Anda di halaman 1dari 30

OLEH

NAMA : RIA NARKOLINA


Dosen mk : Ns. SYAPRI PARDIANSYAH,S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (SI)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FITKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
T.A 2018/2019

i
Kata pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kekhadirat Allah SWT, Tuhan yang telah

memberikan beragam nikmat-Nya kepada kita semua sehingga Alhamdulillah kami

diberikan kelancaran dalam pembuatan tugas ini.

Salawat dan salam semoga selamanya tercurah dan terlimpah kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya serta seluruh umatnya termasuk kita yang

akan melanjutkan perjuangan dakwahnya semoga kita akan mendapatkan safa’atnya nanti

diakhirat, amin

Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak Ns. Syapri

Pardiansyah,S.Kep selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Gadar Anak, yang telah sudi

memberikan sebagian ilmunya kepada kami selaku mahasiswa terutama untuk saran dalam

pembuatan tugas ini, semoga semua kebaikan beliau akan mendapatkan balasan yang

berlipat ganda, amin.

Tiada gading yang tak retak, begitupun dalam pembuatan tugas ini tentu terdapat

banyak kesalahan baik secara struktural penulisan maupun isi materi yang diuraikan

didalamnya. Semua saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan

penulisan pada masa yang akan datang.

Lubuklinggau, November 2019

PENULIS

ii
Daftar isi
Halaman judul ................................................................................ i

Kata pengantar ................................................................................ ii

Daftar isi ................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB II tinjauan teori


A. Pengertian ................................................................................ 4
B. Jenis Penyakit Jantung Kongenital.............................................................. 4

C. Etiologi ................................................................................ 5
D. Manifestasi Klinis ................................................................................ 5
E. Patofisiologi ................................................................................ 9
F. Pemeriksaan Penunjang................................................................................ 9
G. Komplikasi ................................................................................ 10
H. Penatalaksanaan ................................................................................ 11
I. Pathway ................................................................................ 13

BAB III asuhan keperawatan


A. Pengkajian ........................................................................ 15

B. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 16

C. Intervensi ......................................................................... 16

Bab iv PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 25
B. Saran ................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur
jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. PJB merupakan kelainan
kongenital paling banyak yang terjadi, hampir 1/3 dari kasus kelainan kongenital yang
ada merupakan kasus dengan penyakit jantung bawaan.Prevalensi PJB di seluruh dunia
berkisar antara 6 - 10 per 1000 kelahiran.Persebarannya tergantung demografinya. Saat
ini dari 220 juta penduduk Indonesia, diperhitungkan bayi yang lahir mencapai
6.600.000 dan 48.800 diantaranya adalah penyandang PJB.

PJB dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit jantung bawaan


asianotik dan sianotik. PJB sianotik bersifat lebih komplek dan ditandai dengan adanya
sianosis akibat adanya pirau kanan ke kiri sehingga darah dari vena sistemik yang
mengandung rendah oksigen akan kembali lagi ke sirkulasi sistemik. PJB asianotik ini
tidak ditemukan gejala atau tanda sianosis, tetapi ditemukan pirau kiri ke kanan atau
obstruksi jalan keluar ventrikel.Jumlah pasien PJB asianotik jauh lebih besar daripada
yang sianotik yaitu 3-4 kali, tetapi PJB sianotik menyebabkan morbiditas dan
mortalitas yang lebih tinggi daripada asianotik.

Insiden retardasi pertumbuhan pada anak PJB telah banyak dilaporkan di seluruh
dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Varan7 pada tahun 1996 di Turki dengan kriteria
NCHS dari 89 pasien penderita PJB, 37 pasien berada di bawah persentil 5 untuk berat
badan dan panjang badan, dan 58 pasien berada di bawah persentil 5 untuk berat
badan. Penelitian tahun 2005 di Semarang yang dilakukan oleh Wishnuwardhana , 22
pasien penderita PJB asianotik sebelum diberi perlakuan, didapatkan rerata WAZ -
1,57±0,9SB , rerata HAZ -0,75±1,97SB dan rerata WHZ -0,89±1,7SB. Dan penelitian
pada tahun 2009 oleh Damayanti R. Sjarif dkk di Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, hasilnya menunjukkan bahwa prevalensi gagal tumbuh lebih tinggi pada
anak dengan PJB lesi asianotik.

