapat menambah wawasan
maupun pengetahuan mengenai materi tersebut. Kami mengakui bahwa makalah ini terdapat
banyak kekurangan karena pengetahuan kami yang terbatas. Oleh karenanya kami
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua demi kesempurnaan makalah ini.
Penghargaan kami sampaikan kepada Sufy Aldiantika yang telah dengan tekun
menyusun makalah ini, serta kepada semua pihak yang turut berkontribusi dalam membuat
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat dan pemahaman bagi
kita semua di masa mendatang.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2. 1 Pengertian Ketidakseimbangan Cairan...............................................................................6
2.2 Akibat Dari Ketidakseimbangan Cairan.............................................................................14
2.3 Apa Itu Adema...................................................................................................................21
2.4 Bagaimana Proses Terbentuknya Adema...........................................................................24
BAB III....................................................................................................................................27
PENUTUP...............................................................................................................................27
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................27
3.2 SARAN..............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................29
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak
membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis, dan transporaktif yang membutuhkan
energi ATP yaitu pompa Na-K. Dalam kondisi yang normal, tubuh mememiliki suatu sistem.
mekanisme pengaturan untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, baik melalui
kendali osmoler dan nonosmoler.
Perlu diketahui kebutuhan harian cairan tubuh untuk menilai apakah keseimbangan
cairan tubuh dalam kondisi yang balans atau tidak. Dalam kondisi yang tidak balans, perlu
diberikan terapi cairan.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian ketidakseimbangan cairan.
2. Mengetahui apa akibat dari ketidakseimbangan cairan.
3. Mengetahui apa itu adema.
4. Mengetahui bagaimana proses terbentuknya adema.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Ketidakseimbangan Cairan
A. Cairan Tubuh
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang
memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
(pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas
cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini
dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun
kira-kira 50%-60% cairan.
a. Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung
beberapa hal antara lain:
1. Umur
Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.
2. Kondisi lemak tubuh
Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
3. Jenis Kelamin
Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pada
pria, kerena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak
dibandingkan dengan pria.
b. Jumlah normal air pada tubuh manusia
6
3) Sebagai medium untuk reaksi metabolisme dalam sel
c. Pelicin
d. Reaksi-reaksi kimia
1) Pemecahan karbohidrat
2) Membentuk protein
e. Pelindung
d. Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang disebut juga elektrolit.
Seperti misalnya sodium klorida dipecah menjadi satu ion Natrium atau sodium (Na+) dan
satu ion klorida (Cl–). Ion yang bermuatan positif disebut kation, sedangkan yang bermuatan
negatif disebut anion
Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS)
dan Cairan Ektraselular (CES)
a. Cairan Intraselular
Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh.
Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3
dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah
K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein,
sedikit HCO3–, SO42-, Cl–
7
b. Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar
1/3 dari total cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan
dalam transport nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil
metabolisme untuk kemudian dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai
pelumas pada persendian dan membran mukosa, penghancuran makanan dalam proses
pencernaan.
1) Cairan interstisial
Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan
limfe, jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran
tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang
dewasa.
2) Cairan intavaskuler
3) Cairan transelular
Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti
cairan serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi
lambung, jumlahnya sekitar 1%-3%.
Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+, sedikit K+,
Ca2+, Mg2+ serta elektrolit anion terbanyak Cl– , HCO3–, protein pada plasma,
sedikit HPO42-SO42-.
5. Tekanan Cairan
a. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang disebabkan karena volume cairan dalam
pembuluh darah akibat kerja dari organ tubuh.
8
onkotik sehingga cairan dalam vaskuler akan keluar menuju interstisial. Sedangkan
pada ujung vena pada kapiler, tekanan onkotik lebih besar sehingga cairan dapat
masuk dari ruang interstisial ke vaskuler. Pada keadaan tertentu, dimana serum
protein rendah, tekanan onkotik menjadi rendah atau kurang maka cairan akan di
absorpsi ke ruang vaskuler.
6. Keseimbangan Cairan
1) Intake cairan
Pada keadaan suhu dan aktivitas yang normal rata-rata pada orang dewasa
minum antara 1300-1500 ml perhari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh sekitar
2600ml, sehingga kekuarangan 1100-1300 ml. kekurangan cairan tersebut diperoleh
dari pencernaan makanan sayur-sayuran mengandung 90% air, buah-buahan 85% dan
daging 60% air. Kekurangan cairan dapt diperoleh dari makanan dan oksidasi selama
proses pencernaan makan.
