Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN


KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 9

JULIAN PANUNTUN SNR172120063


SAFITRI SNR172120030
YORIS APRIANTO MARPINDO RIO SNR172120020

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “KONSEP
DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas


kepada pembaca. Penyusun membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pontianak, 16 oktober 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 2
C. TUJUAN MASALAH .............................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
KONSEP DASAR................................................................................................... 3
A.KONSEP DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT
............................................................................................................................. 3
1. DEFINISI CAIRAN DAN ELEKTROLIT ............................................ 3
2. KLASIFIKASI CAIRAN DAN ELEKTROLIT .................................... 3
3. FUNGSI CAIRAN DAN ELEKTROLIT .............................................. 5
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT ........................................................................................ 5
5. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT ..... 9
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ................................. 13
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ...................................................... 13
2. DIGNOSA KEPERAWATAN ............................................................. 14
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN .. Error! Bookmark not defined.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ................................................. 16
5. EVALUASI KEPERAWATAN ........................................................... 17
C. KASUS ASUHAN KEPERAWATAN CAIRAN DAN ELEKTOLIT . 17
BAB III ................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................. 20
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 20
B. SARAN .................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan
keseimbangan atau homeostasis tubuh. Gangguan cairan dan elektrolit dapat
memengaruhi fungsi fisiologi tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air
yang mengandung partikel – partikel bahan organik dan anorganik yang vital
untuk hidup (Tamsuri,2009). Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler
adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler,
dan sekresi saluran cerna.

1
2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi cairan dan elektrolit?
2. Apasaja klasifikasi cairan dan elektrolit?
3. Apa Fungsi cairan dan elektrolit?
4. Apa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?
5. Apa Konsep Dasar Asuhan keperawatan cairan dan elektrolit?

C. TUJUAN MASALAH
1. Definisi cairan dan elektrolit
2. Klasifikasi cairan dan elektrolit
3. Fungsi cairan dan elektolit
4. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
5. Konsep dasar asuhan keperawatan cairan dan elektrolit
BAB II
KONSEP DASAR

A. KONSEP DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT


1. DEFINISI CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Tubuh terdiri dari 50 – 60 % air, untuk menjaga keseimbangan,
tubuh harus bisa mengatur cairan – cairan yang ada dengan sendirinya.
Kemampuan tubuh untuk menjaga kondisi cairan agar selalu seimbang
disebut dengan homeostasis. Homeostasis sangat penting untuk sel – sel
melakukan tugasnya serta menciptakan kondisi sel tubuh yang sehat,
ketika tubuh tidak terdapat homeostasis maka sel - sel tidak dapat
berfungsi dengan baik. (Linton, 2012)
(Allison Itale, 2014) Tubuh seseorang berfungsi dengan baik ketika,
kondisi didalam tubuh terdapat volume cairan dan partikel – partikel daan
keadaan seimbang atau terjadinya homeostasis. Kebutuhan cairan dan
elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi
kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan
diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses
faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan
sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.
2. KLASIFIKASI CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen
utama, yaitu : cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES).
Pada orang normal dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-
ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. persentase ini dapat
berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas (
Guyton & Hall, 1997)

3
4

a. Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total


Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-
kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada
rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh
bayi adalah cairan intraselular.
b. Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total
Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan
peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kir ½ cairan tubuh
terkandung didalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari (CES)
menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding
dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Lebih jauh (CES)
dibagi menjadi :
c. Cairan interstisial (CIT)
Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa.
Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap
ukuran tubuh, volume (CIT) kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada
bayi baru lahir dibanding orang dewasa.
d. Cairan intravaskular (CIV)
Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif dari
(CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume
darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari
jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel
darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan
bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau
leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi
pada orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat
badan dan faktor-faktor lain.
e. Cairan Transelular (CTS)
Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh.
Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural,
sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu
5

tertentu (CTS) mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan


dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap
harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara normal
mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.