Pertumbuhan berkaitan masalah perubahan dalam ukuran, besar, jumlah atau


dimensi sel, organ atau individu yang dapat diukur berdasar ukuran berat(gram,pound),
panjang(cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik.Gangguan pertumbuhan

1
pada suatu fase tumbuh kembang akan dihubungkan dengan defisit perkembangan
kognitif, kemampuan intelektual dan pertumbuhan saraf, efek ke maturasi dan
performa sekolah.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, didapati beberapa masalah antara lain :

a. Apa itu penyakit jantung bawaan (kongenital) ?

b. Apa penyebab PJB ?

c. Bagaimana manifestasi klinis dari PJB ?

d. Bagaimana patofisiologi terjadinya PJB?

e. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari PJB ?

f. Apa saja pengobatan yang diperlukan untuk klien dengan PJB ?

g. Bagaimana asuhan keperawatan dengan PJB ?

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

b. Tujuan Khusus

- Mengetahui tentang definisi penyakit jantung bawaan (PJB)

- Mengetahui penyebab PJB

- Mengetahui manifestasi klinis dari PJB

- Mengetahui dan memahami patofisiologi dari PJB

- Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk klien dengan PJB

2
- Mengetahui tentang penatalaksanaan/pengobatan untuk klien dengan PJB

- Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan PJB

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir,
dan terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan. Kelainan pembentukan jantung
terjadi pada awal kehamilan karena saat usia kandungan 7 minggu, pembentukan
jantung sudah lengkap.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan
malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak.
Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit
jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien
tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada
usia muda.
B. Jenis Penyakit Jantung Kongenital

a. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik

Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan
fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya
lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah
satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah
besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum
presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan
beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru. Yang akan dibicarakan disini hanya
2 kelompok besar PJB non sianotik; yaitu (1) PJB non sianotik dengar, lesi atau
lubang di jantung sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan,misalnya
ventricular septal defect (VSD), atrial septal defect (ASD) dan patent ductus
arteriosus (PDA), dan (2) PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian
kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di jantung, misalnya, aorticstenosis
(AS), coarctatio aorta (CoA) dan pulmonary stenosis (PS).

4
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

Pada PJB sianotikdidapatkan kelainan struktur danfungsi jantung sedemikian


rupasehingga sebagian atau seluruhdarah balik vena sistemik yangmengandung
darah rendah oksigenkembali beredar ke sirkulasisistemik. Terdapat aliran pirau
darikanan ke kiri atau terdapatpercampuran darah balik venasistemik dan vena
pulmonalis.Sianosis pada mukosa bibir danmulut serta kuku jari tangan dan
kakidalah penampilan utama padagolongan PJB ini dan akan terlihatbila reduce
haemoglobin yangberedar dalam darah lebih dari 5gram %. Bila dilihat dari
penampilanklinisnya, secara garis besarterdapat 2 golongan PJB sianotik,yaitu (1)
dengan gejala aliran darahke paru yang berkurang, misalnyaTetralogi of Fallot
(TF) dan PulmonalAtresia (PA) dengan VSD, dan (2)dengan gejala aliran darah ke
paruyang bertambah. MisalnyaTransposition of the Great Arteries(TGA) dan
Common Mixing.

C. Etiologi

Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai
penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain infeksi virus pada ibu hamil
(misalnya campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau jamu-jamuan, alkohol. Faktor
keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi penyebab meskipun jarang, dan
belum banyak diketahui. Misalnya SindromaDown (Mongolism) yang sering disertai
dengan berbagai macam kelainan, dimana salah satunya PJB.
Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan
oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor genetik dan maternal
dimana saat ini sebagai faktor-faktor yang paling berperan. Selain itu infeksi virus,
paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan yang diminum pada ibu hamil juga di duga
sebagai penyebab penyakit jantung bawaan.

