i
Kata pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan kekhadirat Allah SWT, Tuhan yang telah
Salawat dan salam semoga selamanya tercurah dan terlimpah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya serta seluruh umatnya termasuk kita yang
akan melanjutkan perjuangan dakwahnya semoga kita akan mendapatkan safa’atnya nanti
diakhirat, amin
Pardiansyah,S.Kep selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Gadar Anak, yang telah sudi
memberikan sebagian ilmunya kepada kami selaku mahasiswa terutama untuk saran dalam
pembuatan tugas ini, semoga semua kebaikan beliau akan mendapatkan balasan yang
Tiada gading yang tak retak, begitupun dalam pembuatan tugas ini tentu terdapat
banyak kesalahan baik secara struktural penulisan maupun isi materi yang diuraikan
didalamnya. Semua saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan penulisan
PENULIS
ii
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 19
B. Saran ................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian yang padat dan
bagianyang cair. Bagian padat terdiri dari tulang, kuku, otot, dan jaringan yang lain.
Sedangkan bagian yang cair berupa cairan intraselular dan ekstraselular. Cairan
ekstraseluler dibagi menjadi plasma darah sebanyak 5% dan cairan interstitial
sebanyak 15%. Cairan antarsel khusus disebut cairan transeluler, seperti cairan
serebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum, dan lain-lainnya. Dalam cairan
ekstraseluler dan intraseluler, terdapat elektrolit-elektrolit utama yang berbeda.
Elektrolit utama dalam cairan ekstraseluler adalah natrium dan klorida, sedangkan
elektrolit utama dalam cairan intraseluler adalah kalium, magnesium, kalsium, dan
fosfat. Cairan dan elektrolit sangat dibutuhkan oleh sel-sel dalam tubuh agar dapat
menjaga dan mempertahankan fungsinya, sehingga tercipta kondisi yang sehat pada
tubuh manusia.
Cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh sudah diatur sedemikian
rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan. Apabila terjadi
gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolit, maka akan memberikan
pengaruh pada yang lainnya. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
tubuh dapat terjadi pada keadaan diare, muntah-muntah, sindrom malabsorbsi,
ekskresi keringat yang berlebih pada kulit, pengeluaran cairan yang tidak disadari
(insesible water loss) secara berlebihan oleh paru-paru, perdarahan, berkurangnya
kemampuan pada ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Dalam keadaan tersebut, pasien perlu diberikan terapi cairan agar volume
cairan tubuh yang hilang, dengan segera dapat digantikan.
1
dapat dilakukan untuk mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung,
mencukupi kebutuhan per hari, mengatasi syok, dan mengatasi kelainan akibat terapi
lain. Administrasi terapi cairan melalui intravena adalah salah satu rute terapi yang
paling umum dan penting dalam pengobatan pasien bedah, medis dan sakit kritis.4
Pemilihan pemberian terapi cairan untuk perbaikan dan perawatan stabilitas
hemodinamik pada tubuh cukup sulit. Karena pemilihannya tergantung pada jenis dan
komposisi elektrolit dari cairan yang hilang. Meskipun kesalahan terapi cairan jarang
dilaporkan, namun disebutkan satu dari lima pasien dengan terapi cairan dan
elektrolit intravena menderita komplikasi atau morbiditas karena pemberian terapi
cairan yang tidak tepat. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk
membahas terapi cairan.
B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan bagaimana konsep dari
penggunaan cairan kristaloid dan koloid yang benar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cairan Tubuh
Komponen terbesar tunggal dari tubuh adalah air. Air merupakan perlarut bagi
semua yang terlarut. Air tubuh total atau total body water (TBW) adalah persentase
dari berat air dibagi dengan berat badan total, yang bervariasi berdasarkan kelamin,
umur, dan kandungan lemak yang ada di dalam tubuh. Air membuat sampai sekitar
60 persen pada laki laki dewasa. Sedangkan untuk wanita dewasa terkandung 50
persen dari total berat badan. Pada neonatus dan anak-anak, presentase ini relatif
lebih besar dibandingkan orang dewasa.
Cairan tubuh terdistribusi antara dua kompartemen cairan utama yang
dipisahkan oleh membran sel, yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan ekstraseluler dibagi menjadi intravaskular dan kompartemen interstitial.
