Berak Berak
OLEH:
KELOMPOK IV
WIDYA BAHARUDDIN
SURYANI
MUKRIMAH PUTRI
IKHWANA DAHLAN
ASWANTO
GUNAWAN M.SAIFUDDIN
AYU ASHARI
SULFADLY FACHRI
NURVIAH AZIS
IMA NATHA
C121 11 114
C121 11 115
C121 11 117
C121 11 118
C121 11 119
C121 11 120
C121 11 121
C121 11 251
C121 11 252
C121 11 273
SKENARIO 1
Seorang wanita berusia 32 tahun dirawat diruang interna dengan keluhan berak berak.
Keluhan ini mulai dirasakan sejak 2 bulan yang lalu dengan frekuensi BAB lebih dari
5/hari, tinja cair dengan ampas, bercampur dengan lendir, dan kadang terdapat merah
terang. Sebelum BAB klien mengalami nyeri perut namun tinja tidak sulit dikeluarkan. Klien
juga mengeluh sering merasakan kembung. Pada pemeriksaan fisik ditemukan : konjungtiva
anemis, TB :150 cm, BB : 45kg.
ISTILAH PENTING
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Wanita
Usia 32 tahun
Keluhan berak berak
Keluhan dirasakan 2 bulan lalu
Frekuensi berak berak lebih dari 5/hari
Tinja cair dengan ampas
Bercampur lendir
Kadang terdapat merah terang
Sebelum berak mengalami nyeri perut
Tinja tidak sulit dikeluarkan
Mengeluh sering merasakan kembung
Pemfis
1) Konjungtiva SISTEM
anemis GASTROINTESTINAL
2) TB : 150 cm
3) BB : 45kg
GANGG. SISTEM GASTRO PENCERNAAN BAWAH
BERAKBERAK
PATOMEKANISME
PENYAKIT YG BERHUBUNGAN
TOPIC TREE
DEFENISI
PENATALAKSANAAN
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
2
PENGKAJIAN FISIK
KOMPLIKASI
GASTROE
IBS (SINDROM
DISE
KANKER
PERTANYAAN PENTING
1.
2.
3.
4.
5.
Mulut
Mulut
merupakan
makanan
struktur
makanan tersebut
akan
4
dan mempunyai
dibatasi oleh
oleh dua sisi pipi yang dibentuk oleh muskulus businatorius , bagian
atasnya terdapat
bagian
atas
palatum yang
menyekresi
bagian
sampai
mandibula . bantalan
lemak businator
pendek dan lebar . tunas kecap ditemukan pada papilla dan respons
mengisap
meningkat
. lidah
Pada permukaan
tersebar diantara
papilla sirkumvalata
papilla mengandung
sensori
dari nervus
mandibularis dan
lidah untuk
sensasi tersebut
dan
epiglottis.
Kebanyakan
senyawa
manis bersifat
organic. Sukrosa ,
adalah
Esofagus
merupakan
tuba otot
dengan
ukuran 8
10 cm dari
kartilago
krikoid
sampai
bagian
kardia
lambung.
Panjangnya
bertambah
selama 3
tahun setelah
kelahiran, selanjutnya kecepatan pertumbuhan lebih lambat mencapai
panjang dewasa yaitu 23 30 cm. Penampang rata rata saat lahir
adalah 5 mm dengan kurvatura yang kurang mencolok dibandingkan
orang dewasa. Bagian tersempit esofagus bersatu dengan faring, area
ini mudah mengalami cedera jiak mengenai peralatan yang
dimasukkan seperti bougi atau kateter.
Esofagus turun dan memasuki kavum abdomen melalui suatu
apertura dalam diafragma. Setelah sekitar 1,25cm, membuka ke dalam
lambung melalui orifisium kardiak. Tepat diatas orifisium ini terdapat
lapisan otot sirkuler yang disebut sfingter kardiak, otot ini mampu
mengadakan kontraksi yang kuat dan kadang kadang mengalami
spasme atau akalasia.
Esofagus dimulai dari leher sebagai sambungan faring, berjalan
kebawah leher dan toraks, kemudian melalui sirus sinistra diafragma
memasuki lambung. Secara anatomis, bagian depan esofagus adalah
trakea dan kelenjar tiroid, jantung, serta diafragma, sedangkan
dibagian belakangnya adalah kolumna vertebralis.
