ORAL PATOLOGI
DI SUSUN OLEH
Nama :Nurfadilah
Stambuk :16120210097
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Pleno dengan baik tanpa adanya halangan yang berarti.
Tidak lupa juga shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.
Penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan maksimal berkat kerja sama dan bantuan
banyak pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak
yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini. Kami berharap
makalah berdasarkan tutorial tersebut dapat menjadi referensi bagi pembaca. Selain itu, kami
juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penulis sebagai menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan. Kami
menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2) Elektrolit...................................................................................................................24
3. Peredaran darah......................................................................................................29
C. Pemulihan/Perbaikan Jaringan....................................................................................41
BAB III....................................................................................................................................50
KESIMPULAN.......................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................52
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian yang padat dan
bagianyang cair. Bagian padat terdiri dari tulang, kuku, otot, dan jaringan yang lain.
Sedangkan bagian yang cair berupa cairan intraselular dan ekstraselular. Cairan
ekstraseluler dibagi menjadi plasma darah sebanyak 5% dan cairan interstitial
sebanyak 15%. Cairan antarsel khusus disebut cairan transeluler, seperti cairan
serebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum, dan lain-lainnya. Dalam cairan
ekstraseluler dan intraseluler, terdapat elektrolit-elektrolit utama yang berbeda.
Elektrolit utama dalam cairan ekstraseluler adalah natrium dan klorida, sedangkan
elektrolit utama dalam cairan intraseluler adalah kalium, magnesium, kalsium, dan
fosfat. Cairan dan elektrolit sangat dibutuhkan oleh sel-sel dalam tubuh agar dapat
menjaga dan mempertahankan fungsinya, sehingga tercipta kondisi yang sehat pada
tubuh manusia. [1]
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi
kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang
terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi
dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini
dinamakan “homeostasis”. [2]
Radang atau inflamasi adalah respon perlindungan setempat yang ditimbulkan
oleh cedera atau kerusakan pada jaringan yang berfungsi untuk mengurangi,
menghancurkan atau melokalisasi agen pencedera maupun jaringan yang tercedera
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena berbagai
kegiatan bio-seluler, bio-kimia terjadi berkisanambungan. Penggabungan respons
vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya bahan kimia sebagai substansi mediator di
daerah luka merupakan komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan luka.
Besarnya perbedaan mengenai penelitian dasar mekanisme penyembuhan luka dan
aplikasi klinik saat ini telah dapat diperkecil dengan pemahaman dan penelitian yang
berhubungan dengan proses penyembuhan luka dan pemakaian bahan pengobatan
yang telah berhasil memberikan kesembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang
rusak atau hilang. Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan
mengembalikan komponenkomponen jaringan yang rusak tersebut dengan
membentuk struktur baru dan fungsional sama dengan keadaan sebelumnya. Proses
penyembuhan tidak hanya 2 terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi
juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen (seperti: umur, nutrisi, imunologi,
pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik). [3]
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimakasud dan apa saja gangguan peredaran caitan tubuk, elektrolit dan
darah ?
2. Apa yang dimaksud dengan Radang ?
3. Apa yang dimaksud dengan Pemulihan / Perbaikan Jaringan ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa itu gangguan peredaran cairan tubuh, elektrolit dan darah
2. Untuk Mengetahui tentang Radang
3. Untuk Mengetahui tentang Pemulihan/Perbaikan jaringan
BAB II
PEMBAHASAN
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut) sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkanpartikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit
masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan
di distribusi ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh sudah diatur
sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan.Untuk
mempertahankan keseimbangannya, diperlukan masukan, pendistribusian, dan
keluaran yang memadai, yang diatur melalui mekanisme tersendiri namun
berkaitan satu sama lain. [4]
Intraseluler 40 30 40
Ekstraseluler 20 20 35
plasma 5 5 5
intersisial 15 15 30
Tabel 1 : Distribusi Cairan Tubuh
Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu
intraselular dan ekstraselular.
a. Cairan intraselular
Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular.
Sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan
intraselular.
b. Cairan ekstraselular Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan
bertambahnya usia, yaitu sampai sekitar sepertiga dari volume total pada
dewasa.Cairan ekstraselular terbagi menjadi cairan interstitial dan cairan
intravaskular. Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel dan termasuk
cairan yang terkandung diantara rongga tubuh(transseluler)seperti serebrospinal,
perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan.
Sementara, cairan intravaskular merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh
darah, dalam hal ini plasma darah [5].
Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam cairan tubuh, yaitu elektrolit dan non-
elektrolit.
a. Elektrolit
Adalah zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan menjadi ion positif (kation) dan
ion negatif (anion). Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+ ),
sedangkan kation utama dalam cairan intraselular adalah potasium (K+ ). Anion
utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3- ),
sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat (PO43- ).
Kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial kurang lebih sama, sehingga
nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler.
b. Non elektrolit
Zat-zat yang termasuk ke dalam nonelektrolit adalah glukosa, urea, kreatinin, dan
bilirubin yang tidak terdisosiasi dalam cairan.[5]
2. Fungsi Cairan
Komponen yang paling besar dalam tubuh manusia adalah air yang
mempunyai fungsi yang sangat besar.
Fungsi cairan antara lain:
a. Transportasi: nutrien, partikel kimiawi, partikel darah, energi, dan lain-
lain.
b. Pengatur suhu tubuh.
c. Pembentuk struktur tubuh.
Kekurangan cairan tubuh dapat menyebabkan kematian sel. Sementara unit
dasar fungsional tubuh adalah sel. Sel-sel inilah yang membentuk struktur
tubuh. Dengan demikian, keberlangsungan proses pembentukan atau
perbaikan jaringan tubuh tidak terlepas dari peranan cairan tubuh.
d. Memfasilitasi reaksi kimia dalam tubuh, misalnya metabolisme tubuh.
Kebutuhan air setiap hari dapat ditentukan dengan dua cara, ditentukan
berdasarkan umur dan berat badan. Jika berdasarkan umur ditentukan dari
umur 0-1 tahun memerlukan air sekitar 120 ml/kg BB, 1-3 tahun memerlukan
air sekitar 100 ml/kg BB, 3-6 tahun memerlukan air sekitar 90 ml/kg BB, 7
tahun memerlukan air sekitar 70 ml/kg BB, dan dewasa memerlukan sekitar
40-50 ml/kg BB. Sedangkan berdasarkan berat badan ditentukan mulai dari 0-
10 kg kebutuhan cairannya 100 ml/kg BB, 10-20 kg kebutuhan cairannya 1000
ml ditambah dengan 50 ml/kg BB (jika diatas 10 kg), dan jika diatas 20kg
kebutuhan cairannya sekitar 1500ml ditambah 20 ml/kg BB (jika diatas 20
kg), dan jika dewasa memerlukan cairan 40-50 ml/kg BB4 .
4. Jenis Cairan Dan Indikasinya
Secara garis besar, cairan intravena dibagi menjadi dua, yaitu cairan kristaloid dan
koloid.
a. Cairan Kristaloid
Kristaloid berisi elektrolit (contoh kalium, natrium, kalsium, klorida). Kristaloid
tidak mengandung partikel onkotik dan karena itu tidak terbatas dalam ruang
intravascular dengan waktu paruh kristaloid di intravascular adalah 20-30 menit.
Beberapa peneliti merekomendasikan untuk setiap 1 liter darah, diberikan 3 liter
kristaloid isotonik. Kristaloid murah, mudah dibuat, dan tidak menimbulkan reaksi
imun. Larutan kristaloid adalah larutan primer yang digunakan untuk terapi
intravena prehospital. Tonisitas kristaloid menggambarkan konsentrasi elektrolit
yang dilarutkan dalam air, dibandingkan dengan yang dari plasma tubuh. Ada 3
jenis tonisitas kritaloid, diantaranya:
- Isotonis.
Ketika kristaloid berisi sama dengan jumlah elektrolit plasma, ia memiliki
konsentrasi yang sama dan disebut sebagai “isotonik” (iso, sama; tonik,
konsentrasi). Ketika memberikan kristaloid isotonis, tidak terjadi perpindahan
yang signifikan antara cairan di dalam intravascular dan sel. Dengan demikian,
hampir tidak ada atau minimal osmosis. Keuntungan dari cairan kristaloid adalah
murah, mudah didapat, mudah penyimpanannya, bebas reaksi, dapat segera
dipakai untuk mengatasi defisit volume sirkulasi, menurunkan viskositas darah,
dan dapat digunakan sebagai fluid challenge test. Efek samping yang perlu
diperhatikan adalah terjadinya edema perifer dan edema paru pada jumlah
pemberian yang besarContoh larutan kristaloid isotonis: Ringer Laktat, Normal
Saline (NaCl 0.9%), dan Dextrose 5% in ¼ NS.
- Hipertonis
Jika kristaloid berisi lebih elektrolit dari plasma tubuh, itu lebih terkonsentrasi dan
disebut sebagai “hipertonik” (hiper, tinggi, tonik, konsentrasi). Administrasi dari
kristaloid hipertonik menyebabkan cairan tersebut akan menarik cairan dari sel ke
ruang intravascular. Efek larutan garam hipertonik lain adalah meningkatkan
curah jantung bukan hanya karena perbaikan preload, tetapi peningkatan curah
jantung tersebut mungkin sekunder karena efek inotropik positif pada miokard dan
penurunan afterload sekunder akibat efek vasodilatasi kapiler viseral. Kedua
keadaan ini dapat memperbaiki aliran darah ke organ-organ vital. Efek samping
dari pemberian larutan garam hipertonik adalah hipernatremia dan hiperkloremia.