Cairan antarsel khusus disebut cairan transeluler, seperti cairan serebrospinal, cairan
persendian, cairan peritoneum, dan lain-lainnya. Cairan tersebut termasuk ke dalam
jenis khusus cairan ekstraseluler. Dalam beberapa kasus, komposisinya dapat berbeda
dari plasma atau cairan interstitial.
3
a. Cairan intraselular
Cairan intraseluler merupakan cairan yang terkandung di dalam sel. Cairan
intraseluler berjumlah sekitar 40% dari berat badan. Pada cairan intraseluler memiliki
ion kalium dan fosfat dalam jumlah besar, ion magnesium dan sulfat dalam jumlah
sedang, ion klorida dan natrium dalam jumlah kecil, dan hampir tidak ada ion
kalsium. Sel juga memiliki protein dalam jumlah besar, hampir lebih dari empat kali
lipat di dalam plasma.
b. Cairan ekstraselular
Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan bertambahnya usia,
yaitu sampai sekitar sepertiga dari volume total pada dewasa. Cairan ekstraselular
terbagi menjadi cairan interstitial dan cairan intravaskular. Cairan interstitial adalah
cairan yang mengelilingi sel dan termasuk cairan yang terkandung diantara rongga
tubuh seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi
saluran pencernaan. Sementara, cairan intravaskular merupakan cairan yang
terkandung dalam pembuluh darah, dalam hal ini plasma darah.
Pada orang dewasa normal, rata-rata asupan air setiap harinya adalah 2500 ml,
yang termasuk kira-kira 300 ml sebagai produk sampingan dari metabolisme substrat
energi. Rata-rata kehilangan cairan per hari adalah 2500 ml dimana 1500 ml di urin,
400 ml dievaporasi saluran pernafasan, 400 ml di evaporasi kulit, 100 ml di keringat,
dan 100 ml di feses. Penguapan sangat diperlukan untuk pengaturan suhu karena
mekanisme ini secara normal menyumbang 20-25% kehilangan panas. Perubahan
pada komponen cairan dan volume sel akan memicu kerusakan fungsi yang serius,
khususnya pada otak.
B. Terapi Cairan
Terapi cairan adalah salah satu terapi yang sangat menentukan keberhasilan
penanganan pasien kritis. Dalam langkah-langkah resusitasi, langkah D (“drug and
fluid treatment”) dalam bantuan hidup lanjut, merupakan langkah penting yang
dilakukan secara simultan dengan langkah-langkah lainnya. Tindakan ini seringkali
4
merupakan langkah “life saving” pada pasien yang menderita kehilangan cairan yang
banyak seperti dehidrasi karena muntah mencret dan syok.
C. Jenis Cairan dan Indikasinya
Secara garis besar, cairan intravena dibagi menjadi dua, yaitu cairan kristaloid
dan koloid.
a. Cairan Kristaloid
Kristaloid berisi elektrolit (contoh kalium, natrium, kalsium, klorida). Kristaloid tidak
mengandung partikel onkotik dan karena itu tidak terbatas dalam ruang intravascular
dengan waktu paruh kristaloid di intravascular adalah 20-30 menit. Beberapa peneliti
merekomendasikan untuk setiap 1 liter darah, diberikan 3 liter kristaloid isotonik.
Kristaloid murah, mudah dibuat, dan tidak menimbulkan reaksi imun. Larutan
kristaloid adalah larutan primer yang digunakan untuk terapi intravena prehospital.
Tonisitas kristaloid menggambarkan konsentrasi elektrolit yang dilarutkan dalam air,
dibandingkan dengan yang dari plasma tubuh. Ada 3 jenis tonisitas kritaloid,
diantaranya
- Isotonis.
Ketika kristaloid berisi sama dengan jumlah elektrolit plasma, ia memiliki
konsentrasi yang sama dan disebut sebagai “isotonik” (iso, sama; tonik, konsentrasi).
Ketika memberikan kristaloid isotonis, tidak terjadi perpindahan yang signifikan
antara cairan di dalam intravascular dan sel. Dengan demikian, hampir tidak ada atau
minimal osmosis. Keuntungan dari cairan kristaloid adalah murah, mudah didapat,
mudah penyimpanannya, bebas reaksi, dapat segera dipakai untuk mengatasi defisit
volume sirkulasi, menurunkan viskositas darah, dan dapat digunakan sebagai fluid
challenge test. Efek samping yang perlu diperhatikan adalah terjadinya edema perifer
dan edema paru pada jumlah pemberian yang besarContoh larutan kristaloid isotonis:
Ringer Laktat, Normal Saline (NaCl 0.9%), dan Dextrose 5% in ¼ NS.