Lambung
10
mengalami
disepanjang usus kecil. Dibagian bawah dari ileum, bila ada akan
memiliki ukuran yang kecil, dan hanya sedikit ditemukan. Lipatan
sirkuler berfungsi untuk meningkatkan absorpsi permukaan dari usus.
Kedua, villi usus yang merupakan tonjolan mirip jari dan menonjol ke
permukaan dalam usus, terdiri atas lapisan epitel diaman terjadi proses
absorpsi, serat otot polos suatu pleksus pembuluh darah yang
diperdarahi arteriole.
Villi merupakan unit absorpi dari usus. Villi lebih besar dan lebih
banyak terdapat di duodenum dan jejenum dibandingkan pada ileum.
Otot polos tidak berhenti berkontraksi dan berelaksasi secara
ritmisselama prose pencernaan berlangsung, keadaan ini menyebabkan
pemendekan dan pemanjangan atau gerakan melambai dari villi.
Kerusakan yang terjadi pada villi akan mengganggu absorpsi dan
merupakan salah satu sebab dari sindrom melabsopsi.
Usus besar
Appendiks
memiliki
lumen
yang
sempit.
Lapisan
12
13
15
Mastikasi
Proses pengunyahan adalah proses memecah partikel makanan
yang besar oleh gigi dan mencampur makanan, lalu dilembabkan
sekresi glandula salivari dan membentuk bolus, massa berlapis saliva.
Kerja homogenisasi dan pembahasan akan membantu proses
pencernaan selanjutnya.
Saliva mengandung dua enzim pencernaan, yaitu lipase
lingualis yang disekresi oelh kelenjar pada lidah, dan ptialin yang
disekresi oleh glandula salivari. Saliva memiliki 3 fungsi antara lain :
a. Memungkinkan makanan dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjadi
bolus, gumpalan yang akan ditelan
b. Ptialin, enzim dalam saliva yang mengubah karbohidrat menjadi
maltosa
c. Melembabkan lidah dan bagian dalam mulut, memungkinkan lidah
bergerak saat berbicara.
Keberadaan makanan dalam mulut menyebabkan sekresi
refkleks bagi saliva dan juga rangsangan serabut aferan vagus pada
ujung lambung esofagus. Sekresi saliva dapat terjadi dengan melihat,
mencium, atau memikirkan makanan.
Menelan
Menelan adalah suatu respons refleks yang disebabkan oleh
impuls aferen di dalam nervus trigeminus, glosofaringeus, dan vagus.
Menelan dimulaioleh kerja volunter untuk mengumpulkan isi mulut
keatas lidah dan mendorongnya ke belakang menuju faring, dengan
memulai gelombang kontraksi involunter dalam otot faring yang
17
merapat
untuk
mempersempit
jalan
Faktor
malabsobsi, karbohidrat, protein,
Faktor
lemak
makanan
Faktor
infeksi
Faktor psikologi
Cemas
18
DIARE
19
21
dalam. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti hujan dan
salju (Soemirat, 1996).
Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam
terjadinya penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba
patogen, sarang insekta penyebar penyakit, bila jumlah air bersih tidak
mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan
baik, dan air sebagai sarang hospes sementara penyakit (Soemirat, 1996).
Dengan memahami daur/siklus air di alam semesta ini, maka sumber
air dapat diklasifikasikan menjadi; a) air angkasa seperti hujan dan air
salju, b) air tanah seperti air sumur, mata air dan artesis, c) air permukaan
yang meliputi sungai dan telaga. Untuk pemenuhan kebutuhan manusia
akan air, maka dari sumber air yang ada dapat dibangun bermacammacam saran penyediaan air bersih yang dapat berupa perpipaan, sumur
gali, sumur pompa tangan, perlindungan mata air, penampungan air hujan,
dan sumur artesis (Sanropie, 1984).
Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari
sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih
harus jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter
dari sumber air. Air harus ditampung dalam wadah yang bersih dan
pengambilan air dalam wadah dengan menggunakan gayung yang bersih,
dan untuk minum air harus di masak. Masyarakat yang terjangkau oleh
penyediaan air bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil bila
dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air besih
(Andrianto, 1995).
