Kelompok VI
Pembimbing : dr.R.A.Tanzila,M.Kes.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmat-Nya kegiatan Tugas Pengenalan Profesi Blok 3 yang
bertemakan “Observasi input output cairan tubuh pada mahasiswa” dapat
diselesaikan dengan baik dan benar.
Penulis menyadari bahwa hasil kegiatan ini dapat terselesaikan berkat
pengarahan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan oleh berbagai pihak.
Penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Allah SWT. Sebagai Tuhan yang tak selalu memberikan ridha-Nya
untukmenyelesaikan kegiatan ini dengan baik dan lancar.
2. dr. RA Tanzila, M.Kes selaku pembimbing tugas pengenalan profesi
kelompok 6 pada blok tiga.
3. Teman-teman sejawat.
4. Semua pihak yang membantu penulis.
Dalam pelaksanaan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi blok 3 ini penulis
menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan baik
dalam segi materi maupun dalam penyusunan kata-kata, hal ini disebabkan oleh
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu
peneliti memohon maaf, saran dan kritik bagi seluruh pembaca dalam upaya
perbaikan laporan ini.
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB l PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 LatarBelakang...........................................................................................1
1.2 RumusanMasalah.........................................................................….......2
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan keluaran yang memadai, yang diatur melalui mekanisme tersendiri
namun berkaitan satu sama lain.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya. Apabila terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolit
dalam tubuh dapat mengakibatkan overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia,
hipeanatremia, hipokalemia, hiperkalemia, dan hipokalsemia. Dengan
demikian, keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan komponen atau
unsur vital pada tubuh manusia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Dewasa 60%
Anak-anak 60 – 77%
Infant 77%
Embrio 97%
Manula 40 – 50 %
Pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah
mengalami kehilangan jaringan tubuh.
4
2. Melancarkan peredaran darah.
Jika tubuh kekurangan cairan, maka darah akan mengental. Hal ini
disebabkan cairan dalam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh.
Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja otak dan jantung.
3. Membuang racun dan sisa makanan.
Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan
racun dalam tubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh melelui
keringat, air seni, dan pernapasan.
4. Kulit.
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan
air dalam tubuh berguna untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan
elastisitas kulit akibat pengaruh suhu udara dari luar tubuh.
5. Pencernaan.
Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen
melalui darah untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh. Konsumsi air yang
cukup akan membantu kerja sistem pencernaan di dalam usus besar karena
gerakan usus menjadi lebih lancar, sehingga feses pun keluar dengan
lancar.
6. Pernapasan.
Paru-paru memerlukan air untuk pernapasan karena paru-paru harus basah
dalam bekerja memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa
karbondioksida keluar tubuh. Hal ini dapat dilihat apabila kita
menghembuskan nafas ke kaca, maka akan terlihat cairan berupa embun
dari nafas yang dihembuskan pada kaca.
7. Sendi dan otot.
Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot
tubuh akan mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu,
perlu minum air dengan cukup selama beraktifitas untuk meminimalisir
risiko kejang otot dan kelelahan.
8. Pemulihan penyakit.
Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang
memadai berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.
5
2.6 Pengaturan Cairan tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antarajumlah
cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
2.6.1 Asupan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah
± 2500cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau
ditambah dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan
ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam
rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang
atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurung, menyebabakan
terjadinya penurunan tekanan darah.
2.6.2 Pengeluaran
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan
cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah
air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine),
sebanyak ±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubugkan
dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan
pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukakan
melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses).
Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran cairan
yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar atau
luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan)
meningkat sehingga sulit untuk diukur. Pada kasus seperti ini, bila volume
urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc per hari, diperlukan adanya
perhatian khusus. Setiap 1 derajat celcius akan berpengaruh pada output
cairan.
Cairan keluar dari tubuh melalui ginjal dalam bentuk urine, melalui
system pencernaan dalam bentuk feses, dari kulit melalui penguapan dan
dalam bentuk keringat, serta melalui paru-paru saat bernafas dalam bentuk
uap air. Pengeluaran cairan melalui paru dan penguapan dari kulit disebut
6
insensible water loss atau kehilangan air secara tidak disadari. (Kusnanto,
2016)
1. Urin
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika
urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakan proses pengeluaran
cairan tubuh yang utama. Jumlah urine yang dibentuk ginjal tergantung
dari jumlah cairan tubuh, tahap perkembangan, dan berat badan
seseorang. Dalam keadaan cairan tubuh yang normal ginjal orang dewasa
akan menghasilkan urine sekitar 1-2 ml/ kgBB/jam atau sekitar 1500 ml
dalam 24 jam. Pada bayi jumlah urine yang dihasilkan ginjal lebih
banyak karena sampai dengan usia 2 tahun kemampuan ginjal untuk
mengonsentrasikan urine masih terbatas dan jumlah urine yang dihasilkan
menjadi sekitar 3-4 ml/kg BB. Cairan dalam ginjal disaring pada
glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali
ke dalam aliran darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini adalah urine.
Jika terjadi penurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor atrium
jantung kiri dan kanan akan mengirimkan impuls kembali ke ginjal dan
memproduksi ADH sehingga mempengaruhi pengeluaran urine.
2. Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang
panas. Keringat banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion
kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan memengaruhi
kadar natrium dalam plasma.
3. Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.
Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang
paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses
jumlahnya berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi
lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan melalui feese adalah 100
ml/hari.
4. Insensible water loss (IWL)
7
Kehilangan cairan melalui paru-paru tergantung dari kecepatan respirasi,
makin cepat pernafasan seseorang makin banyak uap air yang
dikeluarkan. Penguapan melalui kulit tergantung dari luas permukaan
tubuh, suhu tubuh, dan kelembapan lingkungan (humidity). Diperkirakan
kehilangan cairan melalui mekanisme ini sekitar 10-15 ml/kgBB. Pada
bayi permukaan tubuhnya relative lebih luas dari orang dewasa,
begitupula dengan frekuensi pernafasannya lebih cepat sehingga
penguapannya lebih banyak dari orang dewasa. Dengan demikian
diperkirakan IWL pada bayi lebih banyak yaitu sekitar 30 ml/kgBB.
8
air sering terjadi bila cairan di konsumsi tubuh dalam kadar tinggi tanpa
mengambil sumber elektrolit yang menyeimbangi kemasukan cairan
tersebut.
Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada
pengeluaran cairan. Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan
konsentrasi natrium dalam aliran darah menjadi sangat rendah.
Penyebab overhidrasi meliputi, adanya gangguan ekskresi air lewat
ginjal (gagal ginjal akut), masukan air yang berlebihan pada terapi
cairan, masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi prostat
transuretra, dan korban tenggelam. Gejala overhidrasi meliputi, sesak
nafas, edema, peningkatan tekanan vena jugular, edema paru akut dan
gagal jantung. Dari pemeriksaan lab dijumpai hiponatremi dalam
plasma. Terapi terdiri dari pemberian diuretik(bila fungsi ginjal baik),
ultrafiltrasi atau dialisis (fungsi ginjal menurun), dan flebotomi pada
kondisi yang darurat.
2. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat
masukan yang kurang atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi
bisa terdiri dari 3 bentuk, yaitu: isotonik (bila air hilang bersama garam,
contoh: GE akut, overdosis diuretik), hipotonik (Secara garis besar
terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang
hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen
intravaskular berpindah ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis besar terjadi
kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang.
Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstravaskular
berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga penurunan volume
intravaskular minimal).
9
BAB III
METODE PELAKSANAAN
10
4. Membuat janji pada pihak terkait.
5. Melakukan observasi cairan input output tubuh pada mahasiswa di FK
UMP
6. Membuat laporan hasil observasi.
11
Daftar Pustaka
12
13. Guyton, A. Kompartemen Cairan Tubuh: Cairan Ekstraseluler dan
Intraseluler. Dalam: Buku ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9. Jakarta: EGC;
1997. hal 375-7.
13