Contoh larutan kristaloid hipertonis: Dextrose 5% dalam ½ Normal Saline,
Dextrose 5% dalam Normal Saline, Saline 3%, Saline 5%, dan Dextrose 5%
dalam RL.
- Hipotonis
Ketika kristaloid mengandung elektrolit lebih sedikit dari plasma dan kurang
terkonsentrasi, disebut sebagai “hipotonik” (hipo, rendah; tonik, konsentrasi).
Ketika cairan hipotonis diberikan, cairan dengan cepat akan berpindah dari
intravascular ke sel. Contoh larutan kristaloid hipotonis: Dextrose 5% dalam air,
½ Normal Saline. [3]
b. Cairan Koloid
Cairan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat molekul tinggi dengan
aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama
dalam ruang intravaskuler. Koloid digunakan untuk resusitasi cairan pada pasien
dengan defisit cairan berat seperti pada syok hipovolemik/hermorhagik sebelum
diberikan transfusi darah, pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan
kehilangan protein jumlah besar (misalnya pada luka bakar). Cairan koloid
merupakan turunan dari plasma protein dan sintetik yang dimana koloid memiliki
sifat yaitu plasma expander yang merupakan suatu sediaam larutan steril yang
digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka
baker, operasi, Kerugian dari ‘plasma expander’ ini yaitu harganya yang mahal
dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan
gangguan pada cross match. Berdasarkan jenis pembuatannya, larutan koloid
terdiri dari:
1. Koloid
Alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5% dan 25%).
Dibuat dengan cara memanaskan plasma 60°C selama 10 jam untuk
membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein plasma selain
mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa globulin dan beta globulin.
Selain albumin, aktivator Prekallikrein (Hageman’s factor fragments) terdapat
dalam fraksi protein plasma dan sering menimbulkan hipotensi dan kolaps
kardiovaskuler.
2. Koloid Sintetik
• Dextran
Koloid ini berasal dari molekul polimer glukosa dengan jumlah yang besar.
Dextrans diproduksi untuk mengganti cairan karena peningkatan berat
molekulnya, sehingga memiliki durasi tindakan yang lebih lama di dalam
ruang intravaskular. Namun, obat ini jarang digunakan karena efek samping
terkait yang meliputi gagal ginjal sekunder akibat pengendapan di dalam
tubulus ginjal, gangguan fungsi platelet, koagulopati dan gangguan pada
cross-matching darah. Tersedia dalam bentuk Dextran 40 (Rheomacrodex)
dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70 (Macrodex) dengan berat
molekul 60.000-70.000. [6]
• Hydroxylethyl Starch (Hetastarch)
Cairan koloid sintetik yang sering digunakan saat ini. Pemberian 500 ml
larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat urin dalam waktu 2
hari dan sisanya, yaitu starch yang bermolekul besar, sebesar 64% dalam
waktu 8 hari. Hetastarch nonantigenik dan jarang dilaporkan adanya reaksi
anafilaktoid. Low molecular weight Hydroxylethyl starch (PentaStarch) mirip
Heta starch, mampu mengembangkan volume plasma hingga 1,5 kali volume
yang diberikan dan berlangsung selama 12 jam. Karena potensinya sebagai
plasma volume expander yang besar dengan toksisitas yang rendah dan tidak
mengganggu koagulasi maka Pentastarch dipilih sebagai koloid untuk
resusitasi cairan jumlah besar.[7]
• Gelatin
Merupakan bagian dari koloid sintesis yang terbuat dari gelatin, biasanya
berasal dari collagen bovine serta dapat memberikan reaksi. Larutan gelatin
adalah urea atau modifikasi succinylated cross-linked dari kolagen sapi. Berat
molekul gelatin relatif rendah, 30,35 kDa, jika dibandingkan dengan koloid
lain. Pengangkut berisi NaCl 110 mmol/l. Efek ekspansi plasma segera dari
gelatin adalah 80-100% dari volume yang dimasukkan dibawah kondisi
hemodilusi normovolemik. Efek ekspansi plasma akan bertahan 1-2 jam.
Tidak ada batasan dosis maksimum untuk gelatin. Gelatin dapat memicu
reaksi hipersensitivitas, lebih sering daripada larutan HES. Meskipun produk
mentahnya bersumer dari sapi, gelatin dipercaya bebas dari resiko penyebaran
infeksi. Kebanyakan gelatin dieskskresi melalui ginjal, dan tidak ada
akumulasi jaringan..[8]
Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul melintasi membran semipermeabel dari
kompartemen berkonsentrasi tinggi menuju kompartemen ber- konsentrasi
rendah. Di dalam tubuh manusia, difusi cairan, elektrolit, dan substansi
lainnya berlangsung melalui pori-pori tipis membran kapiler. Laju difusi
suatu substansi dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu ukuran molekul,
konsentrasi larutan, dan temperatur larutan.