2) Tempat pembuangan tinja
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan
lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh
langsung terhadap insiden penyakit tertentu yang penularannya melalui
tinja antara lain penyakit diare (Haryoto, 1983).
Keluarga yang tidak memiliki jamban harus membuat dan keluarga
harus membuang air besar di jamban. Jamban harus dijaga dengan
mencucinya secara teratur. Jika tak ada jamban, maka anggota keluarga
harus membuang air besar jauh dari rumah, jalan dan daerah anak bermain
dan paling kurang sepuluh meter dari sumber air bersih (Andrianto, 1995).
22
nonspesifik
terhadap
kelompok
organisme
berkurang
(Suharyono, 1986).
23
tangan
dengan
kejadian
diare
disesuaikan dengan klinis pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama
kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare seperti bakteri atau
parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang
membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya
jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter
akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal
bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan
sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter (Fahrial Syam, 2006).
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai
mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini
penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal
mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah
terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan
yaitu
dengan
terus
mengkonsumsi
makanan
bergizi
dan
menjaga
2) Malabsobsi lemak
3) Malabsobsi protein
lupa
cuci
tangan
sebelum
dan
sesudah
makan,
bias
memberikan
respon
saluran
gastrointestinal
dan
memberikan
manifestasi
27
banyak serat, atau dapat juga karena kekurangan zat putih telur akan
meningkatkan respons saluran gastrointestinal dan terjadi peradangan.
3) Manifestasi klinis
Mula-mula pasien cengeng, gelisah suhu tubuh meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan
mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja makin lama makin
berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan
sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sering terjadi makin
lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal
dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum/ sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau gangguan keseimbangan
asam basa atau elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan
turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung
pada bayi. Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
4) Patofisiologi
Gastroentretis bias disebabkan oleh 4 hal antara lain yaitu factor
infeksi( bakteri, virus dan parasit), factor malabsorpsi, factor makanan dan
factor biologis. Diare kerena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan
atau minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia. Makanan tertelan
masuk ke lambung. Yang kemudian bakteri yang di bunuh oleh asam
lambung, namun jumlah bakteri terlalu banyak maka ada yang beberapa
yang lolos ke duodenum dan berkemban biak.
Pada kebanyakan kasus gastroentretis, organ tubuh yang sering
diserang adalah usus. Di dalam usus tersebut bakteri akan memproduksi
enzim yang akan mencairkan lapisan lender yang menutupi permukaan
usus, sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang akan merangsang sekresi
ciran-cairan usus dibagian kripta vili dan menghambat absopsi cairan.
Sebagai akibat dari keadaan ini volume cairan dalam lumen usus
meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan
sebahagian dinding usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi
hepermotolitas untuk mengalirkan cairan di usus besar. Apabila jumlah
cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare.
Diare yang disebabkan oleh malabsorbsi. Masuknya makanan akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninngi sehingga
28
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga
timbul diare.
Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menimbulkan diare
yang akan menganggu mobilitas usus. Iritasi mukosa usus akan
menyebabkan hiperperistaltik sehingga mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya jika peristaltic menurun akan mengakibatkan bakteri akan
tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan di rongga
usus menyebabkan klien mengeluh perut terasa sakit. Selain karena 2 hal
itu nhyeri perut/kram timbul karena metabolism KH oleh bakteri di usus
yang menghasilakan H2 dan CO2 yang menimbulkan kembung dan flatis
berlebihan. Biasanya dalam keadaan ini klien akan merasa mual dan
muntah dan nafsu makan menurun. Kerena terjadi ketidakseimbangan
asam dan basa dan elektrolit.
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan
klien jatuh pada keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat badan
menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun- ubun bias jadi cekung
pada bayi, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Bila
kedaan ini terus berlanjut dank lien tidak mau makan maka
akan
Pengkajian
Masalah keperawatan
yang berhubungan
Diare
muntah, anoreksia)
Berapa lama keluhan
terjadi?apakah
bersifat
awal
mulai
akut
atau
penangananrehidrasi.
pasien
intervensi
akan
selanjutnya.