- Hipertonis
Jika kristaloid berisi lebih elektrolit dari plasma tubuh, itu lebih
terkonsentrasi dan disebut sebagai “hipertonik” (hiper, tinggi, tonik, konsentrasi).
Administrasi dari kristaloid hipertonik menyebabkan cairan tersebut akan menarik
5
cairan dari sel ke ruang intravascular. Efek larutan garam hipertonik lain adalah
meningkatkan curah jantung bukan hanya karena perbaikan preload, tetapi
peningkatan curah jantung tersebut mungkin sekunder karena efek inotropik positif
pada miokard dan penurunan afterload sekunder akibat efek vasodilatasi kapiler
viseral. Kedua keadaan ini dapat memperbaiki aliran darah ke organ-organ vital. Efek
samping dari pemberian larutan garam hipertonik adalah hipernatremia dan
hiperkloremia. Contoh larutan kristaloid hipertonis: Dextrose 5% dalam ½ Normal
Saline, Dextrose 5% dalam Normal Saline, Saline 3%, Saline 5%, dan Dextrose 5%
dalam RL.
- Hipotonis
Ketika kristaloid mengandung elektrolit lebih sedikit dari plasma dan
kurang terkonsentrasi, disebut sebagai “hipotonik” (hipo, rendah; tonik, konsentrasi).
Ketika cairan hipotonis diberikan, cairan dengan cepat akan berpindah dari
intravascular ke sel. Contoh larutan kristaloid hipotonis: Dextrose 5% dalam air, ½
Normal Saline.
b. Cairan Koloid
Cairan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat molekul tinggi
dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama
dalam ruang intravaskuler. Koloid digunakan untuk resusitasi cairan pada pasien
dengan defisit cairan berat seperti pada syok hipovolemik/hermorhagik sebelum
diberikan transfusi darah, pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan
kehilangan protein jumlah besar (misalnya pada luka bakar). Cairan koloid
merupakan turunan dari plasma protein dan sintetik yang dimana koloid memiliki
sifat yaitu plasma expander yang merupakan suatu sediaam larutan steril yang
digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka
baker, operasi, Kerugian dari ‘plasma expander’ ini yaitu harganya yang mahal dan
dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan
gangguan pada cross match.2,3 Berdasarkan jenis pembuatannya, larutan koloid terdiri
dari:
1. Koloid Alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5% dan
6
25%). Dibuat dengan cara memanaskan plasma 60°C selama 10 jam untuk
membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein plasma selain
7
mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa globulin dan beta
globulin. Selain albumin, aktivator Prekallikrein (Hageman’s factor
fragments) terdapat dalam fraksi protein plasma dan sering menimbulkan
hipotensi dan kolaps kardiovaskuler.
2. Koloid Sintetik
• Dextran
Koloid ini berasal dari molekul polimer glukosa dengan jumlah yang
besar. Dextrans diproduksi untuk mengganti cairan karena peningkatan berat
molekulnya, sehingga memiliki durasi tindakan yang lebih lama di dalam
ruang intravaskular. Namun, obat ini jarang digunakan karena efek samping
terkait yang meliputi gagal ginjal sekunder akibat pengendapan di dalam
tubulus ginjal, gangguan fungsi platelet, koagulopati dan gangguan pada
cross-matching darah. Tersedia dalam bentuk Dextran 40 (Rheomacrodex)
dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70 (Macrodex) dengan berat
molekul 60.000-70.000.
• Hydroxylethyl Starch (Hetastarch)
Cairan koloid sintetik yang sering digunakan saat ini. Pemberian 500
ml larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat urin dalam
waktu 2 hari dan sisanya, yaitu starch yang bermolekul besar, sebesar 64%
dalam waktu 8 hari. Hetastarch nonantigenik dan jarang dilaporkan adanya
reaksi anafilaktoid. Low molecular weight Hydroxylethyl starch (Penta-
Starch) mirip Heta starch, mampu mengembangkan volume plasma hingga
1,5 kali volume yang diberikan dan berlangsung selama 12 jam. Karena
potensinya sebagai plasma volume expander yang besar dengan toksisitas
yang rendah dan tidak mengganggu koagulasi maka Pentastarch dipilih
sebagai koloid untuk resusitasi cairan jumlah besar.