Minum: 1300 ml
Jumlah: 2600 ml
2) Output Cairan
a) Urine
b) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
9
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis
padakulit.besarnya tergantung dari aktivitas, jumlahnya 0-500 ml
IWL merupakan pengeluaran cairan yang sulit diukur, pengeluaran ini melalui
kulit dan paru-paru/pernapasan. Jumlahnya sekitar 1000-1300ml. keadaan demam dan
aktivitas meningkatkan metabolisme dan produksi panas, sehingga meningkatkan
produksi cairan pada kulit dan pernapasan.
d) Feses
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Ginjal: 1500 ml
Kulit: 600-900 ml
Paru-paru: 400 ml
Feses: 100 ml
Jumlah: 2600-2900 ml
1) Rasa Haus
Pusat rasa haus berada pada hypotalamus dan diaktifkan oleh peningkatan osmolaritas
cairan ekstarsel. Dapat juga disebabkan karena hipotensi, poliuri atau penurun volume cairan.
Rasa haus merupakan manifestasi klinik dari ketidakseimbangan cairan, sehingga
merangsang individu untuk minum.
2) Pengaruh Hormonal
Ada 2 jenis hormon yang berperan dalam keseimbangan cairan yaitu Antidiuretik
Hormon (ADH) dan Aldosteron.
a) Hormon ADH
10
ADH dihasilkan Ihipotalamus yang kemudian disimpan pada hipofisis posterior. ADH
disekresi ketika terjadi peningkatan serum protein, peningkatan osmolaritas, menurunnya
volume CES, latihan/aktivitas yang lama, stress emosional, trauma. Meningkatkan ADH
berpengaruh pada peningkatan reabsorpsi cairan pada tubulus ginjal. Reaksi mekanisme haus
dan hormonal merupakan reaksi cepat jika terjadi deficit cairan. Faktor yang menghambat
produksi ADH adalah hipoosmolaritas, meningkatnya volume darah, terpapar dingin, inhalasi
CO2dan pemberian antidiuretik.
b) Hormon aldosteron
3) Sistem Limpatik
Plasma protein an cairan dari jaringan tidak secara langsung direaksorpsi kedalam pembuluh
darah. Sistem limpatik berperan penting dalam kelebihan cairan dan protein sebelum masuk
dalam darah.
4) Ginjal
Ginjal mempertahankan volume dan konsentrasi cairan dengan filtrasi CES di glomerulus,
sedangkan sekresi dan reabsorpsi cairan terjadi di tubulus ginjal.
5) Persarafan
Mekanisme persarafan juga berkontribusi dalam keseimbangan cairan dan sodium. Ketika
terjadi peningkatan volume cairan CES, mekanoreseptor merespon pada dinding atrium kiri
untuk distensi atrial dengan meningkatkan stroke volume dan memicu respons simpatetik
pada ginjal untuk pelepasan aldosteron oleh korteks adrenal.
a. Osmolaritas
Osmolaritas adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut per liter larutan,diukur dalam
miliosmol. Osmolaritas ditentukan oleh jumlah partikel terlarut per kilogram air. Dengan
demikian osmlaritas menciptakan tekanan osmotik sehingga mempengaruhi pergerakan
cairan. Jika terjadi penurunan osmolaritas CES maka terjadi pergerakan air dari CES ke
11
CIS,sebaliknya jika terjadi penurunan osmolaritas CES maka terjadi pergerakan dari CIS ke
CES. Partikel yang berperan dalam osmolaritas adalah sodium atau natrium,urea,dan glukosa.
b. Tonisitas
1) Larutan isotonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas sama efektifnya dengan
cairan tubuh.
2) Larutan hipertonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas efektif lebih besar dari
cairan tubuh.
3) Larutan hipotonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas efektiflebih kecil dari
cairan tubuh,mengandung lebih sedikit natrium dan klorida daripada di plasma.