Filtrasi
Filtrasi adalah proses perpindahan cairan dan solut melintasi membran
bersama-sama dari kompartemen bertekanan tinggi menuju kompar temen
bertekanan rendah. Contoh filtrasi adalah pergerakan cairan dan nutrien
dari arteri kapiler menuju cairan interstisial di sekitar sel. Tekanan yang
menyebabkan filtrasi disebut juga dengan tekanan fil- trasi (filtration
pressure).
Osmosis
Osmosis adalah pergerakan cari solven (pelarut) murni (mis., air) melintasi
membran sel dari larutan berkonsentrasi rendah (encer) menuju larutan
berkonsentrasi tinggi (pekat). Solut adalah substansi yang terlarut dalam
cairan. Solut yang terlarut dalam cairan mungkin berupa kristaloid (garam-
garaman) atau koloid (substansi seperti pro- tein yang belum tercampur
dengan baik dengan cairan). Osmosis penting untuk mempertahankan
keseimbangan volume intravaskular dan ekstravaskular. Jumlah partikel
dalam air menentukan konsentrasi suatu larutan. Besarnya konsentrasi
larutan dikenal dengan istilah os- molalitas atau osmolaritas.
Transpor Aktif
Substansi dapat bergerak melintasi membran impermeabel dari larutan
berkonsentrasi rendah menuju larutan berkonsentrasi tinggi melalui proses
transpor aktif. Berbeda dengan difusi dan osmosis, proses trans- por aktif
memerlukan energi metabolik. Dalam transpor aktif, zat ber- gabung
dengan pembawa (carrier) di luar permukaan membran sel dan bergerak
menembus permukaan membran sel. Setelah masuk, zat terlepas dari
pembawa (carrier) dan masuk ke dalam sel. Setiap zat me- miliki pembawa
yang spesifik, dan proses ini memerlukan enzim serta energi.
Kapiler Limfatik
Kapiler limfatik adalah saluran yang ujungnya tertutup dan terletak
pada ruang antarsel. Kapiler limfatik ditemukan hampir di seluruh tubuh
kecuali jaringan yang tidak memiliki pembuluh seperti system saraf pusat,
tulang dan sebagian besar lapisan superfisial kulit. Struktur kapiler limfatik
sangat unik karena cairan intertitial dapat masuk ke dalam pembuluh kapiler
limfatik namun tidak dapat keluar.
Pembuluh Limfe Besar
Beberapa kapiler limfatik akan membentuk pembuluh yang lebih besar
yang disebut pembuluh limfe. Pembuluh limfe (gambar 5.2) adalah saluran
yang membawa cairan yang berwarna putih yang komposisinya sama dengan
cairan intertisial yang biasa disebut getah bening, Cairan getah bening ini
berdifusi masuk kedalam pembuluh kapiler limfe kecil yang terjalin diantara
kapiler sistem kardiovaskuler. Selain itu, getah bening juga berfungsi
membawa partikel bakteri yang kemudian difiltrasi dan dihancurkan oleh
nodus limfe.
Pembuluh limfe memiliki serat pada lapisan luar, adanya jaringan otot
polos dan elastic pada lapisan tengah, dan lapisan endothelium pada lapisan
dalam. Pembuluh limfe memiliki katup dengan bentuk cangkir agar cairan
limfe mengalir ke satu arah yaitu menuju toraks. Lapisan otot pada dinding
pembuluh limfe berfungsi sebagai pompa limfatik. Cairan akan mengalir
melalui pembuluh limfe menuju dua saluran utama yaitu:
2. Nodus Limfatik
Nodus (kelenjar) memiliki bentuk seperti kacang atau oval yang
berkelompok dan terletak di sepanjang pembuluh limfe. Nodus memiliki
berbagai ukuran mulai dari ukuran kecil yang nampak seperti peniti dan
ukuran besar seperti almond (Gambar 5.3).
3. Limpa
Limpa merupakan organ limfe terbesar dan mengandung jaringan
retikular dan limpatik. Limpa berada pada abdomen di hipokondria kiri antara
fundus lambung dan diafragma. Limpa berukuran panjang sekitar 12 cm, lebar
7 cm, tebal 2,5 cm dengan berat sekitar 200g dan berwarna keunguan (gambar
8.4).
Fagositosis
Limpa melakukan fagositosis terhadap materi selular lainnya misalnya
leukosit,trombosit dan mikroba.
Cadangan darah
Limpa memiliki volume darah sekitar 350 ml yang berespon terhadap
stimulus simpatis sehingga volume darah ini dapat dengan cepat dikembalikan
ke sirkulasi misalnya saat perdarahan.
Respons imun
Limpa mengandung limfosit B dan limfosit T yang diaktivasi oleh
antigen. Proliferasi limfosit saat infeksi dapat menyebabkan terjadinya
pembesaran limpa.
Eritropoiesis
Limpa berperan dalam pembentukan sel darah janin. Selain itu, limpa
juga dapat memenuhi fungsinya dalam pembentukan sel darah pada orang
dewasa jika dibutuhkan.