Keluhan
demam
sering
berbahaya
untuk
mengalami
Keluhan
ekstraintestina
obat-obatan.
Penyakit
malaria,
gastrointestinal,
iritasi
obstruksi
respon diare
Obat-obatan,
spert
kuinidin,
dengan
mengkaji
adanya
banyak
tingkat
yang
diketahui
kesadaran
pasien,
dengan
factor
epidemologi
sungai
Apakah pasien melakukan perjalanan
jauh untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan
Apakah ada sumber yang berhubungan
dengan penggunaan antibiotic, asupan
diare-
33
utama
keberhasilan
pengobatan
pasien.
Pemeriksaan
makan disediaka waktu yang cukup agar makan yang dilakukan dapat
dilakukan dalam ketegangan dan tidak terburu-buru. Olahraga yang
teratur merupakan kunci penting yang juga harus diperhatikan agar
pasien dengan IBS dapat menyesuaikan diri dengan keluhan-keluhan
yang ada.
3. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan untuk IBS terutama untuk
menghilangkan gejala yang timbul antara lain untuk mengatasi nyeri
abdomen, mengatasi konstipasi mengatasi diare dan obat antiansietas.
Sampai sejauh ini tidak ada obat tunggal yang diberikan untuk pasien
IBS, obat-obatan ini biasanya diberikan secara kombinasi.
Untuk mengatasi nyeri abdomen sering digunakan
antipasmodik yang mempunyai antikolinergik dan lebih bermanfaat
pada nyeri perut setelah makan, tetapi umumnya kurang bermanfaat
pada nyeri kronik disertai gejala kostipasi. Obat-obatan yang sering
dan sudah beredar di Indonesia antara lain mebeverine 3x135 mg,
hiosin N- butilbromida 3x10 mg, Chlordiazepoksid 5 mg/ klidinium
2,5 mg 3x1 tab, alverine 3x30 mg dan obaat antispasmodic terbaru
dan juga sudah digunakan di Indoesia otolium bromide.
Untuk IBS konstipasi, laksatif osmotic seperti laktulosa
magnesium hidroksida terutama pada kasus-kasus dimana konsumsi
tinggi serat tidak membantu mengatasi konstipasi. Obat-obatan
laksatif
stimulant
biasanya
tidak
dipergunakan
karena
akan
tegaserod
menangani
kasus-kasus
5) Pengkajian
1. Fisik
i. Kaji lokasi nyeri, pada pasien IBS nyeri yang dirasakan
berpindah-pindah
ii. Kaji frekuensi nyeri, pada pasien IBS Frekuensi timbulnya nyeri
tidak menentu
iii. Kaji berapa lama nyeri dirasakan, pada pasien IBS Nyeri yang
dirasakan hanya sebentar
iv. Kaji bagaimana keadaan nyeri jika pasien BAB atau flatus, pada
pasien IBS akan lebih nyaman.
6) Komplikasi
Penyakit IBS tidak akan meningkatkan mortalitas, gejala-gejala pasien
IBS biasanya akan membaik dan hilang setelah 12 bulan pada 50% kasus
dan hanya kurang dari 5% yang akan memburuk dan sisanya dengan
gejala yang menetap.
c. Disentri
1) Defenisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron
(usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan
gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume
sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri
saat buang air besar (tenesmus).
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan
sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare)
yang bercampur lendir dan darah.
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang
menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas
yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: 1) sakit di perut yang
sering disertai dengan tenesmus, 2) berak-berak, dan 3) tinja mengandung
darah dan lendir.
37
2) Etiologi
Disebabkan oleh infeksi bakteri atau protozoa atau infestasi cacing
parasit, tetapi juga dapat disebabkan oleh iritasi kimia atau infeksi virus.
Dua penyebab yang paling umum adalah infeksi dengan basil dari
kelompok Shigella, dan kutu oleh amuba, Entamoeba histolytica.
Bakteri (Disentri basiler) Shigella, penyebab disentri yang terpenting
dan tersering ( 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua
kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella
a) Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
b) Salmonella
c) Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
d) Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih
sering pada anak usia > 5 tahunPatogenesis
3) Manifestasi klinis
1. Disentri basiler
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada
disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer
tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah
permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
(1) Panas tinggi (39,50 400 C), appear toxic.
(2) Muntah-muntah.
(3) Anoreksia.
(4) Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
(5) Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan
sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).
2. Disentri amoeba
Diare disertai darah dan lendir dalam tinja. Frekuensi BAB
umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (10x/hari). Sakit
perut hebat. Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya
ditemukan pada 1/3 kasus).
4) Patofisiologi
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain
makanan, minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung
dengan tinja penderita.
Perilaku khusus meningkatkan
resiko
memberikan
4-6
ASI
secara
penuh
terjadinya
bulan
diare;
pertama
Tidak
kehidupan,
pada suhu kamar dalam waktu cukup lama, Menggunakan air minuman
yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja, Tidak mencuci tangan
setelah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum memasak
makanan, Tidak membuang tinja secara benar.
Faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap diare; Tidak
memberikan ASI sampai umur 2 tahun, Kurang gizi, Campak,
Imunodefisiensi / imunosupressif.
Umur Kebanyakan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan,
insiden paling banyak 6 10 bulan (pada masa pemberian makanan
pendamping).
Variasi musiman Variasi pola musim diare dapat terjadi melalui letak
geografi. Pada daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi
pada musim panas sedangkan diare karena virus (rotavirus) puncaknya
pada musim dingin. Pada daerah tropik diare rotavirus terjadi sepanjang
tahun, frekuensi meningkat pada musim kemarau sedangkan puncak diare
karena bakteri adalah pada musim hujan.
5) Penatalaksanaan
Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi
kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan
biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya
sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai
adanya syok sepsis.
hidrasi dan
keseimbangan elektrolit.
b) Diet
Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya.
Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah
malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat
diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama
39
(trimetoprim
10mg/kbBB/hari
dan
dibagi menjadi :
Komplikasi intestinal
Perdarahan usus.Terjadi apabila amoeba mengadakan invasi ke
dinding ususbesar dan merusak pembuluh darah.
Perforasi usus.Hal ini dapat terjadi bila abses menembus lapisan
muskulardinding usus besar.Sering mengakibatkan peritonitis yang
mortalitasnya tinggi.Peritonitis juga dapat disebabkan akibat pecahnya
abses hati amoeba.
Ameboma. Peristiwa ini terjadi akibat infeksi kronis yang
mengakibatkan reaksiterbentuknya massa jaringan granulasi. Biasanya
terjadi di daerah sekum dan rektosigmoid.Sering mengakibatkan ileus
40
41
2. Disentri basiler
Beberapa komplikasi ekstra intestinal disentri basiler terjadi pada
pasien yang berada di negara yang masih berkembang dan seringnya
kejadian ini dihubungkan dengan infeksi S.dysentriae tipe 1 dan S.flexneri
pada pasien dengan status gizi buruk. Komplikasi lain akibat infeksi
S.dysentriae tipe 1 adalah haemolytic uremic syndrome (HUS). SHU
diduga akibat adanya penyerapan enterotoksin yang diproduksi oleh
Shigella.Biasanya HUS ini timbul pada akhir minggu pertama disentri
basiler, yaitu pada saat disentri basiler mulai membaik.Tanda-tanda HUS
dapat berupa oliguria, penurunan hematokrit (sampai 10% dalam 24 jam)
dan secara progresif timbul anuria dan gagal ginjal atau anemia berat
dengan gagal jantung.Dapat pula terjadi reaksi leukemoid (leukosit lebih
dari 50.000/mikro liter), trombositopenia (30.000-100.000/mikro liter),
hiponatremia, hipoglikemia berat bahkan gejala susunan saraf pusat
seperti ensefalopati, perubahan kesadaran dan sikap yang aneh.