Pertukaran cairan tubuh terjadi karena danya pergerakan cairan antara kompartemen. Hal ini
terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi cairan. Pertukaran cairan tubuh terjadi melalui
proses difusi,osmosis,dan filtrasi dan transport aktif.
a. Difusi
Gerakan partikel dari larutan maupun gas secara acak dari area dengan konsentrasi tinggi ke
area dengan konsentrasi rendah. Proses difusi terjadi ketika partikel melewati lapisan yang
tipis. Kecepatan difusi ditentukan oleh ukuran molekul,konsentrasi larutan dan suhu larutan.
Semakin besar molekul kecepatannya berkurang. Meningkatnya temperature akan
meningkatkan pergerakan molekul dan mempercepat difusi.
b. Osmosis
Gerakan air yang melewati membran semipermeabel dari area yang berkonsentrasi rendah ke
area dengan berkonsentrasi tinggi. Pergerakan cairan dalam proses osmosis tidak terlepas
adanya tekanan osmotik dan tekanan onkotik. Proses osmotic tidak terlepas dari adanya
osmolaritas cairan dan tonisitas.
c. Filtrasi
Gerakan cairan dari area yang mepunyai tekanan hidrostatik tinggi ke area yang bertekanan
hidrostatik rendah
d. Transport Aktif
Perpindahan partikel terlarut melalui membran sel dari konsentrasi rendah ke daerah dengan
konsentrasi tinggi dengan menggunakan energi. Proses ini sangat penting dalam
keseimbangan cairan intrasel dan ekstrasel terutama dalam perbedaan kadar sodium dan
12
potassium. Untuk mempertahankan porposi ion tersebut diperlukan mekanisme pompa
sodium-potasium, dimana potassium akan masuk dalam sel dan sodium keluar sel.
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan
cairan vaskular. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan
mengalirkan cairan keluar sel. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau
dehidrasi, yaitu:
1) Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang
seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada
elektrolitnya.
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada
air.
Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume ekstrasel berkurang
(hipovolume). Pada keadaan ini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah entrasel ke
permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu
yang lama, maka kadar urea, nitrogen, serta kreatinin akan meningkat dan menyebabkan
terjadinya perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Macam dehidrasi (kurang volume
cairan) berdasarkan derajatnya:
1) Dehidrasi berat
c) Hipotensi
e) Oliguria
2) Dehidrasi sedang
13
c) Mata cekung
d) Dehidrasi ringan
Terdapat dua menifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume
(peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya cairan
interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat di antar jaringan.
Keadaan hiperolume dapat menyebabkan pitting edema, merupakan edema yang berada di
daerah perifer atau akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak. Hal ini
disebabkan karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam
jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting
edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan
trauma yang menyebabkan engumpulan membekunya cairan ke permukaan jaringan.
Kelebihan cairan vaskular dapat meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan
kepermukaan interstisial, sehingga menyebabkan edema anasarka (edema yang terdapat di
seluruh tubuh).
Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah cairan hingga ke
membran kapiler paru-paru, sehingga menyebabkan edema paru-paru dan dapat
mengakibatkan kematian. Manifestasi edema pru-paru adalah penumpukan sputum, dispnea,
batuk dan suara ronkhi. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantungyang
mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan
ke jaringan paru-paru
Kendati demikian, gangguan elektrolit umumnya terjadi akibat hilangnya cairan tubuh
secara berlebihan, seperti akibat memiliki luka bakar luas, berkeringat berlebih, diare,
maupun muntah secara terus menerus. Efek samping beberapa obat juga dapat menyebabkan
terjadinya gangguan elektrolit.
Berikut ini adalah berbagai jenis elektrolit serta faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kadarnya di dalam tubuh terganggu:
1. Fosfat
14
Fosfat berfungsi untuk menguatkan tulang dan gigi, menghasilkan energi, serta
membentuk lapisan sel. Jika kadar fosfat di dalam tubuh berlebihan (hiperfosfatemia), maka
bisa menimbulkan masalah pada otot dan tulang, serta meningkatkan risiko terkena serangan
jantung dan stroke.
Menderita sindrom Fanconi, yaitu gangguan pada ginjal yang menyebabkan penyerapan
dan pelepasan zat-zat tertentu di dalam tubuh menjadi tidak normal
Hipofosfatemia juga dapat terjadi karena konsumsi obat tertentu, seperti zat besi,
niacin (vitamin B3), obat maag jenis antasida, diuretik, kortikosteroid,
bisfosfonat, acyclovir, paracetamol, atau obat asma.