8
• Gelatin
Merupakan bagian dari koloid sintesis yang terbuat dari gelatin, biasanya
berasal dari collagen bovine serta dapat memberikan reaksi. Larutan gelatin
adalah urea atau modifikasi succinylated cross-linked dari kolagen sapi. Berat
molekul gelatin relatif rendah, 30,35 kDa, jika dibandingkan dengan koloid
lain. Pengangkut berisi NaCl 110 mmol/l. Efek ekspansi plasma segera dari
gelatin adalah 80-100% dari volume yang dimasukkan dibawah kondisi
hemodilusi normovolemik. Efek ekspansi plasma akan bertahan 1-2 jam.
Tidak ada batasan dosis maksimum untuk gelatin. Gelatin dapat memicu
reaksi hipersensitivitas, lebih sering daripada larutan HES. Meskipun produk
mentahnya bersumer dari sapi, gelatin dipercaya bebas dari resiko penyebaran
infeksi. Kebanyakan gelatin dieskskresi melalui ginjal, dan tidak ada
akumulasi jaringan.
9
5% alb Hiper 330 <2,5 7,4 COP 32
mmHg
Plasmanat 145 <2,0 7,4 COP 20
mmHg
10%Dextran Hipo 255 0 4,0
HES Iso 310 154 5,9
2. Cairan Pengganti
Banyak pasien yang membutuhkan cairan intravena memiliki
kebutuhan spesifik untuk menutupi penggantian dari deficit cairan atau
kehilangan cairan atau elektrolit serta permasalahan redistribusi cairan
internal yang sedang berlangsung, sehingga harus dihitung untuk pemilihan
cairan intravena yang optimal. Cairan dan elektrolit intravena pengganti
dibutuhkan untuk mengangani deficit yang ada atau kehilangan yang tidak
normal yang sedang berlangsung, biasanya dari saluran pencernaan (contoh:
ileostomy, fistula, drainase nasogastrium, dan drainase bedah) atau saluran
kencing (contoh: saat pemulihan dari gagal ginjal akut). Secara umum, terapi
cairan intravena untuk penggantian harus bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan ekstra dari cairan dan elektrolit seperti kebutuhan pemeliharaan,
sehingga homeostasis dapat kembali dan terjaga.
Lakukan penilaian cairan dan elektrolit pasien dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, monitor klinis, dan pemeriksaan laboratorium. Cari defisit,
kehilangan yang sedang berlangsung, distribusi yang tidak normal atau
permasalahan kompleks lainnya. Periksa kehilangan yang sedang berlangsung
dan perkirakan jumlahnya dengan mengecek untuk muntah dan kehilangan
NG tube, diare, kehilangan darah yang berlangsung. Periksa redistribusi dan
masalah kompleks lainnya dengan memeriksa pembengkakan, sepsis berat,
dan lainnya. Berikan tambahan cairan dari kebutuhan pemeliharaan rutin,
mengatur sumber-sumber cairan dan elektrolit yang lain. Monitor dan periksa
ulang pasien setelah meresepkan.
11
3. Cairan untuk Tujuan Khusus
Yang dimaksud adalah cairan kristaloid yang digunakan khusus,
misalnya natrium bikarbonat 7,5%, kalsium glukonas, untuk tujuan koreksi
khusus terhadap gangguan keseimbangan elektrolit.
4. Cairan Nutrisi
Cairan nutrisi biasanya digunakan untuk nutrisi parenteral pada pasien
yang tidaak mau makan, tidak boleh makan dan tidak bisa makan peroral.
Jenis cairan nutrisi parenteral pada saat ini sudah dalam berbagai komposisi
baik untuk parenteral parsial atau total maupun untuk kasus penyakit tertentu.
Adapun syarat pemberian nutrisi parenteral yaitu berupa:
• Gangguan absorpsi makanan seperti pada fistula enterokunateus,
atresia intestinal, kolitis infektiosa, obstruksi usus halus.
• Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreatitis
berat, status preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal,
stenosis arteri mesenterika, diare berulang.
• Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan,
pseudo-obstruksi dan skleroderma.
• Kondisi dimana jalur enteral tidak dimungkinkan seperti pada
gangguan makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik,
hiperemesis gravidarum.