3. FUNGSI CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Menurut Tamsuri (2009) Komponen yang paling besar dalam tubuh
manusia adalah air yang mempunyai fungsi yang sangat besar. Fungsi
cairan diantaranya:
a. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
b. Mengeluarkan buangan-buangan sel
c. Membantu dalam metabolisme sel
d. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
e. Membantu memelihara suhu tubuh
f. Membantu pencernaan
g. Mempemudah eliminasi
h. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, SDP, SDM)

4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT
a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal
ini, usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh,
kebutuhan metabolik, serta berat bada. Bayi dan anak di masa
pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat
pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernafasan. Pada individu
lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh
masalah jantung atau gangguan ginjal. ( Tamsuri, 2009)
6

Tabel 2.1 Perkiraan Kebutuhan cairan tubuh berdasarkan usia


Usia Berat badan (Kg) Kebutuhan (ml)/24 jam
3 hari 3.0 250 – 300
1 tahun 9.5 1150 – 1300
2 tahun 11.8 1350 – 1500
6 tahun 20.0 1800 – 2000
10 tahun 18.7 2000 – 2500
14 tahun 45.0 2200 – 2700
18 tahun (dewasa) 54.0 2200 – 2700

b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses
metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan peningkatan
haluaran cairan melalui keringat. Kehilangan cairan yang tidak
disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan akibat
laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.

Tabel 2.2 Total asupan dan haluaran pada keadaan normal dan saat beraktivitas
I&O Normal Aktivitas
Asupan (I)
Cairan dari makanan 2100 ?
Cairan dari metabolisme 200 200
Total 2300 ?

Haluaran (O)
Insensible water loss kulit 350 350
Insensible water loss paru 350 650
Keringat 100 5000
Feses 100 100
Urine 1400 500
Total 2300 6600

Tabel 2.3 Besar IWL menurut usia


Usia Besar IWL (mg/kg BB/hari)
Baru lahir 30
Bayi 50 – 60
Anak – anak 40
Remaja 30
Dewasa 20

c. Iklim
Individu yang tinggal di lingkungan yang bersuhu tinggi atau di
daerah dengan tingkat kelembapan yang rendah akan lebih sering
7

mengalami kehilangan cairan dan elektrolit. Orang yang berkerja berat


di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan
sebanyak lima liter sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang
biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak
700 ml per jam saat berada di tempat yang panas, sedangkan orang
yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan
hingga dua liter per jam.
d. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit
tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler.
Peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot.
Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium. Di samping itu,
stess juga menyebabkan peningkatan produksi hormon antidiuretik
yang dapat mengurangi produksi urine.
e. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan
elektrolit. Jika asupan makanan tidak adekuat atau tidak seimbang,
tubuh berusaha memecah simpanan protein dengan terlebih dahulu
memecah simpanan glikogen dan lemak. Kondisi ini mengakibatkan
penurunan kadar albumin, tekanan onkotik plasma dapat menurun.
Akibatnya, cairan dapat berpindah dari intravaskular ke interstisial
sehingga terjadi edema di interstisial.
f. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan ddan
elektrolit dari sel / jaringan yang rusak (misal luka robek atau luka
bakar). Pasien yang menderita diare juga mengalami peningkatan
kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saruran
gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran
darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung menurun,
8

tubuh akan melakukan “penimbunan” cairan dan natrium sehingga


terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervolemia).
Tabel 2.4 standar volume urine normal
Usia Volume urine (ml/kg BB/hari
BBL 10 – 90
Bayi 80 – 90
Anak – anak 50
Remaja 40
Dewasa 30

Tabel 2.5 Kehilangan cairan dan elektrolit melalui kulit dan paru – paru
Cairan dan Normal Demam (38C) Keringat berlebih
elektrolit
Air (ml) 600 – 1000 1000 – 1500 1500 – 2000
Na + (mEq/L) Sedikit 25 – 50 25 – 50
Cl- (mEq/L) Sedikit 15 - 35 15 - 35

g. Tindakan medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan
lambung dapat menyebabkan penuruna kadar kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam
tubuh. Akibatnya, terjadi defisit cairan tubuh. Selain itu, penggunaan
diuretik menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium
akan meningkat. Penggunaan kortikosteroid dapat pula menyebabkan
retensi natrium dan air dalam tubuh.
i. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan berisiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak
darah selama periode operasi, sedangkan beberapa klien lainnya justru
mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih
melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH
selama masa stres akibat obat – obat anestesia.
9

5. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Menurut Asmadi (2008) dalam keadaan normal, cairan tubuh berada
dalam keadaan seimbang. Oleh karena suatu sebab, keseimbangan tubuh
dapat mengalami gangguan. Secara garis besar, gangguan keseimbangan
tubuh terbagi menjadi dua yaitu:
a. Hipervolemik (Edema)
Terjadi penimbunan cairan berlebih di antara sel – sel tubuh atau
didalam berbagai rongga – rongga tubuh. Edema disebut juga dengan
difusi, asites. Edema akan terjadi apabila tekanan hidrostatik
intravaskuler meningkat, tekanan osmotik plasma menurun, dan
gangguan aliran limfe. Ketiga keadaan tersebut penyebab primer
edema yang bukan disebabkan oleh reaksi radang.
Meningkatnya tekanan hidrostatik cenderung memaksa cairan
masuk ke dalam ruang interstisial. Penyebab peningkatan tersebut
diantaranya adalah kegagalan jantung, penurunan perfusi ginjal, aliran
darah yang lambat misalnya karena adanya sumbatan dan lain – lain.
Tanda dan gejala klinis pada pasien dengan hipervolemik
diantarnya sesak nafas, ortopnea, odema. Penyebab edema extraselular
adalah:
1) Peningkatan tekanan kapiler: kelebihan retensi ginjal, tekanan
vena yang tinggi dan penurunan resistensi arteriol
2) Penurunan protein plasma: hilangnya protein melalui hidung,
hilangnya protein melalui kulit yang lepas, kegagalan produksi
protein.
3) Peningkatan permeabilitas kapiler: adanya reaksi imun, toksi,
infeksi bakteri.
4) Blocakage of lymph return: disebabkan oleh kanker, pembuluh
limpatih yang abnormal atau kelainan kongenital.
Pengkajian fisik yang ditemukan pada pasien dengan
hipervolemik yaitu: edema, peningkatan berat badan, peningkatan
10

tekanan darah, nadi kuat, asites, krekles, ronki, mengi, distensi vena
jugularis, kulit lembab, takikardia.
Pitting edema dibagi menjadi 4 derajat, diantaranya:
1) Derajat 1: setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari
telunjuk) maka daerah yang edema akan
menampakkan/memperlihatkan cekungan sedalam 2 mm
2) Derajat II: setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari
telunjuk) maka daerah yang edema akan
menampakkan/memperlihatkan cekungan sedalam 4 mm
3) Derajat III: setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari
telunjuk) maka daerah yang edema akan
menampakkan/memperlihatkan cekungan sedalam 6 mm.
4) Derajat IV: setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari
telunjuk) maka daerah yang edema akan
menampakkan/memperlihatkan cekungan sedalam 8 mm.
b. Hipovolemik (Dehidrasi) (Aziz, 2009)
Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan asupan
cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons
kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskuler.
Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan
mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini tejadi pada
pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volume cairan
eksternal, yaitu:
1) Dehidrasi isotonik: terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan
dan elektrolit secara seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik: terjadi jika tubuh kehilangan leibh banyak
air daripada elektrolit.
3) Dehidrasi hipotonik: terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak
elektolit dari pada air.
11

Apabila terjadi kekurangan cairan dalam waktu lama, kadar urea,


nitrogen, dan kreatinin meningkat dan menyebabkan perpindahan
cairan intrasel ke pembuluh darah.
Tingkat keparahan dehidrasi bergantung pada seberapa besar derajat
dehidrasi yang dialaminya.
Tabel Penurunan berat badan sebagai indikator kekurangan cairan tubuh
Penurunan BB akut Keparahan Defisit cairan tubuh
2 – 5% Ringan
5 – 10 % Sedang
10 – 15% Berat
15 – 20% Fatal