Artritis juga dapat terjadi akibat infeksi S.flexneri yang biasanya
muncul pada masa penyembuhan dan mengenai sendi-sendi besar
terutama lutut.Hal ini dapat terjadi pada kasus yang ringan dimana cairan
sinovial sendi mengandung leukosit polimorfonuklear. Penyembuhan
dapat sempurna, akan tetapi keluhan artsitis dapat berlangsung selama
berbulan-bulan. Bersamaan dengan artritis dapat pula terjadi iritis atau
iridosiklitis.Sedangkan stenosis terjadi bila ulkus sirkular pada usus
menyembuh, bahkan dapat pula terjadi obstruksi usus, walaupun hal ini
jarang terjadi.Neuritis perifer dapat terjadi setelah serangan S.dysentriae
yang toksik namun hal ini jarang sekali terjadi.
Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon, prolaps rectal dan
perforasi juga dapat muncul.Akan tetapi peritonitis karena perforasi
jarang terjadi.Kalaupun terjadi biasanya pada stadium akhir atau setelah
serangan berat.Peritonitis dengan perlekatan yang terbatas mungkin pula
terjadi pada beberapa tempat yang mempunyai angka kematian tinggi.
Komplikasi lain yang dapat timbul adalah bisul dan hemoroid
d. Kanker Kolon
1) Defenisi
42
Tumor usus halus jarang terjadi; sebalikanya tumor usus besar dan
rektum relatif umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rectum
sekarang adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika
Serikat ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000
kasus baru kolorektal didiagnosis di Negara ini setian tahjunnya. Kanker
kolon mmenyerang individu dua kali lebih besar disbanding kanker rekital.
Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien
yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan
riwayat keluarga mengalami kanker kolon., penyakit khusus inflamasi
kronis atau polip. Perubhan pada persentase distribusi telah terjadi pada
tahun terakhir. Insidens kanker pada sigmoid dan area rectal telah
menurun, sedangakan insidens pada kolon asenden dan desesnden
meningkat.
Lebih dari 156.000 terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setngah dari
jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya meskipun sekitar tiga dari
empat pasien
radiasi
sekarang
digunakan
pada
periode
praoperatif,
paling
baru
menunjukkan
adanya
pelambatan
periode
Infeksi (virus,
bakteri,
Molabsorpsi
makanan di
Reaksi
inflamasi
Makanan
beracun
Faktor
psikologis
Tekanan
Osmotik
Pen. Sekresi
cairan &
Rangsang
saraf
Pergeseran
cairan &
elektrolit ke
Hipermotilitas
Isi rongga
Gang.
Motilitas
Hipomotilitas
Bakteri
DIAR
Kerusakan
Defekasi sering
Dehidrasi
Output >>
NYERI
Iritasi kulit
Dehidrasi
Tubuh
kehilangan
Penurunan
volume cairan
RESIKO INTEGRITAS
GGN NUTRISI
Keh. Na, K, H
CO
Asidosis
Pernafasan
Penurunan
cairan intertitil
Pembagian darah
tidak merata
Pelepasan
Gg. Sirkulasi
Tugor kulit
Defisit vol.
Cairan &
Reabsorpso Na
dalam ginjal
Perfusi jaringan
Produksi Urin
Hipoksia,
sianosis, akral
Gagal ginjal
Gelisah, TD
Shock
46
RASIONAL
Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada
meminta analgesik
Nyeri kolik hilang timbul pada penyakit
crohn. Nyeri sebelum defekasi sering terjadi
pada KU dengan tiba-tiba, dimana dapat
berat dan terus menerus. Perubahan pada
karakteristik nyeri dapat menunjukkan
penyebaran penyakit/terjadinya komplikasi,
mis : fistula kandung kemih, perforasi, toksik
megakolon
2. Resiko integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi dengan iritasi pada
daerah anal dan bokong.
a. DS :
Frekuensi BAB lebih dari 5 x/hari
Tinja cair dengan ampas
Bercampur dengan lendir
Kadang terdapat merah terang.
b. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan integritas
kulit.
c. Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman faktor penyebab, menunjukkan perilaku
mempertahankan integritas kulit, tidak ada tanda-tanda iritasi kulit.
d. Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
Observasi kemerahan dan tanda-tanda Untuk mengetahui sejauh mana iritasi terjadi.
iritasi kulit disekitar area anal.