12
Hindari vena di daerah kepala karena sangat tidak fiksasinya, sehingga
mudah terjadu hematom. Pada bayi baru lahir, vena umbilikalis bisa
13
digunakan untuk kanulasi terutama dalam keadaan darurat. Tujuan
dilakukannya kanulasi vena perifer ini adalah untuk12:
a. Terapi cairan pemeliharaan dalam waktu singkat. Apabila lebih
dari tiga hari, harus pindah lokasi vena dan set infus harus diganti
pula.
b. Terapi cairan pengganti dalam keadaan darurat, untuk menganti
kehilangan cairan tubuh atau perdarahan akut.
c. Terapi obat lain secara intravena yang diberikan secara kontinyu
atau berulang
2. Kanulasi Vena Sentral
Kanulasi dengan penggunaan jangka panjang, misalnya untuk nutrisi
parenteral total, kanulasi dikalukan melalui vena subklavikula atau vena
jugularis interna. Sedangkan untuk jangka pendek, dilakukan melalui vena-
vena di atas ekstremitas atas secara tertutup atau terbuka dengan vena seksi.
Tujuan dari kanulasi vena sentral ini tersendiri adalah12,13:
a. Terapi cairan dan nutrisi pareterla jangka panjang. Terutama untuk
cairan nutrisi parenteral dengan osmolaritas yang tinggi untuk
mencegah iritasi pada vena.
b. Jalur pintas terapi cairan pada keadaan darurat, misalnya cardio
vascular, vena perifer sulit diidentifikasi
c. Untuk pemasanganan alat pemacu jantung
14
20,5% dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan terapi cairan dengan jumlah
yang adekuat.
15
1. Terapi Cairan Prabedah
Prinsip pemberian cairan prabedah adalah untuk mengganti cairan dan
kalori yang dialami pasien prabedah akibat puasa. Cairan yang digunakan
adalah:
a. Untuk mengganti puasa diberikan cairan pemeliharaan
b. Untuk koreksi defisist puasa atau dehidrasi diberikan cairan kristaloid
c. Perdarahan akut diberikan cairan kristaloid dan koloid atau transfusi
2. Terapi Cairan selama Operasi
Tujuan dari pemberian cairan selama operasi adalah sebagai koreksi
kehilangan cairan melalui luka operasi, mengganti peredarahan dan mengganti
cairan yang hilang melalui organ eksresi. Idealnya, perdarahan seharusnya
diatasi dengan penggantian cairan dengan kristaloid atau koloid untuk
menjaga volum intravascular (normovolemia) sehingga resiko terjadinya
anemia dapat diatasi. Namun jika terjadi anemia berat pada pasien dapat
diatasi dengan pemberian transfusi darah. Untuk menentukan jumlah transfusi
yang akan diberikan dapat ditentukan dari hematokrit dan dengan menghitung
estimated blood volume.
Hal yang terpenting juga berdasarkan dari kondisi klinis pasien dan
prosedur operasi yang akan pasien jalani. Jumlah kehilangan darah dapat
dihitung dengan beberapa cara diantaranya:
1. Menghitung Estimated Blood Volume = 65ml/kg dikalikan dengan
berat badan pasien.
2. Menghitung volume sel darah merah pada hematokrit preoperatif
(RBCV preop)
3. Menghitung volume sel darah merah pada hematokrit 30% (RBCV
30%)
4. Hitung jumlah kehilangan volume sel darah merah (RBCV lost);
RBCV lost = RBCV preop – RBCV 30% .
5. Hitung Allowable Blood Loss = EBV x (Hct preop – Hct 30%).
Hct preop
16
Tabel 3. Rata – rata Volume Darah.3
Usia Volume Darah
Neonatus
Prematur 95 ml/kg
Matur 85 ml/kg
Infan 80 ml/kg
Dewasa
Pria 75 ml/kg
Wanita 65 ml/kg
17
diperkirakan puasa > 3 hari bisa diberikan cairan nutrisi yang
sama dan pada hari ke lima ditambahkan dengan emulsi lemak
• Pada keadaan tertentu, misalnya pada status nutrisi pra bedah
yang buruk segera diberikan nutrisi parenteral total
b. Bayi dan anak, memiliki prinsip pemberian cairan yang sama,
hanya komposisinya berbeda, misalnya dari kandungan
elektrolitnya, jumlah karbohidrat dan lain – lain.
c. Pada keadaan tertentu misalnya pada penderita syok atau anemia,
penatalaksanaanya disesuaikan dengan etiologinya.
Satu atau lebih komplikasi yang terjadi pasca operasi memberikan dampak
buruk dalam jangka waktu pendek atau panjang. Pencegahan angka morbiditas pada
pasca operasi adalah kunci untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari
para pembaca.
19
DAFTAR PUSTAKA
20