Tabel Penilaian derajat dehidrasi berdasarkan tanda dan gejala pada klien
Penilaian Ringan Sedang Berat
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai,
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung,
kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan Basah Kering Sangat kering
Lidah
Rasa Haus Minum biasa, Haus, ingin Malas minum,
tidak haus minum banyak tidak biasa
minum.
Turgor kulit Kembali cepat Kembali buruk
lambat
Hasil Kehilangan Kehilangan Kehilangan
pemeriksaan cairan cairan 2 – 4 lt, cairan 4 – 6 lt,
mencapai 5% serum natrium hipotensi,
BB atau 1.5 – 2 152 – 158 Nadi
liter mEq/lt pernapasan
meningkat,
oliguria, serum
natrium 159 –
166 mEq/lt

Gangguan Keseimbangan Elektrolit


Elektolit merupakan partikel terlarut dalam cairan tubuh. Elektrolit
berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa dan volume
cairan tubuh. Asmadi (2008) mengatakan elektrolit dalam tubuh tidak
12

selalu dalam keadaan seimbang. Ada kalanya elektrolit mengalami


ketidakseimbangan. Ada beberapa contoh ketidakseimbangan elektrolit
yang sering ditemukan antara lain:
a. Natrium / Sodium
Natrium merupakan kation penting dalam ekstraseluler di mana
jumlah cairan ekstraseluler dikontrol oleh jumlah natrium yang
terdapat didalamnya. (Aziz, 2009)
1) Hiponatremia : keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma
darah, sebanyak < 135 mEq/lt. Ditandai dengan adanya;rasa haus
berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi, dan membran
mukosa kering.
2) Hipernatremia: keadaan tingginya kadar natrium dalam plasma
darah > 145 mEq/lt. Ditandai dengan adanya; mukosa kering,
anusia, turgor buruk, permukaan kulit bengkak, kulit kemerahan,
lidah kering, suhu badan meningkat.
3) Hipokalemia : keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah, <
3,5 mEq/lt. Ditandai dengan adanya; denyut nadi lemah, tekanan
darah turun, tidak nafsu makan, muntah – muntah, perut
kembung, lemah dan penurunan bising usus.
4) Hiperkalemia: keadaan tinggi kadar kalium dalam darah > 5
mEq/lt sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal,
asidosis metabolik. Ditandai dengan adamya; mual, aritmia,
kelemahan, jumlah urine sedikit, cemas dan iritabilitas.
5) Hipokalsemia : keadaan kurangnya kadar kalsium dalam plasma
darah, ditandai dengan adanya; kram otot, kram perut, kejang,
bingung, kadar kalsium < 4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari.
6) Hiperkalsemia: keadaan kelebihan kadar kalisum dalam darah,
ditandai dengan adanya; nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu
ginjal, mual – mual, koma, dan kadar kalsium > 4,3 mEq/lt.
13

7) Hipomagnesia : kondisi kekurangan kadar magnesium <1,3


mEq/lt, ditandai dengan adanya; iritabilitas, tremor, kram pada
kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi, dan konvulsi.
8) Hipermagnesia: kondisi tingginya kadar magnesium dalam
plasma darah > 2,5 mEq/lt. Ditandai dengan adanya koma,
gangguan pernafasan.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Riwayat Keperawatan (Aziz,2009)
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan
elektrolit meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui
jumlah pemasukan secara oral, parenteral, atau enteral. Jumlah
pengeluaran dapat diukur melalui jumlah produksi urine, feses,
muntah atau pengeluaran lainnya, status kehilangan/kelebihan cairan,
dan perubahan berat badan yang dapat menentukan tingkat dehidrasi.
b. Faktor yang Berhubungan
Faktor yang berhubungan meliputi faktor – faktor yang
memengaruhi masalah kebutuhan cairan, seperti dakit, diet ,
lingkungan, usia perkembangan, dan penggunaan obat.
c. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik meliputi sistem yang berhubungan dengan
masalah caiaran dan elektrolit, sperti sistem integumen (status turgor
kuluit dan edema), sistem kardiovaskuler (adanya distensi vena
jugularis, tekanan darah, dan bunyi jantung), sistem penglihatan
(kondisi dan cairan mata), sistem neurologi (gangguan
sensorik/motorik, status kesadaran, dan adanya refleks), dan sistem
gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah dan bising usus).
14

d. Pemeriksaan Laboratorium atau diagnostik lainnya.


Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik lainnya dapat berupa
permeriksaan kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida, berat jenis
urine, analalisis gas darah dan lain – lain).
2. DIGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa NOC NIC
1. Resiko Fluid balance Fluid Management
ketidakseimbangan Hydration 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
elektrolit. Nutritional status 2. Pertahankan catatan intake dan output
Definisi: beresiko Intake akurat
mengalami perubahan Kriteria Hasil: 3. Monitor status hidrasi
kadar elektrolit serum 1. Mempertahankan urine 4. Monitor vital sign
yang dapat menganggu output sesuai dengan usia 5. Monitor intake/ output
kesehatan. dan BB, BJ urine, normal, 6. Kolaborasi pemberian cairan IV
Faktor resiko: HT normal 7. Monitor status nutrisi
1. Defisiensi volume 2. Tekanan darah, nadi, suhu 8. Anjurkan keluarga untuk membantu
cairan dalam batas normal pasien makan
2. Diare 3. Tidak ada tanda dehidrasi, 9. Kolaborasi dengan dokter jika tanda
3. Disfungsi endokrin elastisitas turgor kulit baik, cairan berlebih memburuk
4. Kelebihan volume membran mukosa lembab, 10. Atur kemungkinan transfusi
cairan tidak ada rasa haus
5. Gangguan berlebihan. Hypovolemia Management
mekanisme regulasi. 1. Monitor status cairan termasuk intake,
6. Disfungsi ginjal output
7. Efek samping obat 2. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
8. Muntah 3. Monitor tanda vital
4. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
5. Monitor berat badan
6. Monitor adanya tanda gagal ginjal.

2 Resiko kekurangan Fluid balance Fluid Management


volume cairan. Hydration 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Definisi: berisiko Nutritional status: food and 2. Pertahankan catatan intake dan output
mengalami dehidrasi fluid akurat
vaskular, selular atau Kriteria hasil: 3. Monitor status hidrasi
intraselular. 1. Mempertahankan urine 4. Monitor vital sign
Faktor resiko: output sesuai usia dan BB 5. Monitor intake/ output
1. Kehilangan volume 2. Tekanan darah, nadi, suhu 6. Kolaborasi pemberian cairan IV
cairan aktif dalam batas normal 7. Monitor status nutrisi
2. Kurang pengetahuan 3. Tidak ada tanda dehidrasi, 8. Anjurkan keluarga untuk membantu
3. Penyimpanan yang elastisitas turgor kulit baik, pasien makan
mempengaruhi membran mukosa lembab, 9. Kolaborasi dengan dokter jika tanda
absorbsi cairan tidak ada rasa haus cairan berlebih memburuk
4. Kehilangan berlebihan. 10. Atur kemungkinan transfusi
berlebihan cairan
(mis; diare) Hypovolemia Management
5. Usia lanjut 1. Monitor status cairan termasuk intake,
6. Berat badan ekstrem output
7. Kegagalan fungsi 2. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
regulator 3. Monitor tanda vital
15

8. Kehilangan cairan 4. Monitor respon pasien terhadap


melalui rute penambahan cairan
5. Monitor berat badan
6. Monitor adanya tanda gagal ginjal.