Dorong pasien untuk mengikuti rutinitas Mencegah terjadinya iritasi kulit.
perawatan
kulit,
yaitu
mengelap/
pengetahuan
agar
pasien
48
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Intervensi
Ketidakseimbangan
NOC:
kebutuhan tubuh
Adequacy of nutrient
Berhubungan dengan :
b Nutritional Status :
Ketidakmampuan untuk
food and Fluid Intake
memasukkan atau mencerna cWeight Control
nutrisi oleh karena faktor
Setelah dilakukan
biologis, psikologis atau
tindakan keperawatan
ekonomi.
selama.nutrisi kurang
teratasi dengan indikator:
DS:
Albumin serum
- BAB lebih dari 5x / hari
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
DO:
Total iron binding
-Diare
capacity
Jumlah limfosit
DO :
Kojungtiva anemis
49
tentang
dan jumlah feses, hitung intake dan keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan
output,
ukur
berat
jenis
observasi oliguri.
Kaji TTV
mukosa,
turgor
cairan
ringan
minuman
suplemen
karbohidrat,
elektrolit,
jus
apel).
Berikan cairan parenteral, transfusi Mempertahankan
darah sesuai indikasi
istirahat
usus
akan
rehidrasi.
Awasi hasil laboratorium, contoh : Menentukan kebutuhan penggantian dan
elektrolit dan gas darah analisa.
keefektifan terapi.
Berikan obat sesuai indikasi : anti Menurunkan kehilangan cairan.
diare.
INFORMASI TAMBAHAN
1. Jenis-jenis diare
50
a. Diare Osmotik berarti bahwa sesuatu di usus mengambil air dari tubuh untuk
dimasukkan ke usus.
b. Diare Sekretori terjadi ketika tubuh melepaskan air ke dalam usus ketika itu tidak
seharusnya terjadi. Banyak infeksi, obat-obatan, dan kondisi lain yang
menyebabkan diare sekresi.
c. Eksudatif mengacu pada keberadaan darah dan nanah dalam tinja. Hal ini terjadi
dengan penyakit usus inflamasi, seperti penyakit Crohn atau kolitis ulseratif, dan
beberapa infeksi.
2. Karakteristik feses
KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL
Karakteristik
Normal
Abnormal
Kemungkinan
Warna
Dewasa
Pekat/putih
kecoklatan
Bayi
penyebab
Adanya pigmen
empedu (obstuksi
empedu); pemeriksaan
kekuningan
diagnostik
Hitam
menggunakan barium
Obat (spt. Fe); PSPA
(lambung, usus halus);
diet tinggi buah merah
dan sayur hijau tua (spt.
Merah
Bayam)
PSPB (spt. Rektum),
beberapa makanan spt
Pucat
bit.
Malabsorbsi lemak; diet
tinggi susu dan produk
hijau
Berbentuk, lunak, Keras, kering
Dehidrasi, penurunan
agak
cair
lembek, basah.
abuse.
Peningkatan motilitas
Diare
Silinder
(bentuk Mengecil,
dewasa
Tergantung
diet
(100
400
gr/hari)
Aromatik
Bau
rektum
seperti
benang
: Tajam, pedas
Infeksi, perdarahan
dipenga-ruhi oleh
makanan
yang
Data Subjektif
Wanita usia 32 tahun
Keluhan Keluhan berak-berak.
Keluhan ini mulai dirasakan sejak 2 bulan yang
lalu
frekuensi BAB lebih dari 5 kali/hari
Tinja cair dengan ampas, bercampur dengan
lendir, dan kadang terdapat merah terang.
Sebelum BAB
Klien mengalami nyeri perut
Tinja tidak sulit dikeluarkan
Mengeluh sering merasakan kembung.
Interpretasi
BB (kg)
IMT= TB 2 (cm)
45(kg)
2
1.5 ( cm)
= 20 Ideal
52
DAFTAR PUSTAKA
Jual, linda.1998.Rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan-diagnosa keperawatan dan
masalah kolaborasi. Jakarta : EGC
Muttaqin, arif, dkk. 2011. Ganguan gastrointestinal. Jakarta: salemba medika
Smeltzer,Suzzane.2001.Keperawatan Medikal Bedah.jakarta:EGC
Sylvia & Lorrane. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1 Edisi
6. Jakarta: EGC.
Tjokronegoro, Arjatmo. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
W.Sudoyo, Aru. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing
53