4. Kelenjar Timus
5. Tonsil
Tonsil (gambar 5.6) adalah organ yang ukurannya kecil terletak pada
bagian belakang tenggorokan yang berfungsi membantu menyaring bakteri
dan kuman sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi.
Tonsil terbagi menjadi 3 jenis yaitu tonsila faringal (adenoid), tonsila
palatina dan tonsila lingual yang ketiganya membentuk lingkaran yang disebut
cincin Waldeyer (gambar 5.7)
LIMFEDEMA
2) Elektrolit
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Kemudian
elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. [11]
A. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Elektrolit Cairan Tubuh
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:
a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat
badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang
lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan
dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa.
Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju
metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan
ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang
besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal
ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian,
jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang
tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan
aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan.
Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water
loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang
bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja
berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak
lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan
panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang
panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat
kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih
dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan
kadar albumin.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress,
tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa
darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti
deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
f. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melalui IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist
cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium
sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula
menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
i. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan
cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi,
sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat
asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon
ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.
3. Peredaran darah
Sistem peredaran darah manusia adalah sistem peredaran darah tertutup dan ganda.
Disebut sistem peredaran darah tertutup, karena darah selalu melalui pembuluh darah.
Disebut sistem peredaran darah ganda, karena darah masuk ke jantung sebanyak dua kali
dalam satu kali peredaran darah. Peredaran darah ganda terdiri dari peredaran darah kecil
dan peredaran darah besar.
Darah
Darah adalah jenis jaringan ikat, terdiri atas sel-sel (eritrosit, leukosit, dan trombosit) yang
terendam pada cairan kompleks plasma.
Fungsi Darah
Fungsi darah masuk ke dalam tiga kategori, yaitu transportasi, pertahanan, dan regulasi,
yang akan dibahas berikut ini.
1) Darah adalah media transportasi utama yang mengangkut gas, nutrisi dan produk
limbah.
2) Darah berperan dalam menjaga pertahanan tubuh dari invasi patogen dan menjaga dari
kehilangan darah. Sel darah putih tertentu mampu menghancurkan patogen dengan
cara fagositosis. Sel darah putih lainnya memproduksi dan mengeluarkan antibodi.
Antibodi adalah protein yang akan bergabung dengan patogen tertentu untuk
dinonaktifkan.
3) Darah memiliki fungsi regulasi dan memainkan peran penting dalam homeostasis.
Darah membantu mengatur suhu tubuh dengan mengambil panas, sebagian besar dari
otot yang aktif, dan dibawa seluruh tubuh.
Komposisi Darah
Darah adalah jaringan, dan, seperti jaringan apapun, mengandung sel dan fragmen sel.
Secara kolektif, sel-sel dan fragmen sel disebut elemen padat. Sel dan fragmen sel
tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma. Oleh karena itu, darah diklasifikasikan
sebagai jaringan ikat cair
Kelainan Eritrosit
Jumlah eritrosit normal harus berada pada kisaran 4 – 6 juta sel/m3 darah.
Berbagai penyakit dapat mempengaruhi jumlah eritrosit. Berikut ini beberapa
kelainan atau gangguan yang terjadi pada eritrosit.
1. Anemia gizi Anemia yang penyebab utamanya adalah kekurangan zat nutrisi
terutama zat besi. Zat besi bisa terdapat pada bahan makan hewani, yakni
daging dan hati. Gejala-gejala umum dari anemia adalah tampak pucat, lemas
dan lesu. Suplemen zat besi dalam makanan dapat membantu mencegah
anemia jenis ini.
2. Anemia pernisiosa Anemia pernisiosa adalah bentuk lain dari anemia gizi.
Saluran pencernaan tidak mampu menyerap cukup vitamin B12, yang penting
untuk perkembangan sel darah merah. Tanpa vitamin B12, sel darah merah
yang belum matang cenderung menumpuk di dalam sumsum tulang. Suplemen
vitamin, dan/atau suntikan vitamin B12 adalah pengobatan yang efektif.
5. Anemia sel sabit (sickle cell anemia) Anemia sel sabit merupakan penyakit
keturunan. Penderita anemia sel sabit eritrositnya memiliki bentuk abnormal,
yaitu bentuk sabit dengan hemoglobin abnormal dan tidak dapat membawa
oksigen yang cukup.
a. Trombositopenia
Terbatasnya jumlah trombosit disebut trombositopenia. Trombositopenia
terjadi karena produksi trombosit yang rendah dalam sumsum tulang atau
meningkat kerusakan trombosit di luar sumsum. Sejumlah kondisi, termasuk
leukemia, dapat menyebabkan trombositopenia. Hal ini juga dapat disebabkan
obat. Gejalanya penyakit ini adalah memar, ruam, dan mimisan atau
pendarahan di mulut. Perdarahan gastrointestinal atau perdarahan di otak yang
dapat menyebabkan komplikasi.
b. Trombosis
Jauh lebih banyak orang meninggal karena pembekuan darah yang tidak
diinginkan dari pada kegagalan pembekuan. Kebanyakan stroke dan serangan
jantung adalah karena trombosis, yaitu terbentuknya bekuan darah (trombus)
abnormal di pembuluh darah. Sebuah trombus (bekuan) dapat tumbuh cukup
besar dan menghalangi aliran darah di pembuluh darah kecil, atau potongan
bekuan darah ini dapat mengalir di dalam aliran darah sebagai embolus. Jika
pembentukan bekuan ini tidak diatasi aliran darah bisa terhenti, dan jika
pembuluh darah yang tersumbat berada di organ vital seperti jantung, otak,
paru-paru, atau ginjal, dapat menyebabkan infark (kematian jaringan). Ratusan
ribu orang meninggal tromboemboli (trombus yang mengalir dalam aliran
darah). Sebagai contoh sekitar 650.000 orang Amerika meninggal setiap tahun
karena tromboemboli.
c. Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit kelainan genetik yang disebabkan oleh kekurangan
faktor pembekuan darah sehingga darah sukar membeku. Terdapat banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan pembekuan darah. Hemofilia A
(hemofilia klasik) disebabkan oleh defisiensi faktor pembekuan VIII. lebih
mungkin terjadi pada anak lakilaki dari pada anak perempuan. Hemofilia A
disebabkan oleh salinan abnormal dari gen produksi faktor VIII, ditemukan
pada kromosom X. Hemofilia ini muncul ketika anak lakilaki memiliki gen
abnormal pada kromosom X. Kasus hemofilia A terjadi 1 dari 5.000 lakilaki di
seluruh dunia. Kekurangan faktor IX menyebabkan hemofilia B (Christmas
disease), menyumbang 15% dari seluruh kasus dan terjadi pada sekitar 1 dari
30.000 laki-laki. Bentuk yang jarang disebut hemofilia C (defisiensi faktor XI)
adalah autosomal dan tidak terkait seks, sehingga terjadi sama pada kedua
jenis kelamin. Pada hemofilia, benjolan sedikit dapat menyebabkan perdarahan
ke dalam sendi, yang diikuti degenerasi tulang rawan pada sendi. Penyebab
paling sering dan mengakibatkan kematian adalah pendarahan ke otak disertai
kerusakan saraf. Suntikan reguler faktor VIII berhasil dapat mengobati
penyakit. [13]
Peredaran Darah
Sistem peredaran darah kecil:
Jantung (bilik kanan) -> pembuluh nadi paru-paru -> paru-paru -> Pembulu darah balik
-> Jantung (serambi kiri)
Secara singkat: jantung Jantung (serambi kiri) -> paru-paru -> Jantung
Berikut ini beberapa faktor gangguan peredaran darah karena faktor keturunan di
antaranya sebagai berikut.
1. Hemofilia. Gangguan ini disebabkan adanya kelainan yang menyebabkan darah sulit
membeku jika terjadi luka.
2. Thalassemia. Pada gangguan ini, bentuk sel darah merahnya tidak beraturan. Hal ini
menyebabkan daya ikat sel darah merah terhadap oksigen dan karbon dioksida menjadi
berkurang.
Usaha-usaha pencegahan terhadap gangguan alat peredaran darah ialah dengan
melakukan pola hidup sehat. Pola hidup sehat itu di antaranya sebagai berikut.
1. Makan makanan yang bergizi.
2. Olahraga yang teratur.
3. Tidur dan istirahat yang cukup
Inflamasi adalah reaksi dari jaringan hidup terhadap trauma atau infeksi, baik dalam
kondisi akut maupun kondisi kronik. Inflamasi akut biasanya dikuti dengan pemulihan
segera, namun jika stimulus atau agen penyebab menetap maka infalamasi tersebut dapat
berkembang menjadi kronik. Secara klinik inflamasi akut dicirikan dengan hangat/panas,
kemerahan, bengkak, nyeri, dan berkurang atau gangguan fungsi.
Respons inflamasi terdiri dari sistem bawaan, respons seluler dan humoral setelah
cedera (seperti setelah terpapar panas atau dingin, iskemia/reperfusi, trauma tumpul, dan lain-
lain), Di mana tubuh berusaha mengembalikan jaringan ke keadaan preinjurynya. Dalam
respon inflamasi akut, ada orkestrasi kompleks dari peristiwa yang melibatkan kebocoran air,
garam, dan protein dari kompartemen vaskular; aktivasi sel endotel; interaksi perekat antara
leukosit dan endotel pembuluh darah; rekrutmen leukosit; aktivasi makrofag jaringan;
aktivasi trombosit dan agregasi mereka; aktivasi komplemen; sistem pembekuan dan
fibrinolitik; dan pelepasan protease dan oksidan dari sel fagosit, yang semuanya dapat
membantu mengatasi keadaan cedera.
Inflamasi (peradangan) berasal dari kata inflammation (latin) adalah Peradangan (dari
bahasa Latin: peradangan) adalah bagian dari respons biologis kompleks dari jaringan tubuh
terhadap rangsangan berbahaya, seperti patogen, sel yang rusak, atau iritan, dan merupakan
respons perlindungan yang melibatkan sel-sel kekebalan, pembuluh darah, dan mediator
molekuler.
Manfaat reaksi Inflammasi antara lain: (i) melarutkan dan mengeluarkan toksin; (ii)
Menghambat penyebaran bakteri; (iii) Memfasilitasi masuknya neutrophils, complement,
opsonins dan antibodies; (iv) Menyediakan persediaan mediator inflamasi; (v) Menjamin
peningkatan persediaan nutrisi sel; (vi) Meningkatkan inisiasi respon imune dan (vii)
Menginisiasi proses penyembuhan.
Skema Peradangan
Keterangan:
C. Pemulihan/Perbaikan Jaringan
Pemulihan jaringan rusak terjadi melalui dua jenis reaksi: regenerasi dengan
proliferasi sel yang tersisa (yang tidak mengalami jejas) serta maturasi sel púnca
jaringan dan endapan jaringan ikat untuk membentuk parut.
• Regenerasi. Beberapa jaringan mampu menggantikan bagian yang rusak dan
sejatinya dapat kembali ke kondisi normal; proses ini disebut regenerasi.
Regenerasi terjadi melalui proliferasi sel yang selamat dari kerusakan dan
mempertahankan kemampuan untuk proliferasi, contohnya pada sel epitel kulit
dan usus yang cepat membelah, serta pada beberapa organ parenkim terutama
hati. Pada kasus lain, jaringan sel punca dapat berkontribusi pada restorasi
jaringan rusak. Namun, tidak seperti pada hewan rendah seperti kadal dan ikan
yang dapat melakukan regenerasi seluruh tungkai dan organ, mamalia memiliki
kapasitas terbatas untuk meregenerasi jaringan dan organ rusak, dan juga hanya
beberapa bagian dari kebanyakan jaringan yang mampu meregenerasi dirinya
secara sempurna.
• Deposit jaringan ikat (pembentukan parut). Jika jaringan yang rusak tidak mampu
menggantikan. secara sempurna, atau jika struktur pendukung dari jaringan telah
rusak parah, perbaikan terjadi dengan membentuk jaringan ikat (fibrosa), sebuah
proses yang dapat mengakibatkan terbentuknya parut. Walau parut fibrosa tidak
normal, ini memberikan stabilitas struktur yang cukup agar jaringan yang rusak
dapat berfungsi. Istilah fibrosis sering digunakan untuk mendeskripsikan
penumpukan luas kolagen yang terjadi di paru-paru, hati, ginjal, dan organ lain
sebagai akibat inflamasi kronis, atau di miokardium setelah nekrosis iskemik Juas
(infark). Jika fibrosis terbentuk pada ruang jaringan tempat eksudat inflamasi
berada maka disebut organisasi (seperti organisasi/penyusunan ulang pneumonia
yang memengaruhi paru-paru).
Mekanisme Regenerasi
Jaringan Peran regenerasi dalam penggantian jaringan yang rusak bervariasi pada
setiap jaringan dan sesuai tingkat keparahan kerusakan yang terjadi.
• Pada epitel traktus intestinal dan kulit, sel yang rusak dengan cepat digantikan
melalui proliferasi sel sisa dan diferensiasi sel dari jaringan sel punca jika
membran basalnya masih utuh. Sel epitel sisa memproduksi faktor pertumbuhan
yang terlibat dalam proses ini. Sel baru dihasilkan bermigrasi untuk mengisi
defek yang diakibatkan oleh kerusakan kemudian mengembalikan integritas
jaringan.
• Regenerasi jaringan dapat terjadi pada organ parenkim yang selnya mampu
berproliferasi dengan pengecualian pada hati, yang hanya terbatas prosesnya.
Pankreas, adrenal, tiroid, dan paru-paru memiliki sedikit kapasitas regeneratif.
Operasi pengambilan ginjal mengakibatkan ginjal yang tersisa melakukan
respons kompensasi yang terdiri dari baik hipertorfi dan hiperplasia dari sel
duktus proksimal. Mekanisme yang mendasari respons ini masih belum dipahami,
tetapi dapat melibatkan produksi lokal faktor pertumbuhan dan interaksi sel
dengan matriks ekstraseluler. Kapasitas luar biasa dari hati untuk beregenerasi
telah membuatnya menjadi contoh penting untuk mempelajari proses ini seperti
yang akan dijelaskan berikut.
Regenerasi Hati
Hati manusia memiliki kapasitas yang luar biasa dalam hal regenerasi
sebagaimana ditunjukkan dalam pertumbuhan hati setelah hepatektomi
parsial, yang dapat dilakukan untuk reseksi tumor atau untuk transplantasi donor
hati hidup. Gambaran mitos regenerasi hati adalah pertumbuhan ulang dari hati
Prometheus, yang dimakan setiap hari oleh elang yang dikirimkan oleh Zeus
sebagai hukuman karena mencuri rahasia api namun hati tersebut tumbuh
kembali setiap malam. Nyatanya, walau tidak sedramatis cerita tersebut,
kemampuan regenerasi hati masih cukup mengesankan.
Regenerasi hati terjadi melalui dua mekanisme utama: proliferasi hepatosit
yang tersisa dan repopulasi dari sel progenitor. Mekanisme yang dominan
tergantung dari sifat kerusakan.
• Proliferasi hepatosit setelah hepatektomi parsial. Pada manusia, reseksi hati
hingga 90% dapat dikoreksi dengan proliferasi dari hepatosit sisa. Proses ini
didorong oleh sitokin seperti 11-6 yang dihasilkan oleh sel Kupffer dan oleh
faktor pertumbuhan seperti hepatocyte growth factor (HGF) yang dihasilkan oleh
banyak jenis sel.
• Regenerasi hati dari sel progenitor. Pada kondisi ketika kapasitas proliferasi
hepatost terganggu seperti setelah kerusakan hati kronis atau inflamasi, sel
progeniter di habi berkontribusi dalam melakukan repopulasi. Pada hewan
pengerat, sel progenitor ini telah disebut sel d karena hentuk nukleusnya.
Beberapa sel progenitor in tinggal di me khusus yang disebut kanal Herring
tempat kanalikuli empedu terhubung dengan duktus empedu yang lebih besar
Sinval yang mendorong, proliferasi sel progenitor dan diferensianya menjadi sel
hepatosit matur masih diteliti.
Secara umum, fisiologi penyembuhan luka dapat dibagi menjadi 3 tahapan utam4 yaitu:
1. Reaksi inflamasi
Definisi radang ialah reaksi pertahanan jaringan hidup terhadap semua bentuk luka
dengan melibatkan frrngsi darah dan pembuluh darah, saraf, limfa, cairan serta sel-sel
di sekitar luka Proses ini akan memusnahkan, melarutkan atau membatasi agen-agen
penyebab infeksi sekaligus merintis jalan untuk proses perbaikan atau pemulihan
terhadap jaringan yang rusak. Infeksi ialah masuknya sejumlah mikroorganisme
patogen pada daerah luka terutama pada luka yang terbuka sehingga menimbulkan
akibat yang lebih buruk. Pada radang akut, respon relatifsingkat, berlangsung hanya
beberapa jam atau hari setelah terjadinya luka. Reaksi radang biasanya diikuti dengan
dengan rasa nyeri, panas, merah, bengkak dan gangguan firngsi pada daerah sekitar
luka kadang-kadang disertai juga dengan demam. Hal tersebut diakibatkan oleh 3
komponen radang yaitu :
(1) perubahan penampqng pembuluh darah (vasodilatasi) yang mengakibatkan
peningkatan aliran darah di sekitar luka,
(2) perubahan struhural pada kapiler yang mernungkinkan protein plosma serta
leukosit keluar dari pembuluh darah (diapedesis) dan
(3) terjadinya agregasi'leukosit di daerah luka. Cairar. yang kaya protein serta leukosit
yang tertimbun di ruang ekstravaskuler di daerah luka sebagai akibat reaksi radang
disebut eksudat.
Kemal (1988, 155) dm Robbins (1992, 3l - 37) menjelaskan tahapan reaksi radang
sebagai berikut: 1. Infeksi, merupakan proses masuknya sejumlah mikroorganisme
patogen ke daerah luka dengan demikian keadaan luka menjadi aseptis. Sejumlah
mikroorganisma patogen tersebut akan memasuki jaringan melalui daerah yang
terbuka akibat luka.
2. Reaksi Sistem Komplemen, Glikoprotein permukaan sel mikroorganisme yang masuk
ke daerah luka akan mengaktifkan serangkaian sistem komplemen yang berakibat:
- Diproduksinya opsonin yang akan melekatkan mikroorganisme dengan leukosit
sehingga mempermudah proses fagositosis.
- Dilepaskan histamin oleh mastosit (mast sel) yang menyebabkan vasodilatasi
kapiler serta meningkatkan permeabilitas membran kapiler tehadap protein, akibatrya
sejumlah protein plasma dan leukosit akan keluar dari kapiler darah.
- Diproduksinya chemotmin yang akan menarik leukosit menuju daerah infeksi.
- Dihasilkannya kinin yang memiliki fungsi seperti histamin namun mampu
meftmgsang ujung-ujung reseptor saraf- (reseptor rasil sakit dan gatal).
- Mengaktifkan suatu reaksi tertentu yang akan menimbulkan lubang-lubang pada
kemoktasis naetrofil.
KESIMPULAN