3 Kelebihan Volume Elctronic and acid base Fluid management


Cairan balance 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Definisi: peningkatan Fluid balance 2. Pertahankan catatan intake dan output
retensi cairan isotonik Hydration akurat
Batasan Karakteristik: Kriteia hasil: 3. Monitor status hidrasi
1. Gangguan elektrolit 1. Terbebas dari edema, efusi, 4. Pasang urine kateter jika diperlukan
2. Ansietas anaskara 5. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan
3. Anasarka 2. Bunyi nafas bersih retensi cairan
4. Azotemia 3. Terbebas dari distensi vena 6. Monitor vital sign
5. Perubahan tekanan jugularis 7. Monitor indikasi kelebihan cairan
darah 4. Memelihara tekanan vena 8. Kaji lokasi dan luas edema
6. Perubahan status sentral, tekan kapiler paru, 9. Monitor intake/ output
mental output. 10. Kolaborasi pemberian cairan IV
7. Perubahan pola 5. Menjelaskan indikator 11. Monitor status nutrisi
pernafasan kelebihan cairan 12. Anjurkan keluarga untuk membantu
8. Penurunan pasien makan
hematokrit 13. Kolaborasi dengan dokter jika tanda
9. Dispnea cairan berlebih memburuk
10. Edema 14. Atur kemungkinan transfusi
11. Distensi vena
jugularis Fluid monitoring
12. Oliguria 1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
13. Ortopnea cairan dan eliminasi
14. Efusi pleura 2. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
15. Gelisah ketidakseimbangan cairan
16. Perubahan BJ 3. Monitor berat badan, BP,HR, RR
urine 4. Monitor serum dan elektrolit urine
Faktor yg 5. Monitor serum dan osmilalitas urine
berhubungan 6. Monitor tekanan darah otrostatik dan
Gangguan perubahan irama jantung
mekanisme regulasi 7. Monitor parameter hemodinamik infasif
Kelebihan asupan 8. Catat secara akurat intake dan output
cairan 9. Monitor adanya distensi leher, rinchi,
Kelebihan asupan edema, perifer dan penambahan BB
natrium 10. Monitor tanda dan gejala dari
edema
4 Kekurangan Volume Fluid balance Fluid management
cairan. Hydration 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Definisi : penurunan Nutritional status: food and 2. Pertahankan catatan intake dan output
cairan intravaskular, fluid akurat
interstisial, Kriteia hasil: 3. Monitor status hidrasi
intraseluler, ini 1. Terbebas dari edema, efusi, 4. Pasang urine kateter jika diperlukan
mengacu pada anaskara 5. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan
dehidrasi, kehilangan 2. Bunyi nafas bersih retensi cairan
cairan, tanpa 3. Terbebas dari distensi vena 6. Monitor vital sign
perubahan pada jugularis 7. Monitor intake/ output
natrium. Memelihara tekanan vena 8. Kolaborasi pemberian cairan IV
Batasan sentral, tekan kapiler paru, 9. Monitor status nutrisi
Karakteristik output. 10. Anjurkan keluarga untuk membantu
1. Perubahan status pasien makan
16

mental 11. Kolaborasi dengan dokter jika tanda


2. Penurunan tekanan cairan berlebih memburuk
darah
3. Penurunan tekanan Hypovolemia Management
nadi 1. Monitor status cairan termasuk intake,
4. Penurunan turgor output
kulit 2. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
5. Penurunan turgor 3. Monitor tanda vital
lidah 4. Monitor respon pasien terhadap
6. Penurunan haluran penambahan cairan
urine 5. Monitor berat badan
7. Penurunan pengisian 6. Monitor adanya tanda gagal ginjal.
vena.
8. Membran mukosa
kering.
9. Kulit kering
10. Peningkatan
hematokrit

3. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
a. Pemberian Cairan melalui Infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan melalui intravena
dengan bantuan infus set, bertujuan memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
Cara menghitung tetesan infus:
1) Dewasa
Jumlah cairan yang masuk
Tetesan / menit =
Lamanya infus (jam) x 3

2) Anak:
Jumlah cairan yang masuk
Tetesan / menit =
Lamanya infus (jam)

b. Transfusi darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang membutuhkan darah dengan cara
memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat transfusi
set. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan
memperbaiki perfusi jaringan.
17

4. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit secara
umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit dengan ditunjukkan oleh adanya
keseimbangan antara jumlah asupan dan pengeluaran, nilai elektrolit
dalam batas normal, berat badan sesuai dengan tinggi badan atau tidak ada
penurunan, turgor kulit baik, tidak terjadi edema, dan lain sebagainya.