2. Klorida
Klorida adalah jenis elektrolit yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pH dalam
darah dan meneruskan impuls saraf. Kadar klorida diatur oleh ginjal, sehingga jika terdapat
ketidakseimbangan klorida, hal tersebut mungkin terjadi karena adanya kerusakan pada
ginjal.
15
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan kelebihan klorida
(hiperkloremia) di dalam tubuh:
3. Sodium/Natrium
Natrium berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh serta mengatur fungsi
saraf dan kontraksi otot. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami kelebihan natrium (hipernatremia):
Menderita diare
Mengalami muntah-muntah
Menderita malnutrisi
16
Mengonsumsi obat diuretik atau antikonvulsan
4. Kalsium
Kalsium adalah mineral yang penting untuk fungsi organ, saraf, otot, dan sel tubuh.
Kalsium juga berguna untuk pembekuan darah dan kesehatan tulang. Namun demikian,
kelebihan kadar kalsium dalam darah (hiperkalsemia) bisa menimbulkan berbagai gejala, di
antaranya sakit kepala, tubuh lemas, mual, muntah, dan nyeri tulang.
Menderita jenis kanker tertentu, seperti kanker paru-paru dan kanker payudara
Kekurangan kadar kalsium dalam darah (hipokalsemia) juga tidak baik bagi kesehatan,
karena dapat meningkatkan risiko terserang osteoporosis. Kondisi ini dapat terjadi karena
beberapa faktor, yaitu:
Menderita pankreatitis
5. Kalium/Potasium
Kalium berperan penting dalam mengatur fungsi jantung, serta menjaga fungsi saraf
dan otot. Kadar kalium di dalam tubuh dapat melebihi normalnya (hiperkalemia) jika
seseorang memiliki faktor seperti di bawah ini:
17
Sedangkan, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
kekurangan kadar kalium (hipokalemia) adalah:
Mengalami dehidrasi
6. Magnesium
Magnesium adalah mineral penting yang berfungsi untuk mengatur fungsi saraf,
tekanan darah, dan kadar gula darah. Magnesium juga berperan dalam menjaga kesehatan
jantung, menghasilkan energi bagi tubuh, serta menjaga kesehatan tulang.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalami hipomagnesemia:
Menderita malnutrisi
18
Terlalu banyak berkeringat, misalnya akibat berolahraga secara berlebihan
Gangguan elektrolit bisa terjadi pada siapa saja, tetapi orang dengan kondisi di bawah
ini lebih rentan untuk mengalaminya:
Menderita sirosis
Gangguan elektrolit ringan umumnya tidak menunjukkan gejala. Gejala biasanya mulai
muncul ketika kondisi sudah semakin berat. Berikut ini adalah gejala-gejala yang dapat
timbul akibat ketidakseimbangan kadar elektrolit di dalam tubuh:
Sakit kepala
Lemas
Mual
Muntah
Diare
Sembelit
Detak jantung cepat
Kram otot
Sering buang air kecil
Kejang
Kesemutan
Mati rasa
Kram perut
Kebingungan
Mudah marah
Kapan harus ke dokter
19
Segera ke dokter jika Anda merasakan gejala gangguan elektrolit. Pasalnya, jika tidak
secepatnya ditangani, gangguan elektrolit dapat menimbulkan masalah kesehatan serius yang
bahkan dapat menyebabkan kematian.
Agar hasil diagnosis lebih akurat, dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan
penunjang, seperti:
Tes darah, untuk mengukur kadar elektrolit dan memeriksa fungsi ginjal
Tes urine, untuk mengukur kadar pada beberapa jenis elektrolit (terbatas), seperti
kalsium, klorida, potassium, dan sodium
Pengobatan pada pasien gangguan elektrolit tergantung pada jenis elektrolit di dalam
tubuh yang mengalami ketidakseimbangan dan penyebab yang mendasarinya. Namun, pada
intinya, tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan keseimbangan kadar elektrolit di
dalam tubuh.
Pemberian cairan infus yang mengandung natrium klorida, untuk mengembalikan cairan
tubuh dan kadar elektrolit yang menurun akibat diare atau muntah
Jika kondisi pasien tidak juga membaik dengan penanganan di atas, beberapa kondisi
gangguan elektrolit membutuhkan tindakan khusus, seperti hemodialisis (cuci darah) untuk
mengatasi kelebihan kalium dalam darah.
20
Komplikasi Gangguan Elektrolit
Gangguan elektrolit dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang serius jika tidak
segera ditangani. Beberapa komplikasi tersebut adalah:
Demam tinggi
Kejang
Koma
Gangguan elektrolit tidak selalu dapat dicegah. Namun, Anda dapat mengurangi
risiko terjadinya gangguan elektrolit dengan cara:
Mengonsumsi minuman elektrolit atau oralit ketika mengalami diare atau muntah
Menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan minum air putih yang cukup setiap hari
Edema didefinisikan sebagai terdapatnya cairan dalam jumlah banyak yang abnormal
di dalam ruang jaringan ekstraseluler tubuh. Istilah ini biasanya digunakan untuk
mengambarkan akumulasi cairan yang berlebihan di dalam ruang interstisial. (Schwartz,
M.William. 2005)
Edema kaki merupakan kelebihan cairan yang dapat terjadi di berbagai tempat dalam
tubuh kita khususnya kaki, dan edema kaki bisa juga dikenal sebagai pembengkakan yang
biasanya terjadi di kaki. (Nurchasanah, 2009)
B. Patofisiologi
Edema kaki yang timbul pada wanita hamil timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan
peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Gangguan sirkulasi ini disebabkan
oleh tekanan uterus yang membesar pada vena-vena panggul saat wanita tersebut duduk atau
berdiri pada vena kava inferior saat ia berada dalam posisi terlentang ini bisa jadi merupakan
petanda anemia, gagal jantung atau pre eklamsi. (asrinah, dkk. 2010)
21
1. Edema terjadi jika kita duduk atau berdiri terlalu lama di satu tempat. Salah satu
penyebabnya adalah gravitasi yang menarik cairan tubuh kita ke bagian kaki.
2. Kehamilan disebabkan oleh tekanan kepala bayi dari rahim yang membesar pada vena-
vena panggul.
3. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak natrium atau garam.
4. Bisa juga merupakan tanda dari penyakit ginjal atau liver. (Nurchasanah. 2009)
Tanda pertama biasanya bertambahnya berat badan lebih dari 0,9 kg dalam satu
minggu. Bengkak seluruh tubuh (edema) timbul kemudian. Bengkak di kaki dan pergelangan
kaki adalah normal, tapi tidak normal bila wajah dan tangan ikut bengkak. Perhatikan bila
cincin anda sudah dilepas, dan wajah anda kelihatan lebih bulat dari biasanya
(Marshall,connie.2000)
Kondisi ibu disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan dengan
tanda-tanda oedema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah
tinggi dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urin dan laboratorium.
(Rochjati, 2003)
Penambahan cairan di mata kaki atau kaki dinamakan sebagai peripheral edema yang biasa
terjadi pada ibu sesudah melahirkan bayi. Jika Anda mengalami kaki bengkak pasca
melahirkan, tidak ada banyak cara untuk mengurangi kondisi itu keculi menunggu kondisi
kaki bengkak pasca melahirkan ini berangsur pulih dengan sendirinya (asrinah, dkk. 2010)
22
H. Diagnosa edema kaki
1. Biasanya terlihat di kaki dan pergelangan kaki setelah berdiri, dan berkurang
dengan meninggikan kaki atau tirah baring
b. Sangat umum terjadi pada kehamilan dan mungkin sutau tanda kondisi sehat karena
menunjukkan volume darah yang meningkat (morgan.geri dkk.2009)
Berbaring pada sisi kiri saat beristirahat atau saat malam untuk mengurangi tekanan pada
pembuluh darah besar.
Hindari mengenakan pakaian atau asesoris yang ketat, misalnya arloji, cincin, atau kaos
kaki yang terlalu ketat.
23
2.4 Bagaimana Proses Terbentuknya Adema
24
mengalirkan darah dari ekstremitas bawah pada saat vena-vena tersebut masuk ke rongga
abdomen. Pembendungan darah di vena ini menyebabkan kaki yang mendorong terjadinya
edema regional di ekstremitas bawah.
PATOFISIOLOGI EDEMA
2. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma yang keluar dari
kapiler ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak. Sebagai contoh, melalui pelebaran
pori-pori kapiler yang dicetuskan oleh histamin pada cedera jaringan atau reaksi alergi.
Terjadi penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan kearah dalam sementara
peningkatan tekanan osmotik koloid cairan interstisium yang disebabkan oleh kelebihan
protein dicairan interstisium meningkatkan tekanan kearah luar. ketidakseimbangan ini ikut
berperan menimbulkan edema lokal yang berkaitan dengan cedera (misalnya, lepuh) dan
respon alergi (misalnya, biduran)
3. Peningkatan tekanan vena, misalnya darah terbendung di vena, akan disertai peningkatan
tekanan darah kapiler, kerena kapiler mengalirkan isinya kedalam vena. peningkatan tekanan
kearah dinding kapiler ini terutama berperan pada edema yang terjadi pada gagal jantung
kongestif. Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi lokal aliran balik vena. Salah
satu contoh adalah adalah pembengkakan di tungkai dan kaki yang sering terjadi pada masa
25
kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena vena besar yang mengalirkan darah dari
ekstremitas bawah pada saat vena-vena tersebut masuk ke rongga abdomen. Pembendungan
darah di vena ini menyebabkan kaki yang mendorong terjadinya edema regional di
ekstremitas bawah.
4. Penyumbatan pembuluh limfe menimbulkan edema, karena kelebihan cairan yang difiltrasi
keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melalui sistem
limfe. Akumulasi protein di cairan interstisium memperberat masalah melalui efek
osmotiknya. Penyumbatan limfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan wanita yang saluran-
saluran drainase limfenya dari lengan yang tersumbat akibat pengangkatan kelenjar limfe
selama pembedahan untuk kanker payudara. Penyumbatan limfe yang lebih meluas terjadi
pada filariasis, suatu penyakit parasitic yang ditularkan melalui nyamuk yang terutama
dijumpai di daerah-daerah tropis. Pada penyakit ini, cacing-cacing filaria kecil mirip benang
menginfeksi pembuluh limfe sehingga terjadi gangguan aliran limfe. Bagian tubuh yang
terkena, terutama skrotum dan ekstremitas, mengalami edema hebat. Kelainan ini sering
disebut sebagai elephantiasis, karena ekstremitas yang membengkak seperti kaki gajah.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh.
tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang Seluruh cairan tubuh.
tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular dan
ekstraselular. Cairan tubuh sendiri terdiri dari komposisi zat elektrolit dan elektrolit yang
masing-masing memegang peranannya.
Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak
membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis, dan transporaktif yang membutuhkan
energi ATP yaitu pompa Na-K. Dalam kondisi yang normal, tubuh mememiliki suatu sistem.
mekanisme pengaturan untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, baik melalui
kendali osmoler dan nonosmoler.
Perlu diketahui kebutuhan harian cairan tubuh untuk menilai apakah keseimbangan
cairan tubuh dalam kondisi yang balans atau tidak. Dalam kondisi yang tidak balans, perlu
diberikan terapi cairan.
3.2 SARAN
Dalam konteks keseimbangan cairan, penelitian ini menyarankan adanya peningkatan
kesadaran terhadap pola makan yang sehat dan konsumsi air yang cukup sebagai upaya
pencegahan gangguan keseimbangan cairan. Penyuluhan kepada masyarakat mengenai
pentingnya menjaga asupan elektrolit, terutama natrium dan kalium, perlu ditingkatkan.
Selain itu, kolaborasi antara sektor kesehatan dan pemerintah dapat menghasilkan kebijakan
27
publik yang mendukung promosi gaya hidup seimbang untuk mencegah ketidakseimbangan
cairan yang dapat berujung pada masalah kesehatan serius.
28
DAFTAR PUSTAKA
https://www.farmaku.com/artikel/edema/
https://www.academia.edu/32928273/
KETIDAKSEIMBANGAN_CAIRAN_ELEKTROLIT_DAN_ELIMINASI
Jung, et al. 2016. Electrolyte and Mineral Disturbances In Septic Acute Kidney Injury
Patients Undergoing Continuous Renal Replacement Therapy. Medicine (Baltimore), 95 (36), Pp.
E4542.
National Institute of Health. 2020. U.S. National Library of Medicine. Medline Plus.
Fluid and Electrolyte Balance.
Healthline. 2018. Hypercalcemia : What Happens If You Have Too Much Calcium?
29