D. Manifestasi Klinis

a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru

- Ventricular Septal Defect (VSD)

5
VSD terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna.
Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada systole.Manifestasi
klinis : Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat
pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada
bertambah, sering terlihat pembenjolan dada kiri. Tanda yang menonjol adalah
nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region
epigastrium.Pada anak yang kurus terlihat implus jantung yang hiperdinamik.

- Atrial Septal Defect (ASD)

Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale
atau pada septum atrium.Tekanan pada foramen oval atau septum atrium,
tekanan pada sisi kanan jantung meningkat.
Manifestasi klinis: Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi
saluran pernafasan atas. Mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto
rontgen ditemukan adanya pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan dengan
katerisasi jantung.

- Patent Ductus Arteriosus (PDA)

DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP
bermacam-macam, bisa karena infeksi rubela pada ibu dan prematuritas

Manifestasi klinis :Neonatus menunjukkan tanda-tanda respiratori distres


seperti mendengkur tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak
maka anak akan mengalami dyspnea, kardio megali, hipertrofi ventrikuler kiri
akibat penyesuaian jantung terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda
‘machinery type’. Murmur jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta
melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggikarena
pembesaran ventrikel kiri.

b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal

- Stenosis Aorta (SA)

Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya
sendiri mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara total aliran
darah.Manifestasi Klinis : Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac

6
output menurun, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan
terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini menjadi serius dapat rnenyebabkan
kematian, ini juga ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada
batas kiri sternum, diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran ECG yang
menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang
menunjukan striktura.

- Stenosis Pulmonal (SP)

Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup,


normal tetapi puncaknya menyatu.Manifestasi klinis :Tergantung pada kondisis
stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan kelelahan, karena aliran darah ke
paru-paru tidak adekuat untuk mencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output
yang meingkat.Dalam keadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium
kanan yang dapat rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis ini
didiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, ECG dan kateterisai jantung.

- Koarktasio Aorta

Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara.


Kontriksi mungkin proksimal atau distal terhadap duktus arteiosus.Kelaianan
ini biasanya tidak segera diketahui, kecuali pada kontriksi berat.Untuk itu
penting melakukan skrening anak saat memeriksa kesehatannya, khususnya bila
anak mengikuti kegiatan-kegiatan olah raga.

Manifestasi klinis :Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, searah


proksimal pada kelainan dan penurunan secara distal. Tekanan darah lebih
tinggi pada lengan daripada kaki.Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi
lemah pada popliteal dan femoral. Kadang-kadang dijumpai adanya murmur
jantung lemah dengan frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan
cartography.

c. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang

- Tetralogi Of Fallot (TOF)

Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4
kelainan yaitu:

7
1. Stenosis pulmonal,

2. Hipertropi ventrikel kanan,

3. Kelainan septum ventrikuler, dan

4. Kelainan aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan aliran darah kanan
ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.

Manifestasi klinis :Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala yang nayata
yaitu adanya cianosis, letargi dan lemah. Setain itu juga tampak tanda-tanda
dyspnea yang kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan
berat badan kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi
secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah
mengalami infeksi saluran pernafasan atas.Diagnosa berdasarkan pada gejala-
gejala klinis, mur-murjaniung, EKG foto rongent dan kateterisai jantung.

d. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah

- Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA)

Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi aorta,


arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh. Anak tidak akan
hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau kelainan septum
ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya darah arteri-vena.
Pada TGA terjadi perubahan tempat kelurnya posisi aorta dan a.pulmonalis
yakni aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di sebelah anterior
a.pulmonalis, sedangkan a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri terletak
posterior terhadap aorta.Akibatnya aorta menerima darah v. Sistemik dari vena
kava, atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan ke sirkulasi
sistemik.Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, ventrikel
kiri dan diteruskan ke a. Pulmonalis dan seterusnya ke paru.Dengan demikian
maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebut terpisah dan kehidupan hanya
dapat berlangsung apabila ada komunikasi antara 2 sirkulasi ini.Pada neonatus
percampuran darah terjadi melalui duktus arteriosus dan foramen ovale
keatrium kanan.Pada umumnya percampuran melalui duktus dan foramen ovale
ini tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus menutup maka tidak terdapat

8
percampuran lagi di tempat tersebut, keadaan ini sangat mengancam jiwa
penderita.

Manifesfasi klinis :Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung


pada adanya kelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak apabila kelainan
merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akan terjadi.

E. Patofisiologi

Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan
maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung
bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan
asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah shunt dari kiri ke
sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup
serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2013).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri
lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium kiri ke
kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan menimbulkan volume atrium
kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan selain itu meningkatnya
volume dan tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan
paru-paru juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di
paru sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif.
Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke
atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitasventrikel kiri menurun sehingga
terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan
kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat
tubuh akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak
adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka, 2011).

F. Pemeriksaan Penunjang

- Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar
secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.

9
- Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi
cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan
volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).

- Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan


hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA
menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan
tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.

- Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran


darah dan arahnya.

- Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi


ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.

- Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO
atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.

- Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB)


meningkat.

G. Komplikasi

Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai


komplikasi antara lain:
1. Gagal jantung kongestif

2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung

3. Aritmia

4. Endokarditis bakterialistis

5. Hipertensi

6. Hipertensi pulmonal

7. Tromboemboli dan abses otak

10
H. Penatalaksanaan

a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru

- Ventricular Septal Defect (VSD)

Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk


mengatasi gagal jantung.Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya
lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya
pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai
usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan
tersebut harapan hidup berkurang.

- Atrial Septal Defect (ASD)

Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft
pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.

- Patent Ductus Arteriosus (PDA)

Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya


diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot
lunak pada duktus arteriosus.Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk
dilakukan operasi.

b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal

- Stenosis Aorta (SA)

Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat
anak mampu dilakukan pembedahan toraks.

- Stenosis Pulmonal (SP)

Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada


saat anak berusia 2-3 tahun.

- Koarktasio Aorta

11
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan
bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan cara
memasukkan suatu graf.

c. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang

- Tetralogi Of Fallot (TOF)

Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk mernenuhi


peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan
berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent.
Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-Tausing, dilakukan pada
ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri
pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari
aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan
darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung
sianosis.

d. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah

- Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA)

Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah.Pada saat


prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk
memperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat
suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan.Cara
Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent.Septum dihilangkan
dibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari vena pulmonale
kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak
teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan
sirkulasi paru-paru.Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata
dengan adanya koreksi dan paliatif.

12
I. Pathway

Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik

13
Pathway Penyakit Jantung Bawaan Sianotik : ToF

Terpapar faktor endogen dan eksogen


selama kehamilan trimester I-II

Kelainana jantung kongenital


sianotik: tetralogy of fallot

Stenosis pulmonal Defek septum ventrikel Overiding aorta

Obstruksi >>> berat Tek. Sistolik punjak


ventrikel kanan = kiri

Pirau kanan – kiri


Menurun aliran
darah paru
Obstruksi aliran darah
v keluar ventrikel kanan

Hipertrofi vent Aliran darah


Menurun O2 v kanan aorta meningkat
dalam darah

Percampuran darah
v v kaya O2 dengan
CO2
v

Hipoksemia
v

sesak Sianosis (blue spells)


v

Kelemahan tubuh
Hipoksiavdan laktat
v
Penurunan
v Asidosis metabolik O2 di otak
v v
Gangguan pertukaran gas Kesadaran menurun
v
Kejang

v
Resiko cedera
v

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Biodata Klien

b. Riwayat Kesehatan

- Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab
lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.

- Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan


ketergantungan pada insulin.

- Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu,
dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.

- Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama


proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran
atau ibu harus dilakukan SC.

- Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang


juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetic yang
menunjang.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang


dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara
spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit
jantung congenital ini adalah:

- Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat pucat,
banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.

- Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.

- Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela
intrakostal dan region epigastrium.

15
- Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.

- Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas.

- Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur,


tacipnea dan retraksi.

- Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan


terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang
terdengar pada batas kiri sternum.

- Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan
daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal
dan temoral.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

2. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload

3. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan

4. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan

5. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik

6. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

7. Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang

C. Intervensi

1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan


gangguan pertukaran gas tidak terjadi dengan

Kriteria hasil :

- Pertukaran gas tidak terganggu

- Pasien tidak sesak

16
Intervensi Rasional

Berikan respirasi support Untuk meminimalkan resiko


kekurangan oksigen.
2
Analisa gas darah Untuk mengetahui adanya hipoksemia
dan hiperkapnia.
Berikan posisi semifowler Memfasilitasi fungsi pernapasan klien

Untuk meringankan kerja jantung


Batasi cairan

2. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat
mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akibatpenurunan curah jantung.

Kriteria Hasil :

- Tanda vital dalam rentang normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit,
Respirasi 18-20x/menit, SB 36,5OC-37,5OC)

- dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

- Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites

- Tidak ada penurunan kesadaran

- AGD dalam batas normal

- Tidak ada distensi vena leher

- Warna kulit normal

Intervensi Rasional
Bina hubungan saling percaya Menciptakan suasana yang kondusif
(BHSP) dengan pasien dan dan bersahabat.
keluarga pasien.
Observasi keadaan kulit terhadap Pucat menunjukan adanya
pucat dan sianosis. penurunan perfusi sekunderterhadap
ketidakadekuatan curah jantung,

17
vasokonstriksi dan anemi.
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 Permulaan terjadinya gangguan pada
jam jantung akan ada perubahanpada
tanda-tanda vital seperti pernafasan
menjadi cepat, peningkatan suhu,
nadimeningkat, peningkatan tekanan
darah, semuanya dapat cepat
dideteksi untukpenangan lebih
lanjut.
Monitor tanda-tanda PJB seperti Untuk mengetahui sejauh mana
gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, tingkat kegawatan dari anak serta
mudah lelah, periorbital edema, diperlukan dalam mendeteksi untuk
oliguria, dan hepatomegali. penanganan lebih lanjut.
Berikan oksigen tambahan dengan Meningkatkan sediaan oksigen
kanula nasal/masker sesuai untuk kebutuhan miokard dan
indikasi. untukmelawan efek
hipoksia/iskemia.
Informasikan dan anjurkan tentang Istirahat yang adekuat dapat
pentingnya istirahat yang adekuat. meminimalkan kerja dari jantung
dandapat mempertahankan energi
yang ada.
Observasi perubahan pada sensori, Dapat menunjukan tidak adekuatnya
contoh letargi, bingung disorientasi perfusi serebral sekunder
cemas. terhadappenurunan curah jantung.
Berikan health education pada Lebih meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga pasien tentang dan informasi bagi pasien dan
cardiac output keluarga pasien serta lebih
kooperatif dalam tindakan
pelaksanaan yang dilakukan perawat
Kolaborasi dengan team medis Mempengaruhi reabsorbsi natrium
dalam pemberian tindakan dan air, dan digoksinmeningkatkan
farmakologis berupa digitalis dan kekuatan kontraksi miokard dan
digoxin. memperlambat frekuensi jantung

18
dengan menurunkan konduksi dan
memperlambat periode refraktori
padahubungan AV untuk
meningkatkan efisiensi curah
jantung.

3. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan anak
dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan beratbadan selama terjadi
perubahan status nutrisi.

Kriteria Hasil :

- Anak dapat menyusu

- Porsi makan dihabiskan

Intervensi Rasional

Observasi selama pemberian makan Selama makan atau menyusui mungkin


atau menyusui. dapat terjadi anak sesak atau tersedak.

Timbang berat badan setiap hari dengan Mengawasi penurunan berat badan atau
timbangan yang sama dan waktu yang efektivitas intervensi nutrisi.
sama.

Observasi dan catat masukan makanan Mengawasi masukkan kalori dan


anak/ intake dan output secara benar kualitas kekurangan konsumsi
makanan.

Jika anak menunjukkan kelemahan Infus akan menambah kebutuhan nutrisi


akibat ketidak adekuatannya nutrisi yang tidak dapat dipenuhimelalui oral.
yang masuk maka pasang infus

19
Anjurkan ibu untuk terus memberikan Air susu akan mempertahankan
anak susu, walaupun sedikit tetapi kebutuhan nutrisi anak.
sering

Pada anak yang sudah tidak menyusui Meningkatan intake atau masukan dan
lagi maka berikan makanan dengan mencegah kelemahan
porsi sedikit tapi sering dengan diet
sesuai instruksi (TKTP).

Berikan health education pada pasien Lebih meningkatkan pengetahuan dan


dan keluarga pasien tentang manfaat informasi bagi pasien dan keluarga
dari nutrisi sendiri. pasien serta lebih kooperatif dalam
tindakan pelaksanaan yang dilakukan
perawat.

Berikan dan bantu hygiene mulut yang meningkatkan nafsu makan dan
baik sebelum dan sesudah makan, pemasukan oral, menurunkan
gunakan sikat gigi halus untuk pertumbuhan bakteri, meminimalkan
penyikatan yang lembut, berikan kemungkinan infeksi.
pencuci mulut yang di encerkan bila
mukosa oral luka.

4. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan anak
dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanyakelemahan.

Kriteria Hasil :

 Tidak nampak kelelahan

 Tidak nampak lesu

 Saturasi O2 saat aktivitas dalam batas normal (95-100%)

 TTV Normal

20
Intervensi Rasional

Kaji perkembangan tanda-tanda Menunjukan gangguan pada jantung


peningkatan tanda-tanda vital, seperti yang kemudian akanmenggunakan
adanyasesak. energi lebih sebagai kompensasi
sehingga akhirnya anak
menjadikelelahan.

Batasi aktifitas anak yang berlebihan. Meminimalkan kerja dari jantung dan
dapat mempertahankan energi yang
ada.

Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak Teknik penghematan energi. .


dapat dilakukannya.

Support dalam pemberian nutrisianak. Nutrisi dapat membantu meningkatkan


metabolisme juga akanmeningkatkan
produksi energi

Berikan health education pada pasien Lebih meningkatkan pengetahuan dan


dan keluarga pasien tentang aktifitas. informasi bagi pasien dan keluarga
pasien serta lebih kooperatif dalam
tindakan pelaksanaan yang dilakukan
perawat.

5. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri berkurang
atau hilang.

Kriteria Hasil :

 Klien tidak tampak mengeluh dan menangis

 Ekspresi wajah klien tidak menunjukkan nyeri

 Klien tidak gelisah

21
Intervensi Rasional

Observasi adanya keluhan nyeri, pada Perbedaan gejala perlu untuk


anak bisa ditunjukan dengan rewel atau mengidentifikasi penyebab nyeri.
sering menangis.

Observasi perilaku dan tanda-tanda Perilaku dan tanda vital membantu


vital anak tiap 4 jam. menentukan derajat atau adanya
ketidaknyamanan

Berikan lingkungan istirahat yang Aktivitas berlebih dapat meningkatkan


nyaman dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan oksigen miokard. (contoh
kebutuhan. kerja tiba-tiba, stress, makan banyak,
terpajan dingin) dapat mencetuskan
nyeri dada.

Ajarkan teknik distraksi relaksasi pada Dengan adanya distraksi nyeri anak
anak dan ibu. dapat dialihkan/pengalihan dan dapat
menurunkan respon nyeri.

Anjurkan ibu untuk selalu memberikan Ketenangan anak akan mengurangi


ketenangan pada anak. stress yang dapat memperberat nyeri
yang dirasakan.

Berikan health education pada pasien lebih meningkatkan pengetahuan dan


dan keluarga pasien tentang nyeri dan informasi bagi pasien dan keluarga
penanganannya. pasien serta lebih kooperatif dalam
tindakan pelaksanaan yang dilakukan
perawat.

Kolaborasi dengan team medis dalam Analgesik bekerja dengan menghambat


pemberian analgesic. nosiseptor nyeri menempati
reseptornya, sehingga nyeri tidak
dirasakan lagi.

Evaluasi respon terhadap obat/terapi penggunaan terapi obat dan dosis, catat
yang diberikan nyeri yang tidak hilang atau berkurang

22
6. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil :

- TTV Normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi 18-20x/menit,


SB 36,5OC-37,5OC)

Intervensi Rasional

Dorong teknik mencuci tangan dengan Mencegah infeksi nosokomial saat


baik perawatan.

Kaji tanda-tanda infeksi Mengetahui tanda-tanda infeksi secara


dini dapat membantu dalam kecepatan
menentukan intervensi

Ukur temperatur tiap 4 jam Peningkatan suhu badan merupakan


salah satu tanda adanya infeksi

Berikan antibiotik sesuai dengan Pemberian antibiotik dapat mecegah


indikas
terjadinya infeksi

7. Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x24 jam diharapkan


risiko cidera dapat diminimalisir.

Kriteria Hasil :

- Klien dan keluarga mengenal tanda dan gejala yang mengindikasikan faktor
resiko cidera

- Pasien dapat menunjukan sikap melindungi diri sendiri dari risiko cidera

23
Intervensi Rasional
Ciptakan lingkungan yang aman untuk Mencegah terjadinya risiko cidera
pasien

Identifikasi kebutuhan keamanan Menentukan kebutuhan pasien


pasien, berdasarkan tingkat fisik, fungsi terhadapm keamanan dan menentukan
kognitif dan sejarah tingkah laku intervensi yang tepat

Jauhkan objek berbahaya dari Mencegah risiko cidera


lingkungan

Hilangkan bahaya lingkungan Mencegah risiko cidera

Sediakan tempat tidur yang rendah jika Membantu pasien memudahkan


diperlukan menjangkau tempat tidur dan
mengurangi risiko cidera

Tempatkan furniture diruangan dengan Memudahkan pasien menjangkau


susunan terbaik untuk akomodasi peralatan yang dibutuhkan
ketidakmampuan pasien dan keluarga

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur
jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir.
Klasifikasi :

a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru

- Ventricular Septal Defect (VSD)

- Atrial Septal Defect (ASD)

- Patent Ductus Arteriosus (PDA)

b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal

- Stenosis Aorta (SA)

- Stenosis Pulmonal (SP)

- Koarktasio Aorta

c. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang

- Tetralogi Of Fallot (TOF)

d. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah

- Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA)

B. Saran

Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka


harus disertai saran-saran yang bersifat mendorong dan membangun, saran -
saran itu antara lain :

25
Kita hendaknya lebih memahami tentang congenital heart diseases atau
penyakit jantung bawaan (CHD) dalam meningkatkan pelayanan pada penderita/
anak khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Penyakit Jantung Bawaan di unduh di


http://ZUMROTUS_SAADAH_G2A009149_BAB_1_KTI.pdf pada tanggal
08/11/2017 pukul 19:01 WITA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: PPNI

Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS


KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9.
Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-


2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike
Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan
Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.

Alfyana Nadya Rahwamati. 2015. Jurnal Hubungan Penyakit Jantung Bawaan dengan
Perkembangan Anak usia 0-5 tahun di Unit Perawatan Jantung RS Dr.Kariadi
Semarang diunduh di
http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/view/12 pada tanggal
08/11/2017 pukul 20:10 WITA

27

Anda mungkin juga menyukai