C. KASUS ASUHAN KEPERAWATAN CAIRAN DAN ELEKTOLIT


Ny. S datang ke UGD dengan keluhan diare selama 2 hari, Klien
berumur 35 th. BAB cair, berlendir, dan berwarna kuning dengan frekuensi 4-
5 kali setiap harinya. Menurut hasil observasi perawat TTD : 100/70 mmHg,
Nadi : 70x/mnt, RR:20x/mnt, suhu : 38⁰C, badan klien panas, mukosa bibir
kering, tampak lemah, muka pucat, turgor kulit tidak elastisklien mengatakan
sebelumnya makan makanan pedas.pasien tidak pernah mengalami diare
sebelumnya.
ANALISA DATA
Nama : Ny.S
Usia : 35 tahun
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1. Ds: - Klien mengatakan diare Kehilangan cairan sekunder Resiko Kekurangan Volume
2 hari akibat diare. cairan.
- Klien mengatakan saat
BAB feses klien encer
dan berlendir.
- Klien mengatakan
BAB 4-5X dalam sehari.
- Klien mengatakan
mengonsumsi makanan
pedas sebelumnya.
- klien mengatakan haus

Do: - Tampak lemah


- Konsistensi fases cair
dan berlendir
- muka pucat
- Mukosa bibir kering
- suhu meningkat
- Tugor kulit tidak elastis
2. Ds: - Klien mengatakan Proses infeksi penyakit Hipetermi
- badan panas
18

Do: - tampak lemah


- suhu meningkat
-TTD
S : 38 OC
N : 78 X/menit
TD : 110/70 mmHg
RR : 20 X/menit

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko kekurangan cairan berubungan dengan kehilangan cairan sekunder


akibat diare.
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi penyakit.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Ny.S
Usia : 35 tahun
No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Resiko Kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1.Pantau tanda dan 1.Penurunan
volume cairan. keperawatan dalam waktu 1X24 jam gejala dehidrasi. volume cairan dan
berhubungan dengan diharapkan : elektrolit
kehilangan - TTV dalam batas normal menyebabkan
cairansekunder. - Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 2.Pantau input dan dehidrasi
- Frekuensi BAB 1X / hari output. jaringan.
2.Dehidrasi dapat
3. Bina hubungan meningkatkan laju
saling percaya. filtasi glomerulus.
3.Mempermudah
4. Pemberian cairan melakukan
parenteral sesuai intervensi
dengan umur. selanjutnya.
4.Pemberian
5. Kolaborasi cairan secara
dengan cepat dapat
dokter dalam sebagai penganti
pemberian obat. cairan yang
19

hilang.
5.Menentukan
pemberian obat
secara tepat.

2. Hipertermi Setelah diberikan tindakan 1.Bina hubungan 1.Mempermudah


berhubungan dengan keperawatan dalam waktu 1X24 jam salin percaya. melakukan
proses infeksi diharapkan : intervensi
penyakit. - Suhu tubuh normal 2. Berikan kompres selanjutnya.
- Keluhan utama kembali normal pada klien. 2.Membantu
- Demam klien turun menurunkan suhu
3.Anjurkan klien tubuh klien.
untuk memakai 3.Membantu
baju tipis dan dapat mengurangi
menyerap keringat. penguapan pada
4.Anjurkan klien tubuh.
minum sedikit tapi
sering. 4.Menganti cairan
yang hilang.
5.Kolaborasi
dengan dokter 5.Menentukan
dalam pemberian pemberian obat
obat. secara tepat
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan
keseimbangan atau homestasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat memengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita
terdiri atas air yang mengandung partikel – partikel bahan organik dan
anorganik yang penting untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen
– komponen kimiawi.
Elektrolit tubuh yang bermuatan postif (kation) dan bermuatan negatif
(anion), elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh. Pengaturan
keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol
volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan
mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran
garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan
dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut

B. SARAN
Pembelajaran terhadap sistem-sistem tubuh yang mengatur keseimbangan
cairan dan asam-basa tubuh perlu ditingkatkan, supaya mahasiswa dapat
melakukan asuhan keperawatan yang benar yang berhubungan dengan cairan
dan elektrolit.

20
DAFTAR PUSTAKA

Allison Itale, M. J. (2014). Fluid Electrolyte and Acid - Base Imbalance.


Amerika: Nursing: Robert G. Martin.
Amin huda Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis dan Nanda NOC NIC . Yogyakarta: Mediaction.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
LeMone, P. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 5. Jakarta: EGC.
Linton. (2012). Introduction Medical - Surgical Nursing 5 th Edition. Canada:
Elsevier.
Tamsuri, A. (2009). Klien Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Jakarta:
EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai